PEMBAHASAN
Dalam hal ini penulis akan membahas tentang kasus pada Ny N dengan
kasus gangguan pada system persyarafan stroke non hemoragik yang dirawat
diruang Neurologi Angsana RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Pembahasan ini
disesuaikan dengan tahap-tahap proses keperawatan yang dimulai dari pengkajian,
diagnose keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi.
Asuhan keperawatan pada Ny N dengan Stroke Non Hemoragik di ruang
Neurologi pada tanggal 11 September 2015 pukul 08.00 wib di RS Hasan Sadikin
Bandung dengan tujuan untuk membandingkan antara teori dengan gambaran
nyata pada Ny N . Pola pembahasan yang penulis gunakan adalah perdiagnosa
untuk mengetahui adanya persamaan atau kesenjangan antara teori dengan
gambaran nyata pada kasus Stroke Non Hemoragik.
A. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah pertama yang dipakai dalam menerapkan
asuhan keperawatan pada pasien dan merupakan suatu proses sistematis
dalam pengumpulan data-data dasar (Doenges, 2009).
Data yang dikaji pada pengkajian mencakup data yang dikumpulkan
melalui riwayat kesehatan, pengkajian fisik, pemeriksan laboratorium dan
diagnostic, serta review catatan sebelumnya. Langkah-langkah pengkajian
yang sistemik adalah pengumpulan data, sumber data, klasifikasi data, analisa
data dan diagnosa keperawatan.
Dari pengumpulan data dasar pada pasien di dapatkan data sebagai
berikut ; Nama : Ny N, Umur : 57 tahun, Jenis kelamin : Permpuan,
Alamat : KP Cigagak rt 05 rw 14, Agama : Islam, Ruang : Neurologi,
Diagnosa : Stroke. Keadaan Umum : lemah , Kesadaran : somnolen
1 5
1 5
DO: Pasien berbicara pelo, pasien terbata-bata saat bicara.
2. DO : Pasien mengatakan kepala sering terasa pusing Tanda - tanda vital
TD : 180/100 mmHg, RR : 20 x/menit, N : 92 x/menit, S : 36 C
kelompok
Keterampilan
mengalami
psikomotor
defisiensi
berkenan
pengetahuan
dngan
kondisi
kognitif
atau
atau
rencana
pengobatan (Nanda, 2013). Diagnosa ini tidak diambil karena data yang
didapatkan dari diagnosa ini kurang mendukung yaitu pasien sedikit
mengalami tentang penyakitnya sehingga penulis lebih memprioritaskan
pada ke 3 diagnosa di atas.
E. Intervensi
Intervensi adalah sesuatu yang telah dipertimbangkan mendalam, tahap
sistematis dari proses keperawatan meliputi kegiatan pembuatan dalam
keputusan dan pemecahan masalah (Dongoes. 2015).
1. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kehilangan keseimbangan
dan koordinasi
secara
teratur
untuk
memberi
stimulus
komunikasi,
daerah
tertentu
yang
hanya
peka
terhadap
rentang normal. Maka dari itu penulis harus melakukan intervensi ulang
pada hari berikutnya untuk mendapatkan evaluasi yang sesuai dengan
kriteria hasil yang diharapkan.
Pada pelaksanaan proses keperawatan ini, penulis mengalami
hambatan yaitu terbatasnya waktu, tetapi untuk mengatasi hal tersebut
penulis mendelegasikannya kepada perawat jaga berupa perencanaan
keperawatan di atas.
F. Implementasi
Implementasi merupakan tahpa keempat dari proses keperawata di
mana rencan perawatan di laksanakan interview aktivitas yang di tentukan
(dongoes, 2009).
Dari implementasi ini penulis mengacu pada intervensi atau rencana
tindakan tetapi dari intervensi tidak intervensi di jalankan karena terbatas
waktu selama melakukan asuhan keprawatan pada pasien.
G. Evaluasi
Dari pengimplementasian setiap diagnosa keperawatan maka akan di
evaluasi setiap hari tetapi penulis menyimpulkan evaluasi pada hari ketiga
dari diagnosa pertama menyimpulkan dengan SOAP yaitu S: Pasien
mengatakaan amggota gerak bagian kiri tidak bisa digerakkan O : Kekuatan
otot lemah A: masalah gangguan mobilitas fisik belum teratasi P :
melanjutkan intervensi. Dari diagnosa kedua S: Pasien mengatakan kepala
pusing O : Pasien berbicara pelo A: Masalah belum teratasi, P: Melanjutkan
intervensi,. Diagnosa Ketiga S: Pasien mengatakan kepala masih terasa
pusing O: Tanda tanda vital (TD: 180/100, N: 92, RR: 22X/menit, S: 36 OC),
A : Masalah belum teratasi P: lanjutkan intervensi.