Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

Ibadah merupakan suatu kewajiban bagi umat manusia terhadap Tuhannya dan dengan
ibadah manusia akan mendapat ketenangan dan kebahagiaan di dunia dan di akhirat nanti. Bentuk
dan jenis ibadah sangat bermacam macam, seperti Sholat puasa, naik haji, jihad, membaca AlQur'an, dan lainnya. Dan setiap ibadah memiliki syarat syarat untuk dapat melakukannya, dan ada
pula yang tidak memiliki syarat mutlak untuk melakukannya. Diantara ibadah yang memiliki syarat
syarat diantaranya haji, yang memiliki syaratsyarat, yaitu mampu dalam biaya perjalannya,
baligh, berakal, dan sebagainya. Dan contoh lain jika kita akan melakukan ibadah sholat maka
syarat untuk melakukan ibadah tersebut ialah kita wajib terbebas dari segala najis maupun dari
hadats, baik hadats besar maupun hadats kecil.Kualitas pahala ibadah juga dipermasalah jika
kebersihan dan kesucian diri seseorang dari hadats maupun najis belum sempurna. Maka ibadah
tersebut tidak akan diterima. Ini berarti bahwa kebersihan dan kesucian dari najis maupun hadats
merupakan keharusan bagi setiap manusia yang akan melakukan ibadah, terutama sholat, membaca
Al-Qur'an, naik haji, dan lain sebaginya.
Umat islam dianjurkan untuk senantiasa dalam keadaan bersih dan suci,baik suci dari najis
maupun suci dari hadas kecil dan hadas besar.Hadas kecil cukup disucikan dengan berwudhu.
Adapun hadas besar harus disucikan dengan mandi besar atau istilah lain disebut mandi wajib.
Contohnya, perempuan yang haid utuk menyucikan adalah degan mandi wajib.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Mandi Wajib


Mandi adalah suatu
perbuatan yang dilaksanakan oleh manusia dalam rangka
memberishkan diri,baik dari kotoran yang melekat dibadan maupun untuk mengangkat hadas yang
menempel ditubuhnya. Mandi pada dasarnya adalah perbuatan sanutullah karena mandi dilakukan
oleh hampir semua makhluk ciptaan Allah yang ada dialam semesta ini.
Mandi dilaksanakan oleh seorang muslim terbagi menjadi beberapa bagian,mandi yang
biasa atau yang rutin dilakukan setiap hari,baik pagi maupun sore,mandi sunah,dan mandi wajib.
Secara bahasa, kata al-ghusu menurut pengertian bahasa Arab adalah mengalirkan air ke
seluruh anggota tubuh atau badan. Didalam Lisanul Arab , al-ghuslu ( mandi) diartikan dengan
menyempurnakan pembasuhan (pencucian) diseluruh tubuh. Sedangkan,menurut Al-Hafiz Ibnu
Hajar di dalam Fathul Bari yang dimaksud mandi adalah mandi junub(mandi hadas besar),yakni
mengalirkan air keseluruh anggota tubuh dari ujung rambut ke ujung kaki.
Mandi wajib sering disebut sebagai mandi junub atau mandi janabah. Mandi wajib ini harus
dilaksanakan oleh seorang muslim dikarenakan beberapa hal,seperti keluar mani, jima,selesai haid,
dan nifas. Dengan pelaksanaan mandi, semua yang terlarang karena adanya hadas besar menjadi
dibolehkan, seperti larangan salat karena junub,dengan mandi wajib yang telah dilaksanakan,salat
kembali boleh dikerjakan. Begitu pula,bagi perempuan yang haid dan nifas. Jika telah selesai,
kemudian ia mandi sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Rasulullah saw,ia kembali boleh
untuk melaksanakan salat.
Dalam pelaksanaannya, mandi wajib ada yang berlaku bagi laki-laki dan perempuan,ada juga yang
hanya berlaku khusus bagi perempuan. Ketika memilki hadas besar,maka wajib menyucikannya.
Sebagaimana Allah Swt berfirman dalam Al-Quran sebagai berikut.1

Alim,Zezen

Zainal.

2012,Panduan

Lengkap

Jakarta:Qultum media

Sholat

Sunah

Rekomendasi

Rasulullah,

Artinya : Jika kamu junub maka mandilah. ( Q.S. al-Maidah[5] : 6 )


Mandi yang wajib dilakukan karena sesorang mempunyai hadast besar,baik karena bersetubuh
ataupun keluarnya sperma yang disebabkan oleh mimpi ( ihtilam) atau juga karena berhentinya
darah haidh dan nifas, karena masuk islam atau juga karena meninggal dunia. Perintah untuk
melakukan mandi wajib (janabah) itu terdapat dalam Al quran dan as-Sunnah. Dalam al-Quran,
Allah SWT telah berfirman :

Artinya : (Jangan pula hampiri masjid)sedang kamu dalam keadaan junub,terkecuali sekedar berlalu
saja,hingga kamu mandi. ( Q.S. an-Nisa : 43 )
Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Aisyah,istri Rasulullah SAW, beliau juga telah bersabda :

Artinya : Jika dua khitan bertemu(bersetubuh), maka wajib mandi.(H.R. Muslim)


Hal-hal yang terlarang ketika mandi. Larangan-larangan tersebut adalah sebagai berikut
a. Dilarang mandi telanjang di depan banyak orang(tempat umum )
Mandi ditempat umum yang terlihat khalayak atau banyak orang dengan bertelanajng adalah
hal yang terlarang. Hal ini dikarenkan ia telah mempertontonkan auratnya,padahal menutup
aurat adalah wajib. Oleh karena itu jika ada orang yang berbuat demikian,pada dasarnya ia
telah melanggar kewajibannya dan tentu saja berdosa. Akan tetapi,jika ia mandi dengan
telanjang dan ia mampu menutupi dirinya dari pandangan orang terhadapnya atau dibalik
dinding sehingga terhalang pandangan orang terhadapnya,hal tersebut bukan menjadi
larangan. Didalam hadis yang diriwayatkan oleh Maimunah bahwa dirinya berusaha
menutupinya,kemudian Rasulullah saw. 2

Alim,Zezen

Zainal.

2012,Panduan

Lengkap

Sholat

Sunah

Rekomendasi

Jakarta:Qultum media

Mencuci kedua tangannya dan mandi(HR Bukhari dan Muslim).

Rasulullah,

Rasulullah saw juga banyak meneybutkan tentang mandinya para nabi dengan
bertelanjang,seperti Nabi Musa dan Nabi Ayyub.(HR Bukhari dan Muslim).
b. Membawa segala sesuatu yang memuat asma Allah ke dalam kamar mandi
Membawa sesuatu yang ada penyebuan Allah SWT atau yang semisal dengannya ke dalam
kamar mandi atu WC merupakan perkara yang makruh. Allah SWT berfirman :

Artinya : Demikianlah (perintah Allah). Dan barang siapa mengagungkan syiar-syiar Allah
maka sesungguhnya hal itu timbul dari ketakwan hati. (QS Al-Hajj:32)

Artinya : Demikianlah ( perintah Allah). Dan barang siapa yang mengagungkan apa yang
terhormat disisi Allah(hurumat)maka itu lebih baik baginya disisi Tuhannya(Q.S Al-Hajj :
30)
Ayat-ayat tersbut menjadi dasar bagi para ulama yang mengatakan bahwa membawa sesutu
yang meuat asma Alllah didalam kamar mandi,termasuk juga menyebut asma Allah adalah
perkar makruh.
B. Sebab-Sebab yang Mengharuskan Mandi Wajib.
Orang yang memiliki hadas kecil dapat disucikan dengan berwudu dan tayamum.
Sedangkan bagi yang mempunyai hadas besar harus disucikan dengan mandi wajib atau tayamum.
Dalam keadaaan sakit,ia tidak kuat mandi,maka untuk menghilangkan hadanya adalah dengan
tayamum.Perintah mandi wajib merupakan akibat dari beberapa penyebab sebelumnya. Salah satu
contohnya yaitu perempuan yang sudah haid maka untuk menyucikannya adalah dengan mandi
wajib.
Ada beberapa hal yang menyebabkan seseorang diperintahkan untuk melaksanakan mandi wajib.
Beberapa penyebab tersebut diantaranya adalah sebagai berikut.3
1. Hubungan suami istri,baik keluar mani maupun tidak,tetap harus mandi wajib. Hal ini sesuai
dengan sabda Rasulullah SAW,sebagai berikut.

Al-Habsyi, Muhammad Bagir, 2005, Fiqh Praktis I Menurut Al-Quran, As-Sunah Dan Pendapat
Para Ulama, Bandung: Mizan Pustaka,

Artinya : Apabila dua yang dikhitan bertemu,sesungguhnya telah diwajibkan mandi


meskipun tidak keluar mani ( H.R. Muslim)
2. Ada mani yang keluar,baik keluarnya karena bermimpi maupun sebab lain,dengan sengaja
atau tidak dengan perbuatan sendiri atau bukan. Tetap saja jika keluar mani harus mandi
wajib.
Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah saw,sebagai berikut.

Artinya : Diriwayatkan dari Ummu Salamah r.a. katanya : Ketika Ummu Sulaimah mengunjungi
Nabi saw, dia berkata : Wahai Rasulullah,Sesungguhnya Allah tidak malu terhadap kebenaran.
Apakah orang perempuan wajib mandi apabila dia bermimpi ? Rasulullah saw. Bersabda : Ya,
apabila dia melihat mani. Ummu Salamah mencela : Adakah orang permpuan juga bermimpi.
Baginda bersabda : Rugilah kamu. Kalau tidak,bagaimana dia akan memastikan bahwa mani keluar
( H.R. Bukhari dan Muslim)
3.

Meninggal dunia(mati).Orang islam yang meninggal dunia,hukunya fardhu kifayah atas


muslim yang hidup untuk memandikannya,kecuali orang yang meninggal dunia itu dalam
keadaan syahid. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah saw,sebagai berikut.4

Al-Habsyi, Muhammad Bagir, 2005, Fiqh Praktis I Menurut Al-Quran, As-Sunah Dan Pendapat
Para Ulama, Bandung: Mizan Pustaka

Artinya : Diriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. katanya : Dari Nabi saw,seorang lelaki telah
terjatuh dari untanya sehingga patah lehernya,lalu meninggal dunia. Kemudian,Nabi sawa
bersabda : Mandikanlah dia dengan air dan daun bidara serta kafankanlah dia denga kedua
pakaiannya dan jangan kamu tutupi kepalanya karena sesungguhnya Allah akan
menghidupkannya kembali pada Hari Kiamat dalam keadaan bertalbiah.(H.R. Bukhari dan
Muslim)
4. Karena Haid. Sebagaimana yang telah dijelaskan bahwa haid yang dialami perempuan
apabila telah berhenti,maka ia diwajibkan untuk mandi. Hal tersebut supaya dapat
melaksanakan kembali ibadah yang dilarang pada waktu haid. Seperti shalat,puasa dan
membaca Al-Quran. Hal inis sesuai denga sabda Rasulullah saw,sebagai berikut.

Artinya : Diriwayatkan dari Aisyah r.a. katanya : Fatimah binti Abu Hubaisy telah datang
menemui Nabi saw,lalu bertanya : Wahai Rasulullah,aku adalah perempuan yang berdarah5

Al-Jamal, Ibrahim Muhammad,1986, Fiqh Wanita, Semarang : Asy-Syifa,

Istihadah(yaitu darah penyakit ),maka aku tidak suci. Adakah aku mesti meninggalkan salat ?
Lalu,Rasulullah saw. Bersabda : Darah tersebut adalah darah penyakit bukannya haid. Apabila
kamu didatangi haid,hendaklah kamu meninggalkan salat.Apabila darah haid berhenti dari
keluar,hendaklah kamu mandi dan mendirikan salat(H.R.Bukhari dan Muslim)
5. Karena nifas. Selain darah haid,ada juga yang namanya darah nifas. Darah nifas adalah
darah yang keluar dari rahim perempuan sesudah melahirkan. Darah itu sesungguhnya
adalah darah haid yang terkumpul,tidak keluar sewaktu perempuan itu mengandung. Oleh
karena itu, perempuan yang telah berhenti dari nifasnya harus mandi wajib pula.
6. Karena selesai melahirkan. Baik yang dilahirkan itu cukup umur ataupun tidak,seperti
keguguran. Perempuan tersebut harus mandi wajib.
C. Fardlu / Rukun-rukun Mandi Wajib
Syafiiyah
Fardlu mandi wajib ada lima macam, yaitu:
1)

Berniat , Boleh juga memasang niat sesudah anggota badan kering, dalam waktu yang singkat.

2)

Membasahi semua bagian yang terlihat dari tubuh. Adapun seperti berkumur-kumur, dan
melangsing air ke hidung hanyalah sunah.

3) Berturut-turut dan disegerakan


4)

Menggosok bagian tubuh,tidak diharuskan menggunakan tangan. Bila memadai, jika hendak
menggosok sebagian badan dengan ashta atau salah satu kaki atas yang lain maka
diperbolehkan, Begitu pula boleh membasahi dan menggosok dengan menggunakan sapu
tangan, atau selainnya . Hal tersebut dilakukan sebelum tubuh kering. Jika dia tidak mampu
melakukan demikian, maka gugurlah daripadanya tuntutan fadhu itu dan tidak usah orang lain
yang menggosokkannya.

5)

Menyilang-nyilangi rambut. Adapun rambut jenggot yang tebal, terdapat sebagian khilafiyah
yang mengatakan wajib dan sebagian mengatakan mandub.

Hanabilah
Fardhu mandi hanyalah satu saja, ialah memeratakan air mandi pada semua bagian tubuh yang
mandi. Yang termasuk tubuh ialah mulut dan hidung. Oleh sebab itu maka wajib memasukkan air
ke bagian dalam keduanya. Sama halnya dengan waktu berwudhu. Semua bulu atau rambut yang
terdapat pada badan wajib membasahinya.6
6

Al-Jamal, Ibrahim Muhammad,1986, Fiqh Wanita, Semarang : Asy-Syifa,


Bila ada ikatan rambut yang kuat dan tidak dapat masuk air ke dalamnya, maka wajib

membuka ikatan itu. Adapun bagi wanita yang mandi junub, maka tidak wajib membuka
sanggulnya, karena menyulitkannya, tapi wajib menggerak-gerakkannya sehingga air dapat masuk
7

ke uratnya. Disunatkan agar dia membuka sanggulnya itu hanyalah dalam mandi wajib jinabah saja.
Dalam mandi wajib sesudah haid wajib membuka sanggulnya kaena tidak menyulitkannya.
D. Sunat Mandi Wajib, Mandub, dan Makruhnya
Hanafiyah
1) Mulai dengan memasang niat dalam hati saja
2) Membaca basmalah
3) Membasuh kedua tangan sampai pergelangan tangan sampai tiga kali
4) Membasuh kemaluan walau tidak bernajis
5) Membuang najis yang melekat pada tubuh sebelum mandi
6) Berwudhu seperti wudhu henda shalat
7) Mulai membasuh kepala sebelum badan tiga kali
8) Mengosok-gosok badan
9) Mendahulukan yang kanan dari yang kiri
10) Meniga-niga kalikan
11) Urutan kerja mandi seperti yang ada di atas ini
Syafiiyah
1) Membaca basmalah bersama dengan niat mandi
2) Membasuh dua tangan sampai pergelangan tangan
3) Berduduk secara sempurna sebelum mandi
4) Berkumur-kumur
5) Melansing air ke hidung, bila berwudhu sebelum mandi
6) Bila wudhu batal sebelum mandi, maka disunahkan mengulanginya
7) Berurutan
8) Membasuh muka pertama
9) Mendahulukan yang kanan dari yang kiri
10) Membuang najis yang melekat pada tubuh
11) Menutup aurat walaupun mandi sendiri
12) Meniga-niga kalikan basuhan, menyilangi rambut dan jari
13) Tidak mencukur rambut sampai habis7

Sumaji ,Muhammad Anis . 2008, 125 Masalah Thaharah, Solo : Tiga Serangkai,
14) Memotong kuku sebelum mandi
15) Semua yang terdapat dalam berwudhu
8

16) Tidak meminta bantuan orang lain kecuali dalam keadaan udzur
17) Menghadap ke kiblat
18) Di tempat yang tidak diperciki air mandi
19) Tidak menyebabkan basah anggota lain
20) Tidak bicara kecuali dibutuhkan
21) Wanita memasang kapas yang harus di dalam kemaluannya
22) Membasuh bagian atas sebelum yang dibawahnya
23) Berniat mengangkatkan hadats8
Malikiyah
a) Disunatkan
1)
2)
3)
4)

Membasuh kedua tangan sampai ke pergelangan tangan


Berkumur-kumur
Memasukkan air dan melansingkannya ke hidung
Menyapu jambang kedua telinga

b) Dimandubkan
1) Membaca basmalah pada permulaannya
2) Mulai dengan najis yang di kemaluan dan bagian badan yang lain atau kotoan yang
menghalangi masuk air ke kulit
3) Mengerjakannya dalam keadaan suci
4) Membasuh anggota wudhu tiga kali
5) Membasuh bagian atas sebelum yang dibawahnya selain kemaluannya
6) Meniga kalikan membasuh kepala
7) Mendahulukan yang kanan dari yang kiri
8) Menggunakan ai seperlunya saja (menghemat air)
9) Memasang niat sampai selesai mandi
10) Diam. Tapi hanya mengingat Allah, kecuali bila dibutuhkan9
Selain itu bagi yang telah bersuami istri disunahkan untuk mandi dalam satu bejana .
Bedasarkan Hadis riwayat Ibnu Abbas,ia berkata:

Al-Habsyi, Muhammad Bagir, 2005, Fiqh Praktis I Menurut Al-Quran, As-Sunah Dan Pendapat
Para Ulama, Bandung: Mizan Pustaka,

Sumaji ,Muhammad Anis . 2008, 125 Masalah Thaharah, Solo : Tiga Serangkai,

Artinya : Bahwa Rasulullah dan Maimunnah pernah mandi bersama satu bejana.(HR Bukhari dan
Muslim)

Hadis dari Maimunnah,ia berkata :

Aku

mandi

janabah

bersama

rasulullah

saw,dalam

sebuah

bejana.(HR

Bukhari,Muslim,Turmudzi,NasaI,Ibnu Majah, Abu Daud, dan Ahmad)


Berdasarkan hadis-hadis tersebut,dapat diketahui bahwa Rasulullah saw pernah mandi bersama
didalam satu wadah dan tempat bersama salah satu istri beliau. Disebutkan didalam hadis yang
mandi bersama dengan Rasulullah adalah Aisyah dan Maimunah. Dengan demikian,tidak menjadi
masalah apabila ada sepasang suami istri yang ingin mandi bersama meskipun keduanya dalam
keadaan junub. Dalam hal mandi bersama ini,tentu saja antara suami harus ada kiradaan atau
kerelaan untuk mau mandi bersama. Bukan menjadi satu hal yang bijak jika diantara mereka ada
keterpaksaan dan juga memaksakan kehendak atara yang satu dan yang lainnya.
E. Syarat Mandi Wajib
Syarat mandi wajib tiga macam, yaitu :
1) Syarat wajib : mandi wajib karena jinabah atau siapa yang wajib berwudhu
2) Syarat sah : sah mandi atas siapa yang sah wudhunya
Menurut Hanafiyah Syarat Mandi Wajib yaitu
1) Sebanyak-banyak masa haid ialah lima belas hari dan masa nifas ialah 40 hari.
2) Bila haid istri terhenti sesudah habis sepuluh hari dan darah nifas sesudah habis masa 40
dari masa melahirkan maka suaminya halal menyetubuhi, walaupun dia belum mandi wajib,
baik istrinya muslimah ataupun kitabiyah.10

10

Al-Jamal, Ibrahim Muhammad,1986, Fiqh Wanita, Semarang : Asy-Syifa,


3)

Tapi, bila darah itu berhenti kurang dari itu seperti sesudah 7 hari bagi haidnya dan

nifasnya sesudah 30 hari atau kurang, maka tidak halal bagi suaminya menyetubuhinya,
kecuali bila istrinya itu telah mandi wajib.
4) Begitu pula bila istrinya telah berhutang satu shalat wajib. Umpama: dia harus mandi
dalam waktu dzuhur, tapi dia tidak mandi juga, maka suaminya boleh menyetujuinya.
5) Bila darah haidnya berhenti di ujung waktu dzuhur dan masih ada waktu untuk mandi
wajib dan untuk takbiratul ihram dzuhur itu, barulah halal suaminya menyetubuhi istrinya
itu bila waktu dzuhur telah habis.
10

6) Bila waktu yang masih ada tidak cukup untuk mandi wajib dan takbiratul ihram, maka
suaminya tidak boleh menyetubuhi istrinya kecuali bila dia telah mandi wajib atau telah
lewat pula baginya seluruh waktu ashar dan emang tidak ada darah yang keluar lagi.1[11]
Syafiiyah
Siapa yang akan berwudhu haruslah mumayyiz. Dengan demikian maka wudhu orang gila
tidaklah sah. Tapi ini tidak menjadi syarat bagi mandi wajib. Bila istrinya itu sudah berhenti
dari haidnya dan sudah mandi, serta dia mumayyiz maka suaminya halal menyetubuhinya.
Hanabilah
Disyaratkan agar istijmar (berwudhu dengan menggunakan batu) dan istinja (bersuci karena
buang air besar/kecil), agar dilakukan sebelum berwudhu. Tapi, ia tidak disyaratkan mandi
wajib.
F. Tata Cara Mandi Wajib
Melakukan mandi wajib berbeda dengan melakukan mandi biasa. Mandi wajib memiliki tata
cara tertentu.Tata cara pelaksanaan mandi wajib adalah sebagai berikut.
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Berniat
Membasuh kedua tangan hingga pergelangan tangan
Membasuh kemaluan dengan tangan kiri
Berwudhu sebagaimana hendak salat
Memasukkan jari-jari dengan dibasahi air ke pangkal rambut
Menyiram kepala sebanyak tiga kali diteruskan mandi seperti biasa.
Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah saw,sebagai berikut.11

111Al-Jamal,

Ibrahim Muhammad,1986, Fiqh Wanita, Semarang : Asy-Syifa,

11

Artinya : Dari Aisyah r.a : sesungguhnya Nabi saw.apabila mandi junub,maka beliau memulai
dengan mencuci kedua tangan,lalu menuangkan air dengan tangan kanan hingga ketangan kirinya
dan mencuci kemaluannya. Kemudian berwudhu seperti halnya ketika hendak salat. Lalu
mengambil air dan menyiramkannya kepada jari-jemarinya kedalam urat rambut hingga bila ir
terasa membasahi kulit,maka beliau meraupkan kedua telapak tangan lagi,lalu disiramkan keatas
kepalanya sebanyak tiga kali. Setelah itu,eliau menuangkan atau menyiramkan air keseluruh
tubuhnya.(H.R.Bukhari dan Muslim)
Cara mandi wajib bagi perempuan sama dengan cara mandi wajib yang dilakukan laki-laki. Akan
tetapi,kaum perempuan tidak wajib menguraikan ikat rambutnya.Hal itu berdasarkan hadis Ummu
Salamah r.a sebagai berikut. 12

12

Rumasho,2012,http://rumaysho.com/thoharoh/tata-cara-mandi-wajib-1-1118, Diakses 15

Mei

2015 Pukul 19.44

Dari Ummu Salamah r.a. berkata : Ada seornag wanita bertanya kepada Rasulullah saw Ikatan
rambutku sangat kuat,apakah aku harus menguraikannya jika hendak mandi junub? Nabi
saw,menjawab, Cukuplah engkau menuangka air keatasnya sebanyak tiga kali. Setelah itu
hendaklah engkau menyiramkan air keseluruh tubuhmu. Dengan demikian,berarti engkau telah suci.
( H.R. Ahmad,Muslim,dan Tarmizi yang mengatakannya hadis hasan sahih)13
Hadits kedua:





12








Artinya : Dari Ibnu Abbas berkata bahwa Maimunah mengatakan, Aku pernah menyediakan air
mandi untuk Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Lalu beliau menuangkan air pada kedua
tangannya dan mencuci keduanya dua kali-dua kali atau tiga kali. Lalu dengan tangan kanannya
beliau menuangkan air pada telapak tangan kirinya, kemudian beliau mencuci kemaluannya.
Setelah itu beliau menggosokkan tangannya ke tanah. Kemudian beliau berkumur-kumur dan
memasukkan air ke dalam hidung. Lalu beliau membasuh muka dan kedua tangannya. Kemudian
beliau membasuh kepalanya tiga kali dan mengguyur seluruh badannya.
Setelah itu beliau bergeser dari posisi semula lalu mencuci kedua telapak kakinya (di tempat yang
berbeda). (HR. Bukhari no. 265 dan Muslim no. 317)
Seorang perempuan yang mandi karena haid dan nifas,disunahkan agar mengambil sedikit kapas
dan benda lainnya. Kemudian kapas tersebut dibubuhi minyak wangi atau kasturi. Setelah
itu,hendaklah dia menggososkkannya pada bekas darah agar tempat tersebut menjadi harum dan
hilang bau darah.14

13

Jariri, Abdur Rahman, 1989, Kitaabul Fiqhi Alal Madzaahibil Arbaati, Beirut : Darul Fikri.

14

Rumasho,2012,http://rumaysho.com/thoharoh/tata-cara-mandi-wajib-1-1118, Diakses 15

Mei

2015 Pukul 19.44


G. Manfaat Mandi Wajib
Allah Swt,mencintai hamba-Nya yang membersihkan diri dan menyucikan diri. Agama islma
mengajarkan matnya untuk tetap dalam keadaan suci dan bersih.Salah satu cara menyucikan adalah
dengan mandi wajib. Mandi wajib memiliki banyak hikmah dan manfaat.
Manfaat yang terkandung dalam mandi wajib sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.

Mendapat pahala
Mendidik menaati perintah
Mendidik hidup bersih
Sehat jasmani dan rohani
Disenangi teman

13

Diperintahkannya mandi wajib mendorong hamba-hamba Allah untuk selalu hidup


bersih,suci,indah,dan rapi. Sesuai dengan firman Allah

Artinya: Allah tidak hendak menyulitkan kamu,tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan
menyempurnakan nikmat-Nya bagi mu supaya kamu bersyukur..,(QS Al Maidah[5]:6)
Adapun hikmah dari melaksanakan mandi wajib adalah:
1. Dapat menetralisasi pengaruh kejiwaan yang ditimbulkan akibat pergaulan seksual.
2. Dapat memulihkan kekuatan dan kesegaran,dan membersihkan kotoran.
3. Menambah kekhusyuan dalam beribadah
4. Dapat memulihkan kesadaran,kesegaran dan ketenangan pikiran.15
H. Hal-hal yang Diharamkan Bagi Orang Junub
Orang yang sedang dalam keadaan junub tidak diperbolehkan dan diharamkan melakukan hal-hal
sebagai berikut:

15

Al-Habsyi, Muhammad Bagir, 2005, Fiqh Praktis I Menurut Al-Quran, As-Sunah Dan Pendapat
Para Ulama, Bandung: Mizan Pustaka,

Apabila seseorang berhadats besar kerana berjunub, maka dia diharamkan untuk melakukan

perkara-perkara berikut:
a. Shalat

Dan barang siapa yang berhadats diharamkan baginya untuk salat, berdasarkan sabda Rasul
SAW : Allah tidak menerima salat seseorang tanpa suci
b. Tawaf
Diharamkan (orang yang berhadats) tawaf berdasarkan sabda Rasul SAW : Tawaf di baitullah
itu sama dengan salat
c. Memegang dan menyentuh mushaf

Dan diharamkan (bagi orang yang berhadats) memegang mushaf, berdasarkan firman Allah
SWT : Tidak boleh menyentuh (Quran) kecuali orang-orang yang suci. (Al Waqiah : 79)
d. Membaca Al-Quran

14

Dari Ibnu Umar r.a. bahwasannya Nabi SAW bersabda, Tidak boleh membaca suaiu ayat
alquran bagi orang junub dan tidak pula bagi perempuan-perempuan yang haid. (HR. Tirmizi
dan Ibnu Majah) .
e. Berdiam diri di dalam masjid
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam keadaan mabuk,
sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan pula hampiri mesjid) sedang kamu

dalam keadaan junub , terkecuali sekedar berlalu saja, hingga kamu mandi..(QS. An-Nisa: 43)
Apabila seseorang berhadath besar kerana keluar haidh dan nifas, maka dia diharamkan untuk

melakukan perkara-perkara berikut: 16


a. Shalat

16

Zaim,2014,http://fiqihzaim.blogspot.com/2011/04/hal-hal-yang-dilarang-bagi-orang-

yang.html, Diakses 18 Mei 2015 Pukul 11.13


Dari Aisyah ra berkata, Fatimah binti Abi Hubaisy mendapat darah istihadha, maka Rasulullah
SAW bersabda kepadanya, Darah haidh itu berwarna hitam dan dikenali. Bila yang yang keluar
seperti itu, janganlah shalat. Bila sudah selesai, maka berwudhulah dan lakukan shalat.(HR.
Bukhari)
a. Puasa

Dari Abi Said Al-Khudri ra. Brkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, Bukankah bila wanita
mendapatkan haid,dia tidak boleh shholat dan puasa?
b. Tawaf

Dari Aisyah ra. berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, Bila kamu mendapat haid, lakukan

15

semua praktek ibadah haji kecuali bertawaf di sekeliling ka`bah hingga kamu suci.(HR. Bukhari
dan Muslim)
c. Membaca AL-Quran, menyentuh, dan membawanya, sebagaimana keterangan dalam perkara
hal-hal yang diharamkan ketika junub.
d. Lewat, masuk, duduk, dan beriktikaf di dalam masjid jika dikhawatirkan darahnya menetes
pada masjid.
Bersenggama

e.

Mereka bertanya kepadamu tentang haid. Katakanlah: "Haid itu adalah kotoran". Oleh sebab itu
hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haid; dan janganlah kamu mendekati
mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat
yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang tobat
dan menyukai orang-orang yang menyucikan diri. (QS. Al-Baqarah : 222) 17
f. Talak
Tentang hal itu, maka Rosululah menjawab,`Suruhlah dia merujuki istrinya itu kembali,
kemudian hendaklah ia menanti istrinya itu sampai suci kembali, kemudian ia haid lagi dan suci
lagi, kemudian jika dikehendakinya boleh ditahannya, dan jika dikehendakinya ia boleh
17

Zaim,2014,http://fiqihzaim.blogspot.com/2011/04/hal-hal-yang-dilarang-bagi-orang-

yang.html, Diakses 18 Mei 2015 Pukul 11.13


ceraikan sebelum ia campuri. (HR. Bukhari dan Muslim)
Adapun talak ini sah jatuhnya, hukumnya haram hingga ia diperintahkan ruju kembali.
Dalam sebuah hadits disebutkan, yang artinya :
dari Ibnu Umar r.a.bahwasannya ia pada masa Rosulullah pernah menceraikan istrinya, ketika
itu iastrinya sedang dalam keadaan haid,lalu bertanya Umar (bapaknya) pada Rosulullah SAW
I.

Mandi Sunnah
Di samping mandi yang hukumnya wajib ada juga mandi wajib yang hukumnya sunnah.

Adapun mandi yang hukumnya sunnah menurut madzhab Syafii adalah sebagai berikut:

Mandi Pada Hari Jumat


Mandi pada hari jumat bagi orang yang bermaksud melaksanakan shalat Jumat, agar baunya
yang busuk tidak mengganggu orang di sekitarnya. Adapun ketentuan waktu disunnatkannya
mandi adalah dari terbitnya fajar shadiq sampai imam shalat Jumat selesai mengucapkan
salam. Dan tidak disunnatkan mengulangi mandinya itu walaupun setelah mandi ia berhadats.

Mandi Bagi Orang yang Selesai Memandikan Mayit.

16

Mandi bagi orang yang selesai memandikan mayit baik yang memandikan itu masih dalam
keadaan suci ataupun tidak. Waktu disunnatkannya itu adalah setelah memandikan mayit
tersebut hingga hendak meninggalkannya. Yang sama hukumnya dengan memandikan mayit
adalah mentayamumkan mayit.

Mandi Pada Hari Raya (Iedul Fitri atau Iedul Adha)


Mandi pada hari raya walaupun ia tidak bermaksud untuk melaksanakan shalat Ied tersebut,
karena mandinya pada saat itu adalah untuk berhias. Waktu disunnatkannya mandi Ied adalah
dari pertengahan malam hingga terbenamnya matahari pada hari itu.

Mandi Bagi Orang yang Baru Masuk Islam dalam Keadaan Tidak Berhadats Besar
Bagi orang yang baru masuk Islam dan tidak berhadats besar maka hukumnya adalah sunnah,
sedangkan bagi orang yang dalam keadaan berhadats besar maka ia wajib mandi walaupun ia
telah mandi pada saat ia kafir, karena mandinya itu tidak dianggap (bersuci dari hadats besar).
Waktu disunnatkannya adalah setelah ia masuk islam dan berakhir hingga ia berpaling dari
Islam atau sepanjang waktu (ia masih tetap dalam keadaan Islam).

Mandi Untuk Melaksanakan Shalat Istisqa


Mandi sebelum shalat istisqa atau shalat gerhana bulan dan gerhana matahari bagi orang

yang hendak melaksanakan shalat tersebut walaupun di dalam rumahnya.18


18

Al-Jamal, Ibrahim Muhammad,1986, Fiqh Wanita, Semarang : Asy-Syifa,


Waktu disunnatkannya (untuk melaksanakan shalat istisqa) adalah pada saat hendak
melaksanakan shalat tersebut, bila ia menghendaki shalat tersebut dengan sendirian. Dan
mulai berkumpulnya orang-orang jika ia menghendaki berjamaah dengan mereka. Sedangkan
waktu disunnatkan mandi (untuk
shalat gerhana) adalah mulai berubahnya matahari atau bulan dan berakhir hingga matahari
atau bulan tersebut terlihat sempurna kembali.

Mandi Bagi Orang Yang Sadar dari Gila atau Pingsan


Mandi bagi oranng yang sadar dari gila atau pingsan walaupun hanya sejenak, bila ia tidak
mengeluarkan air mani. Sedangkan apabila ia mengeluarkan air mani maka ia wajib mandi.

Mandi Ketika Wukuf di Arafah


Mandi ketika wukuf waktunya adalah mulai dari terbitnya fajar pada hari Arafah dan
berakhir dengan terbenamnya matahari.19

Mandi Ketika Wukuf di Muzdalifah


Mandi ketika wukuf di Muzdalifah dilakukan jika ia belum mandi ketika wukuf di Arafah.
Sedangkan apabila ia telah mandi di Arafah maka cukup dengan mandinya yang pertama
(ketika wukuf di Arafah). Waktu disunnatkannya adalah dari terbenamnya matahari.
17

Mandi Ketika Berhenti (Wukuf) di Masyar al-Haram


Mandi ketika berhenti (wukuf) di Masyar al-Haram, yaitu bukit Quzah di Muzdalifah.

Mandi Ketika Hendak Melempar Jumrah


Mandi ketika hendak melempar Jumrah yang tiga pada selain hari Nahar.

Mandi ketika berubahnya bau badan disebabkan karena air keringat, kotoran dan lain

sebgainya.
Mandi ketika hendak menghadiri pertemuan untuk kepentingan kebaikan. Ini adalah termasuk
kebaikan syariat, karena manusia itu tidaklah pantas menjadi sumber penyebab penyakit

manusia lainnya disebabkan karena bau busuk dan kekotoran yang timbul dari manusia itu.
Mandi setelah berbekam, karena dengan mandi itu semangat badan dapat pulih kembali dan

dapat terjadi pengganti darah yang keluar dari tubuhnya.


Mandi untuk beritikaf, karena seseorang yang hendak bermunajat kepada Tuhannya

hendaknya dalam keadaan bersih.


Mandi untuk masuk ke Madinah al-Rasul SAW.
Mandi pada setiap malam di bulan Ramadhan.20

19

Al-Jamal, Ibrahim Muhammad,1986, Fiqh Wanita, Semarang : Asy-Syifa,

20

Jariri, Abdur Rahman, 1989, Kitaabul Fiqhi Alal Madzaahibil Arbaati, Beirut : Darul Fikri.

Mandi bagi orang yang memasuki usia baligh dengan cukup umur. Sedangkan seorang yang
memasuki usia baligh ditandai dengan mimpi (dengan mengeluarkan air mani) maka ia wajib

mandi sebgaimana yang telah dikemukakan di awal.


Mandi ketika lembah dialiri air disebabkan hujan atau ketika airsungai Nil bertambah. Karena

dalam pada itu terdapat pencerminan rasa syukur terhadap Allah SWT.
Mandi bagi seorang wanita yang telah habis masa Iddahnya, karena pada saat itu ia telah
boleh menjadi sasaran untuk dipinang. Oleh sebab itu, sebaiknya ia dalam keadaan bersih.21

18

21

Jariri, Abdur Rahman, 1989, Kitaabul Fiqhi Alal Madzaahibil Arbaati, Beirut : Darul Fikri.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Setelah membaca makalah yang saya buat tentang mandi wajib yang mana cabang dari
thaharah, dapat diambil kesimpulan bahwasanya mandi wajib tidaklah seperti mandi yang biasa kita
lakukan dalam keseharian kita. Namun mandi untuk menghilangkan hadats besar yang ada pada diri
kita dan dalam sebuah moment yang khusus pula. Mandi wajib dapat dilakukan dengan berbagai
macam cara dengan tetap mengikuti madzhab yang baik dan benar juga tidak melenceng dari
syariat Islam serta yang melakukan pun merasa nyaman melakukannya.
Berbagai pokok permasalahan telah dikaji di atas sebagaimana hakikat mandi besar itu
sendiri. Mandi besar berkaitan erat dengan berwudhu.
B. SARAN
Demikianlah makalah yang dapat saya sampaikan. Pemakalah menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan, karena kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Untuk itu saran dan
kritik yang bersifat membangun sangat saya harapkan demi kesempurnaan makalah ini dan
selanjutnya.
Dan akhirnya pemakalah mohon maaf apabila terdapat banyak kesalahan, baik dalam
sistematika penulisan, isi dalam pembahasan maupun dalam hal penyampaian materi. Semoga

19

makalah ini dapat bermanfaat bagi pemkalah sendiri khususnya dan bagi pembaca yang budiman
pada umumnya dalam kehidupan ini. Amin.

20

Anda mungkin juga menyukai