Anda di halaman 1dari 15

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Diabetes mellitus adalah keadaan hiperglikemi kronik disertai berbagai
keluhan metabolik akibat gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai
komplikasi kronik pada berbagai organ dan system tubuh seperti mata, ginjal,
saraf, dan pembuluh darah, dan lain lain (Mansjoer, 2009)
Luka kaki diabetic (diabetic foot) adalah segala bentuk kelainan yang
terjadi pada kaki yang disebabkan oleh diabetes mellitus. Gangguan
mikrosirkulasi selain menurunkan aliran darah dan hantaran oksigen pada
serabut saraf juga menurunkan aliran darah ke perifer hingga aliran darah
tidak cukup dan terjadi iskemik dan gangrene. (Arjatmo, 2007). Kaki diabetik
(diabetik foot) adalah kelainan pada tungkai bawah yang merupakan
komplikasi kronik diabetes mellitus. (Depkes, 2000)
Diabetik Foot adalah infeksi, ulkus dan/atau kerusakan jaringan yang
lebih dalam yang terkait dengan gangguan neurologis dan vaskuler pada
tungkai. Neuropati disebabkan karena peningkatan gula darah yang lama
sehingga menyebabkan kelainan vaskuler dan metabolik. (WHO, 2006).
Diabetes Mellitus adalah gangguan kesehatan berupa kumoukan gejala
yang disebabkan oleh peningkatan kadar gula darah (glukosa) darah akibat
kekurangan ataupun resistensi insulin (Bustan, 2007).
B. Etiologi
Faktor faktor yang berpengaruh atas terjadinya Diabetik Foot dibagi
menjadi faktor endogen dan ekstogen
1. Faktor endogen
a. Genetic, metabolic
b. Angiopati diabetic
c. Neuropati diabetic
2. Faktor ekstrigen
a. Trauma

b. Infeksi
c. Obat
Faktor utama yang berperan pada timbulnya Diabetik Foot adalah
angiopati,

neuropati,

dan

infeksi.

Adanya

neuropati

perifer

akan

menyebabkan hilang atau menurunya sensasi nyeri pada kaki, sehingga akan
mengalami trauma tanpa tersa yang mengakibatkan terjadinya diabetik pada
kaki gangguan motorik juga akan mengakibatkan terjadinya atrofi pada otot
kaki sehingga merubah titik tumpu yang menyebabkan ulsestrasi pada kaki
klien. Apabila sumbatan darah terjadi pada pembuluh darah yang lebih besar
maka penderita akan merasa sakit pada tungkainya sesudah ia berjalan pada
jarak tertentu. Adanya angiopati tersebut akan menyebabkan terjadinya
penurunan asupan nutrisi, oksigen serta antibiotic sehingga menyebabkan
terjadinya luka yang sukar sembuh (Levin, 2005)
Infeksi sering merupakan komplikasi yang menyertai Diabetik Foot
akibat berkurangnya aliran darah atau neuropati, sehingga faktor angiopati
dan infeksi berpengaruh terhadap penyembuhan Diabetik Foot. (Levis, 2005).
C. Pathofisiologi
Angiopati akan menyebabkan terganggunya aliran darah ke kaki.
Pembuluh darah besar atau kecil pada penderita DM mudah menyempit dan
tersumbat oleh gumpalan darah. Apabila sumbatan terjadi di pembuluh darah
sedang atau besar pada maka tungkai akan mudah mengalami gangrene
diabetic yaitu luka pada kaki yang merah kehitam hitaman dan berbau
busuk, gangrene yang tak kunjung sembuh. Manifestasi gangguan pembuluh
darah yang lain dapat berupa : ujung kaki terasa dingin, nyeri kaki di malam
hari, denyut arteri hilang, kaki menjadi pucat bila naikkan. Adapun angiopati
menyebabkan kulit sulit sembuh (Levin, 2005)
Neuropati diabetic adalah kelainan urat saraf akibat DM karena kadar
dalam darah tinggi yang bisa merusak urat saraf penderita dan menyebakan
hilang atau menurunnya rasa nyeri pada kaki sehingga apabila penderita
mengalami trauma kadang kadang tidak terasa (Smeltzer & Bare, 2008)

Kerja pembuluh darah tergantung pada sistem saraf yang mengaturnya,


dan sistem saraf juga tergantung pada aliran darah yang adekuat. Perubahan
patologis pertama yang terjadi pada penyakit mikrovaskuler adalah
vasokonstriksi. Semakin berkembangnya kerusakan, disfungsi neural berjalan
seiring perkembangan kerusakan pembuluh seperti penebalan, membrane
kapiler, hyperplasia, iskemik neural adalah karakteristik dari neuropati
diabetic. Agen vasodilator dapat memperbaiki aliran darah neural, yang akan
berdampak pada membaiknya kecepatan konduksi saraf tersebut (Smeltzer &
Bare, 2008)
Infeksi merupakan komplikasi akibat berkurangnya aliran listrik
(neuropati). Faktor faktor lokal juga menyebabkan kecenderungan pasien
DM mudah infeksi yaitu : hiperlikemi memberi kecenderungan infeksi bakteri
dan fungsi pada pasien DM. insufisiensi vaskuler dan hipoksia jaringan
menyebabkan pertumbuhan organism anerob, terbatasnya mekanisme
pertahanan tubuh, neuropati menyebabkan gangguan distribusi tekanan yang
berperan pada infeksi dan ulserasi pada kaki. Pada kandung kemih neuropati
menyebabkan atoni buli buli yang menyebabkan retensi yang cenderung
bak teriuria (Mansjoer,2009)
D. Gambaran Klinis
Proses mikroangipati menyebabkan sumbatan darah, sedangkan secara
akut emboli memberikan gejala klinis 5 P yaitu :
1. Pain (Nyeri)
2. Paleness (Kepucatan)
3. Paresthesia (Kesemutan)
4. Pulselessness (Denyut nadi hilang)
5. Paralysis (Lumpuh)
Diet Bagi Penderita DM
Dari sisi makanan penderita diabetes lebih dianjurkan mengonsumsi
karbohidrat berserat seperti kacang kacangan, sayuran, buah segar seperti
papaya, kedondong, apel, tomat, salak, semangka, dll. Sedangkan buah
buahan yang terlalu manis seperti sawo, jeruk, nanas, rambutan, durian,
nangka, anggur, tidak dianjurkan. Sementara itu tingginya serat dalam

sayuran jenis A (bayam, buncis, kacang panjang, jagung muda, labu siam,
worte, pare, nangka muda) ditambah sayuran jenis B (kembang kol, jamur
segar, seledri, taoge, ketimun, gambas, cabai hijau, labu air, terong, tomat,
sawi) akan menekan kenaikan kadar glukosa dan kolestrol darah. Bawang
merah dan putih (berkhasiat 10 kali bawang merah) serta buncis baik sekali
jika ditambah dalam diet diabetes karena secara bersama sama dapat
menurunkan kadar lemak darah dan glukosa darah (Tjokroprawiro, 2010).
Pola makan bagi penderita DM yang disarankan adalah pola 3J : yakni
jumlah kalori, jadwal makan, dan jenis makanan. Pengaturan diet pada
penderita diabetes mellitus merupakan pengobatan yang utama pada
penatalaksanaan diabetes mellitus yaitu mencakup pengaturan sebagai berikut
(Alamtsier, 2007) :
1. Jumlah Makanan
Syarat kebutuhan kalori untuk penderita Diabetes Mellitus harus
sesuai untuk mencapai kadar glukosa normal dan mempertahankan berat
badan normal. Komposisi energy adalah 60 70 % dari karbohidrat, 10
-15 % dari protein, 20 -25 dari lemak. Kandungan energy dari jenis diet
diabetes mellitus adalah 1700 kalori dan jumlah kandungan zat gizi
karbohidrat 275 gram, protein 55,5 gram dan lemak 36,5 gram. Makanan
aneka ragam makanan yang mengandung sumber zat tenaga, sumber zat
pembangun serta zat pengantur.
a. Makanan sumber zat tenaga mengandung zat gizi karbohidrat, lemak,
dan protein yang bersumber dari nasi serta penggantinya : roti, mie,
kentang dan lain lain.
b. Makanan sumber zat pembangun mengandung zat gizi protein dan
mineral. Makanan sumber zat pembangun seperti kacang kacangan,
tempe, tahu, telur, ikan, ayam, daging, susu, keju, dan lain lain.
c. Makanan sumber zat pengatur mengandung vitamin dan mineral.
Makanan sumber zat pengantur antara lain : sayuran dan buah buahan.
2. Jenis Bahan Makanan
Banyak yang beranggapan bahwa penderita Diabetes Mellitus harus
makan makana khusus, anngapan tersebut tidak selalu benar karena tujuan
utamanya adalah menjaga kadar glukosa darah pada batas normal. Untuk

itu sangat penting bagi kita terutama penderita diabetes mellitus untuk
mengetahui efek dari makanan pada glukosa darah. Jenis makanan yang
dianjurkan untuk penderita diabetes mellitus adalah makanan yang kaya
serat seperti sayur sayuran dan buah buahan segar. Yang terpenting
adalah jangan terlalu mengurangi jumlah makanan karena akan
mengakibatkan kadar gula darah yang sangat rendah (hypoglikemia) dan
juga jangan terlalu banyak makanan yang mempengaruhi penyakit
diabetes mellitus.
Ada beberapa jenis makanan yang dianjurkan dan jenis makanan yang
tidak dianjurkan atau dibatasi bagi penderita diabetes mellitus yaitu :
a. Jenis bahan makanan yang dianjurkan untuk penderita Diabetes
Meliitus adalah :
1) Sumber karbohidrat kompleks seperti nasi, roti, mie, kentang,
singkong, ubi dan sagu
2) Sumber protein rendah lemak seperti ikan, ayam tanpa kulitnya, susu
skin, tempe, tahu, dan kacangan kacangan
3) Sumber lemak dalam jumlah terbatas yaitu bentuk makanan yang
mudah dicerna. Makanan terutama mudah diolah dengan cara
dipanggang, dikukus, disetup, direbus, dan dibakar.
b. Jenis bahan makanan yang tidak dianjurkan atau dibatasi untuk
penderita diabetes mellitus :
1) Mengandung banyak gula sederhana, seperti gula pasir, gula jawa,
sirup, jelly, buah buahan yang diawetkan, susu kental manis,
minuman botol ringan, es krim, kue kue manis, dodol, cake dan
tarcis
2) Mengandung banyak lemak seperti cake, makanan siap saji (fast
foot), gorengan gorengan.
3) Mengandung banyak natrium seperti ikan asin, telus asin, dan
makana yang diawetkan (Almatsier,2006)
3. Jadwal makanan
Makanan porsi kecil dalam waktu tertentu akan membantu
mengontrol kadar gula darah. Makanan porsi besar menyebabkan
peningkatan gula darah mendadak dan bila berulang ualang dalam
jangka panjang, keadaan ini dapat menimbulkan komplikasi diabetes

mellitus. Oleh karena itu makanlah sebelum lapar karena makan disaat
lapar sering tidak terkendali dan berlebihan. Agar kadar gula darah lebih
stabil, perlu pengaturan jadwal makan yang teratur yaitu makan pagi,
makan siang, makan malam dan snack diantara makan besar dan
dilaksanakan dengan interval 3 jam (Tjokroprawiro, 2010).

E. Pengelolaan Kasus
1. Medis
Menurut Soegondo (2006) penatalaksanaan Medis pada pasien dengan
Diabetes Mellitus meliputi :
a. Obat hiperglikemik oral (OHO)
Berdasarkan cara kerjanya OHO dibagi menjadi 4 golongan :
1) Pemicu sekresi insulin
2) Penambah sensitivitas terhadap insulin
3) Penghambat glukoneogenesis
4) Penghambat glukosidase alfa
b. Insulin
Insulin diperlukan pada keadaan :
1) Penurunan berat badan yang cepat
2) Hiperglikemik berat yang disertai ketoasidosis
3) Ketoasidosis diabetic
4) Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat
c. Terapi Kombinasi
Pemberian OHO maupun insulin selalu dimulai dengan dosis rendah,
untuk kemudian dinaikkan secara bertahap sesuai dengan respon
kadar glukosa darah.
2. Keperawatan
Menurut Smeltzer dan Bare (2008) tujuan utama penatalaksanaan
terapi pada Diabetes Mellitus adalah menormalkan aktifitas insulin dan
kadar glukosa darah, sedangkan tujuan jangka panjangnya adalah untuk

menghindari terjadinya komplikasi. Ada beberapa komponen dalam


penatalaksanaan diabetik foot :
a. Diet
Diet dan pengendalian berat badan merupakan dasar untuk
memberikan semua unsure makanan esensial, memenuhi kebutuhan
energy, mencegah kadar glukosa darah yang tinggi dan menurunkan
kadar lemak.
b. Latihan
Dengan latihan ini misalnya berolahraga yang teratur akan
menurunkan kadar glukosa darah dengan meningkatkan pengembalian
glukosa oleh otot dan memperbaiki pemakaian kadar insulin.
c. Pemantauan
Dengan melakukan pemantauan kadar glukosa darah secara
mandiri diharapkan pada penderita diabetes dapat mengatur terapinya
secara optimal.
3. Terapi (jika diperlukan)
Penyuntikan insulin sering dilakukan dua kali per hari untuk
mengendalikan kenaikkan kadar glukosa darah sesudah makan pada
malam hari.
4. Pendidikan
Tujuan dari pendidikan ini adalah supaya pasien dapat mempelajari
ketrampilan dalam melakukan penatalaksanaan diabetes yang mandiri
dan mampu menghindari komplikasi dari diabetes itu sendiri.
5. Kontrol nutrisi dan metabolic
Faktor nutrisi merupakan salah satu faktor yang berperan dalam
penyembuhan luka. Diet pada penderita DM dengan silulitis atau
gangrene diperlukan protein tinggi yaitu dengan komposisi protein 20%,
lemak 20%, dan karbohidrat 60%
6. Stress Mekanik
Perlu meminimalkan berat badan (weight bearing) pada ulkus.
Semua pasien yang istirahat ditempat tidur, tumit dan mata kaki harus di
lindungi serta kedua tungkai harus di inspeksi tiap hari. Hal ini
diperlukan

karena

kaki

trauma

berulang

menyebabkan bakteri masih pada tempat luka.

ditempat

yang

sama

7. Obat obatan
Pencegahan infeksi sistematik karena luka lama yang sukar sembuh
dan penanganan pengobatan DM merupakan faktor utama keberhasilan
pengobatan secara keseluruhan. Pemberian obat untuk pendekatan
multidisiplin (antioksida antibiotic) merupakan pokok pengobatan dan
menjadi berhasil bila juga harus dilakukan terapi bedah dengan
amputasi.
8. Tindakan bedah
Berdasarkan berat ringannya penyakit menurut Wagner makan tindakan
pengobatan atau pembedahan dapat ditentukan sebagai berikut :
a. Derajat 0 : Perawatan localDefinisit
secara khusus
Insulin tidak ada
b. Derajat 1 : Pengobatan medic dan bedah minor
Glukogen

Pemakaian glukosa ssel


Pemeriksaan Penunjang
1. Glukosa darah sewaktu
2. Kadar glukosa darah puasa
Glukogen
Glukogen
Hiperglikemik
3. Tes toleransi
glukosa
Kadar darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring diagnosa DM(mg/dl)
Lemak

As.Amino

Bukan DM

Kadar glukosa darah


sewaktu Ketogenessis
- Plasma vena
- Darah
kapiller
Ketonemia
Mual Muntah

pH

Belum pasti DM

Glukoneogenesis

< 100
< 80
Hiperglikemi
Hipoksia Jaringan

Glycosuria

DM

Osmotic Diuresis

100 200
80 - 200

Dehidrasi

>200

Hemokonsentrasi
>200

Kadar glukosa darah


puasa
Resti Gangguan nutrisi (-) dari
Asidosis
110
110 120
- kebutuhan
Plasma
vena Gangguan <Perfusi
jaringan
< 90
90 110
- Darah kapiller

Trombosit
Aterosklerosis

>126

Koma
Kematian

>110
Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus sedikitnya 2 kali pemeriksaaan :
1. Glukosa plasma sewaktu > 200 mg/dl (11,1 mmol/L)
Mikrovaskuler
Makrovaskuler
2. Glukosa
plasma puasa > 140 mg/dl (7,8 mmol/L)
3. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah
Jantung

Serebral
Ekstermitas
Retina
Ginjal
mengkonsumsi
75 gr karbohidrat
(2 jam post prandial
(pp) > 200 mg/dl)
F. Pathway

Miokrad Infrak

Nyeri Akut

Stroke

Gangren

Retinopati diabetik

Gangguan Integritas KulitGangguan Penglihatan

Resiko Injury

Nefropati

Gagal Ginjal

G. Asuhan Keperawatan Teoritis


1. Pengkajian
Menurut Gordon, data pengkajian pada pasien dengan Diabetes mellitus
bergantung pada berat dan lamanya ketidakseimbangan metabolic dan
pengaruh fungsi pada organ, data yang dikaji meliputi :
a. Pola Persepsi
Pada pasien gangrene kaki diabetik terjadi peurabahan persepsi
dan tata laksana hidup sehat karena kurangnya pengetahuan tentang
dampak gangrene kaki diabetik sehingga menimbulkan persepsi
yang negative terhadap dirinya dan kecenderungan untuk tidak
mematuhi prosedur pengobatan dan perawatan yang lama, lebih dari
6 juta dari penderita DM tidak menyadari akan terjadinya resiko kaki
diabetik bahkan mereka takut akan terjadinya amputasi. (Debra
Clair, Journal Februari 2011)
b. Pola nutrisi metabolic
Akibat produksi insulin tidak adekuat atau adanya defisiensi
insulin maka kadar glukosa darah tidak dapat dipertahankan
sehingga menimbulkan keluhan sering kencing, banyak makan,
banyak minum, berat badan menurun dan mudah lelah. Keadaan
tersebut dapat mengakibatkan terjadinya gangguan nutrisi dan
metabolisme yang dapat mempengaruhi status kesehatan penderita.
Nausea, vomitus, berat badan menurun, turgor kulit jelek,
mual.muntah.
c. Pola eliminasi
Adanya hiperglikemia menyebabkan terjadinya dieresis osmotic
yang menyebabkan pasien sering kencing (poliuri) dan pengeluaran
glukosa pada urine (glukosura). Pada eliminasi alvi relative tidak ada
gangguan.
d. Pola aktivitas dan latihan
Kelemahan, susah berjalan/bergerak, kram otot, gangguan
istirahat dan tidur. Adanya luka gangrene dan kelemahan otot otot
pada

tungkai

bawah

menyebakan

penderita

tidak

mampu

melaksanakan aktivitas sehari hari secara maksimal, penderita


mudah mengalami kelelahan.
e. Pola tidur dan istirahat
Istirahat tidak efektif adanya poliuri, nyeri pada kaki yang luka,
sehingga pasien mengalami kesulitan tidur
f. Kognitif persepsi
Pasien dengan gangrene cenderung mengalami neuropati atau
mati rasa pada luka sehingga tidak peka terhadap adanya nyeri.
Pengucapan mengalami penurunan, gangguan penglihatan
g. Persepsi dan konsep diri
Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh akan menyebabkan
pasien mengalami gangguan pada gambaran diri. Luka yang sukar
sembuh, lamanya perawatan, banyaknya biaya perawatan dan
pengobatan menyebabkan pasien mengalami kecemasan dan
gangguan peran pada keluarga (self esteem).
h. Peran hubungan
Luka gangrene yang sukar sembuh dan berbau menyebabkan
pasien malu dan menarik diri dari pergaulan.
i. Seksualitas
Angiopati dapat terjadi pada sistem pembuluh darah di organ
reproduksi sehingga menyebabkan gangguan potensi sex, gangguan
kualitas mampu ereksi,serta memperdampak pada ejakulasi serta
orgasme. Adanya peradangan pada daerah vagina, serta orgasme
menurun dan terjadi impoten pada pria. Resiko lebih tinggi terkena
kanker prostat berhubungan dengan nefropati. (Chin-Hsiao Tseng on
journal, Maret 2011)
j. Koping toleransi
Lamanya waktu perawatan, perjalanan penyakit yang kronik,
perasaan tidak berdaya karena ketergantungan menyebabkan reaksi
psikologis yang negative berupa marah, kecemasan, mudah
tersinggung dan lain lain, dapat menyebabkan penderita tidak
mampu mengganggu mekanisme koping yang konstruktif/adaptif.
k. Nilai kepercayaan

Adanya perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi tubuh


serta

luka

pada

kaki

tidak

menghambat

penderita

dalam

melaksanakan ibadah tetapi mempengaruhi pola ibadah pasien.


2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan melemahnya aliran
darah ke daerah gangrene akibat adanya obstruksi pembuluh darah.
b. Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan adanya gangrene
pada ekstermitas
c. Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan
d. Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan rasa nyeri pada luka
di kaki.
3. Intervensi Keperawatan
a. Diagnosa I
Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan melemahnya aliran
darah ke daerah gangrene akibat adanya obstruksi pembuluh darah.
Tujuan : Mempertahankan sirkulasi perifer tetap normal.
Kriteria Hasil :
1) Warna kulit sekitar luka tidak pucat/sianosis
2) Kulit sekitar luka terasa hangat
3) Oedema tidak terjadi dan luka tidak bertambah parah
4) Sensorik dan motorik membaik

Rencana tindakan :
1) Ajarkan pasien untuk melakukan mobilisasi
Rasional : Dengan mobilisasi meningkatkan sirkulasi darah
2) Ajarkan tentang faktor faktor yang dapat meningkatkan aliran
darah : Tinggikan kaki sedikit lebih rendah dari jantung (posisi
elevasi pada waktu istirahat), hindari penyilangan kaki, hindari
balutan ketat, hindari penggunaan bantal di belakang lutut dan
sebagainya.
Rasional : Meningkatkan melancarkan aliran darah baik
sehingga tidak terjadi oedema.

3) Ajarkan tentang modifikasi faktor faktor resiko berupa :


Hindari diet tinggi kolestrol, teknik relaksasi, menghindari
kebiasaan merokok.
Rasional : Kolestrol tinggi dapat mempercepat terjadinya
arterosklerosis, relaksasi untuk mengurangi efek dari stress
4) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian vasodilator,
pemeriksaan gula darah secara rutin dan terapi oksigen (HBO)
Rasional : Pemberian vasodilator akan meningkatkan dilatasi
pembuluh darah, sehingga perfusi jaringan dapat diperbaiki,
sedangkan

pemeriksaan

gula

darah

secara

rutin

dapat

mengetahui perkembangan dan keadaan pasien, HBO untuk


memperbaiki oksigenasi daerah ulkus/gangrene.
Diagnosa 2
Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan adanya gangren
pada ekstermitas
Tujuan : Tercapainya proses penyembuhan luka
Kriteria Hasil :
1) Berkurangnya oedema sekitar luka
2) Pus dan jaringan berkurang
3) Adanya jaringan granulasi
4) Bau busuk luka berkurang
Rencana tindakan :
1) Kaji luas dan keaddan luka serta proses penyembuhan
Rasional : pengkajian yang tepat terhadap luka dan proses
penyembuhan akan membantu dalam menentukan tindakan
selanjutnya.
2) Rawat luka dengan baik dan benar : membersihkan luka secara
aseptic menggunakan larutan yang tidak iritatif, angkat sisa
balutan yang menempel pada luka dan nekrotomi jaringanyang
mati.
Rasional : merawat luka dengan teknik aseptic dapat menjaga
kontaminasi luka dan larutan yang iritatif akan merusak jaringan

granulasi yang timbul, sisa balutan jaringan nekrosis dapat


menghambat proses granulasi
3) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian insulin, pemeriksaan
kultur pus untuk pemeriksaan gula darah pemberian anti biotik.
Rasional : insulin akan menurunkan kadar gula darah,
pemeriksaan kulitur pus untuk mengetahui jenis kuman dan anti
biotik yang tepat untuk pengobatan, pemeriksaan kadar gula
darah untuk mengetahui perkembangan penyakit.
Diagnosa 3
Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan
Tujuan : rasa nyeri hilang/berkurang
Kriteria Hasil
1) Penderita secara verbal mengatakan nyeri berkurang/berkurang
2) Penderita dapat melakukan tindakan untuk mengatasi atau
mengurangi nyeri
3) Pergerakan penderita bertambah luas
4) Tidak ada keringat dingin, tanda vital dalam batas normal (S : 36 oC
37,5oC, N : 60 80 x/menit, TD : 100 130 mmHg, RR : 18 20
x/menit)
Rencana tindakan
1) Kaji tingkat nyeri, dan reaksi nyeri yang di alami pasien
Rasional : untuk mengetahui berapa berat nyeri yang dialami
pasien.
2) Jelaskan pada pasien tentang sebab sebab timbulnya nyeri
Rasional : Pemahaman pasien tentang penyebab nyeri yang terjadi
akan mengurangi ketegangan pasien dan memudahkan pasien
untuk diajak bekerjasama dalam melakukan tindakan.
3) Ciptakan lingkungan yang tenang
Rasional : Rangsangan yang berlebihan dari lingkungan akan
memperberat rasa nyeri
4) Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi
Rasional : Teknik distraksi dan relaksasi dapat mengurangi rasa
nyeri yang dirasakan pasien
5) Atur posisi pasien senyaman mungkin sesuai keinginan pasien

Rasional : Posisi yang nyaman akan membantu memberkan


kesempatan pada otot untuk relaksasi se-optimal mungkin.
6) Lakuakan massage dan kompres luka
Rasional : Massage dapat meningkatkan vaskulerisasi dan
pengeluaran pus.
7) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik
Rasional : Obat obat analgesik dapat membantu mengurangi
nyeri pasien.
Diagnosa 4
Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan rasa nyeri pada luka di
kaki.
Tujuan : Pasien dapat mencapai tingkat kemampuan aktivitas yang
optimal.
Kriteria Hasil :
1) Pergerakan pasien bertambah luas
2) Pasien dapat melakukan aktivitas sesuai dengan kemampuan
(duduk, berdiri, berjalan).
3) Rasa nyeri berkurang
4) Pasien dapat memenuhi kebutuhan sendiri secara bertahap sesuai
dengan kemampuan
Rencana tindakan :
1) Kaji dan identitas tingkat kekuatan otot pada kaki pasien
2) Rasional : untuk mengetahui derajat kekuatan otot otot kaki
pasien
3) Beri penjelasan tentang pentingnya melakukan aktivitas untuk
menjaga kadar gula darah keadaan normal.
4) Rasional : Pasien mengerti pentingnya aktivitas sehingga dapat
kooperatif dalam tindakan keperawatan.
5) Anjurkan pasien untuk menggerakkan/mengangkat ekstermitas
bawah sesuai kemampuan
6) Rasional : untuk melatih otot otot sehingga berfungsi dengan
baik
7) Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhannya
8) Rasional : Agar kbutuhan pasien tetap dapat terpenuhi

9) Kolaborasi dengan tim kesehatan lain : dokter (pemberian


anlgesik) dan tenaga fisioterapi
Rasional : Analgesik dapat membantu mengurangi rasa nyeri,
fisioterapi untuk melatih pasien melakukan aktivitas secara
bertahap dan benar.
4. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan adalah tahap pelaksanaan terhadap rencana tindakan
keperawatan yang telah ditetapkan untuk perawat bersama pasien.
Implementasi dilaksanakan sesuai dengan rencara setelah dilakukan
validasi, disamping itu juga dibutuhkan ketrampilan interpersonal,
intelektual, tenikal yang dilakukan dengan cermat dan efisien pada
situasi yang tepat dengan selalu dengan selalu memperhatikan keamanan
fisik dan psikologis.
5. Evaluasi Keperawatan
Setelah selesai implementasi, dilakukan dokumentasi yang meliputi
intervensi yang sudah dilakukan dan bagaimana respon pasien. Evaluasi
merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan. Kegiatan evaluasi ini
adalah membandingkan hasil yang diharapkan dalam perencanaan.
Perawat mempunyai tiga alternatif dalam menentukan sejauh mana tujuan
tercapai :
a. Berhasil perilaku pasien sesuai pernyataan tujuan dalam waktu atau
tanggal yang ditetapkan
b. Tercapai sebagian pasien menunjukkan perilaku tetapi tidak sebaik
yang ditentukan dalam pernyataan tujuan.
c. Belum tercapai pasien tidak mampu sama sekali menunjukkan perilaku
yang diharapkan sesuai dengan pernyataan tujuan.

Anda mungkin juga menyukai

  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen9 halaman
    Bab Ii
    DaniKurniawan
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen2 halaman
    Daftar Pustaka
    DaniKurniawan
    Belum ada peringkat
  • LP Perilaku Kekerasan
    LP Perilaku Kekerasan
    Dokumen16 halaman
    LP Perilaku Kekerasan
    Erik Rockman
    100% (5)
  • Bab III - Tinjauan Kasus B
    Bab III - Tinjauan Kasus B
    Dokumen13 halaman
    Bab III - Tinjauan Kasus B
    DaniKurniawan
    Belum ada peringkat
  • Bab I - Pendahuluan
    Bab I - Pendahuluan
    Dokumen4 halaman
    Bab I - Pendahuluan
    DaniKurniawan
    Belum ada peringkat
  • Bab I - Pendahuluan
    Bab I - Pendahuluan
    Dokumen4 halaman
    Bab I - Pendahuluan
    DaniKurniawan
    Belum ada peringkat
  • Cadangan Intervensi
    Cadangan Intervensi
    Dokumen9 halaman
    Cadangan Intervensi
    DaniKurniawan
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen15 halaman
    Bab Ii
    DaniKurniawan
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen21 halaman
    Bab Iii
    DaniKurniawan
    Belum ada peringkat
  • CADANGAN
    CADANGAN
    Dokumen43 halaman
    CADANGAN
    DaniKurniawan
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen15 halaman
    Bab Ii
    DaniKurniawan
    Belum ada peringkat
  • Instrumen PAUD-PNFI
    Instrumen PAUD-PNFI
    Dokumen59 halaman
    Instrumen PAUD-PNFI
    DaniKurniawan
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen13 halaman
    Bab Ii
    DaniKurniawan
    Belum ada peringkat
  • Bab 3
    Bab 3
    Dokumen17 halaman
    Bab 3
    DaniKurniawan
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen19 halaman
    Bab Iii
    DaniKurniawan
    Belum ada peringkat
  • Bab V
    Bab V
    Dokumen3 halaman
    Bab V
    DaniKurniawan
    Belum ada peringkat
  • Asuhan Keperawatan GGK Keoritis
    Asuhan Keperawatan GGK Keoritis
    Dokumen10 halaman
    Asuhan Keperawatan GGK Keoritis
    DaniKurniawan
    Belum ada peringkat
  • Askep Kejang
    Askep Kejang
    Dokumen26 halaman
    Askep Kejang
    DaniKurniawan
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen6 halaman
    Bab I
    DaniKurniawan
    Belum ada peringkat
  • Bab V Koko
    Bab V Koko
    Dokumen3 halaman
    Bab V Koko
    DaniKurniawan
    Belum ada peringkat
  • BAB IV - Mas Edy
    BAB IV - Mas Edy
    Dokumen7 halaman
    BAB IV - Mas Edy
    DaniKurniawan
    Belum ada peringkat
  • Askep Kejang
    Askep Kejang
    Dokumen26 halaman
    Askep Kejang
    DaniKurniawan
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen19 halaman
    Bab Iii
    DaniKurniawan
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv Ok
    Bab Iv Ok
    Dokumen7 halaman
    Bab Iv Ok
    DaniKurniawan
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen18 halaman
    Bab Ii
    DaniKurniawan
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Dokumen8 halaman
    Bab Iv
    DaniKurniawan
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Dokumen8 halaman
    Bab Iv
    DaniKurniawan
    Belum ada peringkat
  • Riset - Jiwa
    Riset - Jiwa
    Dokumen10 halaman
    Riset - Jiwa
    DaniKurniawan
    Belum ada peringkat
  • Bab V
    Bab V
    Dokumen2 halaman
    Bab V
    DaniKurniawan
    Belum ada peringkat