Search
ikancerdas
Keberhasilan adalah kualitas perjalan hidup setiap orang
dan dikembangkan, faktor-faktor yang mempengaruhi, dan potensi masyarakat. Sebuah rencana induk
pengembangan pelabuhan hendaknya memiliki target yang hendak dicapai untuk jangka pendek (5 tahun), jangka
menengah (10 tahun), dan jangka panjang. Contoh target yang hendak dicapai antara lain: tingkat produksi yang
diharapkan, pengembangan kegiatan perikanan, dan rencana pembangunan fasilitas.
Lahan adalah salah satu faktor yang perlu diantisipasi atau diperhitungkan untuk mencapai target pengembangan
pelabuhan perikanan. Hal tersebut bertujuan untuk menghindari terjadinya pembebasan lahan, menghindari
pengembangan pelabuhan perikanan di dua tempat, dan menghindari pelabuhan ditutup lalu dipindah ke tempat
lain yang dapat menyebabkan target tidak bisa dicapai. Sebelum penyusunan rencana induk sebaiknya dilakukan
analisis faktor-faktor yang mempengaruhi atau yang harus dipertimbangkan dalam penyusunan rencana induk
pengembangna pelabuhan perikanan. Faktor tersebut antara lain:
1. Fungsi dan klasifikasi pelabuhan
2. Rencana induk pengembangan pelabuhan perikanan regional/nasional
3. Rencana induk pembangunan daerah
4. Potensi sumberdaya ikan yang tersedia
5. Proyeksi peningkatan produksi dan kegiatan perikanan
6. Proyeksi konsumsi
7. Fasilitas yang sudah ada
8. Potensi masyarakat
9. Akibat sampingan
Salah satu hal yang perlu menjadi perhatian dalam penyusunan rencana induk pengembangan pelabuhan perikanan
adalah potensi masyarakat yang tersedia di sekitar pelabuhan perikanan. Potensi masyarakat tersebut dapat
dieksplor secara maksimal jika fasilitas yang tersedia di pelabuhan mencukupi, tingkat keterampilan yang tinggi,
kekuatan modal, dan tingkat industri yang ada di pelabuhan perikanan tersebut. Untuk itu perlu dilakukan
penyusunan rencana pembinaan potensi masyarakat perikanan, dan penyusunan tahapan fasilitas yang akan
dibangun dalam penyusunan rencana induk pengembangan pelabuhan perikanan.
2.2. Prosedur Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pelabuhan Perikanan
Menentukan peranan PP dari segi kepentingan nasional dan regional:
a. mempelajari fungsi dan peranan PP
b. membuat proyeksi pengembangan
c. mempelajari jenis fasilitas yang diperlukan dan ukurannya
d. mempe ilih recana yang paling baik
f. menentukan pilihan
Menentukan peranan pelabuhan perikanan dari segi kepentingan nasional dari regional artinya menentukan tipe
pelabuhan perikanan yang akan dibangun, besar target sumbangan pelabuhan perikanan kepada devisa negara dan
daerah, posisi pelabuhan perikanan dilihat dari sisi daerah dan nasional, serta apakah pelabuhan perikanan tersebut
memiliki posisi atau kedudukan yang strategis dilihat dari sisi daerah dan nasional.Mempelajari fungsi dan peranan
pelabuhan perikanan dilakukan dengan menganalisis pelabuhan perikanan tersebut memiliki tipe apa. Dengan
melihat kepada tipe pelabuhan perikanan tersebut maka dapat diketahui fungsi dan peranan pelabuhan, adapun
fungsi dan peran yang dilihat atau di analisis kederadaannya antara lain: tempat pengembangan masyarakat
nelayan, penyediaan tempat labuh kapal perikanan, pendaratan ikan hasil tangkapan, pelayanan kegiatan
operasional kapal-kapal, pengawasan, penyuluhan, dan pengumpulan data perikanan.
Mempelajari jenis fasilitas yang digunakan beserta ukurannya dimaksud yaitu menentukan fasilitas apa yang harus
ada di pelabuhan perikanan tersebut dan berapa ukurannya. Hal tersebut disesuaikan dengan tipe, jenis, dan peran
pelabuhan perikanan yang akan dibangun. Adapun fasilitas yang wajib ada di masing-masing tipe antara lain :
a) Tipe A (Pelabuhan Perikanan Samudera)
ditentukan, disusun berdasar kebutuhan efektifitas, bentuk lahan pelabuhan perikanan yang tersedia, siklus
kegiatan, dan rencana pengembangan pelabuhan perikanan. Susunan fasilitas yang dibuat tidak hanya 1 buah,
tetapi terdiri dari beberapa alternatif rencana. Dari alternatif rencana tersebut dianalisis, lalu dipilih alternatif yang
paling baik dilakukan di pelabuhan perikanan tersebut.
2.3. Profil Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Muara Angke
Muara Angke memiliki luas 65 ha yang terletak di kawasan Muara Angke. Secara administratif terletak di Kelurahan
Pluit, Kecamatan Penjaringan, Kotamadya Jakarta Utara. Kawasan Muara Angke berbatasan dengan kali Angke di
sebelah barat dan Selatan, jalan Pluit di sebelah timur, dan Laut Jawa di Utara. Lahan seluas 65 ha digunakan untuk
perumahan nelayan (21,26 ha); Tambak Uji Coba Budidaya Air Payau (9,12 ha); hutan bakau (8 ha); Tempat
pengolahan Ikan Tradisional (5 ha); Docking kapal (1,35 ha); lahan kosong (6,7 ha); pasar, bank, dan bioskop (1 ha);
serta terminal (2,7 ha); dan lapangan sepak bola (1 ha).
Sejak tahun 1977 pemerintah Provinsi DKI Jakarta membangun kawasan Muara Angke yang bertujuan sebagai
Pangkalan Pendaratan Ikan Daerah dan Pusat Pembinaan Kegiatan Perikanan di Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
Kawasan Muara Angke mempunyai kontur permukaaan tanah datar, dengan ketinggian dari permukaan laut antara
0-1 meter. Geomorfologi kawasan pantainya lunak sehingga daya dukung tanah rendah, sedimen dasar laut
dominan oleh lumpur (lempung dan lanau). Pasang surut kawasan ini mempunyai sifat harian tunggal dan kisaran
antara surut tertinggi dan terendah adalah 1,2 meter dan gerakan periodik ini walaupun kecil tetap berpengaruh
pada kondisi pantai kawasan ini. Arus laut pada musim barat berkecepatan 1,5 knot dengan ketinggian gelombang
antara 0-1 meter, jika terjadi angin kuat gelombang dapat mencapai 1,5-2 meter. Di kawasan tersebut, pemerintah
telah membangun Tempat Pelelangan Ikan, gedung pasar grosir ikan, gedung pengecer ikan, kios, gudang, kantor
yang dimanfaatkan oleh para pengusaha perikanan, tempat pengepakan ikan, serta berbagai fasilitas penunjang
lainnya. Selain pembangunan yang dilakukan pemerintah, sektor swasta juga diberikan kesempatan untuk
melaksanakan pembangunan kawasan dengan dibantu oleh pemerintah. Hal ini dapat dibuktikan dengan berdirinya
fasilitas-fasilitas penting bagi usaha perikanan seperti cold storage, pabrik es, tempat-tempat penyimpanan ikan
yang tidak hanya berfungsi sebagai tempat penyimpanan ikan namun juga berfungsi sebagai stabilisator harga
ikan.
2.4. Profil Nelayan PPI Muara Angke
Bedasarkan statusnya nelayan yang memanfaatkan PPI muara angke sebagai tempat tambat labuh maupun
bongkar muat terbagi atas nelayan penetap dan nelayan pendatang. Klasifikasi nelayan tersebut dapat terbagi lagi
menjadi nelayan pekerja dan nelayan pemilik unit penangkapan ikan. Nelayan yang beroperasi di wilayah Jakarta
Utara umumnya merupakan penduduk asli. Berdasarkan status kependudukanya nelayan juga terdiri dari nelayan
penetap dan nelayan pendatang. Nelayan pendatang adalah nelayan yang berasal luar wilayah Jakarta Utara,
sedangkan nelayan penetap adalah nelayan yang berasal dari luar maupun dari dalam wilayah Jakata Utara yang
bertempat tinggal menetap di wilayah tersebut.
Berdasarkan status kepemilikian sarana penangkap ikan, nelayan di wilayah Jakarta Utara terdiri atas nelayan
pemilik dan nelayan pekerja. Nelayan pemilik adalah nelayan yang memiliki sarana penangkapan ikan, yaitu kapal
dan alat tangkap. Sementara nelayan pekerja adalah nelayan yang melakukan operasi penangkapan ikan.Menurut
Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Jakarta Utara (2009), jumlah nelayan yang melakukan kegiatan
penangkapan di wilayah Jakarta Utara pada tahun 2008 sebanyak 30.091 jiwa. Nelayan tersebut terdiri atas 19.460
jiwa nelayan setempat dan 10.631 nelayan pendatang. Apabila ditinjau dari status kepemilikan maka usaha nelayan
terbagi atas 4.132 orang nelayan pemilik dan 25.959 orang nelayan pekerja.
Menurut wawancara dengan beberapa nelayan di PPI Muara Angke, pada tahun 2007 terjadi penurunan jumlah
nelayan yang disebabkan oleh kenaikan harga bahan bakar minyak. Kenaikan harga BBM oleh Pemerintah dari
Rp.4500,00 menjadi Rp.6000,00 untuk premium dan dari Rp.4300,00 menjadi Rp.5500,00 untuk solar
(Pertamina,2010) sehingga sebagian banyak nelayan tidak melaut dengan alasan biaya yang cukup tinggi dan
merugikan nelayan.
Status Nelayan
Rata-rata
Nelayan
Penetap
Nelayan
Pendatang
Jumlah
2004
2005
2006
2007
2008
Pemilik
2.994
3.395
3.588
3.484
2.424
3.177
Pekerja
11.223
12.347
13.400
11.452
17.036
13.092
Jumlah
14.217
15.742
16.988
14.936
19.460
16.269
Pemilik
2.142
1.096
1.305
1.758
1.708
1.602
Pekerja
7.736
7.198
6.697
5.996
8.923
7.310
Jumlah
9.878
8.294
8.002
7.754
10.631
8.921
Pemilik
5.136
4.491
4.893
5.242
4.132
4.779
Pekerja
18.959
19.545
20.097
17.448
25.959
20.402
Jumlah
24.095
24.036
24.990
22.690
30.091
25.180
1. 3. PEMBAHASAN
Kawasan Muara Angke terletak di delta Muara Angke disebelah barat dan selatan berbatasan dengan kali Angke, di
sebelah selatan berbatasan dengan Jalan Pluit dan di sebelah Utara berbatasan dengan Laut Jawa. Kondisi saat ini
kawasan PPI Muara Angke telah dimanfaatkan untuk pembangunan sarana dan prasarana untuk kepentingan
nelayan yang secara garis besarnya terbagi kedalam empat kawasan yaitu:
a. Perumahan Nelayan
Pembangunan kompleks perumahan nelayan telah dialokasikan lahan seluas 21,16 ha yang pembangunannya
sudah dilaksanakan sejak tahun 1978 dan jumlah rumah yang telah dibangun yaitu sebanyak 1.728 unit. Perumnas
yaitu dengan secara sewa-beli dengan jangka waktu antara 15-18 tahun. Sedangkan sebanyak 600 unit berupa
rumah susun disalurkan kepada nelayan dengan cara sewa.
Di kompleks perumahan nelayan tersebut telah dibangun pula fasilitas pendukung lainnya seperti: TK, SD, SMP,
Mushola dan Mesjid, Puskesmas dan Rumah sakit paru-paru, pasar inpres dan berbagai fasilitas lainnya.
b. Pengolahan Hasil Perikanan Tradisional (PHPT)
Guna menampung aktivitas para pengolah ikan, pada tahun 1983 pemerintah propinsi DKI Jakarta telah
membangun 201 unit pengolahan tradisional diatas lahan seluas 5 ha, setiap unit pengolahan terdiri dari rumah
kerja berlantai 2 ukuran 5 x 6 m dan terdapat tempat penjemuran ikan seluas 120 m2 yang disalurkan dengan cara
sewa yang besarnya sesuai peraturan daerah yang berlaku.
c. Tambak Uji Coba Air payau
Melalui tambak uji coba air payau tersebut pemerintah memberikan alternatif bagi para nelayan maupun pengusaha
untuk mempelajari teknik budidaya dan mereka dapat memanfaatkan pengetahuan yang diperolehnya guna
menbangun usaha budidaya di daerah lain yang memiliki sumberdaya alam yang memungkinkan bagi
pengembangan usaha budidaya air payau.
distribusi dan pemasaran. Untuk penanganan ikan setelah pembongkaran di kawasan Muara Angke tersedia 1 unit
Cold Storage dengan kapasitas 1.000 ton yang dibangun oleh PT AGB Tuna pada tahun 2003 dengan luas lahan
3.000 m2.
1. SPBU/SPBB
Fasilitas fungsional yang sangat dibutuhkan oleh para nelayan untuk operasional penangkapan yaitu solar.
Penyediaan bahan bakar minyak ini baik untuk kebutuhan kapal maupun kendaraan darat sejak 1997 dilayani oleh
SPBU dwi fungsi yang dibangun diatas lahan 2.212 m2.
Adapun sarana yang tersedia dan omzet bahan bakar minyak yang terjual di SPBU/SPBB yang berada di darat yaitu
sebagai berikut:
Jumlah pompa solar sebanyak 10 buah
Jumlah pompa premium sebanyak 3 buah
Jumlah pompa pertamax sebanyak 1 buah
Kapasitas tangki solar 180.000 liter
Kapasitas tanki premium 50.000 liter
Kapasitas tanki pertamax 20.000 liter
Penjualan solar (data tahun 2004) 45.811.978 liter
Penjualan premium (data tahun 2004) 4.680.879 liter
Penjualan pertamax (data tahun 2004) 245.219 liter
Dapat melayani 10-25 kapal per hari
1. Tempat pengepakan ikan
Tempat pengepakan ikan merupakan salah satu fasilitas yang disediakan oleh pemerintah di kawasan Muara
Angke terutama untuk memenuhi kebutuhan ikan segar di super market dan kebutuhan pasar ekspor. Di kawasan
Muara Angke terdapat 30 unit gedung pengepakan dengan luas masing-masing 50-200 m2 terdiri dari bangunan
satu lantai dan dua lantai. Produksi dari pengepakan ini rata-rata per bulan mencapai 75 ton dengan negara tujuan
ekspor yaitu Singapura, Malaysia dan Hongkong. Sedangkan jenis ikan yang diekspor meliputi: bawal, ekor kuning,
kakap merah, kerapu, tenggiri dan lain-lain
1. Pusat Jajan Serba ikan
Pusat jajan serba ikan merupakan fasilitas kios ikan bakar yang dibangun pada tahun 1996 dengan jumlah kios
sebanyak 24 buah masing-masing berukuran 5 x 17 m. Tujuan pembangunan pusat jajan serba ikan yaitu dalam
rangka merangsang minat masyarakat untuk mengkonsumsi ikan dan menciptakan peluang pasar produk hasil
perikanan khususnya jenis-jenis ikan yang lazim dikonsumsi dalam bentuk bakar.
1. Instansi lain, fasos dan fasum
Dalam upaya meningkatkan pelayanan kepada masyarakat yang berada dikawasan pelabuhan perikanan dan
pangkalan pendaratan ikan Muara Angke terdapat pula instansi pemerintah maupun kelembagaan serta fasilitas
sosial dan fasilitas umum
Rencana pengembangan kawasan diarahkan dalam rangka mewujudkan visi masyarakat sejahtera melalui
pengolahan sumberdaya perikanan dan kelautan yang berwawasan lingkungan secara berkelanjutan.
Misi yang ingin dicapai dalam pengembangan kawasan antara lain:
1. Mendorong peningkatan ketersediaan dan keamanan produk yang berasal dari ikan
2. Melakukan penataan dalam pengelolaan sumberdaya perikanan dan kelautan
3. Menjadikan pusat bisnis hasil perikanan dan kelautan
Sesuai dengan keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 1263 tahun 2006 tentang panduan rancang kota
kawasan pembangunan terpadu Muara Angke Kelurahan Pluit, Kecamatan Penjaringan Kotamadya Jakarta Utara,
Pelabuhan Perikanan dan Pangkalan Pendaratan Ikan ke depan akan terbagi dalam empat zona yaitu:
1. Zona Perumahan Nelayan
2. Zona Dermaga Penyebrangan
3. Zona Industri Perikanan dan Kelautan
4. Zona Eco Marine Centre
Pengembangan dari masing-masing zona tersebut adalah sebagai berikut:
1. Perumahan Nelayan
Area sebelah selatan jalur tegangan tinggi atau perbatasan sebelah selatan akses jalan masuk ke jalan menuju
PHPT sepenuhnya akan dipergunakan untukpeumahan nelayan baikperumahan yang sudah ada maupun untuk
pengembangan rumah susun beserta fasilitas kelengkapannya. Di kawasan tersebut saat ini seluas 5 ha masih
dipergunakan untuk PHPT oleh karena kedepan PHPT akan dipindahkan ke zona industri perikanan rakyat.
Adanya area perumahan nelayan ini dapat memberikan dampak positif kepada nelayan yaitu memberikan
kemudahan akan tempat tinggal yang juga dapat mendukung kinerja nelayan berupa kemudahan mobilisasi dari
tempat tinggal menuju ke lokasi kerja. Fasilitas perumahan ini dapat diperoleh dengan cara mencicil biaya semi
sewa sehingga nantinya nelayan dapat memperoleh hak milik bangunan saja namun tetap menyewa tanah tempat
perumahan tersebut (tanah masih milik pemerintah). Dampak negatif yang mungkin dapat timbul dari sistem semi
sewa ini adalah adanya kebauran pengertian yang didapat oleh nelayan atas kepemilikan bangunan bukan
kepemilikan tanah beserta bangunan.
1. Dermaga Penyeberangan
Sesuai dengan keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 125 tahun 1995 tentang penbangunan Dermaga
Penyebrangan Ke Pulau Seribu, sebelah utara tengah kawasan Muara Angke direncanakan untuk digunakan
sebagai pelabuhan penyebrangan ke pulau seribu dan dermaga penyimpanan kapal-kapal pemerintah daerah.
Kawasan seluas 2 ha di daratan dan 4 ha di perairan tersebut ditunjuk oleh pemerintah untuk dibangun pelabuhan
penyeberangan sebagai pengganti tempat penyeberangan yang selama ini menggunakan dermaga dan kolam
pelabuhan perikanan Muara Angke. Pembangunan tersebut sangat diperlukan mengingat kegiatan di pelabuhan
perikanan Muara Angke semakin padat sehingga tidak memungkinkan lagi untuk menampung aktivitas
penyeberangan ke pulau Seribu. Namun, dalam proses pembangunan dan pengelolaannya dermaga penyeberangan
tersebut perlu terus dipantau dan diantisipasi antara lain kemungkinan berubahnya fungsi dermaga penyeberangan
menjadi pelabuhan umum. Oleh karena itu sistem pengelolaan dermaga penyeberangan diharapkan tetap menjadi
bagian dari pelabuhan perikanan dan pangkalan pendaratan ikan Muara Angke.
Dampak yang diharapkan dari pembangunan dermaga penyebrangan ini adalah diperolehnya kemudahan dalam
kegiatan transportasi perikanan yang dapat meningkatkan distribusi hasil perikanan. Peningkatan distribusi hasil
perikanan ini nantinya mampu meningkatkan pendapatan pelabuhan tersebut sehingga kegiatan perikanan yang
ada dapat berjalan secara efektif dan efisien.
1. Indusri Perikanan dan Kelautan
Pada zona industri perikanan dan kelautan akan dikelompokkan kedalam blok-blok antara lain:
Blok A adalah kolam kawasan tambat labuh dan bongkar muat, dengan sub bloknya yaitu kolam pelabuhan,
dermaga, pelayanan air bersih dan perbekalan, pelayanan BBM
Blok B adalah kawasan produksi, dengan sub bloknya tempat pelelangan ikan, pasar grosir, pasar pengencer,
tempat pengepakan ikan dan pos pelayanan terpadu
Blok C adalah kawasan administrasi/perkantoran, dengan sub bloknya kantor UPT PKPP dan PPI dan kantor
lembaga/instansi terkait
Blok D adalah kawasan industri pendukung, dengan sub bloknya Cold Storage dan pabrik es
1. 4. KESIMPULAN
Dalam mengembangkan sebuah pelabuhan perikanan diperlukan sebuah manajemen pengembangan yang tepat
agar pelabuhan perikanan tersebut dapat berkembang dengan baik. Manajemen pengembangan terdiri dari
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan.
Perencanaan merupakan langkah awal dari pengembangan pelabuhan perikanan yang berisi rencana, strategi,
masalah dan pemecahannya, keputusan, dan jadwal suatu kegiatan yang akan dilakukan. Hal tersebut dilakukan
guna mencapai tujuan yang akan dicapai seperti peningkatan produksi, pengembangan masyarakat nelayan,
penyediaan tempat labuh kapal perikanan, pendaratan ikan hasil tangkapan, pelayanan kegiatan operasional kapalkapal, pengawasan, dan penyuluhan.
Perencanaan pengembangan atau pembangunan PPI Muara Angke akan berdampak terhadap nelayan. Sehingga,
pihak-pihak terkait seperti pemerintah daerah harus benar-benar menganalisis kebutuhan dan kondisi nelayan
setempat agar kesejahteraannya meningkat.
DAFTAR PUSTAKA
Shanticka, Livia Octaviani. 2008. Tingkat Kepuasan Nelayan Terhadap Pelayanan Penyediaan Kebutuhan Melaut di
PPI Muara Angke [Skripsi]. IPB. Bogor
Solihin, Iin. 2009. Rencana Induk Pengembangan Pelabuhan Perikanan [Bahan kuliah]. IPB. Bogor.
Sunea, Merta. 2010. Efisiensi Pendaratan dan Pendistribusian Hasil Tangkapan di PPI Muara Angke [Skripsi]. IPB.
Bogor
Share this:
Like
Be the first to like this.
2 Replies
Previous
Leave a Reply
Your email address will not be published. Required fields are marked *
Comment
Name
*
Email
Next
Website
Post Comment
asalam..
bagai mana dgn orang yang mempunyai kiriman dari daeran namun tidak mempunyai lapak , hanya ngontrak
, kami mohon ada penyediaan lapak untuk berdagang
Reply