Oleh :
WAMUSA ANDIKA RASPATI
NIM : 15131107
Pembimbing KTI :
1.RUSNOTO
2.PRI ASTUTIK
HALAMAN PERSETUJUAN
DIII
Keperawatan
Sekolah
Tinggi
Ilmu
Kesehatan
Tanggal :
Nama
NIM
: 15131107
Mengetahui :
Pembimbing KTI
1.RUSNOTO
2.PRI ASTUTIK
Mengetahui,
Ketua STIKES Muhammadiyah Kudus
ii
(STIKES)
HALAMAN PENGESAHAN
Tanggal
Nama
NIM
: 15131107
Tim Penguji :
Penguji Utama
Penguji Anggota
Mengetahui,
Ketua STIKES Muhammadiyah Kudus
MOTTO
iii
iv
: AKHMAD KHOIRI
Tempat/tgl lahir
Jenis Kelamin
: Laki Laki
Agama
: Islam
Alamat
: One_onthree@yahoo.com, akhoiri100@Gmail.com
No. Hp
: 085713332208/08990260576
KATA PENGANTAR
v
Muhamaad
SAW semoga
keselamatan
tertuju
kepada para
kekurangan
karena
keterbatasan
pengetahuan,
pengalaman,
dan
Anny
Rosiana
M,M.Kep.Sp.Kep.J
selaku
Ketua
Jurusan
DIII
vi
6. Kepada orang tua tercinta, abah dan ibu serta kakak, dan saudara
perempuanku tersayang yang keberadaanya selalu mencurahkan kasih sayang,
dukungan moril maupun spiritual kepada penulis
7. Teman-teman seangkatan yang telah memberikan dukungan kepada penulis
untuk selalu semangat dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini, penulis telah berusaha
dengan segala kemampuan yang penulis miliki, namun penulis menyadari bahwa
penyusunan Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu
penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca guna perbaikan dan
penyempurnaan Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini. Semoga Karya Tulis Ilmiah (KTI)
ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan lembaga kesehatan pada
khususnya.
Wassalamualaikum. Wr. Wb
Kudus,
Agustus 2014
Penulis
vii
PERSEMBAHAN
Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini kupersembahkan kepada mereka yang
merasa memiliki diriku yang menjadi bagian hidupku yang selama ini tak hentihentinya dengan tulus ikhlas memberikan doa, nasehat, bimbingan, dorongan
serta kasih sayang yang tulus sebagai wujud rasa syukur, rasa hormat, serta
ucapan terima kasih yang tiada terkira. Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini
kupersembahkan untuk :
Abah dan ibuku tercinta yang senantiasa memberikan kasih sayang dengan
tulus, memberikan dukungan materiil dan spiritual serta doa yang selalu
kepadaku
Ns. Sukarmin M.Kep., Sp. KMB selaku pembimbing Karya Tulis Ilmiah yang
tiada kenal lelah memberikan bimbingan sehingga Karya Tulis Ilmiah ini
bisa selesai
Sahabat-sahabatku Ati Qoniah, Anisa Wulandari yang selalu memberikan
dukungan disaat aku putus asa dalam pengerjaan Karya Tulis Ilmiah
Teman-teman seperjuangan Stikes Muhammadiyah Kudus, Khususnya
teman-teman satu kos yang selalu kasih semangat dan motivasi kepada
penulis, akan aku ingat semua kenangan-kenangan kita semua, jangan
DAFTAR ISI
viii
HALAMAN JUDUL............................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN................................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................. iiii
HALAMAN MOTTO............................................................................................ iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP.................................................................................. v
KATA PENGANTAR............................................................................................. vi
HALAMAN PERSEMBAHAN.......................................................................... viii
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... 1
A.Latar Belakang Masalah 1
B.Tujuan....................................................................................................... 3
C.Metode dan Teknik Pengumpulan Data.................................................... 3
D.Sistematika Penulisan............................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 6
A. Pengertian ............................................................................................. 6
B. Etiologi................................................................................................... 6
C. Patofisiologi ........................................................................................... 7
D. Pathway................................................................................................... 8
E. Manifestasi Klinis................................................................................... 9
F. Penatalaksanaan...................................................................................... 9
G. Pengkajian Keperawatan....................................................................... 11
H. Diagnosa Keperawatan......................................................................... 14
BAB III TINJAUAN KASUS............................................................................... 24
A. Pengkajian............................................................................................. 24
B. Analisa Data.......................................................................................... 33
C. Diagnosa Keperawatan......................................................................... 34
D. Rencana Tindakan Keperawatan........................................................... 35
E. Implementasi Tindakan Keperawatan dan Evaluasi Keperawatan....... 37
BAB IV PEMBAHASAN..................................................................................... 46
BAB V PENUTUP................................................................................................ 52
ix
10
A. Kesimpulan........................................................................................... 52
B. Saran..................................................................................................... 53
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan infeksi dengan keterlibatan bakteri
tersering di komunitas dan hampir 10% orang pernah terkena ISK selama
hidupnya. Sekitar 150 juta penduduk di seluruh dunia tiap tahunnya terdiagnosis
menderita infeksi saluran kemih. Prevalensinya sangat bervariasi berdasar pada
umur dan jenis kelamin, dimana infeksi ini lebih sering terjadi pada wanita
dibandingkan dengan pria yang oleh karena perbedaan anatomis antara
keduanya (Rajabnia-Chenari et al., 2012).
data dari WHO pada tahun 2011, infeksi saluran kemih termasuk kedalam
kumpulan infeksi paling sering didapatkan oleh pasien yang sedang mendapatkan
perawatan di pelayanan kesehatan (Health care-associated infection). Bahkan
tercatat infeksi saluran kemih menempati posisi kedua tersering (23,9%) di negara
berkembang setelah infeksi luka operasi (29,1%) sebagai infeksi yang paling
sering didapatkan oleh pasien di fasilitas kesehatan. ISK merupakan penyebab
morbiditas dan mortalitas yang cukup signifikan
Insiden appendiks akut lebih tinggi pada Negara maju dari pada
Negara berkembang, namun dalam tiga sampai empat dasawarsa terakhir
menurun yaitu 100 kasus tiap 100.000 populasi menjadi 52 kasus tiap 100.000
populsai. Angka kejadian appendicitis cukup tinggi didunia, di indonesia saja
terdapat 70.000 kasus kejadian apendiksitis setiap tahunnya. Kejadian di
indoneisa memiliki insiden 1-2 kasus per 1000 anak pertahunnya. Antara
kelahiran sampai anak itu berumur 4 tahun. Kejadian appendisitis meningkat
menjadi 25 kasus per 10.000 anak pertahunnya antara umur 10-17 tahun.
Apabila dirata-ratakan maka didapatkan kejadian appendicitis 1/1 kasus per
1.000 orang pertahunnya (FKUI, 2009).
Menurut Dinas Kesehatan Jawa Barat, jumlah kasus appendisitis
dilaporkan sebanyak 5.980 dan 177 diantaranya menyebabkan kematian.
Jumlah penderita appendisitis tertinggi ada di Kota Bandung, yakni 970 orang
(Dinkes Jabar, 2009). Berdasarkan data yang diperoleh dari medical record
RSUP Hasan Sadikin Bandung Data penyakit appendisitis diruang rawat inap
bedah anak/kemuning II setiap tahun mengalami peningkatan. Pada tahun
2011 sebanyak 121 pasien. Tahun 2012 sebanyak 138 pasien. Pada bulan
Januari tahun 2013 terdapat 13 pasien (Rekam Medis, 2013 )
Kejadian tingginya appendisitis ini mungkin disebabkan perubahan pola
makan serta kebiasaan makan-makanan di sembarang tempat dan gaya hidup
yang tidak sehat yang berdampak pada terjadinya penyumbatan makanan pada
usus karena terbentuknya benda padat (massa) di ujung umbai cacing sehingga
menyebabkan aliran keluar kotoran terhambat pada daerah tersebut. Sumbatan ini
bisa terbentuk dari sisa makanan yang mengeras, lendir dalam usus yang
1
mengental, bekuan darah, ataupun tumor kecil pada saluran usus. Dengan adanya
sumbatan ini, ditambah dengan terjadinya infeksi yang mungkin terjadi pada
daerah tersebut, maka terjadilah radang pada umbai cacing tersebut atau disebut
juga usus buntu (appendisitis) (Sander, 2011).
Penatalaksanaan apendisitis dapat melalui dua cara yaitu operasi dan
non operasi. Pada kasus ringan apendisitis bisa sembuh hanya dengan
pengobatan tetapi untuk apendisitis yang sudah luas infeksinya maka harus
segera dilakukan operasi apendiktomi. Apendiktomi adalah pembedahan untuk
mengangkat apendiks yang meradang (Smeltzer & Bare, 2005)
Penatalaksanaan apendiks akut di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung
adalah dengan dilakukan tindakan apendiktomi untuk mencegah rupture,
terbentuknya abses atau peradangan pada selaput rongga perut (peritonitis).
Kemudian diberikan asuhan keperawatan post apendiktomi dengan diberikan
kamoxcilin, kaitrofein, cefotaxim dan gentamizin untuk mengurangi nyeri dan
menghindari infeksi (SOP apendisitis, RSUP Hasan Sadikin Bandung)
Masalah keperawatan yang muncul pada klien post apendiktomi cukup
komplek, seperti masalah nyeri, gangguan mobilisasi gerak, gangguan
istirahat tidur dan infeksi . Masalah ini jika tidak segera ditangani akan
mengganggu kondisi tubuh klien, sehingga peran perawat sangat dibutuhkan
dalam pemberian Asuhan Keperawatan yang dapat dilakukan dengan
memperhatikan kebutuhan klien melalui pemberian pelayanan keperawatan
dengan menggunakan proses keperawatan (Azis, 2004).
Berdasarkan pengamatan penulis pada bulan Januari 2014 Tindakan
Keperawatan pada pasien Post Apendiktomi di RSUP Hasan Sadikin Bandung
sendiri masih kurangnya
khususnya Post Apendiktomi pasien dirawat lebih dari 10 hari, karena pasien
takut untuk latihan begerak dan pasien takut terjadi sesuatu pada luka operasi.
Oleh karena itu peran perawat sangat dibutuhkan dalam pemberian pendidikan
kesehatan tentang penatalaksanaan Post Apendiktomi sehingga dengan
dilakukan pemberian pendidikan kesehatan tentang mobilisasi dan perawatan
luka pasien bisa mengerti tentang penatalaksanaan Post Appendiktomi dan
pasien bisa pulang ke rumah kurang dari 10 hari.
Sehubungan dengan latar belakang tersebut diatas maka penulis
tertarik untuk mengambil topik dalam studi Karya Tulis Ilmiah dengan judul
dan
menyusun
rencana
tindakan
Keperawatan pada klien selama dirumah sakit dan lebih bersifat obyektif
yaitu dengan melihat respon klien setelah dilakukan tindakan (Effendy,
2005) .
3. Dokumentasi
Suatu cara untuk mendapatkan data baik dari catatan media maupun
perawatan yang tergabung dalam buku status klien sebagai bahan untuk
menunjang tindakan keperawatan luka klien dengan masalah utama
appendiks (Olive&slevin, 2006).
4. Studi Kepustakaan
Mengumpulkan data dari buku literature dan internet yang
berhubungan dengan appendiks (Olive&slevin, 2006).
5. Asuhan Keperawatan
Pemberian Asuhan Keperawatan dengan menggunakan proses
keperawatan sehingga dapat ditentukan diagnosa keperawatan agar bias
direncanakan dan dilaksanakan tindakan yang tepat sesuai tingkat
kebutuhan
dasar
manusia.
Kemudian
dapat
di
evaluasi
tingkat
D. Rencana Keperawatan
E. Implementasi Keperawatan
F. Evaluasi
BAB IV PEMBAHASAN
Membahas tentang masalah-masalah
keperawatan
klien
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Apendisitis adalah inflamasi pada apendiks yang dapat terjadi karena
obstruksi apendiks oleh feses atau akibat terpuntirnya apendiks dan pembuluh
darahnya (Corwin, 2009, h. 607).
Appendicitis adalah peradangan dari apendiks veriformis
dan
erosi
mukosa
apendiks
karena
parasit
seperti E.
appendiks
mempunyai
keterbatasan
sehingga
menyebabkan
abdomen dan melukai kulit. Perlakuan ini juga bisa menyebakan kuman
masuk/sebagai Post de entry sehingga mengakibatkan infeksi (Price, 2005).
D. Pathway
Invasi & multiplikasi Fekalit/masa fekal padat,
batu/benda asing
bakteri
Masuk
ke appendiks
Batu/benda
asing
APPENDICITIS
Obstruksi
Hipertermi
Peradangan pada
jaringan
Febris
Aliran limfe
terhambat
Edema dan
ulserasi Mukosa
Nyeri Epigastrium
Anoreksia
Nekrosis Apendiks
Pecah
Kebutuhan nutrisi
kurang
dari kebutuhan
Peritonitis
tubuh
Resiko ketidakefektifan perfusi gastrointestinal
Keterbatasan gerak
Terputusnya
Kontinuitas jaringan
Kurang
Nyeri
perawatan diri
Gangguan mobilitas
Gangguan Rasa
fisik
Nyaman Nyeri
Pembengkakan Apendiks
Aliran darah ke
appendiks terhambat
Suplay darah ke apendiks
berkurang
Kematian Jaringan
Menyerap makanan
lambat dalam usus
Distensi abdomen
Appendiktomi
Adanya luka insisi
Lapisan kulit terbuka
Perjalanan Bakteri
Resti infeksi
Gangguan eliminasi
BAB
Perubahan Tekanan
Abdominal
Peningkatan
kontraksi gaster
Mual muntah
Resiko kekurangan
volume cairan
E. Manifestasi Klinis
Kurang pengetahuan
Sumber : Mansjoer,
2007yang terjadi
Gejala klinis
pada apendisitis (Corwin, 2009) adalah sebagai
Carpenito, 2006
berikut : 2013
Nanda,
1. Nyeri
a. Nyeri pada epigastrum yang disebabkan peningkatan tekanan
intralumekal yang terus meningkat yang akan menghambat aliran limfe
dan mengakibatkan edema dan ulserasi mukosa
b. Nyeri pada perut daerah kanan bawah yang disebabkan sekresi mucus
terus berlanjut, tekanan terus meningkat dan menyebabkan obstruksi
vena, edema bertambah yang menyebabkan peradangan yang timbul
meluas dan mengenai perikonium
f.
intravena
Obat-obatan penurun panas, phenergan sebagai anti menggigil,
largaktil untuk membuka pembuluh-pembuluh darah perifer diberikan
10
11
meningkat
adalah
bagaimana
cara
12
4)
ada
5)
ada
kesulitan/tidak.
Leher
: Ada
6)
7) Dada
Paru-paru
Jantung
caries/tidak,
ada
pembesaran
vena
: Benetuk
8) Abdomen
perutnya
ada
luka
bekas
jahitan..
: Peristaltik usus berkurang/meningkat
: Thymponi
: Ada nyeri tekan/tidak
Genetalia
: Terpasang
kateter/tidak, bersih/kotor, ada luka/tidak,
10)Ekstermitas
adakah himoroid/tidak
: Apakah ada oedema, luka, tanda-tanda
inflamasi, (nyeri, hangat, kemerahan),
apakah ada keterbatasan gerak, terpasang
infuse/tdak.
c. Pemeriksaan Diagnosis
13
1) SDP
2)
3)
Urinalis
: Leukosit
diatas
12.000/mm3.
wentropil
(Doengoes, 2003)
H. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul menurut Carpenito, 2006
meliputi :
1. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi appendiks, insisi bedah (Post
Op)
Data : Keluhan nyeri, perilaku distraksi, wajah mengerut, otot tegang,
KH
respon otomatis.
: Nyeri hilang/terkontrol, tampak rileks, mampu tidur dan istirahat
dengan tepat
Intervensi :
Mandiri :
a. Kaji Nyeri, catat lokasi, karakteristik, beratnya (skala 1-10) selidiki
dan laporkan perubahan nyeri dengan tepat
Rasional : Berguna dalam pengawasan, keefektifan obat, kemajuan
penyembuhan, perubahan pada karakteristik nyeri menunjukan
terjadinya atau peritonitis.
b. Dorong ambulasi dini
Rasional
: Meningkatkan hormolisasi fungsi organ, contoh :
merangsang
peristaltik
dan
kelancaran
deatus,
14
Rasional
2.
intervensi
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
menurunya nafsu makan, perubahan bising usus, mual muntah, masukan
diit kurang.
Data
: Nafsu makan menurun, berat badan menurun, porsi makan tidak
KH
konjungtiva anemis).
Intervensi :
Mandiri
a. Kaji sejauh mana ketidak adekuatan nutrisi klien
Rasional : Menganalisa penyebab melaksanakan intervensi
b. Perkirakan/hitung pemasukan kalori, jaga komentari nafsu sampai
minimal
Rasional : Mengidentifikasi kekurangan atau kebutuhan nutrisi
berfokus pada masalah membuat suasana negatife dan
mempengaruhi masukan
c. Timbang berat sesuai indikasi
Rasional : Memberikan informasi tentang kebutuhan diit atau
keefektifan terapi
d. Berikan makan sedikit tapi sering
Rasional : Tidak memberi rasa bosan dan pemasukan nutrisi dapat
ditingkatkan
e. Tawarkan minum saat makan bila toleran
Rasional : Makan yang bervariasi dapat meningkatkan nafsu makan
klien
f. Berikan makanan yang bervariasi
Rasional : Makanan yang bevariasi dapat meningkatkan nafsu makan
klien
Kolaborasi :
g. Konsultasi dengan tim ahli gizi
Rasional : menyediakan diet berdasarkan kebutuhan individu dengan
tepat
3. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah
Data : klien tampak mual muntah
KH
: Mempertahankan keseimbangan cairan dibuktikan oleh
kelembaban membrane mukosa, tugor kulit baik, tanda vital
stabil dan secara individu haluran urine adekuat
15
Intervensi :
Mandiri :
a. Kaji tekanan darah dan nadi
Rasional : Tanda yang membantu mengidentifikasi fluktuasi volume
invaskuler
b. Lihat membrane mukosa, kaji tugor kulit, dan membrane pengisapan
kapiler
Rasional : Indikator keadekuatan sirkulasi perifer dan hidrasi seluler
c. Awasi masukan dan haluran urine, catat warna/konsentrasi berat, jenis
urine
Rasional : Menurunkan haluran urine pekat dengan peningkatan berat
jenis diduga dehidrasi/kebutuhan peningkatan cairan
d. Berikan sejumlah kecil minuman jernih bila permasukan per oral
dimulai dan lanjutkan dengan diet sesuai toleransi
Rasional : Menurunkan iritasi gaster atau muntah untuk meminimalkan
kehilangan cairan
e. Jadwalkan obat-obat diantara makan jika memungkinkan dan batasi
pemasukan cairan dengan makanan, kecuali jika cairan memiliki nilai
gizi
Rasional : Lambung yang penuh akan mengurangi nafsu makan dan
pemasukan makanan
f. Berikan Kaji obat-obatan terhadap efek samping nutrisi
Rasional : Prafilatik dan obat-obatan teraupetik mungkin memiliki
efek samping nutrisi, missal : bautrim (Anoreksia ketidak
semimbangan glukosa), peritamidin (perubahan rasa dan
aroma), mual dan muntah, ketidak seimbangan glukosa
Kolaborasi :
a. Konsultasi dengan tim pendukung ahli diet/gizi
Rasional : Menyediakan dan diet berdasarkan kebutuhan individu
dengan tepat
b. Berikan cairan IV dan elektrolit
Rasional : Peritonium bereaski terhadap iritasi atau infeksi dengan
menghasilkan
sejumlah
besar
cairan
yang
dapat
dehidrasi
dan
ketidakseimbangan elektrolit
c. Berikan obat-obatan sesuai petunjuk
Misal
: Metakiopramine (regiena) suplemen
dapat
terjadi
16
17
18
KH : Jumlah, warna, konsistensi dan bau feses dalam batas normal, tidak
ada nyeri perut, bising usus normal, intake output seimbang,tidak ada rasa
haus abnormal.
Intervensi :
a. Monitor TTV, monitor status cairan dan elektrolit, monitor bising
usus,irama jantung
Rasional : untuk mengetahui keadaan dan kebutuhan cairan klien
b. Catat intake dan output secara akurat, kaji tanda-tanda gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit
Rasional : Untuk memantau Intake dan Output klien.
c. Kelola pemberian suplemen elektrolit sesuai dengan instruksi dokter
Rasional : Supaya kebutuhan klien terpenuhi sesuai dengan kebutuhan
d. Kolaborasi dengan ahli gizi jumlah kalori dan jumlah zat gizi yang
dibutuhkan, pasang NGT bila diperlukan
Rasional : Untuk memenuhi kebutuhan kalori dan zat gizi pada klien
e. Monitor warna dan konsistensi dari NGT
Rasional : untuk memantau residu gastrointestinal
7. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi prognosis dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan kurang terpajan/mengingat salah
interpretasi
informasi
tidak
mengenal
sumber
informasi
tentang
pembedahan
KH : Menyatakan pehaman proses penyakit pengobatan dan potensi
komplikasi
Intervensi :
Mandiri :
a. Kaji ulang pembatasan aktivitas pasca operasi, contoh mengangkat
berat, olah raga, latihan
Rasional : Memberikan informasi pada klien untuk merencanakan
kembali rutinitas biasa tanpa menimbulkan masalah
b. Diskusikan perawatan insisi termasuk mengganti balutan pembatasan,
mandi, dan kembali kedokter untuk mengangkat jahitan
Rasional : Pemahaman peningkatan kesadaran dengan program terapi,
meningkatkan penyembuhan dan proses perbaikan
c. Libatkan keluarga dalam pemberian pendidikan kesehatan atau dalam
berdiskusi
Rasional : Sebagai support system untuk klien
8. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan keterbatasan gerak,
imobilitas
KH
: Membantu mempercepat pemulihan mobilitas
Intervensi :
19
ketergantungan (0-5)
Rasional : Klien mampu mandiri memerlukan bantuan peralatan yang
minimal
c. Ubah posisi klien secara teratur dan buat sedikit perubahan posisi
antara waktu perubahan posisi tersebut
Rasional : Perubahan posisi yang teratur menyebabkan meningkatkan
sirkulasi pada seluruh bagian tubuh
d. Berikan perawatan kulit dengan cermat, massage dengan pelembab
Rasional : Meningkatkan sirkulasi dan menurunkan resiko terjadinya
ekselerasi kulit
e. Periksa adanya daerah yang mengalami nyeri tekan, kemerahan otot
yang tegang, observasi adanya dispurin tiba-tiba, takikardi, demam dan
nyeri dada
9. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya
pertahanan utama, prosedur invasive, insisi bedah
KH : Meningkatkan penyembuhan luka dengan benar, bebas tanda
infeksi/inflamasi drainase perulen, eritema dan demam
Intervensi :
a. Observasi tanda vital, perhatikan demam, menggigil, berkeringat,
perubahan mental, meningkatnya nyeri abdomen
Rasional : Dugaan adanya infeksi, sepsis, abses, peritonitis
b. Lakukan pencucian tangan yang baik dan perawatan luka aseptik
Rasional : Menurunkan resiko penyebaran bakteri
c. Lihat insisi dan balutan, catat karakteristik drainase luka
Rasional : Memberikan deteksi dini terjadinya proses infeksi dan
/penyembuhan peritonitis yang telah ada sebelumnya
d. Kolaborasi dalam pemberian antibiotik sesuai indikasi
Rasional : Mungkin diberikan secara profilaktik/menurunkan jumlah
organism (pada infeksi yang ada sebelumnya) untuk
menurunkan penyembuhan dan pertumbuhan bakteri pada
rongga abdomen
20
BAB III
TINJAUAN KASUS
21
Hari / Tanggal
Jam
Oleh
Tempat
:
:
:
:
A. PENGKAJIAN
1. IDENTITAS DATA
a. Identitas Pasien
Nama
: An. R
Tempat/tgl Lahir
: Bandung, 14 Agustus 2003
Umur
: 10 Tahun
Jenis Kelamin
: Laki - Laki
Agama
: Islam
Pendidikan
: SD
Suku/Bangsa
: Sunda / Indonesia
Alamat
: Mekar mukti, cehampelas 3/8 Bandung
Tgl Masuk
: 30 Desember 2013
No. RM
: 13028388
Ruang
: Bedah Anak/Kemuning II
Dx. Medis
: Post APP hari ke-2
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama
: Tn. S
Umur
: 40 Tahun
Jenis Kelamin
: Laki - Laki
Agama
: Islam
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: Wiraswasta
Alamat
: Mekar mukti, cehampelas 3/8 Bandung
Hubungan Dengan Pasien : Ayah Kandung
2. RIWAYAT KESEHATAN
a. Keluhan Utama
Klien mengatakan nyeri pada perut bagian kanan bawah Post Op
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien mengatakan sejak 1 minggu yang lalu perut kanan bawahnya
terasa nyeri. Kemudian pada tanggal 30 Desember 2013 dibawa IGD
RSUP Hasan
Sadikin
Bandung
pukul
16.00 dan
dilakukan
24
22
g. Riwayat Sosial
Keterangan :
Klien dari kecil diasuh
oleh
orang tuanya. Klien tidak ada
: Perempuan
v
: Pasien
An. R
: Laki-laki
pembawaan
secara umum. Lingkungan rumah Klien aman, bersih,
: Meninggal
: Tinggal Serumah
Pemeriksaan
Hb
Ht
Eritrosit
VER
HER
Leukosit
Trombosit
Hasil
Nilai Normal
8.0 gr/dl
25,8%
4,36 /UI
59,2 A
18,3 Pg
7.100 /UI
627.000 /UI
12 18 gr/dl
34 48 %
3,7 5,9. 106 UI
78 98 A
26 34 Pg
4,6 11.103 / UI
1500 400. 103 /UI
j. Terapi Pengobatan
Infuse RL
20 Tpm
Mitro infuse
40 Tpm ( 250 mg)
23
Cefotaxim
Ketorolak
2 x 1 gram (IV)
1 x 30 mg/ml (IV)
flu
Ibu Klien mengatakan sering mencuci pakaian anaknya bila kotor
Orang tua sering merokok didekat anaknya
Anak main dengan nyaman, aman, jauh dari kendaraan
Orang tua mengatakan menyimpan obat-obatan ditempat jauh dari
anaknya
b. Nutrisi Pola Metabolik
1) Nutrisi Anak
Klien mengatakan makan 3x/hari (Nasi, sayur dan tahu, ayam),
minum 3-6 gelas/hari. Selama dirawat di RS Klien tidak nafsu
makan dan diberi diit cair.
2) Nutrisi Orang Tua
Orang tua mengatakan tidak ada masalah dalam nutrisinya
c. Pola Eliminasi
1) Pola eliminasi untuk anak
a) Sebelum dirawat
Klien mengatakan BAB 1x/hari dengan konsistensi
(lembek, warna kuning dan bau khas) saat BAB Klien tidak
mengalami kesulitan.
Klien mengatakan BAK 5-6x/hari (warna kuning jernih,
bau khas, 80 cc) saat BAK Klien tidak mengalami
keluhan
b) Selama dirawat
Klien BAK 3-4x/hari kira-kira 75 cc (warna kuning, bau
khas) saat BAK Klien tidak mengalami kesulitan. Klien
BAK dengan pispot diatas tempat tidur.
Klien mengatakan belum BAB saat dikaji
2) Pola eliminasi orang tua
Orang tua tidak mengatakan tidak ada masalah dalam BAB dan
BAK
d. Pola Latihan Aktifitas
1) Pola aktivitas anak
Sebelum dirawat
24
f. Pola Kognitif/persepsi
1) Pola kognitif anak
Klien mampu mengatakan nama, waktu, alamat dengan baik. Klien
juga bisa mengidentifikasi rasa lapar, haus dan nyeri karena karena
luka Post Of dengan baik.
2) Pola kognitif orang tua
Ibu Klien mengatakan penglihatannya masih jelas, tidak ada
gangguan pendengaran dan sentuhan
g. Pola Persepsi diri Konsep Diri
1) Pola persepsi anak
25
26
d. Lingkar Kepala
e. Mata
BB selama sakit : 27 kg
:
: Simetris, konjungtiva tidak anemis, seklera
anikterik, pupil isokor, pandangan mata tidak
f. Hidung
mengalami gangguan
: Bentuk simetris, tidak ada pembesaran polip,
g. Mulut
h.
Telinga
bibir lembab
: Bentuk simetris kanan dan kiri, serumen dalam
batas normal, pendengan baik, tidak ada nyeri
tekan
i. Dada
j. Jantung
I
Pa
Pe
A
:
:
: Ictus cordis tidak tampak
: Ictus cordis teraba diantara intercosta 4 dan 5
: Pekak (kiri atas di intercosta ke II, kanan bawah di
intercosta III)
: Terdengar regular, S1 dan S2 (tidak ada bunyi
tambahan S3, S4)
k. Paru-paru
I
Pa
Pe
A
:
:
:
:
:
l. Abdomen
I
Roncki )
:
: Cembung, ada luka post op (panjang 10 cm,
A
Pe
Pa
m. Genetalia
:
:
:
:
n. Ekstermitas
Atas
27
5. PEMERIKSAAN PERKEMBANGAN
a. Berat badan lahir, 6 bulan, 1 tahun dan saat ini
An. R Berat badan lahir : 2800 gram, pada usia 6 bulan An. R BB
7 kg, pada usia 1 tahun BB An. R 10 kg dan pada saat ini An. R
BB 25 kg.
b. Pertumbuhan gigi :
Pertumbuhan gigi An. R pada usia 2 bulan berjumlah 4, dan
tidak ada masalah dalam pertumbuhan giginya
c. Usia saat mulai menegakan kepala, duduk, berjalan, kata-kata pertama
An. R mulai menegakan kepala pada usia 3 bulan, dan belajar
duduk pada usia 6 bulan, untuk latihan berjalan pada usia 12 bulan,
kata-kata pertama yang diucapkan (mama, papa)
d. Perkembangan sekolah,lancar? Masalah apa ?
An. R tidak ada masalah dalam perkembangan sekolahnya
e. Interaksi dengan pers dan orang dewasa
An. R Suka berteman dengan teman seusianya, bila berinteraksi
dengan orang dewasa An. R masih merasa takut jika berinteraksi
dengan orang asing yang belum pernah diliatnya.
f. Partisipasi dengan kegiatan organisasi (kesenian, OR, dsb)
An. R di rumah tidak mengikuti kegiatan organisasi apa pun
33
B. ANALISA DATA
No.
1.
2.
3.
Data Fokus
DS : Klien mengatakan nyeri pada perut bagian kanan bawah
P : Nyeri bertambah saat bergerak
Q : Nyeri seperti di sayat
R : Nyeri terdapat pada perut kanan bawah (kuadaran IV)
S : Skala nyeri 7 (dari 0-10)
T : Nyeri terus menerus terutama bila alih baring (banyak bergerak)
DO :
Klien tampak meringis kesakitan
Adanya luka Post OP pada perut bagian kanan bawah panjang : 10 cm dan ada 9
jahitan
DS :
- Klien mengatakan takut bergerak karena adanya luka di perut
- Klien mengatakan nyeri saat bergerak
DO :
klien meringis kesakitan saat bergerak
Adanya luka Post OP pada perut bagian kanan bawah panjang : 10 cm dan ada 9
jahitan
DS : Klien mengatakan badannya panas
DO :
Terdapat luka Post Op (panjang : 10 cm dan ada 9 jahitan) pada perut kanan
bawah.
Etiologi
Adanya luka insisi
Post op
Appendiktomi
Problem
Gangguan
rasa
aman
nyaman
(Nyeri akut)
29
34
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa aman (Nyeri akut) berhubungan dengan adanya luka insisi
Post Apendiktomi, ditandai dengan :
DS : Klien mengatakan nyeri pada perut bagian kanan bawah
P : Nyeri bertambah saat bergerak
Q : Nyeri seperti disayat
R : Nyeri terdapat pada perut kanan bawah (kuadaran IV)
S : Skala nyeri 7 (dari 0-10)
T : Nyeri terus menerus terutama bila alih baring (banyak bergerak)
DO :
Klien tampak meringis kesakitan
Adanya luka Post OP pada perut bagian kanan bawah, panjang :
10 cm dan ada 9 jahitan
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan adanya luka insisi post
appendiktomi, yang di tandai dengan :
DS :
Klien mengatakan takut bergerak karena adanya luka di perut
Klien mengatakan nyeri saat bergerak
DO :
klien meringis kesakitan saat bergerak
Adanya luka Post OP pada perut bagian kanan bawah panjang : 10
cm dan ada 9 jahitan
3. Resiko tinggi terjadinya infeki berhubungan dengan peningkatan invasi
mikroorganisme, yang ditandai dengan :
DS : Klien mengatakan badannya panas
DO :
31
35
D. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
No
1.
2.
Hari
/Tanggal
Jumat, 03
januari
2014
No.
DX
I
Jumat, 03
januari
2014
II
Tujuan & KH
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3x24 jam nyeri dapat berkurang,
dengan Kriteria Hasil :
Nyeri dapat berkurang/terkontrol
Klien tampak rileks tidak kesakitan
Skala nyeri 3-4 (dari skala 1-10)
TTV dalam batas normal:
TD : 110/70 -120/80mmHg
S : 36-37 0C
RR : 20-26x/menit
N : 60-90x/menit
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3x24 jam, klien mampu
bergerak, dengan Kriteria Hasil :
Klien tidak takut bergerak
Klien merasa nyaman saat bergerak
Klien tidak meringis kesakitan saat
bergerak
Intervensi
Rasional
32
36
3.
Jumat, 03
januari
2014
III
37
37
E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
33
No.
Hari/Tgl/Jam
Diagnosa Kep.
Implementasi
1.
Jumat,
03 Gangguan
rasa 1. Mengobservasi nyeri (PQRST),(pukul
januari 2014
aman (Nyeri akut)
09.00, P : Nyeri bertambah saat bergerak,
berhubungan
Q : Nyeri seperti disayat, R : Nyeri terdapat
dengan adanya luka
pada perut kanan bawah (kuadaran IV), S :
insisi
Post
Skala nyeri 7 (dari 0-10), T : Nyeri terus
Apendiktomi
menerus terutama bila alih baring (banyak
bergerak)
2. Mempertahankan istirahat dan posisi yang
nyaman dengan memberi posisi semi
fowler (pukul : 09.25, klien tampak lebih
nyaman dan rileks )
3. Mengajarkan teknik relaksasi dan aktivitas
hiburan dengan menarik nafas dan
mengajak mengobrol(Pukul: 10.00, klien
tampak mengikuti instruksi perawat)
4. Melakukan kolaborasi dengan memberikan
obat-obatan
khususnya
analgetik
(memberikan Cefotaxim 2 x 1 gram (IV)
pukul : 07.00 dan pukul 13.00),Ketorolak 2
x 30 mg/ml (IV) pukul : 13.00 dan
pukul:21.00)
5. Mengobservasi nyeri,dg mencatat lokasi,
karakteristik, beratnya skala (0-10)
menyelidiki dan melaporkan perubahan
nyeri dengan tepat(pukul:14.00, P : Nyeri
bertambah saat bergerak, Q : Nyeri seperti
Evaluasi
S : Klien mengatakan masih nyeri pada perut
bagian kanan bawah,(pukul 14.00, P : Nyeri
bertambah saat bergerak, Q : Nyeri seperti
disayat, R : Nyeri terdapat pada perut kanan
bawah (kuadaran IV), S : Skala nyeri 7 (dari 010), T : Nyeri terus menerus terutama bila alih
baring (banyak bergerak)
O: (pada pukul:14.30: Klien tampak meringis
kesakitan, Adanya luka Post OP pada perut
bagian kanan bawah panjang : 10 cm dan
ada 9 jahitan, Skala nyeri : 7 (dari 0-10)
A:Gangguan rasa nyaman Nyeri akut, belum
teratasi, klien masah merasa nyeri pada bagian
kanan bawah
P: Melanjutkan intervensi 1,2,3,4,5
38
34
2.
Jumat,
03 Gangguan mobilitas 1.
januari 2014
fisik berhubungan
dengan adanya luka
insisi
post 2.
appendiktomi,
3.
4.
3.
Jumat,
03 Resiko
Tinggi 1. Mengobservasi TTV, perhatikan demam, S: Klien mengatakan badanya terasa panas
39
35
januari 2014
Terjadinya
infeki
berhubungan
dengan peningkatan
invasi
mikroorganisme
2.
3.
4.
5.
36
40
No.
Hari/Tgl/Jam
Diagnosa Kep.
Implementasi
4.
Sabtu,
04 Gangguan
rasa 1. Mengobservasi nyeri (PQRST),(pukul 08.30,
januari 2014
aman (Nyeri akut)
P : Nyeri bertambah saat bergerak, Q : Nyeri
berhubungan
seperti disayat, R : Nyeri terdapat pada perut
dengan adanya luka
kanan bawah (kuadaran IV), S : Skala nyeri
insisi
Post
7 (dari 0-10), T : Nyeri terus menerus
Apendiktomi
terutama bila alih baring (banyak bergerak)
2. Mempertahankan istirahat dan posisi yang
nyaman dengan memberi posisi semi fowler
(pukul : 09.25, klien masih tampak meringis
kesakitan)
3. Mengajarkan teknik relaksasi dan aktivitas
hiburan dengan menarik nafas dan mengajak
mengobrol(Pukul: 10.00, klien tampak
mengikuti instruksi perawat)
4. Melakukan kolaborasi dengan memberikan
obat-obatan
khususnya
analgetik
(memberikan Cefotaxim 2 x 1 gram (IV)
pukul : 07.00 dan pukul 13.00),Ketorolak 2 x
30 mg/ml (IV) pukul : 13.00 dan pukul:2100)
5. Mengobservasi nyeri,dg mencatat lokasi,
karakteristik,
beratnya
skala
(0-10)
menyelidiki dan melaporkan perubahan nyeri
dengan tepat(pukul:14.00, P
: Nyeri
bertambah saat bergerak, Q : Nyeri seperti
disayat, R : Nyeri terdapat pada perut kanan
bawah (kuadaran IV), S : Skala nyeri 7 (dari
Evaluasi
S : Klien mengatakan masih nyeri pada perut
bagian kanan bawah,(pukul 14.15, P : Nyeri
bertambah saat bergerak, Q : Nyeri seperti
disayat, R : Nyeri terdapat pada perut kanan
bawah (kuadaran IV), S : Skala nyeri 7 (dari 010), T : Nyeri terus menerus terutama bila alih
baring (banyak bergerak)
O: (pada pukul:14.30: Klien tampak meringis
kesakitan, Adanya luka Post OP pada perut
bagian kanan bawah panjang : 10 cm dan
ada 9 jahitan, Skala nyeri : 7 (dari 0-10)
A:Gangguan rasa nyaman Nyeri akut, belum
teratasi, klien masah merasa nyeri pada bagian
kanan bawah
P: Melanjutkan intervensi 1,2,3,4,5
37
41
5.
Sabtu,
04 Gangguan mobilitas 1.
januari 2014
fisik berhubungan
dengan adanya luka
insisi
post 2.
appendiktomi,
3.
4.
6.
Sabtu,
04 Resiko
Tinggi 1. Mengobservasi TTV, perhatikan demam, S: Klien mengatakan badanya tidak panas lagi
januari 2014
Terjadinya
infeki
demam, menggigil, berkeringat, perubahan O: (pada pukul:14.00, (pukul:11.40,Terdapat luka
berhubungan
mental, meningkatnya nyeri abdomen
Post Op (panjang : 10 cm dan ada 9 jahitan)
dengan peningkatan
(pukul:10.05, TD: 120/80 mmHg, RR : 24
pada perut kanan bawah, Luka masih tampak
invasi
x/menit, N : 88 x/menit, S : 36,80C, Leukosit
sedikit basah dan tidak ada pus), TD: 110/70
3
mikroorganisme
: 7.100 mm ,badan klien tidak panas
mmHg, RR : 22 x/menit, N : 90 x/menit, S :
2. Melakukan pencucian tangan yang baik dan
36,5 0C, Leukosit : 7.100 mm3,badan klien
38
42
perawatan luka aseptik
tidak panas lagi)
3. Melihat insisi dan balutan, catat karakteristik
luka(pukul:11.40,Terdapat luka Post Op A: Resiko terjadinya infeksi teratasi sebagian
(panjang : 10 cm dan ada 9 jahitan) pada P: Melanjutkan intervensi 1,2,3,4,5
perut kanan bawah, Luka masih tampak
sedikit basah dan tidak ada pus)
4. Mengkolaborasi dengan tim medis dalam
pemberian obat-obatan khususnya antibiotik
sesuai indikasi memberikan Cefotaxim 2 x 1
gram (IV) pukul : 07.00 dan pukul
13.00),Ketorolak 2 x 30 mg/ml (IV) pukul :
13.00 dan pukul:2100)
5. Mengobservasi TTV, perhatikan demam,
demam, menggigil, berkeringat, perubahan
mental, meningkatnya nyeri abdomen
(Pukul:11.45, TD: 110/80 mmHg, RR : 22
x/menit, N : 90 x/menit, S : 36,5 0C,
Leukosit : 7.100 mm3,badan klien tidak
panas lagi)
43
No.
Hari/Tgl/Jam
Diagnosa Kep.
Implementasi
Evaluasi
39
7.
Minggu, 05 Gangguan
rasa 1. Mengobservasi nyeri (PQRST),(pukul
januari 2014
aman (Nyeri akut)
14.35, P : Nyeri bertambah saat bergerak,
berhubungan
Q : Nyeri seperti disayat, R : Nyeri terdapat
dengan adanya luka
pada perut kanan bawah (kuadaran IV), S :
insisi
Post
Skala nyeri 5 (dari 0-10), T : Nyeri terus
Apendiktomi
menerus terutama bila alih baring (banyak
bergerak)
2. Mempertahankan istirahat dan posisi yang
nyaman dengan memberi posisi semi
fowler (pukul : 15.25, klien tampak lebih
nyaman dan rileks )
3. Mengajarkan teknik relaksasi dan aktivitas
hiburan dengan menarik nafas dan
mengajak mengobrol(Pukul: 16.00, klien
tampak mengikuti instruksi perawat)
4. Melakukan kolaborasi dengan memberikan
obat-obatan
khususnya
analgetik
(memberikan Cefotaxim 2 x 1 gram (IV)
pukul : 07.00 dan pukul 13.00),Ketorolak 2
x 30 mg/ml (IV) pukul : 13.00 dan
pukul:2100)
5. Mengobservasi nyeri,dg mencatat lokasi,
karakteristik, beratnya skala (0-10)
menyelidiki dan melaporkan perubahan
nyeri dengan tepat(pukul:18.30, P : Nyeri
bertambah saat bergerak, Q : Nyeri seperti
disayat, R : Nyeri terdapat pada perut
kanan bawah (kuadaran IV), S : Skala
40
8.
3.
4.
9.
Minggu, 05 Resiko
Tinggi 1.
januari 2014
Terjadinya
infeki
berhubungan
dengan peningkatan
invasi
mikroorganisme
41
45
42
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada BAB ini penulis menguraikan tentang pembahasan pada kasus An. R
dengan masalah utama Post Apendiktomi akibat Apendiksitis.
Pembahasan ini meliputi komponen Asuhan Keperawatan yaitu pengkajian,
analisa data, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi. Berikut
penatalaksanaannya dengan membandingkan antara teori dan kasus nyata.
Diagnosa keperawatan pada kasus An. R yang sesuai teori keperawatan
Doengoes, 2000:
1. Gangguan rasa nyaman (Nyeri akut) berhubungan dengan adanya insisi Post
Apendiktomi
Gangguan rasa nyaman (nyeri) adalah keadaaan dimana individu
mengalami dan melaporkan adanya rasa ketidaknyamanan yang hebat, atau
sensasi yang tidak menyenangkan (Carpenito, 2006)
Data untuk menegakan diagnosa tersebut berdasarkan pengkajian pada
An.R yang penulis dapatkan adalah data subjektif. Klien mengatakan nyeri
pada perut kanan bawah karena adanya luka post operasi. Data objektifnya :
klien tampak meringis kesakit, adanya luka Post OP pada perut bagian kanan
bawah, panjang : 10 cm dan ada 9 jahitan, di dapatkan skala nyeri 7.
Sedangkan data menurut Doengoes (2000) : perilaku klien tampak hati-hati,
klien tampak berbaring miring dengan kaki kanan ditekuk dan ekspresi wajah
klien tampak tegang.
Data tersebut hampir sama dengan teori Doengoes (2000) yaitu : klien
hati-hati untuk bergerak dan ekspresi wajah klien tampak tegang. Tapi ada
yang tidak sama yaitu posisi klien waktu berbaring miring dengan kaki kanan
ditekuk. Karena pada saat pengkajian penulis tidak mendapati klien dengan
posisi miring kaki kakan ditekuk.
Diagnosa ini penulis prioritaskan menjadi diagnosa pertama dari pada
diagnosa lain yang muncul pada An.R. karena apabila nyeri tidak segera
diatasi akan menyebabkan yang membahayakan pada diri klien yaitu akan
berpengaruh pada system kardiovaskuler yang mengakibatkan vasokontriksi
pembuluh darah sehingga meningkatkan beban pada jantung yang bisa
mengakibatkan syok neurogik.
46
47
43
44
45
invasi
mikroorganisme
Resiko terhadap infeksi adalah keadaan dimana seorang idividu berisiko
terserang infeksi oleh agen patogenik (virus, jamiur, bakteri, protozoa atau
parasit yang lain) dari sumber-sumber eksternal, sumber-sumber ebdogen atau
oksigen (Carpenito, 2006).
Tanda-tanda infeksi adalah dolor atau nyeri, color atau panas, rubor atau
kemerahan, tumor atau bengkak, adanya pus atau luka, fungsiolaesa
(Doengoes, 200).
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan invasi mikroorganisme
dijadikan sebagai diagnosa ketiga karena adanya luka insisi dan terbukanya
jaringan kulit dan ada tanda penigngkatan suhu pada klien 380C, sehingga
dapat meninmbulkan infeksi jika tidak dilakukan perawatan luka secara
aseptik.
Dalam pengkajian pada An. R didapatkan data adanya uka Post Operasi
pada perut kanan bawah dengan panjang : 10 cm dan ada 9 jahitan, luka
masih basah dan tidak ada pus, suhu 380C, leukosit : . 7.100 mm3. Sedangkan
menurut teori Doengoes (2000): luka masih basah, berwarna merah, ada
pus, ,menggigil, demam, suhu lebih dari 38 0C.
Intervensi menurut teori yang penulis gunakan yaitu awasi TTV,
perhatikan demam, menggigil, berkeringat, perubahan mental, meningkatnya
nyeri abdomen, lakukan pencucian tangan yang baik dan perawatan aseptik,
lihat insisi dan balutan, catat karakteristik luka, ambil drainase bila
diindikasikan serta kolaborasi dalam pemberian antibiotik sesuai indikasi.
Setelah menentukan intervensi keperawatan yang sesuai dengan diagnosa
50
keperawatan yang ditentukan, tahap selanjutnya adalah pelaksanaan rencana
keperawatan yang telah ditetapkan. Dari teori tersebut ada yang tidak dapat
penulis lakukan yaitu pengambilan drainase, karena pasien tidak dipasang
drainase.
Pada evaluasi hasil pada tanggal 05 januari 2014, didapatkan data
subjektif klien mengatakan badannya tidak panas lagi. Data objektif
didapatkan TD: 110/80 mmHg, RR : 20 x/menit, N : 80 x/menit, S : 36,5 0C,
Leukosit : 7.100 mm3, luka tampak lebih kering, masih adanya kemerahan
46
disekitar luka dan tidak ada pus. Berdasarkan data tersebut diatas penulis
membandingkan dengan kriteria hasil penulis menyimpulkan masalah teratasi.
Oleh karena itu perlu dipertahankan intervensi tersebut.
Diagnosa yang tidak muncul dalam Asuhan Keperawatan pada An. R
dengan Post Apendiktomi adalah :
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Karena klien tidak merasa mual, tidak ada penurunan berat badan pada
klien
2. Resti gangguan volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh
Karena pasien tidak mengalami mual dan muntah
3. Gangguan elimiansi BAB
Karena pasien pada waktu pengkajian belum BAB
4. Gangguan istirahat dan tidur
Karena tidak masuk prioritas utama yang harus ditangani
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal informasi
Karena penulis mengira seiring berjalannya waktu, klien akan tahu tentang
penyakitnya.
6. Kurang perawatan diri (gangguan personal hygien)
karena keterbatasan waktu dan kemampuan penulis dan juga tidak masuk
dalam prioritas utama yang harus ditangani
Faktor Pendukung
1. Keluarga dank lien kooperatif sehingga penulis dapat melakukan tindakan
keperawatan dengan baik
2. Klien bersedia dilakukan Asuhan Keperawatan mulai dari pengkajian
51
sampai evaluasi secara leluasa
3. Perawatnya sangat membantu dalam memberi masukan kepada penulis
Faktor Penghambat
1. Keterbatasan waktu dalam melakukan Asuhan Keperawatan karena penulis
sudah pindah di ruangan lain.
2. Penulis harus bolak balik ke ruangan satu ke ruangan lain untuk
melanjutkan Asuhan Keperawatan
Solusi atau Alternatif Pemecahan Masalah
1. Berkomunikasi dengan keluarga pasien yang menjaga pasien selama di
rawat di ruang bedah anak di RSUP Hasan Sadikin Bandung
2. Penulis meminta bantuan kepada teman satu praktekan/mahasiswa dari
satu kampus dan lain yang shift diruang tersebut yang mendapat shift
malam untuk memantau kondisi klien
47
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Appendiksitis merupakan suatu peradangan yang terjadi pada appendiks
veriformis atau umbai cacing, yang berlokasi dekat ileocecal yang disebabkan
karena obstruksi atau infeksi yang ditandai dengan sakit perut kanan bawah,
rasa ngilu dan sakit tekan di daerah apendiks. Untuk pengobatan pada
apendiksitis adalah apendiktomi. Karena apabila ditunda akan kemungkinan
terjadi gangguan atau perforasi.
Dalam pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada An. R didapatkan
beberapa masalah yang muncul yaitu Gangguan rasa aman nyaman (nyeri
akut) berhubungan dengan adanya luka insisi Post Apendiktomi. Pada
diagnosa ini telah dilakukan pengkajian nyeri, catat lokasi nyeri, karakteristik
nyeri, beratnya skala (0-10), menyelidiki dan melaporkan perubahan nyeri
dengan tepat. Mempertahankan instirahat dengan posisi semi fowler,
memberikan teknik relaksasi dan aktivitas hiburan serta memberikan
analgetik.
Diagnosa kedua adalah Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan
adanya luka insisi post apendiktomi. Unuk mengatasi diagnosa ini, penulis
telah melakukan tindakan berupa mengobservasi derajat imobilisasi klien,
mengajarkan klien mobilisasi fisik secara bertahap(miring kanan dan kiri),
serta memberikan posisi klien yang nyaman dan melakukan perubahan posisi
yang teratur sesuai kebutuhan klien.
Diagnosa ketiga adalah resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan
invasi mikroorganisme. Penulis telah melakukan tindakan : pengawasan tandatanda vital, memperhatikan demam, menggigil, berkeringat, perubahan mental
dan meningkatnya nyeri abdomen, melakukan pencucian tangan yang baik dan
perawatan luka dengan aseptik, melihat insisi dan balutan, mencatat
karakteristik luka serta melakukan kolaborasi dalam pemberian anatibiotik
53
sesuai indikasi.
Selama pelaksanaan tindakan keperawatan pada klien post apendiktomi
telah disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan sebelumnya. Dalam
pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada An. R dengan post operasi
apendiktomi tidak banyak menyimpang dari teori yang ada.
52
48
B. Saran
1. Bagi Rumah Sakit
Dibutuhkan kerjasama antar perawat ruangan dengan mahasiswa
praktekan dalam melakukan pada pasien diruangan terutama pada pasien
yang menderita asma bronkhial sehingga tercapai tujuan keperawatan yang
sesuai dengan kriteria hasil, pendokumentasian yang lengkap untuk bukti
kuat di rumah sakit dan nyata, serta mahasiswa dapat lebih mudah untuk
mempelajarinya dengan di fasilitasi alat-alat yang memadai di rumah sakit
akan bias mempercepat penyembuhan bagi pasien.
2. Klien dan Keluarga
a. Klien hendaknya menjaga kebersihan luka
b. Klien harus sering mengontrol dan minum obat secara teratur, sampai
sembuh
c. Klien hendaknya menjaga nutrisi atau diet yang dianjurkan
d. Keluarga klien harus ikut menjaga memperhatikan waktu control dan
minum obat serta diet yang dianjurkan setelah pulang dari rumah sakit.
3. Perawat
a. Perawat memberikan informasi dan pengertian tentang kesehatan kepada
pasien dan keluarga karena hak mendapatkan informasi dan pelayanaan
kesehatan pasien dilindungi oleh undang-undang.
b. Perawat dalam melaksanakan perawatan luka harus memperhatikan
prinsip aseptik dan anti septik
c. Perawat hendaknya memberikan pendidikan kesehatan pada klien dan
54
keluarga tentang bagaimana cara menjaga kebersihan daerah luka
dengan baik dan benar
d. Perawat harusnya memberitahukan kepada keluarga pasien setiap
melakukan tindakan yang dilakukan perawat agar tidak membuat cemas
pasien maupun keluarga
e. Perawat hendaknya selalu mendokumentasikan setiap tindakan yang
dilakukan segera setelah tindakan dilakukan.
4. Penulis
a. Penulis perlu belajar lebih giat lagi, dalam memahami kasus dengan
penyakit apendiksitis
b. Penulis perlu giat bertanya kepada perawat ruangan serta tim medis
lainnya untuk menentukan tindakan yang akan dilakukan selama
merawat pasien post apendiktomi di ruang Bedah Anak/kemuning di
RSUP Hasan Sadikin Bandung.
49
5. Institusi
a. Diharapkan dapat memfasilitasi yang diperlukan penulis agar mudah
dan dapat mengembangkan ilmu
b. Didukung dengan persediaan buku tentang penyakit Apendiksitis untuk
menunjang teori yang sistemik dan untuk mempermudah penulis untuk
belajar
c. Dengan adanya penelitian yang penulis angkat dengan penyakit
apendiksitis (Post apendiktomi) diharapkan dapat memacu fasilitas
maupun sarana bagi institusi.
50
DAFTAR PUSTAKA
Alimul Hidayat.A.Azizi. (2006). Kebutuhan Dasar Manusia. Edisi 1. Salemba
Medika: Jakarta
Carpenito, Linda jual. 2006. Buku Saku : Diagnosa Keperawatan, Alih Bahasa :
Monica Ester, S.Kep Edisi VIII. EGC : Jakarta
Corwin, Elizabeth. 2009. Buku Saku Patofisiologis. Alih Bahasa : nike Budhi
Subekti: editor edisi Bahasa Indonesia. EGC : Indonesia
Doengoes, Marilynn E, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. EGC.
Jakarta
Fieshman JW. 2005. Perencanaan Asuhan Keperawatan. Edisi III. EGC : Jakarta
Kimberty.A.J. 2012. Kapita Selekta Penyakit dengan Implikasi Keperwatan.
Penerbit EGC : Jakarta
Mansjoer, arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. EGC. Jakarta
Price, Sylvia Anderson dan Wilson, Me Carty, Lorraine. 2005. Patofisiologi. Edisi
2. EGC : Jakarta
Price, Sylvia Anderson, ( 2005 ). Patofisiologi : Konsep klinik proses proses
penyakit. Jakarta : EGC.
Santoso, budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda. Edisi I. EGC :
Jakarta
Sjamsuhidajat, R. & Jong, W.D. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah, edisi revisi. EGC :
Jakarta
Smeitzer,Suzanne.C. Brenda. 2005.Buku Ajar Keperwatan Medikal Bedah Edisi
8.Penerbit EGC : Jakarta
Soeparman. 2004. Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV. EGC : Jakarta