Anda di halaman 1dari 7

BAB IV

PEMBAHASAN

Dalam hal ini penulis akan membahas tentang kasus pada Ny N dengan
kasus gangguan pada system persyarafan stroke non hemoragik yang dirawat
diruang Neurologi Angsana RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Pembahasan ini
disesuaikan dengan tahap-tahap proses keperawatan yang dimulai dari pengkajian,
diagnose keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi.
Asuhan keperawatan pada Ny N dengan Stroke Non Hemoragik di ruang
Neurologi pada tanggal 11 September 2015 pukul 08.00 wib di RS Hasan Sadikin
Bandung dengan tujuan untuk membandingkan antara teori dengan gambaran
nyata pada Ny N . Pola pembahasan yang penulis gunakan adalah perdiagnosa
untuk mengetahui adanya persamaan atau kesenjangan antara teori dengan
gambaran nyata pada kasus Stroke Non Hemoragik.
A. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah pertama yang dipakai dalam menerapkan
asuhan keperawatan pada pasien dan merupakan suatu proses sistematis
dalam pengumpulan data-data dasar (Doenges, 2009).
Data yang dikaji pada pengkajian mencakup data yang dikumpulkan
melalui riwayat kesehatan, pengkajian fisik, pemeriksan laboratorium dan
diagnostic, serta review catatan sebelumnya. Langkah-langkah pengkajian
yang sistemik adalah pengumpulan data, sumber data, klasifikasi data, analisa
data dan diagnosa keperawatan.
Dari pengumpulan data dasar pada pasien di dapatkan data sebagai
berikut ; Nama : Ny N, Umur : 57 tahun, Jenis kelamin : Permpuan,
Alamat : KP Cigagak rt 05 rw 14, Agama : Islam, Ruang : Neurologi,
Diagnosa : Stroke. Keadaan Umum : lemah , Kesadaran : somnolen

(E : 4, M : 4, V :3 ), Tanda-tanda vital : TD : 180/100 mmHg, RR : 20


x/menit, N : 92 x/menit, S : 36 C .
Dari devinisi teori pengkajian diatas kemudian diaplikasikan dalam
bentuk laporan yang sitematis, penulis tidak menemukan kendala dan
kesenjangan antara teori dengan langkah awal dari sebuah pengumpulan data
dasar.
B. Analisa Masalah
Analisa masalah Adalah keputusan klinis mengenai seseorang keluarga
atau masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau proses kehidupan
yang aktual atau beresiko (Dongoes. 2015).
Stroke non haemoragic SNH disebabkan oleh ateklorerosis, thrombosis
dan emboli sehingga mengakibatkan suplai darah kejaringan serebral tidak
adekuat dan terjadi masalah resiko ketidak efektifan perfusi jaringan otak
(Nanda, 2015).
Menurut Nanda (2015) manifestasi klinis SNH berupa, Kelumpuhan
wajah atau angggota badan biasanya hemiparesisi yang timbul mendadak,
Gangguan sensibilitas pada satu atau lebih anggota, badan hemisensorik,
Perubahan mendadak setatus mental konfusi delirium, Disatria bicara pelo
atau cadel, Gangguan penglihatan kemianopia atau monokuler atau diplopia
Ataksia trunkal atau anggota badan, Vertigo, mual dan muntah atau kepala
nyeri.
Dari observasi yang telah dilakukan didapatkan 3 masalah keperawatan :
1. DO : KU : Lemas Ekstremitas kanan tidak bisa digerakkan. Pasien betres,
kekuatan otot.

1 5
1 5
DO: Pasien berbicara pelo, pasien terbata-bata saat bicara.
2. DO : Pasien mengatakan kepala sering terasa pusing Tanda - tanda vital
TD : 180/100 mmHg, RR : 20 x/menit, N : 92 x/menit, S : 36 C

Di dalam teori Nanda (2015) pada manifestasi klinis di jelaskan


beberapa indikator penyebab SNH. Dari observasi pasien yang dilakukan
sesuai dengan teori yang ada, penulis tidak menemukan kejanggalan atau
kesenjangan antara teori dan kasus.
C. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai seseorang,
keluarga atau masyarakat sebagai akiabt dari masalah masalah kesehatan atau
proses kehidupan yang aktual atau beresiko (Doengoes, 2015).
Menurut Nanda (2015) manifestasi klinis SNH berupa, Kelumpuhan
wajah atau angggota badan biasanya hemiparesisi yang timbul mendadak,
Gangguan sensibilitas pada satu atau lebih anggota, badan hemisensorik,
Perubahan mendadak setatus mental konfusi delirium, Disatria bicara pelo
atau cadel, Gangguan penglihatan kemianopia atau monokuler atau diplopia
Ataksia trunkal atau anggota badan, Vertigo, mual dan muntah atau kepala
nyeri.
Pada kasus Nama : Ny N diagnosa keperawatan yang muncul adalah :
1. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kehilangan keseimbangan
dan koordinasi.
2. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan kehilangan control otot
fasial.
3. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan
hipertensi.
Pada tahap pendiagnosaan masalah keperawatan Ny N, penulis tidak
menemukan kesenjangan antara teori dan kasus. Diagnosa yang muncul pada
Ny N sejalan atau singkron dengan diagnosa atau masalah keperawatan
Nanda, 2015 yang lazim muncul. Hal ini menunjukan bahwa antara teori
dengan kajian kasus An.L, penulis tidak menemukan kesenjangan.

D. Diagnosa Keperawatan yang tidak Muncul

Diagnosa keperawatan yang tidak muncul dalam Ny N antara lain :


1. Kerusakan intregitas kulit berhubungan dengan hemiparesisi/hemiplagia,
penurunan morbiditas.
Kerusakan intregitas kulit adalah perubahan/gangguan epidermis dan
atau dermis (Nanda, 2012). Diagnosa ini tidak diambil Karena data yang
didapatkan dari diagnosa ini kurang mendukung yaitu tidak terdapat
adanya luka. Penulis tidak mengambil diagnose ini karena data yang di
ambil kurang mendukung, sehingga penulis lebih memprioritaskan ke 3
diagnosa di atas.
2. Defisit perawatan diri eliminasi berhubungan gejala sisa stroke
Defisit perawatan diri eliminasi adalah hambatan kemampuan untuk
melakukan atau menyelesaikan aktifitas eliminasi sendiri (Nanda, 2012).
Pada diagnose ini tidak diambil karena pasien tidak mengalami perubahan
pada pola eliminasi berkemih seperti inkontinensia urin, anuria, distensi
abdomen, bising usus (-) (ileus paralitik).
3. Kurang pengetahuan mengenai prognosis dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi
Kurang pengetahuan adalah suatu keadaan dimana seorang individu
atau

kelompok

Keterampilan

mengalami

psikomotor

defisiensi

berkenan

pengetahuan

dngan

kondisi

kognitif
atau

atau

rencana

pengobatan (Nanda, 2013). Diagnosa ini tidak diambil karena data yang
didapatkan dari diagnosa ini kurang mendukung yaitu pasien sedikit
mengalami tentang penyakitnya sehingga penulis lebih memprioritaskan
pada ke 3 diagnosa di atas.
E. Intervensi
Intervensi adalah sesuatu yang telah dipertimbangkan mendalam, tahap
sistematis dari proses keperawatan meliputi kegiatan pembuatan dalam
keputusan dan pemecahan masalah (Dongoes. 2015).
1. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kehilangan keseimbangan
dan koordinasi

Gangguan mobilitas fisik adalah keterbatasan pada pergerakan fisik


tubuh atau satu atau lebih ekstremitas secara mandiri dan terarah
(Nanda,2013). Diagnosa ini diangkat sebagai diagnosa yang pertama
karena pasien mengalami gangguan mobilitas fisik yaitu anggota gerak
pasien bagian kiri tidak bisa digerakkan, apabila tidak segera dilakuka
tindakan maka pasien akan terganggu aktifitas. Untuk mengatasi masalah
yang muncul pada Ny N penulis melakukan intervensi sesuai dengan
teori yaitu kaji kemampun pasien dalam mobilisasi, ajarkan pasien
bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan jika diperlukan, berikan
alat bantu jika pasien memerlukan,
2. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan kehilangan control otot
fasial
Gangguan komunikasi verbal adalah penurunan, kelambatan, atau
ketiadaan kemampuan untuk menerima, memproses, mengirim, dan/atau
menggunakan symbol (Nanda, 2013). Pada teori untuk gangguan
komunikasi verbal ditemukan kemungkinan data yang muncul adalah
afasia motorik (kesulitan mengungkapkan kata), afasia sensorik (kesulitan
memahami kata kata secara bermakna). Pada Ny N ditemukan data
pasien mengatakan kesulitan saat bicara. Dari data di atas dapat diambil
kesimpulan bahwa data yang ada pada teori muncul pada Ny N , yang
diperkuat dengan pasien berbicara pelo dan terbata bata saat berbicara.
Sedangkan intervensi yang tidak dilakukan adalah beri anjuran kepada
pasien dan keluarga tentang penggunaan alat bantu bicara, anjurkan pada
pertemuan

secara

teratur

untuk

memberi

stimulus

komunikasi,

konsultasikan dengan dokter kebutuhan terapi wicara karena intervensi


tersebut tidak merupakan prioritas dan waktu shift penulis hanya 1 x dinas
saja sehingga tidak mencukupi.
3. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan
hipertensi

Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak yaitu berisiko


mengalami penurunan sirkulasi jaringan otak yang dapat mengganggu
kesehatan (Nanda, 2013). Pada teori ini kemungkinan data yang muncul
yaitu sakit kepala dengan intensitas yang berdeda beda. Pada Ny N
ditemukan data pasien mengatakan kepala sering teras pusing. Dari data
tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa data yang ada pada teori muncul
pada Ny N yang diperkuat dengan tanda tanda vital pasien : Tekanan
darah : 180/100 mmHg, Pernafasan : 20 x/menit, Nadi : 92 x/menit, Suhu :
368 C.
Untuk mengatasi masalah yang muncul pada Ny N penulis
melakukan intervensi sesuai dengan teori, ada 6 intervensi yaitu monitor
adanya

daerah

tertentu

yang

hanya

peka

terhadap

panas/dingin/tajam/tumpul, monitor adanya tromboflebitis, batasi gerakan


pada kepala, leher, dan punggung, diskusikan mengenai penyebab
perubahan sensasi, intruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit jika
ada isi atau laserasi, kolaborasi pemberian analgetik.
Tindakan keperawatan yang dilakukan adalah 2 dari intervensi sesuai
dengan teori yaitu batasi gerakan pada kepala, leher, dan punggung,
kolaborasi dalam pemberian analgetik. Alasan dilakukan intervensi
tersebut adalah untuk mengurangi tekanan dan mempercepat dalam proses
penyembuhan pasien.
Sedangkan intervensi yang tidak dilakukan adalah monitor adanya
daerah tertentu yang hanya peka terhadap panas/dingin/tajam/tumpul,
monitor adanya tromboflebitis, diskusikan mengenai penyebab perubahan
sensasi, instruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit jika ada isi atau
laserasi karena intervensi tersebut tidak tidak merupakan prioritas dan
waktu shift penulis hanya 1 x dinas saja sehingga tidak mencukupi. Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam dapat disimpulkan
bahwa masalah keperawatan pada Ny N belum teratasi dengan kriteria
hasil yang diharapkan. Kriteria hasil penulis yaitu tanda - tanda vital dalam

rentang normal. Maka dari itu penulis harus melakukan intervensi ulang
pada hari berikutnya untuk mendapatkan evaluasi yang sesuai dengan
kriteria hasil yang diharapkan.
Pada pelaksanaan proses keperawatan ini, penulis mengalami
hambatan yaitu terbatasnya waktu, tetapi untuk mengatasi hal tersebut
penulis mendelegasikannya kepada perawat jaga berupa perencanaan
keperawatan di atas.
F. Implementasi
Implementasi merupakan tahpa keempat dari proses keperawata di
mana rencan perawatan di laksanakan interview aktivitas yang di tentukan
(dongoes, 2009).
Dari implementasi ini penulis mengacu pada intervensi atau rencana
tindakan tetapi dari intervensi tidak intervensi di jalankan karena terbatas
waktu selama melakukan asuhan keprawatan pada pasien.
G. Evaluasi
Dari pengimplementasian setiap diagnosa keperawatan maka akan di
evaluasi setiap hari tetapi penulis menyimpulkan evaluasi pada hari ketiga
dari diagnosa pertama menyimpulkan dengan SOAP yaitu S: Pasien
mengatakaan amggota gerak bagian kiri tidak bisa digerakkan O : Kekuatan
otot lemah A: masalah gangguan mobilitas fisik belum teratasi P :
melanjutkan intervensi. Dari diagnosa kedua S: Pasien mengatakan kepala
pusing O : Pasien berbicara pelo A: Masalah belum teratasi, P: Melanjutkan
intervensi,. Diagnosa Ketiga S: Pasien mengatakan kepala masih terasa
pusing O: Tanda tanda vital (TD: 180/100, N: 92, RR: 22X/menit, S: 36 OC),
A : Masalah belum teratasi P: lanjutkan intervensi.

Anda mungkin juga menyukai