Anda di halaman 1dari 14

Makalah

Akuntansi Sektor Publik

Regulasi Keuangan Publik

Oleh Kelompok 6 :
1. Nur Alsa (C1C010060)
2. Erzia Yetri (C1C010091)
3. Wirham (C1C010076)
4. Bima Persada (C1C010066)
5. Dhevy Dhiana (C1C010054)
6. Etrye Martha uli.s (C1C010074)

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS JAMBI
2012
0

BAB I
PENDAHULUAN
Setiap organisasi publik pasti menghadapi berbagai isu dan permasalahan baik
yang berasal dari luar (lingkungan) maupun dalam organisasi. Karena itu, setiap
organisasi public pasti mempunyai regulasi public sebagai wujud kebijakan
organisasi dalam menghadapi isu dan permasalahan yang dihadapinya.
Makalah ini akan membahas berbagai materi tentang regulasi keuangan publik
secara mendetail yaitu definisi regulasi publik; penyusunan regulasi publik;
regulasi dalam siklus akuntansi sektor publik; penyusunan regulasi publik; review
regulasi akuntansi sektor publik; dan dasar hokum keuangan publik yang terdiri
dari dasar hukum keuangan Negara, dasar hukum keuangan daerah, dan dasar
hukum keuangan organisasi publik lainnya. Makalah diakhiri dengan materi
permasalahan regulasi keuangan publik di Indonesia

BAB II
PEMBAHASAN
A.

DEFINISI REGULASI PUBLIK


Regulasi berasal dari bahasa Inggris, yakni regulation atau peraturan. Dalam kamus
bahasa Indonesi (Reality Publisher, 2008), kata peraturan mengandung arti kaidah
yang dibuat untuk mengatur, petunjuk yang dipakai untuk menata sesuatu dengan aturan,
dan ketentuan yang harus dijalankan serta dipatuhi. Jadi, regulasi publik adalah ketentuan
ketentuan yang harus dijalankan dan dipatuhi dalam proses pengelolaan organisasi
publik, baik pada organisasi pemerintah pusat, pemerintah daerah, partai politik, yayasan,
LSM, organisasi keagamaan/ tempat peribadatan, maupun organisasi sosial masyarakat
lainnya.

B.

TEKNIK PENYUSUNAN REGULASI PUBLIK


Teknik penyusunan regulasi publik merupakan serangkaian alur tahapan, sehingga
regulasi publik siap disusun dan kemudian ditetapkan serta diterapkan. Teknik
penyusunan regulasi publik dapat dilihat dari peraga berikut:

Pendahuluan

Mengapa diatur ?

Permasalahan dan MIsi

Bagaimana mengaturnya?

Dengan apa diatur?

Diskusi/ Musyawarah

Catatan

Pendahuluan
Perancang regulasi wajib mampu mendeskripsikan latar belakang perlunya disusun
regulasi publik. Sebuah regulasi publik disusun karena adanya permasalahan atau
tujuan ang ingin dicapai.
Mengapa diatur?
Sebuah regulasi publik disusun karena adanya berbagai isu terkait yang
membutuhkan tindakan khusus dari organisasi publik. Hal pertama yang harus
dilakukan adalah mencari jawaban atas pertanyaan mengapa isu tersebut harus diatur
atau mengapa regulasi publik perlu disusun.
Permasalahan dan Misi
Sebuah regulasi publik disusun dan ditetapkan jika solusi alternatif atas suatu
permasalahan telah dapat dirumuskan. Selain itu, penyusunan dan penetapan regulasi
pulik juga dilakukan dengan misi tertentu sebagai wujud komitmen serta langkah
organisasi publik menghadapi rumusan solusi permasalahan yang ada.
Dengan apa diatur?
Setiap permasalahan harus dirumuskan dengan jenjang regulasi yang akan
mengaturnya, sehingga permasalahan tersebut segera dapat disikapi dan ditemukan
solusi yang tepat sasaran.
Bagaimana mengaturnya?
Substansi regulasi publik yang disusun harus bisa menjawab pertanyaan bagaimana
solusi atas permasalahan yang ada akan dilaksanakan. Denga demikian, regulasi
publik yang disusun benar-benar merupakan wujud kebijakan organisasi publik
dalam menghadapi berbagai permasalahan publik yang ada.
Diskusi/ Musyawarah
Substansi regulasi publik yang disusun dan dibicarakan melalui mekanisme forum
diskusi atau pertemuan khusus publik yang membahas regulasi publik. Materi
tersebut harus dipersiapkan melalui proses penelitian yang menggambarkan aspirasi
publik yang betul.

Catatan
Catatan yang dimaksud adalah hasil dari proses diskusi yang dilakukan sebelumnya.
Hasil catatan ina akan menjadi wujud tindak lanjut dari keputusan organisasi publik
menyangkut bagaimana regulasi publik akan dihasilkan dan dilaksanakan terkait isu
atau permasalahan yang dihadapi.

C. REGULASI DALAM SIKLUS AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK


Dalam akuntansi sektor publik tahapan organisasi selalu terjadi di semua organisasi
publik. Semua proses tersebut terangkai mulai dari peerencanaan, penganggaran, realisasi
anggaran, pengadaan barang dan jasa, pelaporan keuangan, audit, serta pertanggungjawaban
publik. Pada setiap tahapan tersebut, isu dan permasalahan sering kali melingkupi, baik yang
terkait secara fungsional maupun prosedural hingga pada tataran pelaksanaannya sehingga
hasil akhir dari setiap tahap dapat dipengaruhi. Dalam menghadapinya, organisasi publik pun
menggunakan regulasi publik sebagai alat untuk memperlancar jalannya siklus akuntansi
sektor publik agar tujuan organisasi dapat tercapai. Berikut peraga siklul produk regulasi dari
akuntansi sektor publik :
Regulasi
Perencanaan
Publik

Regulasi Laporan

Regulasi
Anggaran
Publik

Pertanggungjawaban

Publik
Akuntansi Sektor
Publik

Regulasi Pengadaan
Barang dan Jasa
Publik

Regulasi tentang
Pelaksanaan Realisasi

Anggaran Publik

Berikut Hasil Regulasi dari Siklus Akuntansi Sektor Publik :


Regulasi Tahapan dalam Siklus Akuntansi
Sektor Publk
Regulasi Perencanaan Publik

Contoh Hasil
Regulasi Publik
Peraturan Pemerintah No. 7/2005 mengenai
Rencana

Regulasi Anggaran Publik

Pembangunan

Jangka

Menengah

(RPJM)
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18
Tahun 2006 tentang Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara Tahun Anggaran 2007


Regulasi tentang Pelaksanaan Realisasi - Peraturan Presiden Republik Indonesia
Anggaran Publik

Nomor 93 Tahun 2006 tentang Rincian


Anggaran Belanja Pemerintah Pusat Tahun
Anggaran 2007
- Otorisasi

Regulasi Pengadaan Barang dan Jasa


Regulasi

Laporan

Kepala

Daerah

Dokumen

Pelaksanaan Anggaran (DPA)


SK Gubernur tentang pemenang

dalam

pengadaan barang dan jasa.


Pertanggungjawaban Peraturan Daerah tentang penerimaan Laporan

Publik

Pertanggungjawaban

Gubernur/

Bupati/

Walikota.
Sebagai sebuah siklus, tahapan dalam akuntansi sektor publik saling terkait dan
mempengaruhi sau sama lain.

D. PENYUSUNAN REGULASI PUBLIK


5

Regulasi dalam akuntansi sektor publik adalah instrumen aturan yang secara sah
ditetapkan oleh organisasi publik ketika menyelenggarakan perencanaan, penganggaran,
realisasi anggaran, pengadaan barang dan jasa, pelaporan keuangan, audit, seta
pertanggungjawaban publik.
Perumusan Masalah
Penyusunan regulasi publik diawali dengan merumuskan masalah yang akan diatur.
Seorang perancang regulasi publik mampu mendeskripsikan masalah publik. Salah satu
cara untuk menggali permasalahan ini adalah melakukan penelitian. Untuk masalah
publik yang ada dalam masyarakat, observasi atas objek permasalahan itu harus
dilakukan.
Perumusan Draft Regulasi Publik
Draft regulasi publik pada dasarnya merupakan kerangka awal yang dipersiapkan untuk
mengatasi masalah publik yang hendak diselesaikan. Secara sederhana, draft regulasi
publik harus dapat menjelaskan siapa organisasi publik pelakasana aturan, kewenangan
apa yang diberikan padanya, perlu tidaknya memisahkan antara organ pelaksana
peraturan dan organ yang menetapkan sanksi dan ketidakpatuhan.
Prosedur Pembahasan
Terdapat 3 tahap penting dalam pembahasan draft regulasi publik, yaitu dengan lingkup
tim teknis pelaksana organisasi publik, lembaga legislatif, dan masyarakat.
Pengesahan dan Pengundangan
Perjalanan terakhir dari perancangan draft regulasi publik adalah tahap pengesahan yang
dilakukan dalam benetuk penandatanganan naskah oleh pihak organisasi publik
(pemimpin organisasi).

E. REVIEW REGULASI AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK


6

Di Indonesia, produk lembaga legislatif bersama-sama dengan eksekutif yang berupa


Undang-Undang dinilai tidak dapat diuji (judical review) oleh cabang kekuasaan kehakiman.
Jika hal itu hendak dilakukan, pengujian itu akan dilakukan oleh lembaga yang membuat
aturan itu sendiri.
Judical Review (hak uji materiil) merupakan kewenangan lembaga peradilan untuk
menguji kesahihan dan daya jual produk-produk hukum yang dihasilkan oleh eksekutif,
legislatif, serta yudikatif di hadapan konstitusi yang berlaku. Pengujian oleh hakim terhadap
produk cabang kekuasaan legislatif (legislative acts) dan cabang kekuasaan eksekutif
(executive acts) adalah konsekuensi dari dianutnya prinsip checks and balances,
berdasarkan doktrin pemisahan kekuasaan (separation of power).
Dalam kenyataanya, undang-undang yang bermasalah memang ada. Namun, di sisi
lain, undang-undang juga merupakan suatu instrumen pengatur yang mengikat dan
mempunyai legitimasi. Apabila undang-undang dapat dengan mudah diubah-ubah begitu
saja, kepastian hukum tidak akan terjadi; karena itu, suatu mekanisme hukum tata negara
yang lazim harus diterapkan di berbagai negara di dunia. Mekanisme ini lazim disebut uji
materiil undang-undang atau judical review.
Amandemen ketiga UUD 1945 telah menetapkan kewenangan untuk mereview undangundang yang terdapat di Mahkamah Konstitusi (MK), sedangkan kewenangan mereview
peraturan perundang-undangan di bawah UU diserahkan ke MA. Hal ini berpotensi
menimbulkan masalah, seperti kemungkinan munculnya persengketaan antara Pemerintah
Pusat dan Pemerintah Daerah, atau di antara Pemerintah Daerah karena adanya keputusankeputusan yang bersifat mangatur (regeling) ataupun keputusan-keputusan penetapan
administratif (beschikking) yang dianggap merugikan salah satu pihak. Keputusan hukum
tersebut dapat berbentuk keputusan Gubernur, keputusan Bupati, ataupun peraturan daerah,
padahal tingkatannya jelas berada di bawah. Undang-undang yang seharusnya menjadi objek
pengujian oleh Mahkamah Agung, bukan Mahkamah Konstitusi. Akibatnya, sangat mungkin
terjadi disharmonisasi dalam putusan Maha\kamah Agung dan Mahkamah Konstitusi
menyangkut hal-hal yang berkaitan, namun dengan yurisdiksi berbeda. Jika keduanya
dibedakan, secara teoritis dapat saja terjadi di mana untuk satu perkara yang terkait, putusan
Mahkamah Agung justru saling bertentangan dengan putusan Mahkamah Konstitusi.
Sebagai contoh, oleh Mahkamah Agung suatu Peraturan Pemerintah dinyatakan
bertentangan dengan Undang-undang, tetapi oleh Mahkamah Konstitusi Undang-undang
yang bersangkutan justru dinyatakan bertentangan dengan konstitusi.

F. DASAR HUKUM KEUANGAN PUBLIK DI INDONESIA


Dasar hukum keuangan publik di Indonesia terdiri atas :

1. Dasar Hukum Keuangan Negara


a. UU No.17 tahun 2003 (tentang keuangan negara)
UU No. 17 tahun 2003 adalah tonggak sejarah yang penting yang mengawali
reformasi keuangan negara menuju pengelolaan keuangan yanag efisien dan modern.
Beberapa hal penting yang diatur dalam undang-undang ini adalah :

Kekuasaan atas Pengelolaan Keuangan Negara

Penyusunan dan Penetapan APBN

Penyusunan dan Penetapan APBD

Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Bank Sentral, Pemerintah


Daerah, serta Pemerintah/ Lembaga Asing.

Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Perusahaan Negara,


Perusahaan Daerah, Perusahaan Swasta, serta Badan Pengelola Dana
Masyarakat.

Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBN dan APBD

b. UU No. 1 tahun 2004 (tentang perbendaharaan negara)


Di sini yang dimaksud dengan perbendaharaan negara dalam UU ini adalah
pengelolaan dan pertanggungjaawaban keuangan negara, termasuk investasi serta
kekayaan yang dipisahkan yang ditetapkan dalam APBN dan APBD. Berdasarkan
pengertian tersebut, dalam UU No. 1 tahun 2004 ini diatur mengenai:

Ruang lingkup dan asas umum perbendaharaan negara

Kewenangan pejabat perbendaharaan negara

Pelaksanaan pendapatan dan belanja negara/ daerah

Pengelolaan uang negara/ daerah

Pengelolaan investasi dan barang milik negara/ daerah

Penatausahaan dan pertanggungjawaban APBN/ APBD

Pengendalian internal pemerintah

Penyelesaian kerugian negara/ daerah

Pengelolaan keuangan badan layanan umum

c. UU No. 15 tahun 2004 (tentang pemeriksaan pengelolaan dan tanggung

jawab keuangan negara)


Pemeriksaan keuangan negara meliputi pemeriksaan atas pengelolaan keuangan
negara dan pemeriksaan atas tanggung jawab keuangan negara. Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK) melaksanakan pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara.
Pemeriksaan terdiri dari pemeriksaan keuangan (pemeriksaan atas laporan
keuangan), pemeriksaan kinerja (pemeriksaan atas pengelolaan keuangan negara
yang terdiri atas pemeriksaan aspek ekonomi dan efisiensi, serta pemeriksaan aspek
efektivitas), dan pemeriksaan dengan tujuan tertentu. Ketiga jeni9s pemeriksaan
tersebut dilaksanakan berdasarkan standar pemeriksaan yang disusun oleh
BPK, setelah berkonsultasi dengan pemerintah.
Penentuan objek pemeriksaan, perencanaan dan pelaksanaan pemeriksaan, penentuan
waktu dan metode pemeriksaan, serta pnyusunan dan penyajian laporan pemeriksaan,
dilakukan secara bebas dan mandiri oleh BPK. Dalam merencanakan tugas
pemeriksaan, BPK dapat mempertimbangkan informasi dari pemerintah, bank
sentral, dan masyarakat. Dalam menyelenggarakan pemeriksaan atas pengelolaan
dan tanggung jawab keuangan negara, BPK dapat memanfaatkan hasil pemeriksaan
aparat pengawasan internal pemerintah. Karena itu, laporan hasil pemeriksaan
internal pemerintah wajib disampaikan kepada BPK. (Deddi Nordiawan, 2006).
d. UU No. 25 tahun 2004 (tentang sistem perencanaan pembangunan

nasional)
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional adalah satu kesatuan dari tata cara
perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana pembangunan dalam jangka
panjang, jangka menengah, dan jangka tahunan yang dilaksanakan oleh unsur
penyelenggara negara serta masyarakat di tingkat Pusat dan Daerah.
Perencanaan Pembangunan Nasional menghasilkan :

Rencana Pembangunan Jangka Panjang,

Rencana Pembangunan Jangka Menengah,

Rencana Pembangunan Tahunan.

e. Peraturan presiden Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2005 (tentang

perubahan kedua atas keputusan presiden No. 30 tahun 2003, tentang


pedoman pelaksanaan pengadaan barang/ jasa pemerintah)
Pengumuman pemilihan penyedia barang/jasa harus dapat memberikan informasi
yang luas kepada masyarakat dunia usaha, baik pengusaha daerah setempat maupun
pengusaha daerah lainnya. Dalam Peraturan Presiden ini, masalah pengadaan barang
dan pendistribusian logistik pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah,
yang penanganannya memerlaukan pelaksanaan secara cepat dalam rangka
penyelenggaraan pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah yang
diselenggarakan sampai dengan bulan Juli 2005, juga diatur berdasarkan peraturan
perundang-undangan.

2. Dasar Hukum Keuangan Daerah


Pada Pasal 18 UUD 1945, disebutkan bahwa negara kesatuan Republik Indonesia
dibagi atas daerah-daerah provinsi; selanjutnya, daerah provinsi itgu dibagi lagi atas
kabupaten dan kota, di mana setiap provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai
pemerintah daerah yang diatur dengan Undang-undang. Pemerintah daerah menjalankan
otonomi yang seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang merupakan urusan
Pemerintah Pusat, berdasarkan undang-undang. Pemerintah daerah berhak menetapkan
peraturan daerah dan peraturan-peraturan lain untuk melaksanakan otonomi serta tugas
pembantuan.
Dalam rangka penyelenggaraan daerah otonomi, Pasal 18 A (2) Undang-undang
Dasar 1945 menjelaskan bahwa hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan
sumber daya alam, dan sumber daya lainnya antara pemerintah pusat dan pemerintah
daerah diatur serta dilaksanakan secara adil dan selaras berdasarkan undang-undang.

3. Dasar Hukum Keuangan Organisasi Publik Lainnya


Di Indonesia, beberapa upaya intuk membuat standar yang relevan dengan praktekpraktek akuntansi di organisasi sektor publik telah dilakukan baik oleh Ikatan Akuntan
Indonesia (IAI) maupun oleh pemerintah sendiri. Untuk organisasi nirlaba, IAI
menerbitkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 45 (PSAK No. 45) tentang
organisasi nirlaba. PSAK ini berisi akidah-akidah atau prinsip-prinsip yang harus diikuti
oleh organisasi nirlaba dalam membuat laporan keuangan. Selain itu, juga lahir Undang-

10

undang No. 2 Tahun 2001 tentang Yayasan yang mengatur masalah organisasi publik
yang berbentuk yayasan. Juga, ada regulasi publik terkait dengan partai politik seperti
Undang-undang No.2 Tahun 2008 tentang Partai Politik, dan Peraturan Pemerintah No.
29 Tahun 2005 tentang Bantuan Keuangan Kepada Partai Politik.

G.PERMASALAHAN REGULASI KEUANGAN PUBLIK DI


INDONESIA
Permasalahan regulasi keuangan publik di Indonesia dapat disebutkan sebagai berikut :
1. Regulasi yang Berfokus pada Manajemen
Regulasi yang hanya terfokus pada manajemen sering kali mengaburkan proses
pencapaian kesejahteraan masyarakat. Jadi, regulasi publik harus fokus pada tujuan
pencapaian organisasi publik, yaitu kesejahteraan publik.
2. Regulasi Belum Bersifat Teknik
Banyak regulasi publik di Indonesia yang tersusun dengan sangat baik untuk tujuan
kesejahteraan publik. Namun, banyak di antaranya tidak dapat diaplikasikan dalam
masyarakat. Hal ini terjadi karena regulasi tersebut tidak menjelaskan atau tidak disertai
dengan

regulasi

lain

yang

membahas

secara

lebih

teknis

bagaimana

mengimplementasikan regulasi tersebut.


3. Perbedaan Interpretasi antara Undang-undang dan Regulasi di Bawahnya
Salah satu permasalahan regulasi di indonesia adalah perbedaan interpretasi antara
Undang-undang dan regulasi di bawahnya. Dalam banyak kajian, beberapa ayat atau
pasal dari undang-undang atau regulasi terkait sering menimbulkan berbagai interpretasi
yang berbeda pelaksanaannya.
4. Pelaksanaan Regulasi yang Bersifat Transisi Berdampak Pemborosan Anggaran
Saat ini, banyak regulasi yang bersifat transisi telah dilaksanakan secara bertahap dan
membutuhkan kapasitas tertentu untuk melaksanakannya. Hal ini akan mempengaruhi
anggaran yang senantiasa meningkat dan cenderung boros. Pemborosan anggaran akan
menurunkan kapasitas organisasi dalam menjalankan roda organisasi sehingga
pencapaian tujuan organisasi semakin menurun.
5. Pelaksanaan Regulasi Tanpa Sanksi
Sebuah regulasi disusun dan disahkan dengan tujuan tertentu, yang dalam konteks ini
sudah tentu kesejahteraan publik tidak akan dapat tercapai. Karena itu, sanksi terhadap

11

organisasi yang tidak melaksanakan regulasi hendaknya dicantumkan dalam setiap


regulasi publik.

12

DAFTAR PUSTAKA

- Indra Bastian. 2010. Akuntansi Sektor Publik: Suatu Pengantar. Edisi


Ketiga. Jakarta: Erlangga
- Indra Bastian. 2007. Akuntansi Sektor Publik: Suatu Pengantar. Edisi
Kedua. Jakarta: Erlangga
- Deddi Nordiawan. 2010. Akuntansi Sektor Publik. Edisi Kedua. Jakarta:
Salemba Empat
- Mahmudi. 2011. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: UII Press

13

Anda mungkin juga menyukai

  • Audit Pemasaran
    Audit Pemasaran
    Dokumen17 halaman
    Audit Pemasaran
    Erzia Yetri
    Belum ada peringkat
  • Tugas Akm
    Tugas Akm
    Dokumen19 halaman
    Tugas Akm
    Erzia Yetri
    Belum ada peringkat
  • Diskusi
    Diskusi
    Dokumen5 halaman
    Diskusi
    Erzia Yetri
    Belum ada peringkat
  • Bab 9 ASP
    Bab 9 ASP
    Dokumen4 halaman
    Bab 9 ASP
    Erzia Yetri
    Belum ada peringkat
  • Resume Pajak
    Resume Pajak
    Dokumen9 halaman
    Resume Pajak
    Erzia Yetri
    Belum ada peringkat
  • AKB Kel.1 Er
    AKB Kel.1 Er
    Dokumen3 halaman
    AKB Kel.1 Er
    Jalius Chaniago
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen35 halaman
    Bab I
    Erzia Yetri
    Belum ada peringkat
  • Profesional Judgement
    Profesional Judgement
    Dokumen11 halaman
    Profesional Judgement
    Erzia Yetri
    Belum ada peringkat
  • Akp Kel.10
    Akp Kel.10
    Dokumen15 halaman
    Akp Kel.10
    Erzia Yetri
    Belum ada peringkat
  • Kekuasaan & Politik1
    Kekuasaan & Politik1
    Dokumen13 halaman
    Kekuasaan & Politik1
    Erzia Yetri
    Belum ada peringkat
  • Audit II Kelompok 8
    Audit II Kelompok 8
    Dokumen12 halaman
    Audit II Kelompok 8
    Erzia Yetri
    Belum ada peringkat
  • Bab 9 ASP
    Bab 9 ASP
    Dokumen4 halaman
    Bab 9 ASP
    Erzia Yetri
    Belum ada peringkat
  • Kekuasaan & Politik
    Kekuasaan & Politik
    Dokumen14 halaman
    Kekuasaan & Politik
    Erzia Yetri
    Belum ada peringkat