PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit diare masih menjadi penyebab kematian balita (bayi dibawah lima
tahun) terbesar di dunia. Menurut UNICEF, setiap detik satu balita meninggal
karena karena diare. (Ridwan Amiruddin, 2007).
Diare sering kali dianggap sebagai sepele. Padahal di tingkat global dan
nasional fakta menunjukkan sebaliknya. Di Inggris 1 dari 5 orang menderita diare
infeksi. Tingginya kejadian diare di negara barat ini oleh karena foodborne
infections dan waterborne infections yang disebabkan bakteri Salmonella Spp,
compylobacter jejuni, strafilococcus aureus, bacillus careus, clostridium
perfringens dan enterhemorragic Escherichia coli (EHEC). Diare infeksi di
negara berkembang menyebabkan kematian disekitar 3 juta penduduk setiap
tahunya. Di Afrika anak-anak terserang diare infeksi 7 kali setiap tahunya di
banding di negara berkembang lainnya mengalami serangan diare 3 kali setiap
tahun. (Ridwan Amiruddin, 2007).
Pembangunan di bidang kesehatan merupakan bagian integral dari
pembangunan kesehatan salah satu sendi utama dalam meningkatkan kualitas
sumber daya manusia dan keterkaitan yang erat dengan upaya untuk mewujudkan
pola hidup bersih dan sehat. Menurut Blum (1974) menyatakan bahwa derajat
vi
vi
pada semua umur. Kejadian diare pada golongan balita secara proposional lebih
banyak dibandingkan kejadian diare pada seluruh golongan umur yakni sebesar
55%.
Kebijakan pemerintah dalam pemberantasan diare antara lain bertujuan untuk
menurunkan angka kesakitan, angka kematian dan penganggulangan Kejadian
Luar Biasa (KLB). Departemen kesehatan RI melalui keputusan Direktorat
Jendral Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan lingkungan (PPM & PL) telah
mengeluarkan pedoman pelaksanaan dan pemantauan Program Pemberantasan
Diare dengan tujuan khusus menurunkan angka kematian pada semua umur dari
54 per 100.00 penduduk menjadi 28 per 100.000 penduduk, menurunkan angka
kematian balita dari 2,5 per 1.000 balita menjadi 1,25
menurunkan angka fasilitas kasus (CER) diare pada KLB dari 1-3,8 persen
menjadi 1,5 persen. Penyakit diare merupakan salah satu yang berbasis pada
lingkungan. Dua faktor lingkungan yang dominant berpengaruh adalah sarana air
bersih dan pembuangan tinja. Hal ini sering berinterkasi bersama perilaku maka
akan dapat menimbulkan kejadian diare. Data terakhir menunjukkan bahwa
kualitas air minum yang buruk menyebabkan 300 kasus diare per 1000 penduduk.
Daerah endemis penyakit diare tersebut di empat kabupaten di Sumatera
Selatan yaitu Ogan Komering Ulu, Ogan Komering Ilir, Banyu Asin dan Musi
Banyu Asin. (Ridwan Amiruddin, 2007)
Data yang tercatat di Dinas Kesehatan provinsi Sumatera Selatan, sejak
Januari hingga 31 September 2008 penderita diare di provinsi Sumatera Selatan
vi
mencapai 143.822 jiwa yang umumnya diderita oleh balita dan anak-anak.
(Ridwan Amiruddin, 2007)
Di Kabupaten OKU pada tahun 2006 jumlah kasus penyakit diare 1.151
orang, diantaranya pada balita terdapat 577 orang. Pada tahun 2007 jumlah kasus
penyakit diare 10.432 orang, diantaranya pada balita sebanyak 5.440 orang
(Dinkes OKU, 2007).
Di wilayah kerja Puskesmas Kemalaraja Kecamatan Baturaja Timur
Kabupaten Ogan Komering Ulu pada tahun 2005 jumlah kasus penyakit diare
pada balita sebanyak 354 orang. Pada tahun 2006 jumlah kasus penyakit diare
pada balita sebanyak 532 orang. Pada tahun 2007 jumlah kasus penyakit diare
pada balita sebanyak 1.007 orang. Sedangkan pada tahun 2008 julah kasus
penyakit diare pada balita sebanyak 462 orang. (Dinkes, 2008)
Di desa Kemalaraja pada tahun 2007 jumlah kasus penyakit diare pada balita
sebanyak 315 orang, sedangkan pada tahun 2008 jumlah kasus diare pada balita
sebanyak 425 orang (Data Puskesmas, 2008)
Berdasarkan data diatas, peneliti tertarik melakukan penelitian tentang FaktorFaktor Yang Berhubungan Dengan Upaya Pencegahan Kejadian Diare Pada Balita
Di Desa Kemalaraja Kecamatan Baturaja Timur Kabupaten Ogan Komering Ulu
Tahun 2009.
vi
B. Rumusan Masalah
Belum Diketahuinya Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Upaya
Pencegahan Kejadian Diare Pada Balita Di Desa Kemalaraja Kecamatan Baturaja
Timur Kabupaten Ogan Komering Ulu Tahun 2009.
C. Pertanyaan Penelitian
1.
2.
3.
4.
Adakah hubungan sikap ibu dengan upaya pencegahan kejadian diare pada
balita di desa Kemalaraja?
5.
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Diketahuinya
Faktor-faktor
Yang
Berhubungan
Dengan
Upaya
vi
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya gambaran upaya pencegahan diare pada balita di desa
Kemalaraja.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Dinas Kesehatan Ogan Komering Ulu
Memberikan informasi kepada Dinas Kesehatan Ogan Komering Ulu
tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan upaya pencegahan kejadian
diare pada balita. Dan sebagai bahan masukan dan informasi serta menambah
vi
3. Bagi Penulis
Untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang di dapat selama mengikuti
pendidikan di Akper Depkes Baturaja dan memberi pengalaman serta
penambahan wawasan terutama dengan metode penelitian, hubungan
pengetahuan, sikap dan tindakan dalam upaya analisa masalah kesehatan.
vi
vi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
vi
d. Diare dengan masalah lain. Anak yang menderita diare (diare akut dan
diare persisten) mungkin juga disertai penyakit lain seperti demam,
gangguan gizi dan penyakit lainnya.
3. Gejala
Gejala diare adalah tinja yang encer dengan frekuensi tiga kali atau lebih
dalam sehari yang kadang disertai :
a. Muntah
b. Badan lesu dan lemah
c. Panas
d. Tidak nafsu makan
e. Darah dan lendir dalam kotoran
Rasa mual dan muntah dapat mendahului diare yang disebabkan oleh
infeksi virus. Infeksi bisa secara tiba-tiba menyebabkan diare, muntah, tinja
berdarah, demam, penurunan nafsu makan, sakit perut dan kejang perut.
4. Jenis Dehidrasi
a. Dehidrasi berat
1) Latergis atau tidak sadar
2) Mata cekung
3) Tidak bisa minum atau malas minum
4) Cubitan perut kembalinya sangat lambat.
vi
2)
Mata cekung
3)
4)
vi
e. Alergi
6. Tata laksana penyakit diare
a. Tata laksana penderita diare dirumah
1) Meningkatkan pemberian cairan rumah tangga seperti : kuah sayur, air
tajin, larutan gula garam terutama untuk penderita tanpa dehidrasi dan
bila tersedia berikan oralit.
2) Meneruskan pemberian makanan yang lunak dan tidak merangsang
serta makanan ekstra sesudah diare.
3) Membawa penderita ke sarana kesehatan, bila dalam tiga hari tidak
membaik atau ada salah satu tanda :
a) Berak cair berkali-kali
b) Muntah berulang-ulang
c) Rasa haus yang nyata
d) Makan atau minum sedikit
e) Demam
f) Tinja berdarah
b. Tata laksana penderita diare di sarana kesehatan
1) Rehidrasi oral dengan oralit
2) Pemberian cairan intravena dengan ringer laktat untuk penderita diare
dehidrasi berat dan tidak bisa minum.
3) Penggunaan antibiotika secara rasional.
vi
vi
vi
3) Anak usia 6 bulan atau lebih termasuk bayi yang telah mendapatkan
makanan yang mudah dicerna sedikit-sedikit tapi sering.
d. Mengobati masalah lain
Apabila ditemukan penderita lain disertai dengan penyakit lain maka
diberi makanan sesuai indikasi, tetap mengutakamakan rehidrasi. Tidak
ada obat yang aman dan efektif untuk menghentikan diare (Ditjen PPM &
PLP, 2000)
9. Cara membuat oralit
a. 1 gelas belimbing atau 200 ml air masak
b. 1 sendok makan gula pasir
c. Seujung sendok garam dan diaduk sampai rata.
10. Cara memberikan oralit
a. Berikan dengan sendok atau gelas
b. Berikan sedikit demi sedikit sampai habis atau hingga tidak kelihatan
haus.
c. Bila muntah, dihentikan selama sekitar 10 menit, kemudian dilanjutkan
dengan sabar setiap 2 atau 3 menit.
d. Walau diare tidak berlanjut, oralit tetap diberikan.
e. Bila gelas pertama habis, buatkan gelas berikutnya.
f. Larutan oralit jangan disimpan lebih dari 24 jam (Depkes RI, 2000).
11. Upaya pencegahan diare pada balita
vi
vi
B. Perilaku
1. Konsep Perilaku
vi
vi
vi
vi
dan pendapat. Ide bergerak di dalam atau atas dasar latar belakang sosial
ekonomi dan lingkungan tertentu (budaya dan sistem pertahanan nasional),
yang melalui proses-proses yaitu bertambah pengetahuan.
(knowledge increase) credibility, evaluasi dan percobaan (trial). Bila
mendapat dukungan sosial dan dukungan psikologis akan diterima (adaption)
oleh sasaran yang dituju. Bila diadopsi ini dapat penguatan (reinforcement),
baik sosial maupun individual maka akan terjadi perubahan dalam diri
individu atau kelompok.
Proses perubahan perilaku itu sendiri menurut teori Rogers dan
Shoemaker (Notoatmodjo, 1984), untuk menuju pada perilaku Adopted
diperlukan lima langkah yaitu:
a. Awarenes
yaitu
menyadarkan
masyarakat
dengan
memberikan
vi
1. Knowledge,
yaitu
dengan
memberikan
pengetahuan-pengetahuan
vi
kesehatan
pada
dasarnya
adalah
respon
seseorang
vi
vi
mencari
pengobatan
ke
fasilitas-fasilitas
pengobatan
vi
vi
vi
perilaku/pengetahuan
b. Interest (tertarik)
Tahap ini, masyarakat telah untuk menggunakan BAB sehingga perlu
diberikan tambahan penerangan untuk pesan kesehatan yang telag
didengarnya.
c. Evaluation (penilaian)
Tahap dimana masyarakat mulai melakukan penilaian terhadap
pentingnya menggunakan sarana air bersih, untuk itu petugas perlu
meyakinkan, memberikan bimbingan dan penyuluhan yang lebih mantap.
d. Trial (percobaan)
Melakukan suatu uji coba di hadapan masyarakat, akan perbedaan air
bersih dengan air yang tidak bersih atau kotor.
3. Sikap
a. Pengertian
1) Merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek.
2) Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di
lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek
(Notoatmodjo, 2003)
vi
b. Tingkatan sikap
1)
Menerima (receiving)
2)
Merespon (responding)
3)
Menghagari (valoving)
4)
vi
a. Air hujan
Air hujan dapat ditampung di jadikan air minum. Tetapi air hujan ini
tidak mengandung kalsium. Oleh karena itu, agar dapat dijadikan air
minum yang sehat perlu ditambahkan kalsium di dalamnya.
b. Air sungai dan danau
Menurut asalnya sebagian dari air sungai dan air danau ini juga dari
hujan yang mengalir melalui saluran-saluran ke dalam sungai atau danau
ini. Kedua sumber ini sering juga disebut air permukaan. Oleh karena air
sungai dan danau ini sudah terkontaminasi atau tercemar oleh berbagai
macam kotoran, makanya bila akan dijadikan air minum harus diolah
terlebih dahulu.
c. Mata air
Air yang keluar dari mata iar ini biasanya berasal dari air tanah yang
muncul secara alamiah. Oleh karena itu, air dari mata air ini bila belum
tercemar oleh kotoran sudah dapat dijadikan air minum langsung. Tapi
karena kita belum yakin apakah betul belum tercemar, maka alangkah
baiknya air tersebut di rebus dahulu sebelum di minum.
d. Air sungai dangkal
Air ini keluar dari dalam tanah, sering juga disebut air tanah. Air
berasal dari lapisan air di dalam tanah dari tempat yang satu ke tempat
yang lain berbeda-beda. Biasanya berkisar 5 sampai 15 meter dari
permukaan tanah. Air sumur pompa dangkal belum begitu sehat, karena
vi
kontaminasi kotoran dari permukaan tanah masih ada. Oleh karena itu,
perlu disebus dahulu sebelum di minum.
vi
vi
vi
D. Kerangka Teori
Menurut teori L. Green (1980) dalam buku Notoatmodjo (2007) menganalisis
perilaku manusia berangkat dari tingkat kesehatan. Bahwa kesehatan. Bahwa
kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor pokok yaitu
perilaku (beahavior causes) dan faktor luar perilaku (non behavior causes),
vi
Pelayanan
Kesehatan
Status
Kesehatan
Lingkungan
Perilaku
Predisposing
factors
(pengetahuan, sikap
kepecayaan, tradisi
nilai, dsb)
Komunikasi
(Penyuluhan)
Enabling
factors
(Ketersediaan sumber
sumber/fasilitas
Pemberdayaan
Masyarakat
(Pembedayaan sosial)
vi
Reinforcing
Faktors
(sikap dan prilaku
petugas, peraturan
UU dll)
Training
Promosi kesehatan
Gambar 2.1.
Sumber
: Notoatmodjo, 2007
vi
BAB III
KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL
DAN HIPOTESIS
A. Kerangka Konsep
Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua factor, yakni
faktor perilaku (behavior causes) dan faktor di luar perilaku (non behavior
causes) di simpulkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang
kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi dan perilaku
petugas kesehatan terhadap kesehatan juga akan mendukung dan memperkuat
terbentuknya perilaku. Dikarenakan keterbatasan waktu dan sesuai dengan
kepentingan penelitian maka peneliti hanya meneliti faktor yang terdapat didalam
kerangka konsep dibawah ini.
1. Pendidikan
2. Pengetahuan
3. Sikap
Upaya pencegahan
kejadian diare pada
balita
4. Penyediaan Air
Bersih.
Variabel Independent
Variabel Dependent
vi
B. Definisi Operasional
No
Variabel
Definisi
Operasional
Cara Ukur
Semua tindak
tanduk
responden
dalam upaya
pencegahan
diare pada
balita.
Kuesioner
Ordinal
Kuesioner
Ordinal
Kuesioner
wawancara
Alat Ukur
Hasil Ukur
Skala
Ukur
Variabel
Dependen
1
Upaya
pencegahan
diare pada
balita
variabel
Independen
Pendidikan
Pengetahuan
Pendidikan
formal yang
pernah
dijalani sesuai
dengan ijazah
terakhir yang
dimiliki
sesuai dengan
pengakuanya.
Hal-hal yang
diketahui
responden
tentang diare,
meliputi
penyebab
diare dan
pencegahan
diare.
vi
1. Baik, bila
responden
memberikan
jawaban benar
mean (kode
2).
2. Tidak baik,
bila responden
memberikan
jawaban benar
< mean (kode
1).
Ordinal
No
Variabel
Sikap
Penyediaan
air bersih
Definisi
Operasional
Perilaku
tertutup ibu
terhadap halhal yang
berhubungan
dengan upaya
pencegahan
penyakit
diare.
Cara Ukur
Sumber air
yang
digunakan
masyarakat
baik dari air
sumur
maupun air
sungai.
Alat Ukur
Hasil Ukur
Kuesioner
Wawancar
a
1. Positif, bila
responden
memberikan
jawaban
positif mean
(kode 2).
2. Negatif, bila
responden
memberikan
jawaban
positif < mean
(kode 1).
Kuesioner
Wawancar
a
1. Memenuhi
syarat
kesehatan bila
responden
memberikan
jawaban benar
sama / diatas
mean (kode 2).
2. Tidak
memenuhi
syarat
kesehatan bila
responden
memberiakan
jawaban benar
dibawah mean
(kode 1).
vi
Skala
Ukur
Ordinal
Ordinal
C. Hipotesis
1. Ada hubungan antara pendidikan ibu dengan upaya pencegahan kejadian diare
pada balita
2. Ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan upaya pencegahan kejadian
diare pada balita.
3. Ada hubungan antara sikap ibu dengan upaya pencegahan kejadian diare pada
balita
4. Ada hubungan antara penyediaan air bersih dengan upaya pencegahan
kejadian diare pada balita.
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian observasional (non-experimen) yaitu
penelitian ini tidak dilakukan perlakuan terhadap subjek penelitian tetapi
vi
vi
=
d2.(N 1) + Z2.1-/2.p (1-p)
keterangan :
N
Z .1-/2
=
d2.(N 1) + Z2.1-/2.p (1-p)
1,962.0,5 (1-0,5).425
0,12 x (540-1) + 1,962. 0,5.(1-0,5)
vi
3,8416.0,5.0,5.425
0,01.540 + 3,8416.0,5.0,5
= 408,17
5,2004
D. Etika Penelitian
Sebelum dilakukan penelitian, responden akan menandatangani formal
persetujuan sebagai responden dalam penelitian. Hal ini dilakukan sebelum
penelitian menyerahkan kuesioner untuk dilakukan wawancara.
vi
mengklasifikasi
jawaban-jawaban
yang
ada
menurut
Tabulating
Data dikelompokan dan dimasukan dalam bentuk tabel.
2. Analisa Data
a. Univariat
Analisa dilakukan pada setiap variabel dari hasil penelitian dengan
menggunakan tabel distribusi frekuensi untuk mendapatkan gambaran
vi
distribusi dan variabel dependen (upaya pencegahan diare pada balita) dan
variabel independen (pendidikan, pengetahuan, sikap, penyediaan air
bersih). (Sutanto, 2001)
b. Bivariat
Analisa bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antar variabel
dependen dengan variabel independen. Dalam hal ini mengingat data dari
penelitian ini baik dari variabel dependen maupun variabel independen
merupakan data kategori makan uji statistik yang digunakan adalah uji chi
square dengan confident interval atau derajat kepercayaan 95%. Bila P
Value < 0,05 berarti hasil perhitungan statistic bermakna. (Arianto, 2005)
vi
BAB V
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum
1. Gambaran Umum Puskesmas Kemalaraja
Puskesmas Kemalaraja merupakan salah satu Puskesmas yang berada dalam
Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Ogan Komering Ulu. Puskesmas
Kemalaraja berdiri pada tahun 1991 dengan Luas Wilayah Kerja 36,79 Km2
dan membawahi 4 Kelurahan yaitu Kemalaraja, Baturaja lama, Kemelak dan
Sepancar. Jumlah Penduduk pada tahun 2009 yaitu 31.468 jiwa, terdiri dari 14.
183 laki-laki dan 17.285 Perempuan.
Secara geografis, batas-batas Puskesmas Kemalaraja meliputi:
-
vi
vi
a.
b.
c.
vi
Umur
PNS
TNI
Karyawan Swasta
Wiraswasta
Tani
Pertukangan
Buruh Tani
Pensiunan
Nelayan
Pemulung
Jasa
total
Jumlah (Jiwa)
1869
103
105
731
84
163
Persentase (%)
52,94
5,43
2,95
20,59
2,36
4,59
327
4
9,21
74
3. 550
2,08
100
2. Keadaan Geografi
vi
1. Hasil Penelitian
a. Hasil analisa univariat
vi
Tabel 5.2
Distribusi frekuensi upaya pencegahan diare pada balita di desa
Kemalaraja Wilayah Kerja Puskesmas Kemalaraja Kecamatan Baturaja
Timur Kabupaten Ogan Komering Ulu Tahun 2009
N
o
1
2
Upaya pencegahan
diare pada balita
Negatif
Positif
Jumlah
Jumlah
Persentase
40
39
79
50,6
49,4
100
Pendidikan
Rendah
Tinggi
Jumlah
Jumlah
49
30
79
Persentase
62
38
100
Tabel 5.4
Distribusi frekuensi menurut tingkat pengetahuan dengan upaya
pencegahan diare pada balita di desa Kemalaraja Wilayah Kerja
vi
Pengetahuan
Tidak baik
Baik
Jumlah
Jumlah
54
24
79
Persentase
68,4
31,6
100
Sikap
Negatif
Positif
Jumlah
Jumlah
42
37
79
Persentase
53,2
46,2
100
Tabel 5.6
vi
Jumlah
42
37
79
Persentase
53,2
46,8
100
b.
p.value
0,030
vi
p.value
0,003
vi
p.value
0,005
Dari tabel 5.9 hasil analisis hubungan sikap responden dengan upaya
pencegahan kejadian diare pada balita diperoleh ada sebanyak 14 dari 37
responden (33,3%) yang bersikap negative dengan perilaku positif.
Sedangkan ibu yang bersikap positif sebanyak 25 orang (67,6%) dengan
perilaku positif. Berdasarkan uji statistik didapat hubungan yang
bermakna antara variabel sikap dengan upaya pencegahan kejadian diare
pada balita dengan p.value 0.005 (p < 0,5).
Tabel 5.10
Hubungan penyediaan air bersih dengan upaya pencegahan diare pada
balita di desa Kemalaraja Wilayah Kerja Puskesmas Kemalaraja
Kecamatan Baturaja Timur Kabupaten
Ogan Komering Ulu Tahun 2009
Penyediaan air
bersih
Tidak memenuhi
syarat kesehatan
vi
p.value
1,045
Memenuhi syarat
kesehatan
Jumlah
15
(40,5%)
40
(50,6%)
22
(59,5%)
39
(49,4%)
37
(100%)
79
(100%)
Dari tabel 5.10 Hasil analisis hubungan penyediaan air bersih dengan
upaya pencegahan kejadian diare pada balita diperoleh ada sebanyak 17
responden (40,5%) yang penyediaan air bersihnya tidak memenuhi syarat
kesehatan dengan prilaku positif. Sedangkan yang penyediaan air
bersihnya memenuhi syarat kesehatan sebanyak 22 orang (59,5%)
dengan perilaku positif. Berdasarkan uji statistik, tidak di dapat
hubungan yang bermakna antara variabel penyediaan air bersih dengan
upaya pencegahan kejadian diare pada balita dengan nilai p.value 1,045
(p > 0,5).
vi
BAB VI
PEMBAHASAN
A. Keterbatasan Penelitian
1. Desain penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain penelitian
cross sectional dengan potong lintang karena data yang dikumpulkan baik
variabel independent maupun variabel dependen dikumpulkan dan dianalisa
secara bersamaan. Dalam penelitian ini variabel yang diteliti adalah upaya
pencegahan diare pada balita, pendidikan, pengetahuan, sikap dan penyediaan
air bersih. Tidak menutup kemungkinan bahwa masih banyak variabel yang
terkait dengan penelitian ini namun karena keterbatasan waktu yang dimiliki
maka peneliti hanya membahas beberapa faktor diatas saja.
2. Waktu penelitian
Karena keterbatasan waktu penelitian, maka hasil penelitian ini masih
banyak kekurangan, yang mana penelitian tentang faktor-faktor yang
berhubungan dengan upaya pencegahan kejadian diare pada balita di desa
Kemalaraja Wilayah Kerja Puskesmas Kemalaraja Kecamatan Baturaja Timur
Kabupaten Ogan Komering Ulu Tahun 2009.
vi
3. Kualitas Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah kuesioner dalam
bentuk pertanyaan tertutup yang memerlukan jawaban singkat. Penelitian ini
tidak dilakukan pengkajian yang mendalam kualitas data sangat tergantung
dari kemampuan responden dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan. Data yang didapatkan adalah bentuk angka-angka yang telah
dikategorikan sesuai kebutuhan penelitian. Maka informasi yang didapat tidak
dapat mengungkapkan lebih banyak mengenai upaya pencegahan diare pada
balita.
vi
vi
sebesar 19 (76%). Dari hasil uji statistik chi-square menunjukan nilai p.value
= 0,003 (P < 0,,05). Hal ini berarti bahwa ada hubungan signifikan atau
bermakna antara pengetahuan ibu dengan upaya pencegahan kejadian diare
pada balita terbukti. Dari hasil penelitian diketahui bahwa kurangnya tingkat
pengetahuan responden tentang pencegahan dan penatalaksanaan diare maka
akan semakin tinggi tingkat kejadian diare. Sebaliknya semakin baik tingkat
pengetahuan responden tentang pencegahan dan penatalaksanaan diare maka
akan semkain rendah kejadian diare.
Hasil penelitian ini diperkuat oleh Notoatmodjo (1993), pengetahuan
merupakan proses penginderaan manusia terhadap objek diluarnya melalui
indera-indera yang dimilikinya seperti penginderaan, penglihatan, penciuman.
Dengan sendirinya pada waktu proses penginderaaan dalam diri individu
terjadi proses perhatian, persepsi dan penghayatan terhadap stimulus atau
objek dari luar individu.
Haryanti (2006) juga pernah melakukan penelitian tentang hubungan
tingkat pengetahuan terhadap upaya pencegahan kejadian diare pada balita di
Puskesmas Mekarsari desa Kepala Dua. Dari hasil penelitianya diketahui
memang terdapat hubungan tingkat pengetahuan dengan upaya pencegahan
kejadian diare pada balita.
3. Hubungan sikap responden dengan upaya pencegahan kejadian diare pada
balita di desa Kemalaraja tahun 2009
vi
vi
vi
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari permasalahan dan pembahasan yang dikaji pada bab-bab terdahulu, maka
penulis menarik kesimpulan sebagai berikut.
1. Distribusi frekuensi upaya pencegahan kejadian diare pada balita sebagian
besar negatif yaitu sebanyak 40 (50,5%) sedangkan yang positif 39 (49,4%),
pendidikan tinggi 30 (38%) sedangkan pendidikan rendah 49 (62%),
pengetahuan baik 24 (31,6%) sedangkan pengetahuan tidak baik 54 (68,4%),
vi
vi
vi
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan hasil penelitian dikemukakan beberapa usulan
berupa saran sebagai berikut:
1. Diharapkan tenaga kesehatan dapat lebih di intensifkan penyuluhan,
pengarahan, kunjungan rumah dan pengawasan secara konsisten terhadap
penanggulangan diare pada anak usia 0-5 tahun.
2. Agar masyarakat khususnya ibu dapat berupaya meningkatkan pengetahuan
dengan cara mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang penyakit diare.
3. Diharapkan agar masyarakat khususnya para ibu mempunyai motivasi dan
kemauan dalam upaya pencegah penyakit diare pada balita.
4. Bagi peneliti lain yang menggunakan hasil penelitian ini sebagai referensi,
hendaknya dapat melakukan penelitian berikutnya dengan lebih mendalam
dan menjelaskan dengan lebih rinci guna mempermudah penelitian yang
berikutnya guna menyusun Karya Tulis Ilmiah.
vi
DAFTAR PUSTAKA
Amiruddin,Ridwan.2007.Current Issue Kematian Anak Karena Penyakit
Diare(online)
(http://www.medicastore.com.diakses20februari2009)
(http://www.library.usu.ac.id)
(http://www.jkt.detik.net.com)
Aritonang Irianto, dkk. 2005. Aplikasi Statistika. Yogjakarta : Media Pressindo.
Azwar, Azrul. 2003. Metodologi Penelitian. Jakarta : Bina Rupa Aksara.
Depkes RI. 1999. Buku Ajar Diare, Direktorat Jendral Pemberantasan Penyakit
Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman: Jakarat.
Depkes RI. 2000. Pedomen Penatalaksanaan Program P2 Diare, Direktorat Jendral
Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman:
Jakarat.
. 2002. Penilaian dan Klasifikasi Anak Sakit 2 bulan sampai 5 tahun.
Depkes RI dan WHO : Jakarta.
Dinkes OKU. 2008. Rekapitulasi Laporan Diare Kabupaten Ogan Komering Ulu.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rineka Cipta
. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka
Cipta.
Ptiyo Sutanto. 2004. Analisis Data. Jakarta : FKUI
Puskesmas Kemalaraja. 2007. Rekapitulasi Laporan Penyakit Diare Tingkat
Puskesmas.
Soegijanto, Soegeng. 2002. Ilmu Penyakit Anak Diagnosa dan Penatalaksanaan.
Jakarta : Salemba Medika.
vi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL ....................................................................................
ii
ABSTRAK .......................................................................................................
iii
LEMBAR PERSETUJUAN.............................................................................
vi
LEMBAR PENGESAHAN..............................................................................
vii
viii
ix
xi
xiii
xiv
xv
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .........................................................................
TINJAUAN PUSTAKA
A. Upaya Pencegahan Kejadian Diare Pada Balita ......................
vi
3. Gejala
4.
5.
6.
7.
8.
..........................................................................10
10
11
12
13
14
15
15
B. Perilaku ....................................................................................
17
BAB III
26
34
36
37
C. Hipotesis ..................................................................................
39
BAB V
BAB VI
40
40
41
42
42
43
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian......................................
45
50
PEMBAHASAN
A. Keterbatasan Penelitian ..........................................................
57
58
vi
A. Kesimpulan ..............................................................................
64
B. Saran ........................................................................................
65
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 5.1.
Tabel 5.2.
Tabel 5.3.
Tabel 5.4.
Tabel 5.5.
48
50
50
51
51
Tabel 5.6.
Tabel 5.7.
Tabel 5.8.
Tabel 5.9.
Tabel 5.10
vi
55
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
vi
DAFTAR SINGKATAN
1. ASI
2. DBD
3. EHEC
4. LSM
5. KLB
6. P2
7. PPM & PL
: Program Pemberantasan
: Pemberantasan Penyakit Menular &
Penyehatan Lingkungan
8. PAM
9. UNICEF
10. WHO
vi
vi
Nama
Responde
n
Umu
r Ibu
Umur
bayi
/
balita
Alama
t
Pendidikan Ibu
Lulus Tidak lulus
SMA
SMA
Kod
e
Pekerjaan Ibu
Bekerja
Tidak
Bekerj
a
Kode
Petunjuk :
1. Pilihlah jawaban yang paling sesuai dengan kenyataan!
2. Ibu tidak perlu takut atau ragu dalam mengisi kuesioner ini karena pertanyaan
hanya untuk kepentingan peneliti dan tidak akan berpengaruh dengan kualitas
pelayanan kesehatan yang akan diberikan pada ibu.
3. Apapun jawaban yang ibu beri akan kami jaga kerahasiaanya.
4. Terima kasih atas partisipasinya.
vi
Upaya pencegahan
o
1
2
Tidak
Kod
e
Ya
C. Pengetahuan
vi
Upaya pencegahan
Bena
o
1
Yang dimaksud diare adalah buang air besar lebih dari 3 kali
kedalam mulut.
Apakah buang air besar lebih dari biasa, rewel dan panas
4
5
7
8
9
10
Salah
Kod
e
D. Sikap
N
Upaya pencegahan
Setuju
Tidak Setuju
Kod
e
vi
dari biasanya.
Sebaiknya anak mencuci tangan dengan air dan sabun
kesehatan.
Prilaku yang buruk seperti membuang kotoran ditempat
Upaya pencegahan
Ya
Tidak
Kod
e
vi
2
3
4
5
6
tidak berbau.
Apakah air yang digunakan untuk konsumsi sehari-hari diberi
kaporit terlebih dahulu sebelum digunakan.
vi
vi