2013-2-01251-AK Bab2001 - Binus LGKP
2013-2-01251-AK Bab2001 - Binus LGKP
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Landasan Teori
2.1.1. Agency Theory
Teori keagenan(agency theory) merupakan basis teori yang mendasari praktik
bisnis perusahaan yang dipakai selama ini. Teori Agensi ini pertama kali dicetuskan
oleh Jensen dan Meckling pada tahun 1976. Jensen dan Meckling (1976) menyatakan
bahwa hubungan keagenan adalah sebuah kontrak antara manajer (agent) dengan
investor (principal). Perspektif keagenan merupakan dasar yang digunakan untuk
memahami corporate governance. Inti dari hubungan keagenan adalah adanya
pemisahan status antara pemilik dan pengelola perusahaan menimbulkan suatu
masalah yang biasa disebut agency problem, terjadi antara pemilik perusahaan atau
shareholders di satu sisi dengan manajemen selaku pengelola di sisi lain.
Konflik kepentingan antara pemilik dan agen terjadi karena kemungkinan
agen tidak selalu berbuat sesuai dengan kepentingan principal, sehingga memicu
biaya keagenan (agency cost). Teori keagenan mengasumsikan bahwa masingmasing individu cenderung untuk mementingkan diri sendiri. Manajer sebuah
perusahaan mungkin memiliki tujuan-tujuan pribadi yang bersaing dengan tujuan
untuk memaksimalkan kekayaan pemilik pemegang saham. Hak yang dimiliki
manajer untuk mengelola aset perusahaan, menimbulkan adanya konflik kepentingan
antara dua belah pihak (Hikmah dkk.,2011).
Perbedaan kepentingan antara principal (pemegang saham) dan agent
(manajer) dapat menimbulkan suatu informasi asymetri (kesejangan informasi).
Masing-masing pihak berusaha memperbesar keuntungan bagi diri sendiri. Manajer
dalam hal ini dapat melakukan tindakan kecurangan (fraud) untuk memanipulasi
laba, agar kompensasi ekonomi yang diberikan oleh principal semakin besar.
Tindakan-tindakan seperti memanipulasi laba inilah yang menjadi pentingnya
adanyapengendalian internal dan struktur tata kelola perusahaan (governance
structure) (Wibowo, dkk, 2013:3)
11
12
Stock
Exchange
Crash
pada
tanggal
19
Oktober
1987
yang
13
mengeluarkan The Indonesia Code for Good Corporate Governance (Kode Tata
Kelola Perusahaan yang Baik) bagi masyarakat bisnis Indonesia. Dalam Indonesia
Code forGood Corporate Governance tersebut dimuat hal-hal yang berkaitan dengan
pemegang saham dan hak mereka, fungsi dewan komisaris perusahaan, fungsi direksi
perusahaan,
sistem
audit,
sekretaris
perusahaan,
pemangku
kepentingan
14
adalah
cara-cara
manajemen
perusahaan
bertanggung
jawab
pada
Komite
Nasional
Kebijakan
Governance
(KNKG),
Good Corporate Governance (GCG) adalah salah satu pilar dari sistem ekonomi
pasar. Corporate governance berkaitan erat dengan kepercayaan baik terhadap
perusahaan yang melaksanakannya maupun terhadap iklim usaha di suatu negara.
Penerapan Good Corporate Governance (GCG) mendorong terciptanya persaingan
yang sehat dan iklim usaha yang kondusif.
Definisi GCG yang dikemukakan diatas berbeda namun memiliki maksud
yang sama. Dari definisi diatas dapat disimpulkan GCG adalah sistem atau
seperangkat peraturan yang mengatur, mengelola dan mengawasi hubungan antara
para pengelola perusahaan denganstakeholders disuatu perusahaan. GCG tidak hanya
sebagai alat pengatur dan pengendali saja namun juga sebagai nilai tambah bagi
suatu perusahaan.
2.2.3. Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance
2.2.3.1.Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance yang dikembangkan OECD
Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) yang
merupakan salah satu lembaga yang memegang peranan penting dalam
pengembangan Good Governance
15
1999
dan
telah
direvisi
pada
bulan
Desember
2004.
Prinsip
dasar
2.
3.
4.
5.
6.
(Accountability),
yaitu
kejelasan
fungsi,
pelaksanaan
dan
16
3. Responsibilitas (Resposibility). Perusahaan harus memenuhi peraturan perundangundangan serta melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan
sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan
mendapat pengakuan sebagai good corporate citizen.
17
terhadap
18
memiliki struktur corporate governance yang baik akan semakin banyak melakukan
pengungkapan (Che Haat, 2008).
2.2.4. Pedoman Umum Good Corporate Governance di Indonesia
Pedoman Umum Good Corporate Governance di Indonesia disusun oleh
Komite Nasional Kebijakan Governance. Pedoman yang diterbitkan pada tahun 2006
ini merupakan revisi atas Pedoman Good Corporate Governance yang diterbitkan
pada tahun 2001. Meskipun Pedoman Umum Good Corporate Governance
Indonesia 2006 ini tidak memiliki kekuatan hukum yang mengikat, namun dapat
menjadi rujukan bagi dunia usaha dalam menerapkan Good Corporate Governance.
2.2.4.1.Peraturan / Undang-Undang Mengenai Good Corporate Governance
2.2.4.1.1. Undang-undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
Salah satu bentuk penyempurnaan Undang-undang No. 40 Tahun 2007
adalah pembaharuan tentang konsep pengelolaan perseroan. Pendirian perseroan
terbatas dihadapkan pada dua kepentingan, yaitu kepentingan pemegang saham/
pemilik serta kepentingan masyarakat luas dalam hal ini adalah stakeholdersdan
shareholders.Sehingga dengan dua kepentingan yang saling tarik menarik ini,
diharapkan pada pengelolaan perseroan yang bisa mengakses kepentingan kedua
belah pihak.
Tujuan pembaharuan Undang-undang Perseroan Terbatas No. 40 Tahun
2007, salah satunya adalah untuk mendukung implementasi GCG atau Good
Corporate Governance. Dalam Undang-undang No.40 Tahun 2007 prinsip-prinsip
GCG harus mencerminkan pada hal-hal berikut :
1. Transparansi
Yaitu keterbukaan yang diwajibkan oleh undang-undang seperti dilakukan oleh
perusahaan menyangkut masalah keterbukaan informasi ataupun dalamhal penerapan
manajemen keterbukaan, informasi kepemilikan Perseroan yang akurat, jelas dan
tepat waktu baik kepada para pemangku kepentingan.
2. Akuntabilitas
19
Adanya keterbukaan informasi dalam bidang finansial dalam hal ini ada dua
pengendalian yang dilakukan oleh Direksi dan Komisaris.Direksi menjalankan
operasional perusahaan, sedangkan Komisaris melakukan pengawasan terhadap
jalannya perusahaan oleh Direksi, termasuk pengawasan keuangan.Sehingga adanya
jaminan tersedianya mekanisme, peran dan tanggung jawab jajaran manajemen yang
profesional atas semua keputusan dan kebijakan yang diambil sehubungan dengan
aktivitas operasional Perseroan.
3. Responsibilitas
Pertanggung jawaban perseroan kepada stakeholders dengan tidak merugikan
kepentingan
4. Keadilan
Prinsip keadilan menjamin bahwa setiap keputusan dan kebijakan yang diambil
adalah demi kepentingan seluruh pihak yang berkepetingan. Selain itu prinsip
keadilan ini tercermin dalam Pasal 53 ayat 2 Setiap saham dalam klasifikasi yang
sama memberikan kepada pemegangnya hak yang sama. Pasal ini menunjukkan
unsur fairness (non diskriminatif) antar Pemegang saham dalam klasifikasi yang
sama untuk memperoleh hak-haknya,sepertihak untuk mengusulkan dilaksanakannya
RUPS, hak untuk mengusulkan agenda tertentu dalam RUPS dan
lain-lain.
2.2.4.1.2. Undang- Undang No.25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal
Penerapan Good Corporate Governance juga terdapat dalam Undang-Undang
No.25 tahun 2007 Pasal 15 tentang Penanaman Modal yang mewajibkan setiap
penanaman modal menerapkan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik.
Pada pasal 3 undang-undang no.25 tahun 2007 ini terdapat asas dan tujuan dari
aktivitaspenanaman modal yang diselenggarakan, penanaman modal diselenggarakan
berdasarkan asas :
a. kepastian hukum;
b. keterbukaan;
c. akuntabilitas;
20
21
nomor :PER-09/MBU/2012 dalam pasal 2 ayat (1) BUMN wajib menerapkan GCG
secara konsisten dan berkelanjutan dengan berpedoman pada Peraturan Menteri ini
dengan tetap memperhatikan ketentuan, dan norma yang berlaku serta anggaran
dasar BUMN. Penerapan prinsip-prinsip GCG pada BUMN, bertujuan untuk:
1.
Mengoptimalkan nilai BUMN agar perusahaan memiliki daya saing yang kuat,
baik secara nasional maupun internasional, sehingga mampu mempertahankan
keberadaannya dan hidup berkelanjutan untuk mencapai maksud dan tujuan
BUMN;
2.
3.
4.
5.
pengendalian
dilakukandengan
internal
membuat
perusahaan
seperangkataturan
yaitu
yang
pengendalianyang
mengatur
tentang
mekanisme bagi hasil, baik yang berupa keuntungan,return maupun resiko yang
disetujui oleh principal dan agent. Salah satu pilihan mekanisme pengendalian
internal adalah kontrak insentif jangka panjang. Kontrak jangka panjang ini
dilakukan dengan memberikan insentif pada manajer apabila nilai perusahaan
atau kemakmuran pemegang saham meningkat. Dengan demikian, manajer akan
termotivasi
untuk
meningkatkan
nilai
perusahaan
atau
22
23
24
kinerjanya sehingga dalam hal ini akan berdampak baik kepada perusahaan serta
memenuhi keinginan dari para pemegang saham. Semakin besar kepemilikan
manajerial dalam perusahaan maka manajemen akan lebih giat untuk meningkatkan
kinerjanya karena manajemen mempunyai tanggung jawab untuk memenuhi
keinginan dari pemegang saham yang tidak lain adalah dirinya sendiri. Manajemen
akan lebih berhati-hati dalam mengambil suatu keputusan, karena manajemen akan
ikut merasakan manfaat secara langsung dari keputusan yang diambil. Selain itu
manajemen juga ikut menanggung kerugian apabila keputusan yang diambil oleh
mereka salah.
2.2.5.3.Kepemilikan Asing
Menurut Undang-undang No. 25 Tahun 2007 pada pasal 1 angka 6
kepemilikan asing adalah perseorangan warga negara asing, badan usaha asing, dan
pemerintah asing yang melakukan penanaman modal di wilayah Republik Indonesia.
Lee (2008) berpendapat bahwa kepemilikan asing dan kepemilikan
institusional lebih mampu mengendalikan kebijakan manajemen karena memiliki
kemampuan dan pengalaman yang baik di bidang keuangan dan bisnis. Dengan
semakin banyaknya pihak asing yang menanamkan sahamnya diperusahaan maka
akan meningkatkan kinerja dari perusahaan yang diinvestasikan sahamnya, hal ini
terjadi karena pihak asing yang menanamkan modal sahamnya memiliki sistem
manajemen, teknologi dan inovasi, keahlian dan pemasaran yang cukup baik yang
bisa membawa pengaruh positif bagi perusahaan. Sesuai denganteori keagenan
bahwa masalah yang terjadi yang menyebabkan kinerja perusahaan menjadi turun
adalah hubungan yang tidak baik antara pemegang saham dengan manajer tetapi
ketika hubungan antara pemegang saham dengan manajer bisa dikendalikan maka
kinerja perusahaan dapat menjadi lebih baik. Semakin tinggikepemilikan asing, maka
pihak asing sebagai pemegang saham mayoritas akanmenunjuk orang asing untuk
menjabat sebagai dewan komisaris atau dewan direksi, dengan demikian keselarasan
antara tujuan ingin memaksimalkan kinerja perusahaan akan tercapai karena
persamaan prinsip antara pemegang saham asing dengan manajemen yang juga
ditempati pihak asing sebagai bagian dari manajemen perusahaan.
25
2.2.5.4.Hutang
Kebijakan hutang dapat digunakan sebagai mekanisme corporate governance
untuk mengurangi konflik keagenan (Jensen & Mekling 1976, Lang & Young, 2001,
dalam Alwi, 2007). Peningkatan hutang akan mendorong perusahaan untuk
menggunakan kas secara lebih efisien, karena kas dapat dipakai untuk membayar
bunga pinjaman secara periodik. Pemegang saham tentu menginginkan FCF (Free
Cash
Flow)
digunakan
untuk
membayar
dividen
sementara
manajemen
26
Kinerja Saham
Kinerja perusahaan merupakan suatu gambaran tentang kondisi keuangan
suatu perusahaan yang dianalisis dengan alat-alat analisis keuangan, sehingga dapat
diketahui mengenai baik buruknya keadaan keuangan suatuperusahaan yang
mencerminkan prestasi kerja dalam periode tertentu. Hal ini sangat penting agar
sumber daya digunakan secara optimal dalam menghadapi perubahan lingkungan.
Penilaian kinerja keuangan merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan oleh
pihak manajemen agar dapat memenuhi kewajibannya terhadap para penyandang
dana dan juga untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
(Cahyani, 2009)
Untuk mengetahui nilai pasar perusahaan di mata investor, digunakanlah
rasio-rasio keuangan. Dan rasio-rasio inilah yang nantinya akan memberikan indikasi
bagi manajemen mengenai penilaian investor terhadap kinerja perusahaan di masa
lampau dan prospeknya di masa yang akan datang. Manajer dan investor sering lebih
tertarik pada nilai pasar suatu perusahaan.
Nilai pasar dapat menjadi ukuran nilai perusahaan, sedangkan dalam neraca
keuangan, ekuitas menggambarkan total modal perusahaan. Penilaian terhadap
perusahaan tidak hanya mengacu pada nilai nominal, hal ini dikarenakan kondisi
perusahaan mengalami perubahan setiap waktu secara signifikan. Biasanya sebelum
27
krisis nilai perusahaan nominalnya cukup tinggi namun setelah krisis kondisi
perusahaan merosot sementara nominalnya tetap (Che Haat, 2008).
Ada beberapa rasio yang digunakan untuk mengukur nilai pasar perusahaan,
salah satunya adalah tobins Q atau Q ratio, Tobins q adalah indikator untuk
mengukur
kinerja
perusahaan,
khususnya
tentang
nilai
perusahaan,
yang
28
= Debt.
TA
= Firms assets.
Market value of all outstanding shares (MVS) merupakan nilai pasar saham
AVLTD
AVCA
Keterangan
Menggambarkan bahwa harga saham
Tobin's Q < 1
dalam
kondisi
undervalued.
Potensi
Tobin's Q > 1
overvalued.
investasi tinggi.
Potensi
pertumbuhan
29
Perusahaan BUMN
Peran perusahaan-perusahan BUMN di Indonesia sangatlah penting, karena
mereka adalah salah satu penyumbang terbesar devisa negara. Menurut data yang
telah dihimpun dari situs resmi Kementrian BUMN menunjukkan bahwa Indonesia
memiliki sekitar 142 BUMN, beberapa diantaranya adalah perusahaan dengan
kinerja yang baik dan menghasilkan keuntungan besar. Beberapa perusahaan BUMN
telah melakukan privatisasi dan berstatus sebagai perusahaan terbuka yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia. Menurut Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang
Badan Usaha Milik Negara, definisi BUMN adalah:
1.
Badan Usaha Milik Negara, yang selanjutnya disebut BUMN, adalah badan
usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui
penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan.
2.
3.
30
tertentu atau Persero yang melakukan penawaran umum sesuai dengan peraturan
perundang-undangan di bidang pasar modal.
4.
2.5.
pelaku ekonomi. Pada dasarnya, Bursa Efek Indonesia merupakan pasar untuk
berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjual belikan, baik dalam
bentuk hutang ataupun modal sendiri. Instrumen-instrumen keuangan yang diperjualbelikan di BEI seperti saham, obligasi, waran, right, obligasi konvertibel,
dan berbagai produk turunan (derivatif) seperti opsi (put atau call).
Di dalam Undang-Undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995, pengertian BEI
atau pasar modal dijelaskan lebih spesifik sebagai kegiatan yang bersangkutan
dengan Penawaran Umum dan Perdagangan Efek, perusahaan publik yang berkaitan
dengan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan
Efek. BEI memberikan peran besar bagi perekonomian suatu negara karena pasar
modal memberikan dua fungsi sekaligus, fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Pasar
modal dikatakan memiliki fungsi ekonomi karena pasar modal menyediakan fasilitas
atau wahana yang mempertemukan dua kepentingan yaitu pihak yang memiliki
kelebihan dana (investor) dan pihak yang memerlukan dana (issuer). Dengan adanya
pasar modal maka perusahaan publik dapat memperoleh dana segar masyarakat
melalui penjualan Efek sahammelalui prosedur IPO atau efek utang (obligasi). BEI
dikatakan memiliki fungsi keuangan, karena BEI memberikan kemungkinan dan
kesempatan memperoleh imbalan (return) bagi pemilik dana, sesuai dengan
karakteristik investasi yang dipilih. Jadi diharapkan dengan adanya pasar modal
aktivitas perekonomian menjadi meningkat karena pasar modal merupakan alternatif
pendanaanbagi
perusahaan
untuk
dapat
meningkatkanpendapatan
31
perusahaan dan pada akhirnya memberikan kemakmuran bagi masyarakat yang lebih
luas.
2.6.
Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai pengaruh mekanisme corporate governance diantaranya
2008
meneliti
hubungan
ini
bertujuan
untuk
mengetahui
pengaruh
dari
struktur
32
empiris dari Bursa Efek Jakarta dengan sampel sebanyak 144 perusahaan untuk
periode non krisis (1995-1996, 1999-2002).
Berdasarkan hasil pengujian, ditemukan bahwa variabel yang mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap besaran pengelolaan laba adalah ukuran
perusahaan dan kepemilikan keluarga. Semakin besar ukuran perusahaan semakin
kecil pengelolaan labanya dan rata-rata pengelolaan laba pada perusahaan dengan
kepemilikan keluarga tinggi dan bukan perusahaan konglomerasi lebih tinggi
daripada rata-rata pengelolaan laba pada perusahaan lain. Variabel kepemilikan
institusional dan ketiga variabel praktek corporate governance tidakterbukti
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap besaran pengelolaan laba yang
dilakukan perusahaan.
2.6.3. PenelitianMegawati (2009) Pengaruh Corporate Governance, Leverage
dan Manajemen Laba Terhadap Nilai Perusahaan yang Termasuk
Kelompok Jakarta Islamic Index Tahun 2005-2007
Penelitian ini dilakukan untuk menguji apakah corporate governance,
leverage dan manajemen laba berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Corporate
governance dalam penelitian ini diproksikan dengan kepemilikan institusional,
kepemilikan manajerial dan keberadaan komite audit. Objek penelitian ini adalah
perusahaan-perusahaan yang termasuk kelompok JII periode 2005-2007 dengan
menggunakan metode purposive sampling dengan menggunakan 30 perusahaan
sebagai sampel penelitian. Alat uji yang digunakan adalah uji linier berganda.
Berdasarkan hasil uji t pada penelitian ini menunjukkan bahwa variabel
kepemilikan institusional dan leverage berpengaruh positif dan signifikan terhadap
nilai perusahaan, sedangkan kepemilikan manajerial, keberadaan komite audit dan
manajemen laba tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan yang termasuk
kelompok Jakarta Islamic Index tahun 2005-2007.
33
Terhadap
Kinerja
Perbankan
Nasional
mekanisme
Pengendalian
Internal,
pemantauanKepemilikan,
MekanismePemantauan
Mekanisme
Regulator
dan
Pemantauan
Mekanisme
34
35
X1
Komisaris
Independen
Rx1,y
X2
Kepemilikan
Manajerial
Rx2,y
36
X3
X4
Kepemilikan
Asing
Hutang
Rx3,y
Y Kinerja Saham
Rx1,x2,x3,x4,x5,y
Rx4,y
Rx5,y
X5
Kualitas
Audit
37
Antara
Kepemilikan
Manajerial
terhadap
Kinerja
Perusahaan
Kepemilikan manajemen adalah tingkat kepemilikan saham oleh pihak
manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan (Rustriarini, 2011).
Manajemen sebagai pihak yang mengontrol dan menjalankan perusahaan tidak dapat
dipercaya bertindak sebaik mungkin bagi kepentingan para pemegang saham yang
biasa disebut dengan agency problem (Wahyuningtyas dan Nugrahanti,2011).
Dengan adanya kepemilikan saham oleh manajemen diharapkan dapat mengurangi
agency probelm.
Secara teoritis ketika kepemilikan manajemen rendah, maka insentif terhadap
kemungkinan terjadinya perilaku oportunistik manajer akan meningkat. Kepemilikan
manajemen terhadap saham perusahaan dipandang dapat menyelaraskan potensi
perbedaan kepentingan antara pemegang saham luar dengan manajemen (Jansen dan
Meckling, 1976). Sehingga permasalahan keagenen diasumsikan akan hilang apabila
seorang manajer adalah juga sekaligus sebagai seorang pemilik.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Danang Febriyanto yang
berjudul Analisis Penerapan Good Corporate Governance Terhadap Kinerja
Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2012
38
terhadap
kinerja
perusahaan.
Berdasarkan
uraian
diatas
dapat
39
perusahaan yang
mempunyai kinerja yang buruk akan lebih banyak bergantung pada pendanaan yang
bersumber pada hutang untuk biaya investasi mereka (Che Haat, 2008). Berdasarkan
uraian diatas dapat dihipotesiskan sebagai berikut:
Ha4: Hutang berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja perusahaan.
2.8.5. Hubungan antara Kualitas Audit dan Kinerja Perusahaan
Auditor eksternal adalah profesi audit yang melakukan audit atas laporan
keuangan dari perusahaan, pemerintah, individu atau organisasi lainnya sesuai
dengan standar audit yang berlaku umum. Selain standar audit, akuntan publik atau
auditor independen dalam menjalankan tugasnya harus memegang prinsip-prinsip
profesi baik dengan sesama anggota maupun dengan masyarakat umum. Prinsipprinsip ini mengatur tentang tanggung jawab profesi, kepentingan publik, integritas,
objektivitas, kompetensi dan kehati-hatian profesional, kerahasiaan, perilaku
profesional, dan standar teknis (Rapina, dkk.,2010:2).
40
Hasil audit tidak bisa diamati secara langsung sehingga pengukuran variabel
kualitas audit maupun kualitas auditor menjadi sulit untuk dioperasionalkan. Untuk
mengatasi permasalahan ini, para peneliti terdahulu kemudian mencari indikator
pengganti dari kualitas auditor. Dimensi kualitas auditor yang paling sering
digunakan dalam penelitian adalah ukuran kantor akuntan publik atau KAP karena
nama
baik
perusahaan
(KAP)
dianggap
kredibel
untuk
mengungkap
41
perusahaan yang diukur dengan Tobins Q. Maka, berdasarkan uraian diatas dapat
dihipotesiskan sebagai berikut:
Ha :
42
Penelitian Ini
Judul
Penelitian Acuan
Governance
Asing,
Corporate
Good
Hutang
Perusahaan
(Studi
dalam
yang
gabungan
Uji
diantaranya
Asumsi
Uji
Klasik Tidak
menggunakan
Uji