Anda di halaman 1dari 61

1

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. R DENGAN GANGGAUAN


SISTEM PERKEMIHAN ( INFEKSI SALURAN KEMIH ) DI RUANG
BEDAH WANITA RSUP HASAN SADIKIN BANDUNG

KARYA TULIS ILMIAH


Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan
Tugas Akhir Program Studi D-3 Keperawatan

Oleh :
WAMUSA ANDIKA RASPATI
NIM : 15131107

Pembimbing KTI :
1.RUSNOTO
2.PRI ASTUTIK

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH KUDUS
TAHUN 2016
i

HALAMAN PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah (KTI) dengan judul ASUHAN KEPERAWATAN

PADA Ny. R DENGAN GANGGAUAN SISTEM PERKEMIHAN (


INFEKSI SALURAN KEMIH ) DI RUANG BEDAH WANITA RSUP
HASAN SADIKIN BANDUNG ini telah disetujui dan diperiksa oleh
Pembimbing KTI untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah
Prodi

DIII

Keperawatan

Sekolah

Tinggi

Ilmu

Kesehatan

Muhammadiyah Kudus, pada :


Hari

Tanggal :
Nama

: WAMUSA ANDIKA RASPATI

NIM

: 15131107

Mengetahui :
Pembimbing KTI
1.RUSNOTO
2.PRI ASTUTIK

Mengetahui,
Ketua STIKES Muhammadiyah Kudus

Rusnoto, SKM, M.Kes (Epid)


NIDN. 0621087401

ii

(STIKES)

HALAMAN PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah (KTI) dengan judul ASUHAN KEPERAWATAN

PADA Ny. R DENGAN GANGGAUAN SISTEM PERKEMIHAN (


INFEKSI SALURAN KEMIH ) DI RUANG BEDAH WANITA RSUP
HASAN SADIKIN BANDUNG telah diterima dan disahkan oleh Tim
Penguji Karya Tulis Ilmiah Prodi DIII Keperawatan STIKES Muhammadiyah
Kudus, pada :
Hari

Tanggal

Nama

: WAMUSA ANDIKA RASPATI

NIM

: 15131107

Tim Penguji :
Penguji Utama

Penguji Anggota

Ns. Sukarmin M.Kep., Sp. KMB


NIDN : 0607057601

Sri Siska M, S. Kep., Ns


NPP : 0226

Mengetahui,
Ketua STIKES Muhammadiyah Kudus

Rusnoto, SKM, M.Kes (Epid)


NIDN. 0621087401

MOTTO
iii

Demi masa, sesungguhnya


manusia itu benar-benar
dalam kerugian, kecuali orang
orang yang beriman dan
beramal sholeh, dan nasehat
menasehati supaya mentaati
kebenaran dan nasehat
menasehati supaya menepati
kesabaran (Q.S. Al Ashr)
Kesalahan adalah suatu
permulaan untuk sebuah
keberhasilan, jadi jangan lah
takut salah karena
sebenarnya orang yang takut
salah adalah orang yang tidak
mau berusaha.

Dibalik semua peristiwa yang


menimpa, pasti kita dapat
mengambil hikmahnya.
Selalu mengambil hikmah
adalah setiap kejadian dalam
hidup ini.
Sesungguhnya allah SWT
tidak akan mengadakan suatu
penyakit kecuali mengadakan
pula obatnya, kecuali
penyakit tua.
Jadikan hidup ini sebagai
sebuah tantangan untuk
menemukan jawaban atas jati
diri kita.
Orang sukses akan selalu
mencoba sesuatu yang baru
yang bernilai positif.

iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP


Nama

: AKHMAD KHOIRI

Tempat/tgl lahir

: Blora, 19 Januari 1989

Jenis Kelamin

: Laki Laki

Agama

: Islam

Alamat

: Ds. Sumberagung Dk. Dawong RT.002/Rw.006


Kec. Banjarejo Kab. Blora

Email

: One_onthree@yahoo.com, akhoiri100@Gmail.com

No. Hp

: 085713332208/08990260576

Riwayat Pendidikan : 1. SDN Mojowetan II Lulus Tahun 2001


2. SMP N 1 Banjarejo Lulus Tahun 2004
3. SMK N 1 Blora Lulus Tahun 2007
4. Tahun 2011/2012 tercatat sebagai Mahasiswa
STIKES Muhammadiyah Kudus
Judul KTI

: ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. R DENGAN


GANGGAUAN SISTEM PENCERNAAN ( POST

APPENDIKTOMY ) HARI KE 2 DI RUANG


BEDAH ANAK / KEMUNING II RSUP HASAN
SADIKIN BANDUNG

KATA PENGANTAR
v

Assalamualaikum. Wr. Wb.


Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah mellimpahkan
segala karunia, rahmat dan hidayah-Nya, dan sholawat serta salam terhatur kepada
Rasulullah

Muhamaad

SAW semoga

keselamatan

tertuju

kepada para

pengikutnya. Atas ridho dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan yang


Penyusunan Karya Tulis Ilmiah (KTI) dengan berjudul ASUHAN

KEPERAWATAN PADA Ny. R DENGAN GANGGAUAN SISTEM


PERKEMIHAN ( INFEKSI SALURAN KEMIH ) DI RUANG
BEDAH WANITA RSUP HASAN SADIKIN BANDUNG. Sebagai
salah satu syarat mencapai gelar Ahli Madya Keperawatan.
Penulis menyadari dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini masih
banyak

kekurangan

karena

keterbatasan

pengetahuan,

pengalaman,

dan

kemampuan yang penulis miliki. Namun berkat bantuan, bimbingan, dan


dorongan dari berbagai pihak Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini dapat diselesaikan.
Untuk itu penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar besarnya
kepada :
1. Rusnoto, SKM., M.Kes (Epid) selaku Ketua STIKES Muhammadiyah Kudus
2. Ns.

Anny

Rosiana

M,M.Kep.Sp.Kep.J

selaku

Ketua

Jurusan

DIII

Keperawatan STIKES Muhammadiyah


3. Ns. Sukarmin M.Kep., Sp. KMB selaku pembimbing KTI dan Selaku Penguji
Utama, yang dengan sabar memberikan bimbingan pada penulis dan
meluangkan waktu untuk menguji penulis dalam Karya Tulis Ilmiah ini
4. Sri Siska selaku Penguji Anggota yang meluangkan waktu untuk menguji
penulis dalam Karya Tulis Ilmiah ini
5. Segenap dosen dan staf di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah
Kudus yang telah membantu dalam saran dan ilmu yang telah diberikan
kepada penulis

vi

6. Kepada orang tua tercinta, abah dan ibu serta kakak, dan saudara
perempuanku tersayang yang keberadaanya selalu mencurahkan kasih sayang,
dukungan moril maupun spiritual kepada penulis
7. Teman-teman seangkatan yang telah memberikan dukungan kepada penulis
untuk selalu semangat dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini, penulis telah berusaha
dengan segala kemampuan yang penulis miliki, namun penulis menyadari bahwa
penyusunan Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu
penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca guna perbaikan dan
penyempurnaan Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini. Semoga Karya Tulis Ilmiah (KTI)
ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan lembaga kesehatan pada
khususnya.
Wassalamualaikum. Wr. Wb
Kudus,

Agustus 2014

Penulis

vii

PERSEMBAHAN
Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini kupersembahkan kepada mereka yang
merasa memiliki diriku yang menjadi bagian hidupku yang selama ini tak hentihentinya dengan tulus ikhlas memberikan doa, nasehat, bimbingan, dorongan
serta kasih sayang yang tulus sebagai wujud rasa syukur, rasa hormat, serta
ucapan terima kasih yang tiada terkira. Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini
kupersembahkan untuk :

Abah dan ibuku tercinta yang senantiasa memberikan kasih sayang dengan
tulus, memberikan dukungan materiil dan spiritual serta doa yang selalu

untukku dan semoga kelak aku dapat membahagiakan kedua orangtuaku.


Keluarga besarku yang selalu mendukung dan mendoakan aku khususnya
kakak, dan saudara perempuanku yang aku sayangi, yang keberadaanya
selalu mencurahkan kasih sayang, dukungan moril maupun spiritual

kepadaku
Ns. Sukarmin M.Kep., Sp. KMB selaku pembimbing Karya Tulis Ilmiah yang
tiada kenal lelah memberikan bimbingan sehingga Karya Tulis Ilmiah ini

bisa selesai
Sahabat-sahabatku Ati Qoniah, Anisa Wulandari yang selalu memberikan

dukungan disaat aku putus asa dalam pengerjaan Karya Tulis Ilmiah
Teman-teman seperjuangan Stikes Muhammadiyah Kudus, Khususnya
teman-teman satu kos yang selalu kasih semangat dan motivasi kepada
penulis, akan aku ingat semua kenangan-kenangan kita semua, jangan

pernah menyerah dan sukses selalu.


Seseorang yang selalu ada dalam hatiku dan yang aku sayangi sepenuh hati
Devi Yulianti yang selalu aku jadikan motivator dalam mengerjakan Karya
Tulis Ilmiah

DAFTAR ISI

viii

HALAMAN JUDUL............................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN................................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................. iiii
HALAMAN MOTTO............................................................................................ iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP.................................................................................. v
KATA PENGANTAR............................................................................................. vi
HALAMAN PERSEMBAHAN.......................................................................... viii
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... 1
A.Latar Belakang Masalah 1
B.Tujuan....................................................................................................... 3
C.Metode dan Teknik Pengumpulan Data.................................................... 3
D.Sistematika Penulisan............................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 6
A. Pengertian ............................................................................................. 6
B. Etiologi................................................................................................... 6
C. Patofisiologi ........................................................................................... 7
D. Pathway................................................................................................... 8
E. Manifestasi Klinis................................................................................... 9
F. Penatalaksanaan...................................................................................... 9
G. Pengkajian Keperawatan....................................................................... 11
H. Diagnosa Keperawatan......................................................................... 14
BAB III TINJAUAN KASUS............................................................................... 24
A. Pengkajian............................................................................................. 24
B. Analisa Data.......................................................................................... 33
C. Diagnosa Keperawatan......................................................................... 34
D. Rencana Tindakan Keperawatan........................................................... 35
E. Implementasi Tindakan Keperawatan dan Evaluasi Keperawatan....... 37
BAB IV PEMBAHASAN..................................................................................... 46
BAB V PENUTUP................................................................................................ 52

ix

10

A. Kesimpulan........................................................................................... 52
B. Saran..................................................................................................... 53
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan infeksi dengan keterlibatan bakteri
tersering di komunitas dan hampir 10% orang pernah terkena ISK selama
hidupnya. Sekitar 150 juta penduduk di seluruh dunia tiap tahunnya terdiagnosis
menderita infeksi saluran kemih. Prevalensinya sangat bervariasi berdasar pada
umur dan jenis kelamin, dimana infeksi ini lebih sering terjadi pada wanita
dibandingkan dengan pria yang oleh karena perbedaan anatomis antara
keduanya (Rajabnia-Chenari et al., 2012).
data dari WHO pada tahun 2011, infeksi saluran kemih termasuk kedalam
kumpulan infeksi paling sering didapatkan oleh pasien yang sedang mendapatkan
perawatan di pelayanan kesehatan (Health care-associated infection). Bahkan
tercatat infeksi saluran kemih menempati posisi kedua tersering (23,9%) di negara
berkembang setelah infeksi luka operasi (29,1%) sebagai infeksi yang paling
sering didapatkan oleh pasien di fasilitas kesehatan. ISK merupakan penyebab
morbiditas dan mortalitas yang cukup signifikan

Insiden appendiks akut lebih tinggi pada Negara maju dari pada
Negara berkembang, namun dalam tiga sampai empat dasawarsa terakhir
menurun yaitu 100 kasus tiap 100.000 populasi menjadi 52 kasus tiap 100.000
populsai. Angka kejadian appendicitis cukup tinggi didunia, di indonesia saja
terdapat 70.000 kasus kejadian apendiksitis setiap tahunnya. Kejadian di
indoneisa memiliki insiden 1-2 kasus per 1000 anak pertahunnya. Antara
kelahiran sampai anak itu berumur 4 tahun. Kejadian appendisitis meningkat
menjadi 25 kasus per 10.000 anak pertahunnya antara umur 10-17 tahun.
Apabila dirata-ratakan maka didapatkan kejadian appendicitis 1/1 kasus per
1.000 orang pertahunnya (FKUI, 2009).
Menurut Dinas Kesehatan Jawa Barat, jumlah kasus appendisitis
dilaporkan sebanyak 5.980 dan 177 diantaranya menyebabkan kematian.
Jumlah penderita appendisitis tertinggi ada di Kota Bandung, yakni 970 orang
(Dinkes Jabar, 2009). Berdasarkan data yang diperoleh dari medical record
RSUP Hasan Sadikin Bandung Data penyakit appendisitis diruang rawat inap
bedah anak/kemuning II setiap tahun mengalami peningkatan. Pada tahun
2011 sebanyak 121 pasien. Tahun 2012 sebanyak 138 pasien. Pada bulan
Januari tahun 2013 terdapat 13 pasien (Rekam Medis, 2013 )
Kejadian tingginya appendisitis ini mungkin disebabkan perubahan pola
makan serta kebiasaan makan-makanan di sembarang tempat dan gaya hidup
yang tidak sehat yang berdampak pada terjadinya penyumbatan makanan pada
usus karena terbentuknya benda padat (massa) di ujung umbai cacing sehingga
menyebabkan aliran keluar kotoran terhambat pada daerah tersebut. Sumbatan ini
bisa terbentuk dari sisa makanan yang mengeras, lendir dalam usus yang
1

mengental, bekuan darah, ataupun tumor kecil pada saluran usus. Dengan adanya
sumbatan ini, ditambah dengan terjadinya infeksi yang mungkin terjadi pada
daerah tersebut, maka terjadilah radang pada umbai cacing tersebut atau disebut
juga usus buntu (appendisitis) (Sander, 2011).
Penatalaksanaan apendisitis dapat melalui dua cara yaitu operasi dan
non operasi. Pada kasus ringan apendisitis bisa sembuh hanya dengan
pengobatan tetapi untuk apendisitis yang sudah luas infeksinya maka harus
segera dilakukan operasi apendiktomi. Apendiktomi adalah pembedahan untuk
mengangkat apendiks yang meradang (Smeltzer & Bare, 2005)
Penatalaksanaan apendiks akut di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung
adalah dengan dilakukan tindakan apendiktomi untuk mencegah rupture,
terbentuknya abses atau peradangan pada selaput rongga perut (peritonitis).
Kemudian diberikan asuhan keperawatan post apendiktomi dengan diberikan
kamoxcilin, kaitrofein, cefotaxim dan gentamizin untuk mengurangi nyeri dan
menghindari infeksi (SOP apendisitis, RSUP Hasan Sadikin Bandung)
Masalah keperawatan yang muncul pada klien post apendiktomi cukup
komplek, seperti masalah nyeri, gangguan mobilisasi gerak, gangguan
istirahat tidur dan infeksi . Masalah ini jika tidak segera ditangani akan
mengganggu kondisi tubuh klien, sehingga peran perawat sangat dibutuhkan
dalam pemberian Asuhan Keperawatan yang dapat dilakukan dengan
memperhatikan kebutuhan klien melalui pemberian pelayanan keperawatan
dengan menggunakan proses keperawatan (Azis, 2004).
Berdasarkan pengamatan penulis pada bulan Januari 2014 Tindakan
Keperawatan pada pasien Post Apendiktomi di RSUP Hasan Sadikin Bandung
sendiri masih kurangnya

pendidikan kesehatan tentang Appendisitis

khususnya Post Apendiktomi pasien dirawat lebih dari 10 hari, karena pasien
takut untuk latihan begerak dan pasien takut terjadi sesuatu pada luka operasi.
Oleh karena itu peran perawat sangat dibutuhkan dalam pemberian pendidikan
kesehatan tentang penatalaksanaan Post Apendiktomi sehingga dengan
dilakukan pemberian pendidikan kesehatan tentang mobilisasi dan perawatan
luka pasien bisa mengerti tentang penatalaksanaan Post Appendiktomi dan
pasien bisa pulang ke rumah kurang dari 10 hari.
Sehubungan dengan latar belakang tersebut diatas maka penulis
tertarik untuk mengambil topik dalam studi Karya Tulis Ilmiah dengan judul

Asuhan Keperawatan Pada An. R Dengan Ganggauan Sistem Pencernaan (


Post Appendiktomy ) Hari Ke 2 Di Ruang Bedah Anak / Kemuning II RSUP
Hasan Sadikin Bandung
A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan Umum penulisan Karya Tulisa Ilmiah adalah Peserta didik
mampu mendokumentasikan Asuhan keperawatan secara komprehensif
pada klien Post Apendiktomy.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu mendokumentasikan, mengidentifikasi dan menganalisa data
yang diperoleh pada klien Post Apendiktomy
b. Mampu merumuskan dan menentukan prioritas dari diagnosa yang
sudah ditentukan
c. Mampu menentukan tujuan tindakan keperawatan klien Post
Apendiktomy
d. Mampu mendokumentasikan

dan

menyusun

rencana

tindakan

keperawatan serta melakukan implementasi keperawatan sesuai


dengan diagnosa keperawatan pada klien Post Apendiktomy
e. Mampu melakukan evaluasi tindakan keperawatan pada klien Post
Apendiktomy
B. Metode dan Teknik Pengumpulam Data
Metode yang digunakan penulis adalah analisa dskriptif yaitu melakukan
dengan pendekatan proses keperawatan, dengan cara mengumpulkan data
langsung dari klien dan keluarga serta kolaborasi dengan tim kesehtan lain.
Serta menggambarkan obyek yang sedang berlangsung, pelaksanaan kegiatan,
pengumpulan dan pengambilan kesimpulan dari data-data tersebut (Perry &
Potter, 2005), Sedangkan dalam pengumpulan data menggunakan teknik
sebagai berikut (Lismidar, 1990) :
1. Wawancara
Wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data dilakukan dengan
cara mengadakan Tanya jawb dengan klien, keluarga dan tenaga kesehatan
lain untuk mendapatkan keterangan tentang masalah kesehatan klien
(Wahid, 2006)
2. Observasi Partisipatif
Observasi Partisipatif adalah suatu teknik pengumulan data yang
dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan melaksanakan Asuhan

Keperawatan pada klien selama dirumah sakit dan lebih bersifat obyektif
yaitu dengan melihat respon klien setelah dilakukan tindakan (Effendy,
2005) .
3. Dokumentasi
Suatu cara untuk mendapatkan data baik dari catatan media maupun
perawatan yang tergabung dalam buku status klien sebagai bahan untuk
menunjang tindakan keperawatan luka klien dengan masalah utama
appendiks (Olive&slevin, 2006).
4. Studi Kepustakaan
Mengumpulkan data dari buku literature dan internet yang
berhubungan dengan appendiks (Olive&slevin, 2006).
5. Asuhan Keperawatan
Pemberian Asuhan Keperawatan dengan menggunakan proses
keperawatan sehingga dapat ditentukan diagnosa keperawatan agar bias
direncanakan dan dilaksanakan tindakan yang tepat sesuai tingkat
kebutuhan

dasar

manusia.

Kemudian

dapat

di

evaluasi

tingkat

perkembangannya, pemberian Asuhan Keperawatan ini dilakukan dari


yang sederhana sampai dengan kompleks (Olive&slevin, 2006).
C. Sistematika Penulisan
Sistematika Penulisan karya tulis ilmiah terdiri atas lima BAB dan
masing-masing BAB terdiri dari sub BAB. Untuk lebih jelasnya adalah
sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Penulisan
C. Metode dan Teknik Pengumpulan Data
D. Sistemsatika Penulisan
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
B. Etiologi
C. Patofisiologi
D. Pathway
E. Manifestasi Klinis
F. Penatalaksanaan
G. Pengkajian Keperawatan
H. Rencana/ Tindakan dan Rasional
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
B. Analisa Masalah
C. Diagnosa Keperawatan

D. Rencana Keperawatan
E. Implementasi Keperawatan
F. Evaluasi
BAB IV PEMBAHASAN
Membahas tentang masalah-masalah

keperawatan

klien

kemudian dianalisa menggunakan tinjauan Asuhan Keperawatan


BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Apendisitis adalah inflamasi pada apendiks yang dapat terjadi karena
obstruksi apendiks oleh feses atau akibat terpuntirnya apendiks dan pembuluh
darahnya (Corwin, 2009, h. 607).
Appendicitis adalah peradangan dari apendiks veriformis

dan

merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering (Sander, 2011)


Apendisitis adalah inflamasi vermiformis (umbai cacing) paling sering
pada penyakit bedah abdomen mayor dan fatal bila tidak ditangani akan
timbul gangren dan perforasi dalam 36 jam (Kimberly,2007)
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan Appendicitis adalah apendiks
terinflamasi paling sering pada penyakit bedah abdomen mayor dengan sebab
suatu peradangan pada apendiks veriformis yang menyerupai jari, melekat
pada sekum tepat dibawah ileosekal yang mungkin timbul setelah obstruksi
oleh tinja, atau akibat terpuntirnya appendiks atau pembuluh darah bila tidak
ditangani akan timbul gangren dan perforasi dalam 36 jam.
B. Etiologi
1. Obstruksi
Obstruksi dapat disebabkan fekalit (feses yang mengeras), benda
asing, tumor, perlekatan, spasme otot sfingter atau omentum pada anak
hiperplasi jaringan limfoid (Long, 2001). Diduga faktor utama dalam
patogenesis primer limfoid biasanya adalah karena penyumbatan rongga
obstruksi lumen biasanya oleh feses keras (Price, 2005).
2. Infeksi

Apendisitis akut merupakan infeksi bakteria. Berbagai hal berperan


sebagai faktor pencetusnya. Sumbatan lumen apendiks merupakan faktor
yang diajukan sebagai faktor pencetus disamping hiperplasia jaringan
limfe, fekalit, tumor apendiks, dan cacing askaris dapat pula menyebabkan
sumbatan. Penyebab lain yang diduga dapat menimbulkan apendisitis
adalah

erosi

mukosa

apendiks

karena

parasit

seperti E.

histolytica (Sjamsuhidajat, 2004)


C. Patofisiologi
Appendicitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen appendiks
oleh hyperplasia lymphoid, fekalit, benda asing, atau neoplasma. Obstruksi
tersebut menyebabkan mucus yang diproduksi mukosa sehingga mengalami
bendungan. Makin lama mucus tersebut makin banyak, namun elastisitas
dinding

appendiks

mempunyai

keterbatasan

sehingga

menyebabkan

peningkatan tekanan intralumen. Tekanan yang meningkat tersebut akan


menghambat aliran limfe yang mengakibatkan edema, diapedis bakteri dan
ulserasi mukosa. Pada saat inilah terjadi appencitis akut fokal yang ditandai
oleh nyeri epigastrium (Mansjoer, 2000).
Bila sekresi mucus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal
ini akan menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah dan mengenai
peritoneum setempat sehingga menimbulkan nyeri di daerah kanan bawah,
keadaan ini disebut dengan appendicitis supuratif akut (Mansjoer, 2000).
Tekanan dalam lumen yang semakin meningkat akan meningkatkan
tekanan vena dan menyebabkan oktusi venusa dan kapiler, tetapi aliran
anterior tidak terganggu sehingga akan menimbulkan kongesti vaskuler
appendiks dan terjadi penurunan asupan oksigen dan nutrisi pada usu sehingga
menimbulkan reflek nausea dan muntah. Penurunan asuhan ini juga dapat
menyebabkan anoreksia sehingga terjadi penurunan energy tubuh (Price,
2005).
Bila inkusi bakteri bertambah meluas dalam appendiks, maka akan
muncul gejala demam akibat meluasnya inflamasi pada appendiks sehinga
terjadi leukositosis, akibat obstruksi toksin bakteri dan produk dari jaringan
yang mati (Corwin, 2009)
Dilakukan operasi Appendiktomi jika peningkatan pertumbuhan bakteri
menyebabkan peradangan. Operasi menyebabkan terjadi luka insisi didaerah

abdomen dan melukai kulit. Perlakuan ini juga bisa menyebakan kuman
masuk/sebagai Post de entry sehingga mengakibatkan infeksi (Price, 2005).
D. Pathway
Invasi & multiplikasi Fekalit/masa fekal padat,
batu/benda asing
bakteri
Masuk
ke appendiks
Batu/benda
asing
APPENDICITIS
Obstruksi

Pengeluaran secret berlebih


pada lumen apendiks
Penurunan elastisitas dinding
appendiks
Peningkatan tekanan
Intralumen

Hipertermi

Peradangan pada
jaringan

Febris

Kerusakan control suhu


terhadap inflamasi

Invasi Bakteri pada


dinding Appendiks
Inflamasi

Aliran limfe
terhambat

Tekanan vena dan Oktusi venusa


dan kapiler meningkat

Edema dan
ulserasi Mukosa

Penurunan asupan oksigen dan


nutrisi appendiks

Nyeri Epigastrium
Anoreksia

Nekrosis Apendiks
Pecah

Kebutuhan nutrisi
kurang
dari kebutuhan
Peritonitis
tubuh
Resiko ketidakefektifan perfusi gastrointestinal
Keterbatasan gerak
Terputusnya
Kontinuitas jaringan
Kurang
Nyeri
perawatan diri
Gangguan mobilitas
Gangguan Rasa
fisik
Nyaman Nyeri

Pembengkakan Apendiks
Aliran darah ke
appendiks terhambat
Suplay darah ke apendiks
berkurang
Kematian Jaringan

Menyerap makanan
lambat dalam usus
Distensi abdomen

Appendiktomi
Adanya luka insisi
Lapisan kulit terbuka
Perjalanan Bakteri
Resti infeksi

Gangguan eliminasi
BAB
Perubahan Tekanan
Abdominal
Peningkatan
kontraksi gaster
Mual muntah
Resiko kekurangan
volume cairan

Gangguan istirahat tidur

E. Manifestasi Klinis
Kurang pengetahuan
Sumber : Mansjoer,
2007yang terjadi
Gejala klinis
pada apendisitis (Corwin, 2009) adalah sebagai
Carpenito, 2006
berikut : 2013
Nanda,
1. Nyeri
a. Nyeri pada epigastrum yang disebabkan peningkatan tekanan
intralumekal yang terus meningkat yang akan menghambat aliran limfe
dan mengakibatkan edema dan ulserasi mukosa
b. Nyeri pada perut daerah kanan bawah yang disebabkan sekresi mucus
terus berlanjut, tekanan terus meningkat dan menyebabkan obstruksi
vena, edema bertambah yang menyebabkan peradangan yang timbul
meluas dan mengenai perikonium

c. Nyeri rangsangan peritoneum tak langsung


Nyeri kanan bawah pada tekanan kiri (rovsings sign), nyeri kanan
bawah bila tekanan I sebelah kiri dilepaskan (Blumbergs sign), nyeri
kanan bila perikonium bergerak seperti nafas, batuk atau mengedan
2. Demam
Demam biasanya tidak terlalu tinggi yaitu 37,5 0C 38,50C, bila demam
mencapai 390C-400C, dimungkinkan terjadi perforasi
3. Mual muntah
Mual dan muntah disebabkan penurunan asupan oksigen dan nutrisi pada
usus karena peningkatan tekanan intralumen.
F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan appendiks menurut Corwin, 2009 antara lain :
1. Pengangkatan appendiks secara bedah
2. Apabila appendiks pecah sebelum tindakan bedah, maka diperlukan
pemberian antibiotik untuk mengurangi resiko peritonitis E. Sepsis
Menurut Mansjoer, 2007 penatalaksanaan appendiks meliputi :
1. Pre Operasi
a. Observasi
Dalam 8-12 jam setelah timbulnya keluhan, tanda dan gejala
appendiksitis sering kali masih belum jelas. Dalam hal ini observasi
ketat perlu dilakukan, pasien diminta untuk melakukan tirah baring dan
dipuasakan. Laktasif tidak boleh diberi bila dicurigai adanya
appendiksitis/bentuk peritonitis lain. Pemeriksaan abdomen dan rectal
serta pemeriksaan darah (leukosit dan hitung jenis) diulang secara
periodik. Foto abdomen dan toraks dilakukan untuk mencari
b.
c.
d.
e.

kemungkinan adanya penyulit kulit (Mansjoer, 2007)


Pemasangan sonde lambung untuk dekompresi
Pemasangan kateter untuk mengontrol produksi urine
Rehidrasi
Antibiotik dengan spectrum luas, dosis tinggi dan diberikan secara

f.

intravena
Obat-obatan penurun panas, phenergan sebagai anti menggigil,
largaktil untuk membuka pembuluh-pembuluh darah perifer diberikan

setelah rehidrasi tercapai


g. Bila demam, harus diturunkan sebelum diberi anestesi
2. Operasi Appendiktomi
a. Appendiktomi
b. Appendiks dibuang, jika apendiks mengalami perforasi bebas, maka
abdomen dicuci dengan garam fisiologis dan antibiotika

10

c. Abses apendiks diobati dengan antibiotika IV, massanya mungkin


mengecil atau abses mungkin memerlukan drainase dalam jangka
waktu beberapa hari. Appendiktomi dilakukan bila abses dilakukan
operasi efektif sesudah 6 minggu sampai 3 bulan
3. Pasca Operasi
a. Obsvervasi TTV (TD, N, S, R) untuk mengetahui terjadinya
perdarahan di dalam, syok, hipertermia atau gangguan pernafasan.
b. Angkat sonde lambunga bila pasien telah sadar sehingga aspirasi
cairan lambung dapat dicegah
c. Baringkan pasien dalam posisi semi fowler
d. Pasien dikatakan baik bila dalam 12 jam tidak terjadi gangguan selama
pasien dipuasakan
e. Bila tindakan operasi lebih besar, misalnya pada perforasi, puasa
dilanjutkan sampai fungsi usus kembali normal
f. Berikan minum mulai 14 ml/jam selama 4-5 jam lalu naikan menjadi
30 ml/jam. Keesokan harinya berikan makanan saring dan hari
berikutnya diberikan makanan lunak
g. Satu hari pasca operasi pasien dianjurkan untuk duduk tegak ditempat
tidur selama 2x30 menit
h. Pada hari kedua pasien dapat berdiri dan duduk diluar kamar
i. Hari ke-7 jahitan dpat diangkat dan pasien diperbolehkan pulang
(Mansjoer, 2007).
G. Pengkajian Keperawatan Menurut Gordon
1. Pengkajian Keperawatan menurut pola fungsi kesehatan Gordon, antara
lain sebagai berikut.
a. Pola nafas
Data pernafasan yang mungkin terjadi pada pasien dengan pasien
appendiks adalah takipnea, pernafasan dangkal.
b. Kebutuhan Nutrisi
Penderita appendiks belum diperbolehkan untuk makan (puasa),
diiitnya disesuaikan dengan kondisi pasien selama 8-12 jam.
c. Pola Eliminasi
Data eliminasi untuk BAB pada appeniksitis belum sempurna untuk
melakukan. Sehingga pada BAK urine mungkin juga akan mengalami
penurunan karena out put cairan yang banyak melalui muntah.
d. Gerak dan keseimbangan tubuh
Aktivitas penderita post appendiksitis akan mengalami penurunan
gerak karena adanya kelemahan (malaise) di seluruh tubuh
e. Istirahat dan Tidur

11

Sering muncul perasaan tidak enak dikarenakan oleh nyeri terjadi


didaerah kuadran kanan bawah abomen sehingga berdampak pada
gangguan tidur (Insomnia).
f. Kebutuhan mempertahankan temperature tubuh/sirkulasi
Suhu tubuh klien mengalami kenaikan (berkisar antara 38,50 C).
kenaikan ini akibat dari kemungkinan infeksi
g. Kebutuhan Rasa Aman Nyaman
Pasien dengan post operasi appendiksitis akan mengalami gangguan
rasa nyeri abdomen diakibatnya karena insisi post operasi
h. Kebutuhan Berpakaian
Kebutuhan berpakaian mungkin tidak terganggu kecuali terjadi
kelemahan fisik yang menggangu.
i. Kebutuhan Personal Hygiene
Pada pasien appendiksitis butuh bantuan dalam personal hygine,
apabila pasca operasi appendiktomi, misalnya pasien butuh bantuan
dilakukan mandi lap untuk membersihkan giginya.
j. Berkomunikasi dengan orang lain dan mengekspresikan emosi
Pada periode awal emosi klien masih stabil dan mampu
mengekspresikan emosi dengan baik, sedangkan pada perjalanan yang
cukup lama klien mengalami penurunan optimis dan cenderung
mengalami emosi yang stabil. Mudah tersinggung dan marah.
k. Kebutuhan spiritual
Secara kodrati karena mengalami nyeri yang hebat pasien akan
cenderung mulai mendekatkan diri kepada Tuhan. Misalnya dalam
bentuk berdoa dan beribadah sesuai kepercayaannya.
l. Kebutuhan bekerja
Kebutuhan bekerja pasien appendiksitis akan mengalami penuruan
yang mendadak dalam bekerja.
m. Kebutuhan bermain dan rekreasi
Pasien dengan appendiksitis akut mungkin tidak akan membutuhkan
bermain dan rekreasi.
n. Kebutuhan belajar
Kebutuhan belajar yang

meningkat

adalah

bagaimana

cara

menurunkan nyeri yang hebat pada kuadran kanan bawah abdomen.


2. Pemeriksaan Fisik
Dilakukan dengan inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi
a. Keadaan Umum
Lemah, tampak sakit berat, ringan
Tingkat kesadaran : Composmentis, somnolen, spoor, soporis, koma,
tanda tanda vital

12

b. Pemeriksaan Fisik difokuskan pada


1)
Kepala
: Warna rambut, mudah rontok/tidak,
2) Telinga
3)

bersih/tidak, bentuk kepala ada lesi/tidak.


: Ada serumen/tidak, tingkat pendengaran.
Mata
: Sklera ikterik/ tidak, konjungtiva
anemis/tidak, pupil simetris/tidak, visus.
Hidung
:
Ada
sekret/tidak,

4)

ada

nyeri/tidak, tingkat penciuman.


Mulut
: Mukosa bibir, lidah menutup jalan

5)

nafas, sianosis, sumsum gigi bersih/kotor, ada


stomatitis/tidak,

ada

kesulitan/tidak.
Leher
: Ada

6)
7) Dada
Paru-paru

Jantung

caries/tidak,

ada

pembesaran

vena

jugularis/tidak, ada pembesaran kelenjar tyroid/tdak


:
I
: Simetris/tidak
Pa
: Ada nyeri tekan/tidak, vocal fremitus
Pe
A
I
Pa
Pe
A

sama antara kedua paru


: Pekak/redup
: Regular/tidak, ada wheezing, crekles/tidak
: Ictus cordis tampak/tidak
: Ictus cordis teraba/tidak
: Pekak
: Reguler/inreguler

: Benetuk

8) Abdomen
perutnya

ada

luka

bekas

operasi/tidak, panjang (cm), jumlah


A
Pe
Pa
9)

jahitan..
: Peristaltik usus berkurang/meningkat
: Thymponi
: Ada nyeri tekan/tidak
Genetalia
: Terpasang
kateter/tidak, bersih/kotor, ada luka/tidak,

10)Ekstermitas

adakah himoroid/tidak
: Apakah ada oedema, luka, tanda-tanda
inflamasi, (nyeri, hangat, kemerahan),
apakah ada keterbatasan gerak, terpasang
infuse/tdak.

c. Pemeriksaan Diagnosis

13

1) SDP
2)
3)

Urinalis

: Leukosit

diatas

12.000/mm3.

wentropil

meningkat sampai 75%


: Normal, tetapi eritrosit/leukosit mungkin ada
(untuk mendeteksi adanya keluhan ginjal/tidak)
Foto Abdomen : Dapat menyatakan adanya
pergeseran maternal pada appendiks (fekalit)
klien terlokalisir

(Doengoes, 2003)
H. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul menurut Carpenito, 2006
meliputi :
1. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi appendiks, insisi bedah (Post
Op)
Data : Keluhan nyeri, perilaku distraksi, wajah mengerut, otot tegang,
KH

respon otomatis.
: Nyeri hilang/terkontrol, tampak rileks, mampu tidur dan istirahat

dengan tepat
Intervensi :
Mandiri :
a. Kaji Nyeri, catat lokasi, karakteristik, beratnya (skala 1-10) selidiki
dan laporkan perubahan nyeri dengan tepat
Rasional : Berguna dalam pengawasan, keefektifan obat, kemajuan
penyembuhan, perubahan pada karakteristik nyeri menunjukan
terjadinya atau peritonitis.
b. Dorong ambulasi dini
Rasional
: Meningkatkan hormolisasi fungsi organ, contoh :
merangsang

peristaltik

dan

kelancaran

deatus,

menurunkan ketidaknyamanan abdomen.


c. Berikan aktivitas hiburan
Rasional
: Meningkatkan relaksasi dan dapat meningkatkan
kemampuan koping
Kolaborasi :
a. Pertahankan puasa/menghisap NGT pada awal
Rasional
: Menurunkan ketidaknyamanan pada peristaltic usus dan
iritasi gaster/muntah
b. Berikan kompres es pada abdomen bila perlu
Rasional : Menghilangkan, mengurangi nyeri melalui penghilangan
rasa ujung syaraf
c. Berikan analgetik sesuai indikasi

14

Rasional
2.

: Menghilangkan nyeri mempermudah kerja sama dengan

intervensi
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
menurunya nafsu makan, perubahan bising usus, mual muntah, masukan
diit kurang.
Data
: Nafsu makan menurun, berat badan menurun, porsi makan tidak
KH

dihabiskan, ada rasa mual


: Tidak mengalami tanda mal nutrisi lebih lanjut (BB kurang dari
BB ideal, turgor kulit jelek, LILA kurang dari 24 cm,

konjungtiva anemis).
Intervensi :
Mandiri
a. Kaji sejauh mana ketidak adekuatan nutrisi klien
Rasional : Menganalisa penyebab melaksanakan intervensi
b. Perkirakan/hitung pemasukan kalori, jaga komentari nafsu sampai
minimal
Rasional : Mengidentifikasi kekurangan atau kebutuhan nutrisi
berfokus pada masalah membuat suasana negatife dan
mempengaruhi masukan
c. Timbang berat sesuai indikasi
Rasional : Memberikan informasi tentang kebutuhan diit atau
keefektifan terapi
d. Berikan makan sedikit tapi sering
Rasional : Tidak memberi rasa bosan dan pemasukan nutrisi dapat
ditingkatkan
e. Tawarkan minum saat makan bila toleran
Rasional : Makan yang bervariasi dapat meningkatkan nafsu makan
klien
f. Berikan makanan yang bervariasi
Rasional : Makanan yang bevariasi dapat meningkatkan nafsu makan
klien
Kolaborasi :
g. Konsultasi dengan tim ahli gizi
Rasional : menyediakan diet berdasarkan kebutuhan individu dengan
tepat
3. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah
Data : klien tampak mual muntah
KH
: Mempertahankan keseimbangan cairan dibuktikan oleh
kelembaban membrane mukosa, tugor kulit baik, tanda vital
stabil dan secara individu haluran urine adekuat

15

Intervensi :
Mandiri :
a. Kaji tekanan darah dan nadi
Rasional : Tanda yang membantu mengidentifikasi fluktuasi volume
invaskuler
b. Lihat membrane mukosa, kaji tugor kulit, dan membrane pengisapan
kapiler
Rasional : Indikator keadekuatan sirkulasi perifer dan hidrasi seluler
c. Awasi masukan dan haluran urine, catat warna/konsentrasi berat, jenis
urine
Rasional : Menurunkan haluran urine pekat dengan peningkatan berat
jenis diduga dehidrasi/kebutuhan peningkatan cairan
d. Berikan sejumlah kecil minuman jernih bila permasukan per oral
dimulai dan lanjutkan dengan diet sesuai toleransi
Rasional : Menurunkan iritasi gaster atau muntah untuk meminimalkan
kehilangan cairan
e. Jadwalkan obat-obat diantara makan jika memungkinkan dan batasi
pemasukan cairan dengan makanan, kecuali jika cairan memiliki nilai
gizi
Rasional : Lambung yang penuh akan mengurangi nafsu makan dan
pemasukan makanan
f. Berikan Kaji obat-obatan terhadap efek samping nutrisi
Rasional : Prafilatik dan obat-obatan teraupetik mungkin memiliki
efek samping nutrisi, missal : bautrim (Anoreksia ketidak
semimbangan glukosa), peritamidin (perubahan rasa dan
aroma), mual dan muntah, ketidak seimbangan glukosa
Kolaborasi :
a. Konsultasi dengan tim pendukung ahli diet/gizi
Rasional : Menyediakan dan diet berdasarkan kebutuhan individu
dengan tepat
b. Berikan cairan IV dan elektrolit
Rasional : Peritonium bereaski terhadap iritasi atau infeksi dengan
menghasilkan

sejumlah

besar

cairan

yang

dapat

menurunkan volume sirkulasi darah, mengakibatkan


hipovolemia,

dehidrasi

dan

ketidakseimbangan elektrolit
c. Berikan obat-obatan sesuai petunjuk
Misal
: Metakiopramine (regiena) suplemen

dapat

terjadi

16

Rasional : Mengurangi rasa ingin muntah, meningkatkan fungsi gaster,


kekurangan vitamin terjadi akibat penurunan pemasukan
makanan dan atau kegagalan mengunyah dan absorbs dalam
system gastrointestinal.
4. Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan perubahan sensasi
SSP : Faktor-faktor eksternal (penggunaan stimulant)
Faktor internal (psikologis) dan nyeri
Data :
a. Kesulitan unuk tidur/tetap tidur
b. Tidur sejenak sepanjang hari
c. Keletihan waktu bangun/sepangjang hari
KH : Tidur 6 jam sampai 8 jam setiap hari, beristirahat minimal sesuai
kebutuhan, mengutamakan perasaan segar pada waktu bangun
Intervensi :
Mandiri :
a. Terapkan siklus tidur dimana klien tidur di malam hari dan terbangun
siang hari dengan sedikit periode istirahat sesuai kebutuhan
Rasional : Istirahat adekuat dan dapat tidur dapat meningkatkan status
kesehatan
b. Restorasi pada umumnya adalah prioritas pada pemakai stimulant yang
kurang tidur
Rasional : Peningkatan stimulant eksternal dan meningkatkan relaksasi
diprioritaskan pada waktu tidur, menorong dilakukan
rutinitas sebelum tidur, misalnya : minum susu hangat
c. Klien perlu ditenangkan untuk dapat beristirahat. Sediakan kesempatan
untuk menghirup udara segar. Latihan ringan, minum tanpa kafein,
lingkungan yang dapat ditoleransi kita
Rasional : Meningkatkan rasa ngantuk dan keinginan untuk tidur
Kolaborasi :
a. Berikan anlgetik, sedative saat tidur sesuai indikasi
Rasional : Nyeri mempengaruhi klien untuk jatuh/tetap tidur. Obat
yang tepat waktu dapat meningkatkan istirahat atau tidur
5. Gangguan Eliminasi BAB berhubungan dengan distensi abdomen,
masukan diit kurang, gerakan peristaltik usus menurun, gerak kurang.
Data : Feses keras, berbentuk/defekasi terjai kurang dari 3x seminggu,
bising usus menurun, teraba adanya feses yang mengeras,
mengejan dan nyeri saat defekasi, adanya perasaan penuh pada
rectum.

17

KH : Mempertahankan konsistensi/pola defekasi umum, mengungkapkan


pemahaman tentang faktor-faktor intervensi/solusi yang tepat yang
berkenan dengan situasi individu
Intervensi :
Mandiri :
a. Pastikan eliminasi umum
Rasional : Dapat diperlukan sebagai dasar untuk evaluasi masa akan
datang
b. Kaji bising usus dan pantau/catat gerakan usus termasuk frekuensi,
konsistensi
Rasional : Mendifinisikan masalah, missal : konstipasi, diare
c. Pantau masukan dan keluaran serta berat badan
Rasional : Dehidrasi, penurunan berat badan dan ketidak seimbangan
elektrolit adalah komplikasi dan diare ketidak adekuatan
masukan cairan dapat menimbulkan konstipasi
d. Dorong masukan cairan adekuat (missal : 2000 ml/24 jam),
peningkatan serat program diit latihan
Rasional : Dapat menurunkan petensial terhadap konstipasi dengan
memperbaiki konsistensi feses dan merangsang peristaltik
dan mencegah dehidrasi (diare)
e. Pastikan diet yang tepat, hindari makanan tinggi lemak (missal :
mentega, makanan gorengan, kacang). Makanan dengan kandungan
serat tinggi yang diketahui menyebabkan diare dan gas
Rasional : Stimulasi GL yang dapat meningkatkan mobilitas atau
frekuensi defekasi
f. Periksa terhadap infeksi bila klien tidak defekasi dalam 3 hari/ada
distensi abdomen, kram, sakit kepala
Rasional : Intervensi lanjut/perawatan usus alternative mungkin
diperlukan
Kolaborasi :
a. Pantau pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi, missal : elektrolit
Rasional : Ketidak seimbangan elektrolit mungkin akibat dari
pemberat untuk mengubah fungsi GL
b. Berikan cairan IV
1) Agen anti diare
Rasional : Mungkin diindikasi pada diare berat
2) Pelunak feses, laktasif, enema sesuai indikasi
Rasional : Penggunaan profilaktif dapat mencegah komplikasi
lanjut pada beberapa klien
6. Resiko ketidakefektifan perfusi gastrointestinal

18

KH : Jumlah, warna, konsistensi dan bau feses dalam batas normal, tidak
ada nyeri perut, bising usus normal, intake output seimbang,tidak ada rasa
haus abnormal.
Intervensi :
a. Monitor TTV, monitor status cairan dan elektrolit, monitor bising
usus,irama jantung
Rasional : untuk mengetahui keadaan dan kebutuhan cairan klien
b. Catat intake dan output secara akurat, kaji tanda-tanda gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit
Rasional : Untuk memantau Intake dan Output klien.
c. Kelola pemberian suplemen elektrolit sesuai dengan instruksi dokter
Rasional : Supaya kebutuhan klien terpenuhi sesuai dengan kebutuhan
d. Kolaborasi dengan ahli gizi jumlah kalori dan jumlah zat gizi yang
dibutuhkan, pasang NGT bila diperlukan
Rasional : Untuk memenuhi kebutuhan kalori dan zat gizi pada klien
e. Monitor warna dan konsistensi dari NGT
Rasional : untuk memantau residu gastrointestinal
7. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi prognosis dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan kurang terpajan/mengingat salah
interpretasi

informasi

tidak

mengenal

sumber

informasi

tentang

pembedahan
KH : Menyatakan pehaman proses penyakit pengobatan dan potensi
komplikasi
Intervensi :
Mandiri :
a. Kaji ulang pembatasan aktivitas pasca operasi, contoh mengangkat
berat, olah raga, latihan
Rasional : Memberikan informasi pada klien untuk merencanakan
kembali rutinitas biasa tanpa menimbulkan masalah
b. Diskusikan perawatan insisi termasuk mengganti balutan pembatasan,
mandi, dan kembali kedokter untuk mengangkat jahitan
Rasional : Pemahaman peningkatan kesadaran dengan program terapi,
meningkatkan penyembuhan dan proses perbaikan
c. Libatkan keluarga dalam pemberian pendidikan kesehatan atau dalam
berdiskusi
Rasional : Sebagai support system untuk klien
8. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan keterbatasan gerak,
imobilitas
KH
: Membantu mempercepat pemulihan mobilitas
Intervensi :

19

a. Penjelasan kembali kemampuan dan keadaan fungsional pada


kerusakan yang terjadi
Rasional : Mengidentifikasi kemungkinan kerusakan secara fungsional
b. Kaji

dan mempengaruhi pilihan intervensi yang akan dilakukan


derajat immobilitas klien dengan menggunakan skala

ketergantungan (0-5)
Rasional : Klien mampu mandiri memerlukan bantuan peralatan yang
minimal
c. Ubah posisi klien secara teratur dan buat sedikit perubahan posisi
antara waktu perubahan posisi tersebut
Rasional : Perubahan posisi yang teratur menyebabkan meningkatkan
sirkulasi pada seluruh bagian tubuh
d. Berikan perawatan kulit dengan cermat, massage dengan pelembab
Rasional : Meningkatkan sirkulasi dan menurunkan resiko terjadinya
ekselerasi kulit
e. Periksa adanya daerah yang mengalami nyeri tekan, kemerahan otot
yang tegang, observasi adanya dispurin tiba-tiba, takikardi, demam dan
nyeri dada
9. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya
pertahanan utama, prosedur invasive, insisi bedah
KH : Meningkatkan penyembuhan luka dengan benar, bebas tanda
infeksi/inflamasi drainase perulen, eritema dan demam
Intervensi :
a. Observasi tanda vital, perhatikan demam, menggigil, berkeringat,
perubahan mental, meningkatnya nyeri abdomen
Rasional : Dugaan adanya infeksi, sepsis, abses, peritonitis
b. Lakukan pencucian tangan yang baik dan perawatan luka aseptik
Rasional : Menurunkan resiko penyebaran bakteri
c. Lihat insisi dan balutan, catat karakteristik drainase luka
Rasional : Memberikan deteksi dini terjadinya proses infeksi dan
/penyembuhan peritonitis yang telah ada sebelumnya
d. Kolaborasi dalam pemberian antibiotik sesuai indikasi
Rasional : Mungkin diberikan secara profilaktik/menurunkan jumlah
organism (pada infeksi yang ada sebelumnya) untuk
menurunkan penyembuhan dan pertumbuhan bakteri pada
rongga abdomen

20

10. Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan keterbatasan gerak


Intervensi :
a. Kaji derajat ketidak mampuan pasien, izinkan sebanyak mungkin
untuk melakukannya secara otonomi. Anjurkan pasien memberikan
masukan dalam perencanaan
Rasional : Berpartisipasi dalam perawatan diri seniri dapat
meringankan frustasi atas hilangnya kemandirian yang
dimilikinya. Kualitas hidup pasien mampu untuk
melakukan kegiatan sehari-hari
b. Berikan dan sediakan waktu yang cukup untuk melakukan tugas-tugas
dan tingkatkan kesabaran pergerakan pasien lambat
Rasional : Penurunan motorik dapat menghambat kemampuan untuk
menangani pekerjaan yang sederhana
c. Antisipasi kebutuhan kebersihan diri dan bantu sesuai dengan
kebutuhan seperti perawatan kuku, kulit dan rambut, perawatan mulut
dan sebagainya
Rasional : Contoh oleh pemberi pelayanan dapat menata satu upaya
terhadap penerimaan keutuhan yang mungkin hilang pada
pasien/mungkin bertentangan dengan orang terdekat
d. Berikan alat bantu sesuai dengan indikasi seperti, mani kursi,
meningkatkan tempat duduk untuk defekasi dengan penyokong yang
hangat
Rasional : Menurunkan kelelahan, meningkatkan partisipasi dalam
perawatan diri pasien

BAB III
TINJAUAN KASUS

21

Hari / Tanggal
Jam
Oleh
Tempat

:
:
:
:

Kamis / 02 Januari 2014


09.45 WIB
Akhmad Khoiri
Ruang Bedah Anak / Kemuning II di RSHS Bandung

A. PENGKAJIAN
1. IDENTITAS DATA
a. Identitas Pasien
Nama
: An. R
Tempat/tgl Lahir
: Bandung, 14 Agustus 2003
Umur
: 10 Tahun
Jenis Kelamin
: Laki - Laki
Agama
: Islam
Pendidikan
: SD
Suku/Bangsa
: Sunda / Indonesia
Alamat
: Mekar mukti, cehampelas 3/8 Bandung
Tgl Masuk
: 30 Desember 2013
No. RM
: 13028388
Ruang
: Bedah Anak/Kemuning II
Dx. Medis
: Post APP hari ke-2
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama
: Tn. S
Umur
: 40 Tahun
Jenis Kelamin
: Laki - Laki
Agama
: Islam
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: Wiraswasta
Alamat
: Mekar mukti, cehampelas 3/8 Bandung
Hubungan Dengan Pasien : Ayah Kandung
2. RIWAYAT KESEHATAN
a. Keluhan Utama
Klien mengatakan nyeri pada perut bagian kanan bawah Post Op
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien mengatakan sejak 1 minggu yang lalu perut kanan bawahnya
terasa nyeri. Kemudian pada tanggal 30 Desember 2013 dibawa IGD
RSUP Hasan

Sadikin

Bandung

pukul

16.00 dan

dilakukan

pemeriksaaan oleh dokter, hasilnya menunjukan peradangan di


apendiks. Terapi yang ddiberikan IGD infuse 20 Tpm, ketorolac
30mg/ml, cefotaxim 2x1 gr dan asam mefenamat 3x1. Pada tanggal 01
januari 2014 jam 00.00 WIB klien dijadwalkan akan dioperasi
apendiktomi, operasi selesai sekitar pukul 01.30 WIB. Kemudian Klien

24

22

dipindahkan ke Ruang Kemuning II untuk mendapatkan terapai lebih


lanjut.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Klien mengatakan belum pernah mengalami penyakit seperti ini
sebelumnya. Klien juga belum pernah dirawat di RS dan belum pernah
di operasi
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga Klien mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang pernah
mengalami penyakit seperti ini sebelumnya. Keluarga tidak ada yang
mempunyai riwayat penyakit hipertensi dan hepatitis.
e. Riwayat Alergi
Klien mengatakan tidak memiliki riwayat alergi obat obatan,
makanan, angin, maupun dingin.
f. Genogram

g. Riwayat Sosial

Keterangan :
Klien dari kecil diasuh
oleh
orang tuanya. Klien tidak ada
: Perempuan
v
: Pasien
An. R
: Laki-laki
pembawaan
secara umum. Lingkungan rumah Klien aman, bersih,
: Meninggal
: Tinggal Serumah

ventilasi rumahnya cukup.


h. Keadaan Kesehatan Saat Ini
1) Diagnosa Medis
: Appendiksitis
2) Tindakan Operasi
: Appendiktomi
i. Pemeriksaan Penunjang

Hasil Laboratorium tangggal 30 Desember 2013


No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Pemeriksaan
Hb
Ht
Eritrosit
VER
HER
Leukosit
Trombosit

Hasil

Nilai Normal

8.0 gr/dl
25,8%
4,36 /UI
59,2 A
18,3 Pg
7.100 /UI
627.000 /UI

12 18 gr/dl
34 48 %
3,7 5,9. 106 UI
78 98 A
26 34 Pg
4,6 11.103 / UI
1500 400. 103 /UI

j. Terapi Pengobatan
Infuse RL
20 Tpm
Mitro infuse
40 Tpm ( 250 mg)

23

Cefotaxim
Ketorolak

2 x 1 gram (IV)
1 x 30 mg/ml (IV)

3. PENGKAJIAN POLA FUNGFSIONAL (MENURUT GORDON)


a. Persepsi kesehatan dan pola management kesehatan
1) Anak lahir keadaan sehat tidak cacat dengan berat 2800 gr.
2) Penyakit yang menyebabkan anak absen dari sekolah yaitu demam,
3)
4)
5)
6)

flu
Ibu Klien mengatakan sering mencuci pakaian anaknya bila kotor
Orang tua sering merokok didekat anaknya
Anak main dengan nyaman, aman, jauh dari kendaraan
Orang tua mengatakan menyimpan obat-obatan ditempat jauh dari

anaknya
b. Nutrisi Pola Metabolik
1) Nutrisi Anak
Klien mengatakan makan 3x/hari (Nasi, sayur dan tahu, ayam),
minum 3-6 gelas/hari. Selama dirawat di RS Klien tidak nafsu
makan dan diberi diit cair.
2) Nutrisi Orang Tua
Orang tua mengatakan tidak ada masalah dalam nutrisinya
c. Pola Eliminasi
1) Pola eliminasi untuk anak
a) Sebelum dirawat
Klien mengatakan BAB 1x/hari dengan konsistensi
(lembek, warna kuning dan bau khas) saat BAB Klien tidak
mengalami kesulitan.
Klien mengatakan BAK 5-6x/hari (warna kuning jernih,
bau khas, 80 cc) saat BAK Klien tidak mengalami
keluhan
b) Selama dirawat
Klien BAK 3-4x/hari kira-kira 75 cc (warna kuning, bau
khas) saat BAK Klien tidak mengalami kesulitan. Klien
BAK dengan pispot diatas tempat tidur.
Klien mengatakan belum BAB saat dikaji
2) Pola eliminasi orang tua
Orang tua tidak mengatakan tidak ada masalah dalam BAB dan
BAK
d. Pola Latihan Aktifitas
1) Pola aktivitas anak
Sebelum dirawat

24

Anak mandi 2x/hari (pagi, sore), mandi dikamar mandi dan


menggunakan sabun. Klien mengganti pakaian minimal
2x/hari. Klien sering bermain dengan teman-temannya. Klien
sudah bisa mandiri dalam kegiatan sehari-hari dengan mandiri

(mandi, makan, toilet, berpakaian dll)


Selama dirawat
Klien mandi dengan dbantu keluarga dengan disibin 2x/hari
(pagi, sore ), ganti pakaian 2x/hari dengan dibantu orang tua.

Dan Klien hanya maen diatas tempat tidur.


2) Pola aktivitas orang tua
Orang tua mengatakan ibunya aktivitasnya dirumah sebagai Ibu
rumah tangga, dan selalu mengawasi anak-anaknya, ibu Klien
mengatakan selalu membersihkan rumah bila keadaan rumah kotor.
e. Pola istirahat / Tidur
1) Pola istirahat anak
Sebelum dirawat
Klien tidur malam 8-10 jam (20.00-06.00), tidur siang 1-3

jam (12.00 14.30), Klien biasa tidur dengan posisi miring,


Selama dirawat
Klien tidur malam 5-7 jam (sering terbangun karena nyeri
pada perutnya), tidur siang 1-2 jam (13.00-14.00), Klien

tidur dengan posisi terlentang


2) Pola istiahat orang tua
Ibu Klien mengatakan 6-7 jam (22.00-05.00), tidur siang 1-2
jam (13.00-14.00).

f. Pola Kognitif/persepsi
1) Pola kognitif anak
Klien mampu mengatakan nama, waktu, alamat dengan baik. Klien
juga bisa mengidentifikasi rasa lapar, haus dan nyeri karena karena
luka Post Of dengan baik.
2) Pola kognitif orang tua
Ibu Klien mengatakan penglihatannya masih jelas, tidak ada
gangguan pendengaran dan sentuhan
g. Pola Persepsi diri Konsep Diri
1) Pola persepsi anak

25

Klien mengatakan namanya An. R, Klien mengatakan banyak


kenalan teman di RS, Klien mengatakan tidak kesepian, Klien
mengatakan pengen pulang karena bosan dengan suasan RS, Klien
merasa takut kalau jahitannya robek
2) Pola persepsi orang tua
Ibu Klien mengatakan cemas dengan keadaan anaknya, takut kalau
jahitan anaknya robek
h. Pola Peran Hubungan
1) Pola peran anak
Klien mengatakan anak yang pertama dari 2 bersaudara, Klien
masih ketergantungan orang tuanya, Klien merasa takut bila
ditinggal orang tuanya pergi, Klien selalu disiplin bila berangkat ke
sekolah
2) Pola peran orang tua
Ibu Klien mengatakan ayahnya bekerja sebagai wiraswasta dan dia
sendiri sebagai ibu rumah tangga yang selalu mengurusi dan
menjaga anak-anaknya
i. Sexualitas
1) Sexualitas anak
Klien mengatakan senang menjadi seorang laki-laki, Klien tidak
pernah menanyakan tentang seksuality
2) Orang tua
Tidak ada masalah dengan sexualitas
j. Koping Pola Toleransi
1) Klien mengatakan takut dengan jahitan bekas post of, Klien takut
lukanya tidak sembuh-sembuh
2) Ibu Klien selalu meyakinkan anaknya kalo lukanya bisa sembuh
dan ibu Klien selalu menenangkan Klien bila Klien merasa cemas
k. Nilai Pola Keyakinan
1) Klien yakin kalau dia akan cepat sembuh
2) Klien selalu berdoa sebelum tidur untuk kesembuhannya
3) Orang tua
Orang tua selalu berdoa untuk anaknya agar cepat sembuh dan
orang tua Klien yakin anaknya akan sehat kembali
4. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum : Sedang
Kesadaran
: Compos Mentis
b. Tanda Vital
: TD : 120/80 mmHg
RR : 24 x/menit
N : 88 x/menit
S : 38 0C
c. TB/BB
: BB sebelum sakit : 28 kg TB : 128 cm

26

d. Lingkar Kepala
e. Mata

BB selama sakit : 27 kg
:
: Simetris, konjungtiva tidak anemis, seklera
anikterik, pupil isokor, pandangan mata tidak

f. Hidung

mengalami gangguan
: Bentuk simetris, tidak ada pembesaran polip,

g. Mulut

penciuman masih baik


: bentuk bibir simetris, gigi Klien bersih, tidak ada
stomatitis, tidak ada kesulitan menelan, mukosa

h.

Telinga

bibir lembab
: Bentuk simetris kanan dan kiri, serumen dalam
batas normal, pendengan baik, tidak ada nyeri
tekan

i. Dada
j. Jantung
I
Pa
Pe
A

:
:
: Ictus cordis tidak tampak
: Ictus cordis teraba diantara intercosta 4 dan 5
: Pekak (kiri atas di intercosta ke II, kanan bawah di
intercosta III)
: Terdengar regular, S1 dan S2 (tidak ada bunyi
tambahan S3, S4)

k. Paru-paru
I
Pa
Pe
A

:
:
:
:
:

l. Abdomen
I

Roncki )
:
: Cembung, ada luka post op (panjang 10 cm,

Bentuk lapang paru simetris


Tidak ada nyeri tekan dan tidak ada benjolan
Sonor
Vesikuler (tidak ada suara tambahan wezhing,

jahitan 9) pada perut kanan bawah, luka masih


basah dan tidak ada pus, warna kulit sekitar luka
kemerahan
Terdengar peristaltic usus 10x/menit
Tympani
Terdapat nyeri tekan pada luka post op
Tidak terpasang kateter, besih tidak ada luka dan

A
Pe
Pa
m. Genetalia

:
:
:
:

n. Ekstermitas
Atas

anus tidak ada hemoroid


:
: Pada tangan kiri terpasang infus RL 20 tpm, tidak
ada oedem, tidak ada nyeri tekan. Pergerakan

27

tangan kiri terbatas (tangan kiri tidak bisa


Bawah
o. Kulit

fleksi/ekstensi secara bebas)


: Pergerakan tidak terbatas, tidak ada oedem, tidak
ada varises.
: Turgor kulit baik, tidak ada lesi, kulit elastis

5. PEMERIKSAAN PERKEMBANGAN
a. Berat badan lahir, 6 bulan, 1 tahun dan saat ini
An. R Berat badan lahir : 2800 gram, pada usia 6 bulan An. R BB
7 kg, pada usia 1 tahun BB An. R 10 kg dan pada saat ini An. R
BB 25 kg.
b. Pertumbuhan gigi :
Pertumbuhan gigi An. R pada usia 2 bulan berjumlah 4, dan
tidak ada masalah dalam pertumbuhan giginya
c. Usia saat mulai menegakan kepala, duduk, berjalan, kata-kata pertama
An. R mulai menegakan kepala pada usia 3 bulan, dan belajar
duduk pada usia 6 bulan, untuk latihan berjalan pada usia 12 bulan,
kata-kata pertama yang diucapkan (mama, papa)
d. Perkembangan sekolah,lancar? Masalah apa ?
An. R tidak ada masalah dalam perkembangan sekolahnya
e. Interaksi dengan pers dan orang dewasa
An. R Suka berteman dengan teman seusianya, bila berinteraksi
dengan orang dewasa An. R masih merasa takut jika berinteraksi
dengan orang asing yang belum pernah diliatnya.
f. Partisipasi dengan kegiatan organisasi (kesenian, OR, dsb)
An. R di rumah tidak mengikuti kegiatan organisasi apa pun

33

B. ANALISA DATA
No.
1.

2.

3.

Data Fokus
DS : Klien mengatakan nyeri pada perut bagian kanan bawah
P : Nyeri bertambah saat bergerak
Q : Nyeri seperti di sayat
R : Nyeri terdapat pada perut kanan bawah (kuadaran IV)
S : Skala nyeri 7 (dari 0-10)
T : Nyeri terus menerus terutama bila alih baring (banyak bergerak)
DO :
Klien tampak meringis kesakitan
Adanya luka Post OP pada perut bagian kanan bawah panjang : 10 cm dan ada 9
jahitan
DS :
- Klien mengatakan takut bergerak karena adanya luka di perut
- Klien mengatakan nyeri saat bergerak
DO :
klien meringis kesakitan saat bergerak
Adanya luka Post OP pada perut bagian kanan bawah panjang : 10 cm dan ada 9
jahitan
DS : Klien mengatakan badannya panas
DO :

Terdapat luka Post Op (panjang : 10 cm dan ada 9 jahitan) pada perut kanan
bawah.

Luka masih basah dan tidak ada pus

Leukosit : 7.100 mm3

Etiologi
Adanya luka insisi
Post op
Appendiktomi

Problem
Gangguan
rasa
aman
nyaman
(Nyeri akut)

Adanya luka insisi Gangguan


Post
Op immobilitas fisik
Appediktomy

Peningkatan invasi Resiko


Tinggi
mikroorganisme
terjadi infeksi

29

Suhu : 38 0C, N : 88x/menit

34

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa aman (Nyeri akut) berhubungan dengan adanya luka insisi
Post Apendiktomi, ditandai dengan :
DS : Klien mengatakan nyeri pada perut bagian kanan bawah
P : Nyeri bertambah saat bergerak
Q : Nyeri seperti disayat
R : Nyeri terdapat pada perut kanan bawah (kuadaran IV)
S : Skala nyeri 7 (dari 0-10)
T : Nyeri terus menerus terutama bila alih baring (banyak bergerak)
DO :
Klien tampak meringis kesakitan
Adanya luka Post OP pada perut bagian kanan bawah, panjang :
10 cm dan ada 9 jahitan
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan adanya luka insisi post
appendiktomi, yang di tandai dengan :
DS :
Klien mengatakan takut bergerak karena adanya luka di perut
Klien mengatakan nyeri saat bergerak
DO :
klien meringis kesakitan saat bergerak
Adanya luka Post OP pada perut bagian kanan bawah panjang : 10
cm dan ada 9 jahitan
3. Resiko tinggi terjadinya infeki berhubungan dengan peningkatan invasi
mikroorganisme, yang ditandai dengan :
DS : Klien mengatakan badannya panas
DO :

Terdapat luka Post Op (panjang : 10 cm dan ada 9 jahitan) pada

perut kanan bawah.


Luka masih basah dan tidak ada pus
Leukosit : 7.100 mm3
Suhu : 38 0C

31

35
D. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
No
1.

2.

Hari
/Tanggal
Jumat, 03
januari
2014

No.
DX
I

Jumat, 03
januari
2014

II

Tujuan & KH
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3x24 jam nyeri dapat berkurang,
dengan Kriteria Hasil :
Nyeri dapat berkurang/terkontrol
Klien tampak rileks tidak kesakitan
Skala nyeri 3-4 (dari skala 1-10)
TTV dalam batas normal:
TD : 110/70 -120/80mmHg
S : 36-37 0C
RR : 20-26x/menit
N : 60-90x/menit
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3x24 jam, klien mampu
bergerak, dengan Kriteria Hasil :
Klien tidak takut bergerak
Klien merasa nyaman saat bergerak
Klien tidak meringis kesakitan saat
bergerak

Intervensi

Rasional

1. Observasi nyeri (PQRST)(catat 1. Untuk mengetahui perubahan


lokasi,karakteristik,berat
dan
pada karakteritik nyeri
skala (0-10) selidiki dan laporkan
2. Pertahankan istirahat dan posisi 2. Menghilangkan
tegangan
yang nyaman
abdomen yang bertambah
dengan posisi terlentang
3. Ajarkan teknik relaksasi dan 3. Meningkatkan relaksasi dan
aktivitas hiburan
dapat
meningkatkan
kemampuan koping
4. Kolaborasi dengan tim medis 4. Menghilangkan
nyeri,
dalam pemberian obat analgetik
mempermudah kerja sama
sesuai indikasi
dengan intervensi terapi lain.
1. Observasi derajat imobilisasi 1. Untuk mengetahui tingkat
klien
kemampuan
gerak
klien
(ekstermitas untuk mengetahui
adanya gangguan atau kelainan
pada system pergerakan)
2. Ajarkan klien mobilisasi fisik 2. Dengan alih baring dapat
secara bertahap (miring kanan,
mencegah dekubitus serta
dan miring kiri)
mencegah keakuan pada otot
perut
3. Berikan posisi klien yang nyaman 3. Menurunkan
kelelahan,
(miring kanan, miring kiri) serta
meningkatkan
relaksasi,
dilakukan perubahan posisi yang
menurunkan terjadinya iskemia

32
36

3.

Jumat, 03
januari
2014

III

teratur sesuai kebutuhan klien


atau kerusakan kulit
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Observasi
TTV,
perhatikan 1. Untuk mengetahui adanya
selama 3x24 jam tidak terjadi infeksi,
demam, berkeringat perubahan
tanda-tanda infeksi atau tidak
dengan Kriteria Hasil :
mental,
peningkatan
nyeri
abdomen
Luka kering dan tidak ada pus
0
2.
Lakukan pencucian tangan yang 2. Menurunkan
resiko
S : 36 37 C
baik dan perawatan luka aseptik
penyebaran bakteri
3. Lihat insisi dan balutan, catat 3. Memberikan
deteksi
dini
karakteristik luka
terjadinya proses infeksi, dan
penyembuhan peritonitis yang
sudah ada sebelumnya
4. Kolaborasi dengan tim medis 4. Untuk menurunkan penyebaran
dalam pemberian antibiotik sesuai
dan pertumbuhan bakteri pada
indikasi
rongga abdomen

37
37
E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

33

No.

Hari/Tgl/Jam

Diagnosa Kep.

Implementasi

1.

Jumat,
03 Gangguan
rasa 1. Mengobservasi nyeri (PQRST),(pukul
januari 2014
aman (Nyeri akut)
09.00, P : Nyeri bertambah saat bergerak,
berhubungan
Q : Nyeri seperti disayat, R : Nyeri terdapat
dengan adanya luka
pada perut kanan bawah (kuadaran IV), S :
insisi
Post
Skala nyeri 7 (dari 0-10), T : Nyeri terus
Apendiktomi
menerus terutama bila alih baring (banyak
bergerak)
2. Mempertahankan istirahat dan posisi yang
nyaman dengan memberi posisi semi
fowler (pukul : 09.25, klien tampak lebih
nyaman dan rileks )
3. Mengajarkan teknik relaksasi dan aktivitas
hiburan dengan menarik nafas dan
mengajak mengobrol(Pukul: 10.00, klien
tampak mengikuti instruksi perawat)
4. Melakukan kolaborasi dengan memberikan
obat-obatan
khususnya
analgetik
(memberikan Cefotaxim 2 x 1 gram (IV)
pukul : 07.00 dan pukul 13.00),Ketorolak 2
x 30 mg/ml (IV) pukul : 13.00 dan
pukul:21.00)
5. Mengobservasi nyeri,dg mencatat lokasi,
karakteristik, beratnya skala (0-10)
menyelidiki dan melaporkan perubahan
nyeri dengan tepat(pukul:14.00, P : Nyeri
bertambah saat bergerak, Q : Nyeri seperti

Evaluasi
S : Klien mengatakan masih nyeri pada perut
bagian kanan bawah,(pukul 14.00, P : Nyeri
bertambah saat bergerak, Q : Nyeri seperti
disayat, R : Nyeri terdapat pada perut kanan
bawah (kuadaran IV), S : Skala nyeri 7 (dari 010), T : Nyeri terus menerus terutama bila alih
baring (banyak bergerak)
O: (pada pukul:14.30: Klien tampak meringis
kesakitan, Adanya luka Post OP pada perut
bagian kanan bawah panjang : 10 cm dan
ada 9 jahitan, Skala nyeri : 7 (dari 0-10)
A:Gangguan rasa nyaman Nyeri akut, belum
teratasi, klien masah merasa nyeri pada bagian
kanan bawah
P: Melanjutkan intervensi 1,2,3,4,5
38

34

2.

Jumat,
03 Gangguan mobilitas 1.
januari 2014
fisik berhubungan
dengan adanya luka
insisi
post 2.
appendiktomi,

3.

4.

3.

Jumat,

03 Resiko

disayat, R : Nyeri terdapat pada perut


kanan bawah (kuadaran IV), S : Skala
nyeri 7 (dari 0-10), T : Nyeri terus menerus
terutama bila
alih baring (banyak
bergerak)
Mengobservasi derajat imobilisasi klien
(pukul : 09.15, kien tampak takut bergerak,
klien tampak meringis kesakitan)
Mengajarkan klien mobilisasi fisik secara
bertahap (pukul: 09.45, miring kanan dan
miring kiri) duduk dan jalan pelanpelan(dengan melatih miring kanan dan
miring kiri) pukul: 10.10 klien perlahan
latihan miring kanan dan kiri dengan
perlahan,
Memberikan posisi klien yang nyaman
serta melakukan perubahan posisi yang
teratur
sesuai
kebutuhan
klien
(Pukul:10.30, klien diberikan posisi
setengah duduk)
Mengobservasi derajat imobilisasi klien
(pukul
11.00,
klien
mash
takut
bergerak,klien tampak mencoba berlatih
miring kanan dan kiri,)

S: Klien mengatakan masih takut untuk bergerak,


Klien masih meringis kesakitan saat bergerak
O: (Pada pukul:14.30, Klien tampak masih takut
bergerak, Klien tampak kesakitan saat
bergerak, Klien tampak melatih bergerak
perlahan)
A: Gangguan mobilitas fisik pada klien belum
teratasi
P: Melanjutkan intervensi 1,2,3,4

Tinggi 1. Mengobservasi TTV, perhatikan demam, S: Klien mengatakan badanya terasa panas

39

35

januari 2014

Terjadinya
infeki
berhubungan
dengan peningkatan
invasi
mikroorganisme
2.
3.

4.

5.

demam, menggigil, berkeringat, perubahan O: (Pada pukul:14.00, (pukul:11.40,Terdapat luka


mental,
meningkatnya
nyeri
Post Op (panjang : 10 cm dan ada 9 jahitan)
abdomen(pukul:10.15, TD: 110/80 mmHg,
RR : 22 x/menit, N : 80 x/menit, S : 37,8
pada perut kanan bawah, Luka masih basah
0
3
C, Leukosit : 7.100 mm ,badan klien
dan tidak ada pus), TD: 110/80 mmHg, RR :
terasa hangat)
Melakukan pencucian tangan yang baik
22 x/menit, N : 88 x/menit, S : 37,4 0C,
dan perawatan luka aseptik
Leukosit : 7.100 mm3,badan klien terasa
Melihat insisi dan balutan, catat
karakteristik
luka(pukul:11.40,Terdapat
hangat)
luka Post Op (panjang : 10 cm dan ada 9 A: Resiko terjadinya infeksi belum teratasi
jahitan) pada perut kanan bawah, Luka P: Melanjutkan intervensi 1,2,3,4,5
masih basah dan tidak ada pus)
Mengkolaborasi dengan tim medis dalam
pemberian
obat-obatan
khususnya
antibiotik sesuai indikasi memberikan
Cefotaxim 2 x 1 gram (IV) pukul : 07.00
dan pukul 13.00),Ketorolak 2 x 30 mg/ml
(IV) pukul : 13.00 dan pukul:2100)
Mengobservasi TTV, perhatikan demam,
demam, menggigil, berkeringat, perubahan
mental, meningkatnya nyeri abdomen
(Pukul: 11.25, TD: 110/80 mmHg, RR :
22 x/menit, N : 88 x/menit, S : 37,8 0C,
Leukosit : 7.100 mm3,badan klien terasa
hangat)

36
40
No.

Hari/Tgl/Jam

Diagnosa Kep.

Implementasi

4.

Sabtu,
04 Gangguan
rasa 1. Mengobservasi nyeri (PQRST),(pukul 08.30,
januari 2014
aman (Nyeri akut)
P : Nyeri bertambah saat bergerak, Q : Nyeri
berhubungan
seperti disayat, R : Nyeri terdapat pada perut
dengan adanya luka
kanan bawah (kuadaran IV), S : Skala nyeri
insisi
Post
7 (dari 0-10), T : Nyeri terus menerus
Apendiktomi
terutama bila alih baring (banyak bergerak)
2. Mempertahankan istirahat dan posisi yang
nyaman dengan memberi posisi semi fowler
(pukul : 09.25, klien masih tampak meringis
kesakitan)
3. Mengajarkan teknik relaksasi dan aktivitas
hiburan dengan menarik nafas dan mengajak
mengobrol(Pukul: 10.00, klien tampak
mengikuti instruksi perawat)
4. Melakukan kolaborasi dengan memberikan
obat-obatan
khususnya
analgetik
(memberikan Cefotaxim 2 x 1 gram (IV)
pukul : 07.00 dan pukul 13.00),Ketorolak 2 x
30 mg/ml (IV) pukul : 13.00 dan pukul:2100)
5. Mengobservasi nyeri,dg mencatat lokasi,
karakteristik,
beratnya
skala
(0-10)
menyelidiki dan melaporkan perubahan nyeri
dengan tepat(pukul:14.00, P
: Nyeri
bertambah saat bergerak, Q : Nyeri seperti
disayat, R : Nyeri terdapat pada perut kanan
bawah (kuadaran IV), S : Skala nyeri 7 (dari

Evaluasi
S : Klien mengatakan masih nyeri pada perut
bagian kanan bawah,(pukul 14.15, P : Nyeri
bertambah saat bergerak, Q : Nyeri seperti
disayat, R : Nyeri terdapat pada perut kanan
bawah (kuadaran IV), S : Skala nyeri 7 (dari 010), T : Nyeri terus menerus terutama bila alih
baring (banyak bergerak)
O: (pada pukul:14.30: Klien tampak meringis
kesakitan, Adanya luka Post OP pada perut
bagian kanan bawah panjang : 10 cm dan
ada 9 jahitan, Skala nyeri : 7 (dari 0-10)
A:Gangguan rasa nyaman Nyeri akut, belum
teratasi, klien masah merasa nyeri pada bagian
kanan bawah
P: Melanjutkan intervensi 1,2,3,4,5

37
41

5.

Sabtu,
04 Gangguan mobilitas 1.
januari 2014
fisik berhubungan
dengan adanya luka
insisi
post 2.
appendiktomi,

3.

4.

6.

0-10), T : Nyeri terus menerus terutama bila


alih baring (banyak bergerak)
Mengobservasi derajat imobilisasi klien
(pukul : 09.25, kien masih tampak takut
bergerak, klien tampak meringis kesakitan)
Mengajarkan klien mobilisasi fisik secara
bertahap (pukul:09.45, miring kanan dan
miring kiri) duduk dan jalan pelanpelan(dengan melatih miring kanan dan
miring kiri) pukul:10.10 klien perlahan
latihan miring kanan dan kiri dengan
perlahan,
Memberikan posisi klien yang nyaman serta
melakukan perubahan posisi yang teratur
sesuai kebutuhan klien (Pukul:10.30, klien
diberikan posisi setengah duduk)
Mengobservasi derajat imobilisasi klien
(pukul
11.00,
klien
masih
takut
bergerak,klien tampak mencoba berlatih
miring kanan dan kiri,)

S: Klien mengatakan masih takut untuk bergerak,


Klien masih meringis kesakitan saat bergerak
O: (pada pulul:14.30, Klien tampak masih takut
bergerak, Klien tampak kesakitan saat
bergerak, Klien tampak melatih bergerak
perlahan)
A: Gangguan mobilitas fisik pada klien belum
teratasi
P: Melanjutkan intervensi 1,2,4

Sabtu,
04 Resiko
Tinggi 1. Mengobservasi TTV, perhatikan demam, S: Klien mengatakan badanya tidak panas lagi
januari 2014
Terjadinya
infeki
demam, menggigil, berkeringat, perubahan O: (pada pukul:14.00, (pukul:11.40,Terdapat luka
berhubungan
mental, meningkatnya nyeri abdomen
Post Op (panjang : 10 cm dan ada 9 jahitan)
dengan peningkatan
(pukul:10.05, TD: 120/80 mmHg, RR : 24
pada perut kanan bawah, Luka masih tampak
invasi
x/menit, N : 88 x/menit, S : 36,80C, Leukosit
sedikit basah dan tidak ada pus), TD: 110/70
3
mikroorganisme
: 7.100 mm ,badan klien tidak panas
mmHg, RR : 22 x/menit, N : 90 x/menit, S :
2. Melakukan pencucian tangan yang baik dan
36,5 0C, Leukosit : 7.100 mm3,badan klien

38
42
perawatan luka aseptik
tidak panas lagi)
3. Melihat insisi dan balutan, catat karakteristik
luka(pukul:11.40,Terdapat luka Post Op A: Resiko terjadinya infeksi teratasi sebagian
(panjang : 10 cm dan ada 9 jahitan) pada P: Melanjutkan intervensi 1,2,3,4,5
perut kanan bawah, Luka masih tampak
sedikit basah dan tidak ada pus)
4. Mengkolaborasi dengan tim medis dalam
pemberian obat-obatan khususnya antibiotik
sesuai indikasi memberikan Cefotaxim 2 x 1
gram (IV) pukul : 07.00 dan pukul
13.00),Ketorolak 2 x 30 mg/ml (IV) pukul :
13.00 dan pukul:2100)
5. Mengobservasi TTV, perhatikan demam,
demam, menggigil, berkeringat, perubahan
mental, meningkatnya nyeri abdomen
(Pukul:11.45, TD: 110/80 mmHg, RR : 22
x/menit, N : 90 x/menit, S : 36,5 0C,
Leukosit : 7.100 mm3,badan klien tidak
panas lagi)

43
No.

Hari/Tgl/Jam

Diagnosa Kep.

Implementasi

Evaluasi

39

7.

Minggu, 05 Gangguan
rasa 1. Mengobservasi nyeri (PQRST),(pukul
januari 2014
aman (Nyeri akut)
14.35, P : Nyeri bertambah saat bergerak,
berhubungan
Q : Nyeri seperti disayat, R : Nyeri terdapat
dengan adanya luka
pada perut kanan bawah (kuadaran IV), S :
insisi
Post
Skala nyeri 5 (dari 0-10), T : Nyeri terus
Apendiktomi
menerus terutama bila alih baring (banyak
bergerak)
2. Mempertahankan istirahat dan posisi yang
nyaman dengan memberi posisi semi
fowler (pukul : 15.25, klien tampak lebih
nyaman dan rileks )
3. Mengajarkan teknik relaksasi dan aktivitas
hiburan dengan menarik nafas dan
mengajak mengobrol(Pukul: 16.00, klien
tampak mengikuti instruksi perawat)
4. Melakukan kolaborasi dengan memberikan
obat-obatan
khususnya
analgetik
(memberikan Cefotaxim 2 x 1 gram (IV)
pukul : 07.00 dan pukul 13.00),Ketorolak 2
x 30 mg/ml (IV) pukul : 13.00 dan
pukul:2100)
5. Mengobservasi nyeri,dg mencatat lokasi,
karakteristik, beratnya skala (0-10)
menyelidiki dan melaporkan perubahan
nyeri dengan tepat(pukul:18.30, P : Nyeri
bertambah saat bergerak, Q : Nyeri seperti
disayat, R : Nyeri terdapat pada perut
kanan bawah (kuadaran IV), S : Skala

S:Klien mengatakan nyeri sudah berkurang,


(pukul 14.00, P
: Nyeri bertambah saat
bergerak, Q : Nyeri seperti disayat, R : Nyeri
terdapat pada perut kanan bawah (kuadaran IV),
S : Skala nyeri 5 (dari 0-10), T : Nyeri terus
menerus terutama bila alih baring (banyak
bergerak)
O: (pada pukul:20.30: Klien tampak lebih rileks,
Adanya luka Post OP pada perut bagian kanan
bawah panjang : 10 cm dan ada 9 jahitan,
Skala nyeri : 5 (dari 0-10), klien tampak lebih
rileks, TTV: 110/80mmHg, N: 88x/menit,
S:36,5C
A:Gangguan rasa nyaman Nyeri akut, teratasi
sebagian
P: Melanjutkan intervensi 1,2,3,4,5
44

40

8.

Minggu, 05 Gangguan mobilitas 1.


januari 2014
fisik berhubungan
dengan adanya luka
insisi
post 2.
appendiktomi,

3.

4.

9.

Minggu, 05 Resiko
Tinggi 1.
januari 2014
Terjadinya
infeki
berhubungan
dengan peningkatan
invasi
mikroorganisme

nyeri 5 (dari 0-10), T : Nyeri terus menerus


terutama bila
alih baring (banyak
bergerak)
Mengobservasi derajat imobilisasi klien
(pukul : 15.15, kien tampak mulai melatih
bergerak, klien tampak berhati-hati)
Mengajarkan klien mobilisasi fisik secara
bertahap (pukul:15.45, miring kanan dan
miring kiri) duduk dan jalan pelanpelan(dengan melatih miring kanan dan
miring kiri) pukul:16.10 klien perlahan
latihan miring kanan dan kiri dengan
perlahan,
Memberikan posisi klien yang nyaman
serta melakukan perubahan posisi yang
teratur
sesuai
kebutuhan
klien
(Pukul:16.35, klien diberikan posisi
setengah duduk)
Mengobservasi derajat imobilisasi klien
(pukul 16.45, klien mash sedikit takut
bergerak, klien perlahan berlatih miring
kanan dan kiri)
Mengobservasi TTV, perhatikan demam,
demam, menggigil, berkeringat, perubahan
mental,
meningkatnya
nyeri
abdomen(pukul:16.05, TD: 120/80 mmHg,
RR : 22 x/menit, N : 80 x/menit, S :
370C, Leukosit : 7.100 mm3,badan klien

S: klien mengatakan mau berlatih bergerak, Klien


mengatakan masih sedikit takut bergerak
O: (pada pukul:19.30, klien tampak mulai
melatih bergerak, klien tampak berhati-hati,
Klien tampak melatih bergerak perlahan, klien
perlahan berlatih miring kanan dan kiri)
A: Gangguan mobilitas fisik pada klien teratasi
sebagian
P: Melanjutkan intervensi 1,3,4

S: Klien mengatakan badanya sudah tidak panas


lagi
O: (Pada pukul:14.00, (pukul:11.40,Terdapat luka
Post Op (panjang : 10 cm dan ada 9 jahitan)
pada perut kanan bawah, Luka tampak sudah

41

45

sudah tidak panas)


kering dan tidak ada pus), TD: 110/80 mmHg,
2. Melakukan pencucian tangan yang baik
RR : 20 x/menit, N : 80 x/menit, S : 36,5 0C,
dan perawatan luka aseptik
3. Melihat insisi dan balutan, catat
Leukosit : 7.100 mm3, klien tampak rileks
karakteristik
luka(pukul:16.50,Terdapat A: Resiko terjadinya infeksi tidak terjadi
luka Post Op (panjang : 10 cm dan ada 9
(masalah teratasi)
jahitan) pada perut kanan bawah, Luka
P: Pertahankan intervensi 1,2,3,4,5
tampak sudah kering dan tidak ada pus)
4. Mengkolaborasi dengan tim medis dalam
pemberian obat-obatan khususnya
antibiotik sesuai indikasi memberikan
Cefotaxim 2 x 1 gram (IV) pukul : 07.00
dan pukul 13.00),Ketorolak 2 x 30 mg/ml
(IV) pukul : 13.00 dan pukul:2100)
5. Mengobservasi TTV, perhatikan demam,
demam, menggigil, berkeringat, perubahan
mental, meningkatnya nyeri abdomen
(Pukul:20.15, TD: 110/80 mmHg, RR : 20
x/menit, N : 80 x/menit, S : 36,5 0C,
Leukosit : 7.100 mm3,badan klien tidak
panas lagi)

42

BAB IV
PEMBAHASAN
Pada BAB ini penulis menguraikan tentang pembahasan pada kasus An. R
dengan masalah utama Post Apendiktomi akibat Apendiksitis.
Pembahasan ini meliputi komponen Asuhan Keperawatan yaitu pengkajian,
analisa data, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi. Berikut
penatalaksanaannya dengan membandingkan antara teori dan kasus nyata.
Diagnosa keperawatan pada kasus An. R yang sesuai teori keperawatan
Doengoes, 2000:
1. Gangguan rasa nyaman (Nyeri akut) berhubungan dengan adanya insisi Post
Apendiktomi
Gangguan rasa nyaman (nyeri) adalah keadaaan dimana individu
mengalami dan melaporkan adanya rasa ketidaknyamanan yang hebat, atau
sensasi yang tidak menyenangkan (Carpenito, 2006)
Data untuk menegakan diagnosa tersebut berdasarkan pengkajian pada
An.R yang penulis dapatkan adalah data subjektif. Klien mengatakan nyeri
pada perut kanan bawah karena adanya luka post operasi. Data objektifnya :
klien tampak meringis kesakit, adanya luka Post OP pada perut bagian kanan
bawah, panjang : 10 cm dan ada 9 jahitan, di dapatkan skala nyeri 7.
Sedangkan data menurut Doengoes (2000) : perilaku klien tampak hati-hati,
klien tampak berbaring miring dengan kaki kanan ditekuk dan ekspresi wajah
klien tampak tegang.
Data tersebut hampir sama dengan teori Doengoes (2000) yaitu : klien
hati-hati untuk bergerak dan ekspresi wajah klien tampak tegang. Tapi ada
yang tidak sama yaitu posisi klien waktu berbaring miring dengan kaki kanan
ditekuk. Karena pada saat pengkajian penulis tidak mendapati klien dengan
posisi miring kaki kakan ditekuk.
Diagnosa ini penulis prioritaskan menjadi diagnosa pertama dari pada
diagnosa lain yang muncul pada An.R. karena apabila nyeri tidak segera
diatasi akan menyebabkan yang membahayakan pada diri klien yaitu akan
berpengaruh pada system kardiovaskuler yang mengakibatkan vasokontriksi
pembuluh darah sehingga meningkatkan beban pada jantung yang bisa
mengakibatkan syok neurogik.

46

47
43

Intervensi yang penulis rencanakan untuk mengatasi masalah An. R


menggunakan teori Doengoes (2006), yakni kaji nyeri, catat lokasi,
karakteristik, beratnya skala (0-10) selidiki dan laporkan perubahan nyeri
dengan tepat yang bertujuan dalam pengawasan keefektifan obat, kemajuan
penyembuhan, perubahan dalam karakteristik nyeri menunjukan kejadian
abses/peritonitis. Dan juga memberikan intervensi : pertahankan istirahat
dengan posisi semi fowler, dorong ambulasi dini, berikan teknik relaksasi dan
aktivitas hiburan, berikan analgesik, serta berikan kompres pada abdomen.
Dari intervensi yang direncanakan ada yang tidak dapat penulis
laksanakan yaitu : pertahankan instirahat dengan semifowler karena klien
merasa capek jika dikasih posisi semi fowler terus menerus. Dan juga klien
tidak dilakukan kompres pada abdomen, karena skala nyeri 7. Nyeri tidak bisa
hilang dengan kompres es sehingga hanya diberikan teknik relaksasi dan
pemberian analgetik.
Penulis juga masih lemah dalam melaksanakan tindakan karena hanya
melakukan 1 x shift saja, padahal seharusnya 3 x 24 jam sehingga pasien tidak
dapat terpantau secara maksimal oleh penulis.
Pada evaluasi hasil pada tanggal 05 januari 2014 didapatkan subjektif
klien menyatakan masih nyeri hilang muncul, tetapi masih terasa jika
bergerak. Data objektif klien tampak rileks, skala nyeri 5. Berdasarkan data
tersebut diatas setelah penulis membandingkan dengan kriteria hasil penulis
menyimpulkan bahwa masalah teratasi sebagian. Sehingga penulis perlu
melanjutkan intervensi dengan kaji nyeri, catat lokasi, karakteristik, beratnya
(0-10) selidiki dan laporkan perubahan nyeri dengan tepat. Pertahankan
istirahat dengan posisi semi fowler dan berikan analgetik. Evaluasi yang
penulis buat seharusnya disertai catatan perkembangan yang dilakukan setiap
hari, tetapi catatan perkembangan tidak penulis sertakan karena penulis
melakukan evaluasi langsung pada pasien sehingga catatan perkembangan
47
48
hanya dilakukan di Rumah Sakit.
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan adanya luka insisi post
appendiktomi

44

Kerusakan mobilitas fisik adalah suatu keadaan dimana seorang individu


mengalami atau berisiko mengalami gerak fisik, tetapi bukan imobilisasi
(Carpenito, 2006).
Data pengkajian secara teori yaitu, pembatasan pergerakan serta enggan
untuk bergerak (Doengoes,2000). Sedangkan dalam pengkajian An. R
didapatkan data subjektif : klien mengatakan nyeri dan merasa tidak nyaman
saat bergerak, klien juga menyatakan takut untuk bergerak. Data objektif :
klien tampak meringis kesakitan saat bergerak, terdapat luka Post Op bagian
kanan bawah panjang : 10 cm dan ada 9 jahitan.
Dalam diagnosa ini dijadikan sebagai diagnosa ke dua karena berjalannya
waktu dan latihan gerak oleh pasien maka klien akan kembali beraktivitas
secara normal kembali.
Dari data yang penulis dapatkan dengan data literature ada yang sama
yaitu enggan untuk bergerak atau takut untuk bergerak. Hal ini terjadi karena
adanya luka post operasi. Sehingga klien khawatir kalu terlalu banyak gerak,
jahitannya akan putus.
Intervensi yang penulis gunakan untuk diagnosa tersebut adalah kaji
derajat imobilisasi klien, ajarkan klien mobilisasi fisik secara bertahap (miring
kanan dan kiri), berikan posisi klien yang nyaman serta dilakukan perubahan
pasisi yang teratur sesuai kebutuhan klien, berikan perawatan kulit dengan
cermat, masase dengan pelembab, serta periksa adanya daerah yang
mengalami nyeri tekan.
Setelah menentukan intervensi, tahap selanjutnya yaitu melakukan
rencana keperawatan sesuai dengan yang telah ditentukan. Penulis melakukan
intervensi pada klien sesuai dengan teori. Tapi ada juga yang tidak penulis
lakukan yaitu perawatan kulit dengan cermat, masase dengan pelembab tidak
dilakukan karena kulit klien sudah dibersihkan oleh keluarga setiap pagi dan
49
sore dengan air hangat, dan juga periksa adanya daerah yang mengalami nyeri
tekan. Ini tidak dilakukan karena klien tidak mengalami nyeri tekan.
Pada evalusi pada tanggal 05 januari 2014 didapatkan data subjektif klien
mengatakan sudah tidak takut bergerak. Data objektif klien tampak rileks
walau pun sesekali meringis kesakitan waktu bergerak, klien tampak miring
kanan dan kiri meskipun perlahan. Berdasarkan data tersebut setelah penulis

45

membandingkan dengan kriteria hasil, masalah teratasi sebagian. Oleh karena


itu, perlu melanjutkan intervensi sesuai yang telah ditentukan.
3. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan peningkatan

invasi

mikroorganisme
Resiko terhadap infeksi adalah keadaan dimana seorang idividu berisiko
terserang infeksi oleh agen patogenik (virus, jamiur, bakteri, protozoa atau
parasit yang lain) dari sumber-sumber eksternal, sumber-sumber ebdogen atau
oksigen (Carpenito, 2006).
Tanda-tanda infeksi adalah dolor atau nyeri, color atau panas, rubor atau
kemerahan, tumor atau bengkak, adanya pus atau luka, fungsiolaesa
(Doengoes, 200).
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan invasi mikroorganisme
dijadikan sebagai diagnosa ketiga karena adanya luka insisi dan terbukanya
jaringan kulit dan ada tanda penigngkatan suhu pada klien 380C, sehingga
dapat meninmbulkan infeksi jika tidak dilakukan perawatan luka secara
aseptik.
Dalam pengkajian pada An. R didapatkan data adanya uka Post Operasi
pada perut kanan bawah dengan panjang : 10 cm dan ada 9 jahitan, luka
masih basah dan tidak ada pus, suhu 380C, leukosit : . 7.100 mm3. Sedangkan
menurut teori Doengoes (2000): luka masih basah, berwarna merah, ada
pus, ,menggigil, demam, suhu lebih dari 38 0C.
Intervensi menurut teori yang penulis gunakan yaitu awasi TTV,
perhatikan demam, menggigil, berkeringat, perubahan mental, meningkatnya
nyeri abdomen, lakukan pencucian tangan yang baik dan perawatan aseptik,
lihat insisi dan balutan, catat karakteristik luka, ambil drainase bila
diindikasikan serta kolaborasi dalam pemberian antibiotik sesuai indikasi.
Setelah menentukan intervensi keperawatan yang sesuai dengan diagnosa
50
keperawatan yang ditentukan, tahap selanjutnya adalah pelaksanaan rencana
keperawatan yang telah ditetapkan. Dari teori tersebut ada yang tidak dapat
penulis lakukan yaitu pengambilan drainase, karena pasien tidak dipasang
drainase.
Pada evaluasi hasil pada tanggal 05 januari 2014, didapatkan data
subjektif klien mengatakan badannya tidak panas lagi. Data objektif
didapatkan TD: 110/80 mmHg, RR : 20 x/menit, N : 80 x/menit, S : 36,5 0C,
Leukosit : 7.100 mm3, luka tampak lebih kering, masih adanya kemerahan

46

disekitar luka dan tidak ada pus. Berdasarkan data tersebut diatas penulis
membandingkan dengan kriteria hasil penulis menyimpulkan masalah teratasi.
Oleh karena itu perlu dipertahankan intervensi tersebut.
Diagnosa yang tidak muncul dalam Asuhan Keperawatan pada An. R
dengan Post Apendiktomi adalah :
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Karena klien tidak merasa mual, tidak ada penurunan berat badan pada
klien
2. Resti gangguan volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh
Karena pasien tidak mengalami mual dan muntah
3. Gangguan elimiansi BAB
Karena pasien pada waktu pengkajian belum BAB
4. Gangguan istirahat dan tidur
Karena tidak masuk prioritas utama yang harus ditangani
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal informasi
Karena penulis mengira seiring berjalannya waktu, klien akan tahu tentang
penyakitnya.
6. Kurang perawatan diri (gangguan personal hygien)
karena keterbatasan waktu dan kemampuan penulis dan juga tidak masuk
dalam prioritas utama yang harus ditangani
Faktor Pendukung
1. Keluarga dank lien kooperatif sehingga penulis dapat melakukan tindakan
keperawatan dengan baik
2. Klien bersedia dilakukan Asuhan Keperawatan mulai dari pengkajian
51
sampai evaluasi secara leluasa
3. Perawatnya sangat membantu dalam memberi masukan kepada penulis
Faktor Penghambat
1. Keterbatasan waktu dalam melakukan Asuhan Keperawatan karena penulis
sudah pindah di ruangan lain.
2. Penulis harus bolak balik ke ruangan satu ke ruangan lain untuk
melanjutkan Asuhan Keperawatan
Solusi atau Alternatif Pemecahan Masalah
1. Berkomunikasi dengan keluarga pasien yang menjaga pasien selama di
rawat di ruang bedah anak di RSUP Hasan Sadikin Bandung
2. Penulis meminta bantuan kepada teman satu praktekan/mahasiswa dari
satu kampus dan lain yang shift diruang tersebut yang mendapat shift
malam untuk memantau kondisi klien

47

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Appendiksitis merupakan suatu peradangan yang terjadi pada appendiks
veriformis atau umbai cacing, yang berlokasi dekat ileocecal yang disebabkan
karena obstruksi atau infeksi yang ditandai dengan sakit perut kanan bawah,
rasa ngilu dan sakit tekan di daerah apendiks. Untuk pengobatan pada
apendiksitis adalah apendiktomi. Karena apabila ditunda akan kemungkinan
terjadi gangguan atau perforasi.
Dalam pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada An. R didapatkan
beberapa masalah yang muncul yaitu Gangguan rasa aman nyaman (nyeri
akut) berhubungan dengan adanya luka insisi Post Apendiktomi. Pada
diagnosa ini telah dilakukan pengkajian nyeri, catat lokasi nyeri, karakteristik
nyeri, beratnya skala (0-10), menyelidiki dan melaporkan perubahan nyeri
dengan tepat. Mempertahankan instirahat dengan posisi semi fowler,
memberikan teknik relaksasi dan aktivitas hiburan serta memberikan
analgetik.
Diagnosa kedua adalah Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan
adanya luka insisi post apendiktomi. Unuk mengatasi diagnosa ini, penulis
telah melakukan tindakan berupa mengobservasi derajat imobilisasi klien,
mengajarkan klien mobilisasi fisik secara bertahap(miring kanan dan kiri),
serta memberikan posisi klien yang nyaman dan melakukan perubahan posisi
yang teratur sesuai kebutuhan klien.
Diagnosa ketiga adalah resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan
invasi mikroorganisme. Penulis telah melakukan tindakan : pengawasan tandatanda vital, memperhatikan demam, menggigil, berkeringat, perubahan mental
dan meningkatnya nyeri abdomen, melakukan pencucian tangan yang baik dan
perawatan luka dengan aseptik, melihat insisi dan balutan, mencatat
karakteristik luka serta melakukan kolaborasi dalam pemberian anatibiotik
53
sesuai indikasi.
Selama pelaksanaan tindakan keperawatan pada klien post apendiktomi
telah disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan sebelumnya. Dalam
pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada An. R dengan post operasi
apendiktomi tidak banyak menyimpang dari teori yang ada.
52

48

B. Saran
1. Bagi Rumah Sakit
Dibutuhkan kerjasama antar perawat ruangan dengan mahasiswa
praktekan dalam melakukan pada pasien diruangan terutama pada pasien
yang menderita asma bronkhial sehingga tercapai tujuan keperawatan yang
sesuai dengan kriteria hasil, pendokumentasian yang lengkap untuk bukti
kuat di rumah sakit dan nyata, serta mahasiswa dapat lebih mudah untuk
mempelajarinya dengan di fasilitasi alat-alat yang memadai di rumah sakit
akan bias mempercepat penyembuhan bagi pasien.
2. Klien dan Keluarga
a. Klien hendaknya menjaga kebersihan luka
b. Klien harus sering mengontrol dan minum obat secara teratur, sampai
sembuh
c. Klien hendaknya menjaga nutrisi atau diet yang dianjurkan
d. Keluarga klien harus ikut menjaga memperhatikan waktu control dan
minum obat serta diet yang dianjurkan setelah pulang dari rumah sakit.
3. Perawat
a. Perawat memberikan informasi dan pengertian tentang kesehatan kepada
pasien dan keluarga karena hak mendapatkan informasi dan pelayanaan
kesehatan pasien dilindungi oleh undang-undang.
b. Perawat dalam melaksanakan perawatan luka harus memperhatikan
prinsip aseptik dan anti septik
c. Perawat hendaknya memberikan pendidikan kesehatan pada klien dan
54
keluarga tentang bagaimana cara menjaga kebersihan daerah luka
dengan baik dan benar
d. Perawat harusnya memberitahukan kepada keluarga pasien setiap
melakukan tindakan yang dilakukan perawat agar tidak membuat cemas
pasien maupun keluarga
e. Perawat hendaknya selalu mendokumentasikan setiap tindakan yang
dilakukan segera setelah tindakan dilakukan.
4. Penulis
a. Penulis perlu belajar lebih giat lagi, dalam memahami kasus dengan
penyakit apendiksitis
b. Penulis perlu giat bertanya kepada perawat ruangan serta tim medis
lainnya untuk menentukan tindakan yang akan dilakukan selama
merawat pasien post apendiktomi di ruang Bedah Anak/kemuning di
RSUP Hasan Sadikin Bandung.

49

5. Institusi
a. Diharapkan dapat memfasilitasi yang diperlukan penulis agar mudah
dan dapat mengembangkan ilmu
b. Didukung dengan persediaan buku tentang penyakit Apendiksitis untuk
menunjang teori yang sistemik dan untuk mempermudah penulis untuk
belajar
c. Dengan adanya penelitian yang penulis angkat dengan penyakit
apendiksitis (Post apendiktomi) diharapkan dapat memacu fasilitas
maupun sarana bagi institusi.

50

DAFTAR PUSTAKA
Alimul Hidayat.A.Azizi. (2006). Kebutuhan Dasar Manusia. Edisi 1. Salemba
Medika: Jakarta
Carpenito, Linda jual. 2006. Buku Saku : Diagnosa Keperawatan, Alih Bahasa :
Monica Ester, S.Kep Edisi VIII. EGC : Jakarta
Corwin, Elizabeth. 2009. Buku Saku Patofisiologis. Alih Bahasa : nike Budhi
Subekti: editor edisi Bahasa Indonesia. EGC : Indonesia
Doengoes, Marilynn E, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. EGC.
Jakarta
Fieshman JW. 2005. Perencanaan Asuhan Keperawatan. Edisi III. EGC : Jakarta
Kimberty.A.J. 2012. Kapita Selekta Penyakit dengan Implikasi Keperwatan.
Penerbit EGC : Jakarta
Mansjoer, arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. EGC. Jakarta
Price, Sylvia Anderson dan Wilson, Me Carty, Lorraine. 2005. Patofisiologi. Edisi
2. EGC : Jakarta
Price, Sylvia Anderson, ( 2005 ). Patofisiologi : Konsep klinik proses proses
penyakit. Jakarta : EGC.
Santoso, budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda. Edisi I. EGC :
Jakarta
Sjamsuhidajat, R. & Jong, W.D. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah, edisi revisi. EGC :
Jakarta
Smeitzer,Suzanne.C. Brenda. 2005.Buku Ajar Keperwatan Medikal Bedah Edisi
8.Penerbit EGC : Jakarta
Soeparman. 2004. Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV. EGC : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai