Anda di halaman 1dari 21

Skenario

Wanita 35 tahun, hamil anak ketiga dan persalinan tidak maju. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan bahwa tanda vital batas normal, tinggi fundus 3 jari bawah processus xyphoideus,
punggung di kanan ibu, bagian terendah kepala, perlimaan 2/5. jarak antara simfisis pubis-tinggi
fundus uteri 37 cm, lingkar perut ibu 95cm. Denyut jantung janin 130x/menit dengan durasi 3035 detik. Pembukaan serviks 4cm, ketuban utuh, penurunan sesuai bidang Hodge 2 dengan
kondisi panggul dalam cukup.
Kata sulit
Bidang hodge : menentukan sampai dimana bagian terendah janin turun dalam panggul pada
persalinan (persentasi janin)
Kata kunci

Wanita 35 tahun
Hamil anak ke-3
Persalinan tidak maju
Pemfis :
- tanda vital dalam batas normal
- tinggi fundus 3 jari bawah prosessus xyphoideus
- punggung di kanan ibu
- bagian terendah kepala perlimaan 2/5
- jarak simfisis pubis tinggi fundus 37 cm
- lingkar perut 95 cm
- DJJ : 130x/ menit
- His 2x dalam 10 menit dengan durasi 30 35 detik
- pembukaan serviks 4cm
- ketuban utuh
- penurunan sesuai bidang hodge 2 dengan kondisi panggul cukup.

Pertanyaan
1. Anatomi jalan lahir
2. Bidang hodge
2. Sebab-sebab yang menimbulkan persalinan
3. Bagaimana tanda-tanda inpartu
4. Kala persalinan
5. Faktor-faktor yang berperan dalam proses persalinan
6. Mekanisme persalinan normal
7. Proses pemantauan persalinan dan pemeriksaan
8. Persalinan lama distosia
9. Factor-faktor yang menyebabkan persalinan tidak maju
10. Analisis kasus
11. DD (incoordinate, tetania uteri, inersia uteri)
12. Inersia uteri
13. Penanganan distosiaPengaruh partus macet terhadap ibu dan janin

Anatomi jalan lahir

Tulang-tulang panggul terdiri dari


1. Os koksa yang terdiri
a. os ilium
b. os iskium
c. os pubis
2

2. Os sacrum
3. Os koksigis
Artikulasi
1.

Simfisis pubis di depan pertemuan os pubis

2. Artikulasio sakro-iliaka yang menghubungkan os sacrum dan os ilium


3. Artikulasi sakro-koksigium yang menghubungkan os sacrum dan koksigius
Ruang panggul (pelvic cavity)
1.

Pelvis major (false pelvis)

2.

Pelvis minor (true pelvis)

Pelvis major terletak di atas line terminalis yang dibawahnya disebut pelvis minor
Pintu panggul
1. Pintu atas panggul (PAP) = inlet dibatasi oleh linea terminalis (linea innominata
Pintu atas panggul di belakang dibatasi oleh promontorium dan ala sakrum, di lateral oleh
linea terminalis dan di anterior oleh rami horizontal tulang tulang pubis dan simfisis pubis.
Empat diameter pintu atas panggul biasanya disebutkan: anteroposterior, transversal, dan dua
oblik. Diameter anteroposterior yang penting secara obstetrik adalah jarak terpendek antara
promontorium

sakrum

dan

simfisis

pubis

yang

disebut

konjugata

obstetrik.

Diameter anteroposterior pintu atas panggul yang diidentifikasi sebagai konjugata vera, tidak
mewakili jarak terpendek promontorium sakrum dan simfisis pubis. Jarak terpendeknya
adalah konjugata obstetrik yang merupakan diameter anteroposterior terpendek yang harus
dilewati kepala untuk turun melalui pintu panggul.
2. Ruang tengah panggul (RTP) kira-kira pada

spina

ischiadika,

disebut

midlet

Panggul tengah di tingkat spina iskiadika (bidang tengah atau dimensi terkecil panggul)
mempunyai kepetingan kuhus dalam obstetri setelah kepala janin engage di dalam persalinan
yang terhalang. Diameter interspinosa, 10 cm atau agak lebih, biasanya merupakan diameter
terkecil panggul. Diameter anteroposterior, sampai tinggi spina iskiadika, normalnya
berukuran sekurang kurangnya 11, 5 cm. Komponen posterior antara sakrum dan
perpotongan dengan diameter interspinosa biasanya sekurang kurangnya 4,5 cm.

3. Pintu

bawah panggul PBP) dibatasi simfisis

dan

arkus

pubis, disebut outlet

Pintu bawah panggul terdiri dari dua daerah yang kira kira berbentuk segitiga tidak pada
bidang yang sama, yang merupakan satu garis yang ditarik di antara dua tuberositas iskium.
Tiga diameter pintu bawah panggul biasanya disebut: anteroposterior, transvrsal dan sagital
posterior. Diameter anteroposterior (9,5 sampai 11, 5 cm) berjalan dari tepi bawah simfisis
pubis ke ujung sakrum. Diameter transversal (11 cm) adalah jarak antara tepi tepi dalam
tuberositas iskium. Diameter sagital posterior berjalan dari ujung sakrum ke perpotongan
tegak lurus dengan suatu garis antara kedua tuberositas iskium. Normalnya, diameter sagital
posterior berukuran 7,5 cm.
4. Ruang panggul yang sebenarnya (pelvis cavity)

berada antara inlet

dan

outlet.

Sebagai yang dikesankan oleh namanya, bagian ini sangat lapang. Bidang ini membentang
dari pertengahan permukaan posterior simfisis pubis ke persambungan vertebra sakral kedua
dan ketiga dan berjalan ke lateral melewati tulang tulang iskium di atas permukaan
asetabulum. Diameter rata rata anteroposterior dan transversalnya adalah 12,5 cm. Karena
diameter obliknya berujug pada foramina obturatoria dan takik sakroskiatika, panjangnya
tidak
Sumbu

dapat

dipastikan.

panggul

Sumbu panggul adalah garis yang menghubungkan titik-titik tengah ruang panggul yang

melengkuh ke depan (sumbu carus)


Jenis jenis panggul
(menurut Caldwell & moloy, 1933)
Berdasarkan pada cirri-ciri bentuk pintu atas panggul, ada 4 bentuk pokok jenis panggul :
4

1.

Ginekoid paling ideal, bulat : 45%

2. Android : panggul pria, segitiga : 15%


3. Anthropoid : agak lonjong seperti telur :35%
4.

Platipeloid : picak, menyempit arah muka belakang : 5%

Bidang bidang
1.

Bidang Hodge I

: Promontorium pinggir atas simfisis

2.

Bidang Hodge II

: Pinggir bawah simfisis

3.

Bidang Hodge III

: Spina ischiadika

4.

Bidang Hodge IV

: Ujung coccygeus

Sebab-sebab yang menimbulkan persalinan


1. Teori penurunan hormon : 1-2 minggu sebelum partus, mulai terjadi penurunan kadar
hormon estrogen dan progresteron. Progresteron bekerja sebagai penenang otot otot polos
rahim. Karna itu, akan terjadi kejangan pembuluh darah yang menimbulkan his jika kadar
progresteron turun.
2. Teori plasenta menjadi tua : penuaan pkasenta akan menyebabkan turunnya kadar estrogen
dan progresteron sehingga terjadi kekejangan pembuluh darah. Hal tersebut akan
menimbulkan kontraksi rahim.
3. Teori distensi rahim : rahim yang menjadi besar dan meregang menyebabkan iskenia otototot rahim sehingga mengganggu sirkulasi uteroplasenta.
4. Teori iritasi mekanik : dibelakang serviks, terletak ganglion servikale (Fleksus
Frankenhauser). Apabila ganglion tersebut digeser dan ditekan, misalnya oleh kepala janin,
akan timbul kontraksi uterus.
5. Induksi partus dapat ditimbulkan dengan :
Gagang laminaria : beberapa laminaria dimasukkan dalam kanalis servikis dengan

tujuan merangsang pleksus Frankenhauser


Amniotomi : pemecahan ketuban
Tetesan oksitosin : pemberian oksitosisn melalui tetesa perinfus

Tanda-tanda inpartu
5

1. Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat sering dan teratur
2. Keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak karena robekan robekan kecil
pada seviks.
3. Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya
4. Pada pemeriksaan dalam : serviks mendatar

dan

terjadi

pembukaan

seviks

Faktor-faktor yang berperan dalam proses persalinan


Ada beberapa faktor yang berperan dalam persalinan yaitu:
1. Power (tenaga atau kekuatan) ; his (kontraksi uterus), kontraksi otot dinding perut, kotraksi
diafragma pelvis, ketegangan, kotraksi ligamentum, rotundum, efektivitas kekuatan
mendorong dan lama persalinan
2. Passanger (janin) ; letak janin, posisi janin, presentasi janin dan letak plasenta
3. Passage (jalan lintas) ; ukuran dan tipe panggul, kemampuan serviks untuk membuka,
kemampuan

kanalis

vaginalis

dan

introitus

vagina

untuk

memanjang

Mekanisme persalinan normal

PERSALINAN KALA 1 :
FASE PEMATANGAN / PEMBUKAAN SERVIKS
Dimulai pada waktu serviks membuka karena his : kontraksi uterus yang teratur, makin lama,
makin kuat, makin sering, makin terasa nyeri, disertai pengeluaran darah-lendir yang tidak lebih
banyak daripada darah haid. Berakhir pada waktu pembukaan serviks telah lengkap (pada

periksa dalam, bibir porsio serviks tidak dapat diraba lagi). Selaput ketuban biasanya pecah
spontan pada saat akhir kala I.
Fase laten : pembukaan sampai mencapai 3 cm, berlangsung sekitar 8 jam.
Fase aktif : pembukaan dari 3 cm sampai lengkap (+ 10 cm), berlangsung sekitar 6 jam. Fase
aktif terbagi atas :
1. fase akselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 3 cm sampai 4 cm.
2. fase dilatasi maksimal (sekitar 2 jam), pembukaan 4 cm sampai 9 cm.
3. fase deselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 9 cm sampai lengkap (+ 10 cm).
Peristiwa penting pada persalinan kala 1
1. keluar lendir / darah (bloody show) akibat terlepasnya sumbat mukus (mucous plug) yang
selama kehamilan menumpuk di kanalis servikalis, akibat terbukanya vaskular kapiler
serviks, dan akibat pergeseran antara selaput ketuban dengan dinding dalam uterus.
2. ostium uteri internum dan eksternum terbuka sehingga serviks menipis dan mendatar.
3. selaput ketuban pecah spontan (beberapa kepustakaan menyebutkan ketuban pecah dini jika
terjadi pengeluaran cairan ketuban sebelum pembukaan 5 cm).
Pematangan dan pembukaan serviks (cervical effacement) pada primigravida berbeda dengan
pada multipara :
1. pada primigravida terjadi penipisan serviks lebih dahulu sebelum terjadi pembukaan - pada
multipara serviks telah lunak akibat persalinan sebelumnya, sehingga langsung terjadi proses
penipisan dan pembukaan
2. pada primigravida, ostium internum membuka lebih dulu daripada ostium eksternum
(inspekulo ostium tampak berbentuk seperti lingkaran kecil di tengah) - pada multipara,
ostium internum dan eksternum membuka bersamaan (inspekulo ostium tampak berbentuk
seperti garis lebar)
3. periode kala 1 pada primigravida lebih lama (+ 20 jam) dibandingkan multipara (+14 jam)
karena pematangan dan pelunakan serviks pada fase laten pasien primigravida memerlukan
waktu lebih lama.
PERSALINAN KALA 2 :
FASE PENGELUARAN BAYI

Dimulai pada saat pembukaan serviks telah lengkap. Berakhir pada saat bayi telah lahir lengkap.
His menjadi lebih kuat, lebih sering, lebih lama, sangat kuat. Selaput ketuban mungkin juga baru
pecah spontan pada awal kala 2.
Peristiwa penting pada persalinan kala 2
1.
2.
3.
4.

Bagian terbawah janin (pada persalinan normal : kepala) turun sampai dasar panggul.
Ibu timbul perasaan / refleks ingin mengejan yang makin berat.
Perineum meregang dan anus membuka (hemoroid fisiologik)
Kepala dilahirkan lebih dulu, dengan suboksiput di bawah simfisis (simfisis pubis sebagai

sumbu putar /hipomoklion), selanjutnya dilahirkan badan dan anggota badan.


5. Kemungkinan diperlukan pemotongan jaringan perineum untuk memperbesar jalan lahir
(episiotomi).
Lama kala 2 pada primigravida + 1.5 jam, multipara + 0.5 jam.
Gerakan utama pengeluaran janin pada persalinan
dengan letak belakang kepala
1. Kepala masuk pintu atas panggul : sumbu kepala janin dapat tegak lurus dengan pintu atas
panggul (sinklitismus) atau miring / membentuk sudut dengan pintu atas panggul
(asinklitismus anterior / posterior).
2. Kepala turun ke dalam rongga panggul, akibat : 1)tekanan langsung dari his dari daerah
fundus ke arah daerah bokong, 2) tekanan dari cairan amnion, 3) kontraksi otot dinding perut
dan diafragma (mengejan), dan 4) badan janin terjadi ekstensi dan menegang.
3. Fleksi : kepala janin fleksi, dagu menempel ke toraks, posisi kepala berubah dari diameter
oksipito-frontalis (puncak kepala) menjadi diameter suboksipitobregmatikus (belakang
kepala).
4. Rotasi interna (putaran paksi dalam) : selalu disertai turunnya kepala, putaran ubun-ubun
kecil ke arah depan (ke bawah simfisis pubis), membawa kepala melewati distansia
interspinarum dengan diameter biparietalis.
5. Ekstensi : setelah kepala mencapai vulva, terjadi ekstensi setelah oksiput melewati bawah
simfisis pubis bagian posterior. Lahir berturut-turut : oksiput, bregma, dahi, hidung, mulut,
dagu.

6.

Rotasi eksterna (putaran paksi luar) : kepala berputar kembali sesuai dengan sumbu rotasi
tubuh, bahu masuk pintu atas panggul dengan posisi anteroposterior sampai di bawah

simfisis, kemudian dilahirkan bahu depan dan bahu belakang.


7. Ekspulsi : setelah bahu lahir, bagian tubuh lainnya akan dikeluarkan dengan mudah.
Selanjutnya lahir badan (toraks,abdomen) dan lengan, pinggul / trokanter depan dan
belakang, tungkai dan kaki.
PERSALINAN KALA 3 :
FASE PENGELUARAN PLASENTA
Dimulai pada saat bayi telah lahir lengkap. Berakhir dengan lahirnya plasenta. Kelahiran
plasenta : lepasnya plasenta dari insersi pada dinding uterus, serta pengeluaran plasenta dari
kavum uteri.Lepasnya plasenta dari insersinya : mungkin dari sentral (Schultze) ditandai dengan
perdarahan baru, atau dari tepi / marginal (Matthews-Duncan) jika tidak disertai perdarahan, atau
mungkin juga serempak sentral dan marginal. Pelepasan plasenta terjadi karena perlekatan
plasenta di dinding uterus adalah bersifat adhesi, sehingga pada saat kontraksi mudah lepas dan
berdarah. Pada keadaan normal, kontraksi uterus bertambah keras, fundus setinggi sekitar / di
atas pusat. Plasenta lepas spontan 5-15 menit setelah bayi lahir. (jika lepasnya plasenta terjadi
sebelum bayi lahir, disebut solusio/abruptio placentae - keadaan gawat darurat obstetrik
KALA 4 :
OBSERVASI PASCAPERSALINAN
Sampai dengan 1 jam postpartum, dilakukan observasi. 7 pokok penting yang harus diperhatikan
pada kala 4 :
1) kontraksi uterus harus baik,
2) tidak ada perdarahan pervaginam atau dari alat genital lain,
3) plasenta dan selaput ketuban harus sudah lahir lengkap,
4) kandung kencing harus kosong,
5) luka-luka di perineum harus dirawat dan tidak ada hematoma,
6) resume keadaan umum bayi, dan
7) resume keadaan umum ibu

Proses pemantauan persalinan dan pemeriksaan


1. Proses

pemantauan

Partograf merupakan alat bantu untuk memantau kemajuan kala satu persalinan dan
informasi untuk membuat keputusan klinik. Jika digunakan dengan tepat dan
konsisten,partograf akan membantu penolong persalinan untuk ;
Mencatat kemajuan persalinan
Mencatat kondisi ibu dan janinnya
Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran
Menggunakan informasi yang tercatat untuk identifikasi dini penyuli persalinan
Menggunakan informasi yang tersedia untuk membuat keputusan klinik yang sesuai dan
tepat waktu.
Partograf harus digunakan :

Untuk semua ibu dalam fase aktif kala satu persalinan dan merupakan elemen penting

dari asuhan persalinan.


Selama persalinan dan kelahiran bayi di semua tempat(rumah, puskesmas, klinik bidan

swasta, rumah sakit, dll)


Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan asuhan persalinan kepada
ibu dan proses kelahiran bayinya (spesialis obstetric, bidan, dokter umum, residen dan
mahasiswa kedokteran).

Hasil rekaman ini lebih efisien daripada catatan panjang dan memberikan gambaran
pictogram terhadap hal-hal yang penting dari persalinan serta tindakan yang segera harus
dilakukan

terhadap

perkembangan

persalinan

yang

abnormal.

Nilai suatu partograf meliputi :

Pencatatan yang jelas


Urutan waktu yang jelas
Diagnosis suatu kemajuan persalinan yang abnormal
Memudahkan saat penggantian staf atau gilliran dinas
Untuk pendidikan
Untuk penelitian.

10

Bagian-bagian partograf :
1. Identitas
2. Denyut jantung janin
3. Servikograf
4. Waktu
5. Air ketuban
6. Kontraksi per 10 menit
7. Oksitosin
8. Obat-obatan dan cairan intravena
9. Nadi dan tekanan darah ibu
10. Urin
11. Temperatur ibu
12. Kala III.
Identitas
Identitas meliputi :
- Tanggal Hari pertama haid terakhir
- Gravida Taksiran partus
- Para Nomor register
- Abortus Pecah ketubaan janin
- Nama, umur Nomor catatan medic/ nomor puskesmas

11

Persalinan lama distosia


Adalah persalinan yang sulit /abnormal yang ditandai dengan adanya hambatan kemajuan dalam
persalinan.

12

Analisis kasus

Wanita 35 tahun multigravida


Sikap janin : punggung di kanan ibu, presentasi janin adalah presentasi kepala (presentase
kepala tidak diketahui, apakah bagian terbawah belakang kepala (vertex), presentase muka,

presentase dahi)
Setinggi 2/5 spina ischiadika: 2 jari yang dapat teraba, dan 3 jari bagian kepala telah masuk

PAP (pintu atas panggul)


Jarak antara simfisis os pubis tinggi fundus uteri 37 cm, lingkar perut 85 cm. mengetahui
jarak antara simfisis os pubis (SOP-TFU) dan lingkar perut ibu (LP) dapat membantu
menafsirkan berat janin
Berat janin
= (SOP TFU) x LPI

= 37 95

= 3515 gram
DJJ normal
= 120 160 /menit
HIS 2 x 10 menit dengan durasi 30 35 detik. Menunjukkan bahwa his belum sempurna dan

efektif.
Pembukaan serviks belum sempurna yaitu 4 cm
Fase laten = 3cm

Fase aktif = 10 cm
Ketuban masih utuh, penurunan sesuai bidang hodge II (bagian terendah janin dipinggir

bawah simpisis
Keadaan panggul ibu tidak dideskripsikan dengan jelas

Berdasarkan analisis kasus, diantara faktor yang menyebabkan persalinan (power, passege,
passenger ), maka dapat disimpulkan bahwa terdapat gangguan pada power, karna diperoleh HIS
:

tidak adekuat (2x dalam 10 menit durasi 30-35 detik


Pembukaan cerviks belum sempurna (4 cm)
KALA I FASE AKTIF

13

Normal

his tidak adekuat

Kelainan kelainan yang menyebabkan distosia

Distosia karena kelainan his


Distosia karena kelainan tenaga (his) adalah his yang tidak normal, baik kekuatan maupun
sifatnya, sehingga menghambat kelancaran persalinan.
a. Inersia uteri
Adalah kelainan his yang kekuatannya tidak adekuat untuk melakukan pembukaan
serviks atau mendorong janin keluar.
Inersia uteri dibagi atas 2 keadaan :
1. Inersia uteri primer (terjadi pada masa laten)
Kelemahan his timbul sejak permulaan persalinan. Hal ini harus dibedakan dengan
his pendahuluan yang juga lemah dan kadang-kadang menjadi hilang (false labour)
14

2. Inersia uteri sekunder/ inersia uteri hipotonis (terjadi pada masa aktif)
Kelemahan his yang timbul setelah adanya his yang kuat teratur dan dalam waktu
yang lama.
Diagnosis inersia uteri memerlukan pengalaman dan pengawasan yang teliti terhadap
persalinan dalam fase laten diagnosis akan lebih sulit bila sebelumnya telah ada kontraksi
(his) yang kuat dan lama maka diagnosis inersi uteri sekunder akan lebih mudah .
Inersia uteri menyebabkan persalinan akan berlangsung lama dan akibat-akibatnya
terhadap ibu dan janin.
Disini his bersifat biasa alam arti bahwa fundus berkontraksi lebih kuat dan lebih
dahulu daripada bagian-bagian lain, peranan fundus tetap menonjol. Kelainannya terletak
dalam hal bahwa kontraksi

uterus lebih aman, singkat, dan jarang daripada biasa.

Keadaan umum penderita biasanya baik, dan rasa nyeri tidak seberapa. Selama ketuban
masih utuh umumnya tidak banyak bahaya, baik bagi ibu maupun bagi janin, kecuali jika
persalinan berlangsung terlalu lama; dalam hal terakhir ini morbiditas ibu dan mortalitas
janin naik. Keadaan ini dinamakan inersia uteri primer atau hypotonic uterine
contraction. Kalau timbul setelah berlangsungnya his kuat untuk waktu yang lama, hal itu
dinamakan inersia uteri sekunder. Karena dewasa ini persalinan tidak dibiarkan
berlangsung demikian lama sehingga dapat menimbulkan kelelahan otot uterus, maka
inersia uteri sekunder seperti digambarkan diatas jarang ditemukan, kecuali pada wanita
yang tidak diberi pengawasan baik waktu persalinan. Dalam menghadapi inersia uteri
harus diadakan penilaian yang seksama untuk menentukan sifat yang diambil. Jangan
dilakukan tindakan tergesa-gesa untuk mempercepat lahirnya janin. Tidak dapat diberikan
waktu yang pasti, yang dapat dipakai sebagai pegangan untuk membuat diagnosis inersia
uteri, atau untuk memulai terapi aktif.
Diagnosis inersia uteri palng sulit dalam masa laten; untuk hal ini diperlukan
pengalaman. Kontraksi uterus yang disertai rasa nyeri, tidak cukup untuk membuat
diagnosis bahwa persalinan sudah mulai. Untuk sampai ke kesimpulan ini diperlukan
kenyataan bahwa sebagai akibat kontraksi itu terjadi perubahan pada serviks, yakni
pendataran dan/ atau pembukan. Kesalahan yang sering dibuat ialah mengobati seorang
penderita untuk inersia uteri, padahal persalinan belum mulai (false labour).

15

b. Tetani uteri
Sifatnya terlampau kuat sehingga tidak ada relaksasi dari rahim dan lebih sering.
Hal ini dapat menyebabkan terjadinya partus presipitatus yang dapat menyebabkan
persalinan di atas kendaraan, di kamar mandi, dan tidak sempat dilakukan pertolongan.
Akibatnya terjadilah luka-luka jalan lahir yang luas pada serviks, vagina, dan perineum,
dan pada bayi dapat terjadi perdarahan intracranial.
c. Incoordinate uterine action
Disini sifat his berubah. Tonus otot uterus meingkat, juga di luar his, dan kontraksinya
tidak berlangsung seperti biasa karna tidak ada sinkronisasi kontraksi bagian-bagiannya.
Tidak adanya koordinasi antara kontraksi bagian atas, tengah, dan bawah menyebabkan
his tidak efisien dalam mengadakan pembukaan.Di samping itu, tonus otot uterus yang
menaik menyebabkan rasa nteri yang lebih keras dan lama bagi ibu dapat pula
menyebabkan hipoksia pada janin. His jenis ini juga disebut sebagai incoordinate
hypertonic uterine contraction.kadang-kadang pada persalinan lama dengan ketuban
yang sudah lama pecah, kelainan his ini menyebabkan spasme sirkulere setempat,
sehingga terjadi penyempitan kavum uteri pada tempat itu. Ini dinamakan lingkaran
kontraksi atau lingkaran konstriksi. Secara teoritis lingkaran lingkaran ini dapat terjadi di
mana-mana, akan tetapi biasanya ditemukan pada batas antara bagian atas dan segmen
bawah uterus. Lingkaran konstriksi tidak dapat diketahui dengan pemeriksaan dalam,
kecuali kalau pembukaan sudah lengkap, sehingga tangan dapat dimasukkan ke dalam
kavum uteri. Adakalanya persalinan tidak maju karna kelainan pada serviks yang
dinamakan distosia servikalis. Kelainan ini bisa bisa primer atau sekunder. Distosia
servikalis dinamakan primer kalau serviks tidak membuka karna tidak mengadakan
relaksasi berhubung dengan incoordinate uterine action. Penderita biasanya seorang
primigravida. Kala 1 menjadi lama, dan dapat diraba jelas pinggir serviks yang kaku

Diagnosis Sementara :
Inersia Uteri yaitu Kontraksi uterus yang lebih singkat,dan jarang daripada biasa

16

Penanganan distosia
1. Perhatian perlu ditujukan jangan sampai penderita menjadi letih, timbul dehidrasi dan
kegelisahan, persalinan jangan sampai terlalau lama, pemberian cairan secukupnya dsan obat
penenang bila perlu
2. Dengan pemberian klisma dan dengan teratur menahan menyuruh mengosongkan kandung
kemih biasanya his dapat diperbaiki. Kandung kemih yang penuh dapat menahan penurunan
bagian bawah janin. Begitu pula rektum yang penuh dengan skibala. Perubahan dalam
berbaring, dari telentang ke tidur miring dapat pula memperbaiki his. Seluruh penderita
mengambil posisi mana yang paling enak, mungkin duduk atau jalan. Yang terakhir jangan di
anjurkan pada penderita dengan ketuban pecah.
3. Pemecahan ketuban memang suatu tindakan yang dapat memacu persalinan. Hanya perlu
disadari bahwa dengan memecahkan ketuban kita terikat dengan waktu, agar persalinan
tersebut jangan berlangsung lama supaya tidak sampai timbul infeksi. Dalam waktu tertentu
partus harus diselesaikan. Lagi pula persyaratan untuk memecahkan ketuban perlu diketahui.
Kepala telah masuk di rongga panggul dan tidak ada disproporsi fetopelvik. Bila kepala
masih berada diatas pintu atas panggul dan tidak ada disproporsi fetopelvik. Bila kepala
masih berada diatas pintu atas panggul maka pemecahan ketuban dapat menimbulkan
prolapsus funikuli. Umumnya bila kepala sudah masuk rongga panggul dan pembukaan
swrviks telah 4-5 cm maka pemecahan ketuban akan menghasilkan his yang lebih baik dan
kala pembukaan akan menjadi lebih pendek.
4. Bila tidak berhasil maka pemberian infus oksitosin perlu dipikirkan. Dewasa ini telah ada
oksitosin sintesis yaitu sintosinon dan pitosin. Dalam pemberian oksitosin perlu diingat
bahwa enzim oksitosinase yang diproduksi di plasenta dapat menginaktifkan secara cepat
oksitosin yang diberikan itu. Oksitosinase diperkirakan bejerja sebagai pelindung kehamilan.
Kadar oksitosinase dalam plasma wanita hamil meningkat dengan tuanya kehamilan dengan
kadar yang bervariasi pula seperti abortus iminens, partus prematur, dsb. Peranannya dalam
klinik masih tetap belum dapat ditentukan.
Persyaratan pemberian infus oksitosin dalam dysfungtional labor
1. Harus ada tanda nyata bahwa his mundur. Pemberian infus oksitosin untuk meningkatkan
his pada partus yang sedang berlangsung normal kurang dapat dipertanggung jawabkan,
malahan dapat membahayakan.
2. Tidak ada disproporsi fetopelvik atau tumor/benda yang menghalang-halangi.
17

3. Sebaiknya janin dalam letak kepala. Prolaps tangan atau kaki, atau letak oblik adalah
suatu kontra-indikasi. Tidak dianjurkan pula pada letak bokong.
4. Janin harus dalam keadaan baik.
Bahaya pemberian infus oksitosin
1. Aktivitas miometrium yang sangat meningkat. Hiperkontraktilitas yang timbul 5 menit
atau lebih dapat meimbulkkan tekanan intrauterin lebih 25 mmhg dan ini dapat
mempengaruhi pengaliran O2 ke janin.
2. Ruptur uterus terjadi pada grande multipara atau bekas seksio sesarea, miomektomia atau
bila ada disproporsi fetopelvik
3. Intoksikasi air. Pemberian infus oksitosin dengan cairan bebab elektrolit dalam waktu
yang lama dapat membuat penderita mengandung air lebih banyak oleh karna oksitosin
dalam dosis 50 U/menit sebagai antidiuretika

Dampak persalinan lama pada ibu dan janin


1. Dampak Persalinan Lama Pada Ibu
Persalinan lama dapat menimbulkan konsekuensi serius bagi salah satu atau keduanya
sekaligus.

Infeksi Intrapartum
Infeksi adalah bahaya yang serius yang mengancam ibu dan janinnya pada partus lama,
terutama bila disertai pecahnya ketuban. Bakteri didalam cairan amnion menembus amnion
dan menginvasi desidua serta pembuluh korion sehingga terjadi bakterinemia dan sepsis pada
ibu dan janin. Pneumonia pada janin, akibat aspirasi cairan amnion yang terinfeksi, adalah
konsekuensi serius lainnya. Pemeriksaan serviks dengan jari tangan akan memasukkan
bakteri vagina kedalam uterus. Pemeriksaan ini harus dibatasi selama persalinan, terutama
apabila dicurigai terjadi persalinan lama.
Rupture Uteri
Penipisan abnormal segmen bawah uterus menimbulkan bahaya serius selama partus lama,
terutama pada ibu dengan paritas tinggi dan pada mereka dengan riwayat seksio sesarea.
18

Apabila disproporsi antara kepala janin dan panggul sedemikian besar sehingga kepala tidak
cakap (engaged) dan tidak terjadi penurunan, segmen bawah uterus menjadi sangat teregang
kemudian dapat menyebabkan rupture. Pada kasus ini, mungkin terbentuk cincin retraksi
patologis yang dapat diraba sebagai sebuah kista transversal

atau oblik yang berjalan

melintang di uterus antara simfisis dan umbilicus. Apabila dijumpai keadaan ini, diindikasikan
persalinan perabdominam segera.
Cincin Retraksi Patologis
Walaupun sagat jarang , dapat timbul kontriksi atau cincin lokal uterus pada persalinan yang
berkepanjangan. Tipe yang paling sering adalah cincin retraksi patologis Bandl, yaitu
pembentukan cincin retraksi normal yang berlebihan. Cincin ini sering timbul akibat
persalinan yang terlambat , disertai peregangan dan penipisan berlebihan. Kontriksi uterus
yang local jarang dijumpai saat ini karena terlambatnya persalinan secara berkepangan tidak
lagi dibiarkan dan kadang-kadang masih terjadi sebagai kontriksi jam pasir(hourglass
contriction) uterus setelah lahirnya kembar pertama serta kadang-kadang juga dapat
dilemaskan dengan anastesi umum yang sesuai dan janin dilahirkan secara normal, tetapi
kadang juga seksio sesarea yang dilakukan dengan segera menghasilkan prognosis yang lebih
baik bagi kembar kedua.
Pembentukan Fistula
Apabila bagian terbawah janin menekan kuat ke pintu atas panggul, tetapi tidak maju untuk
jangka waktu yang cukup lama, bagian jalan lahir yang terletak diantaranya dan dinding panggul
dapat mengalami tekanan berlebihan. Karena gangguan sirkulasi, dapat terjadi nekrosis yang
akan jelas dalam beberapa hari setelah melahirkan denganmunculnya fistula vesikovaginal,
vesikoservikal, atau rektovaginal. Umumnya nekrosis akibat tekanan ini pada kala dua yang
berkepanjangan.
Cedera Otot-otot Dasar Panggul
Suatu anggapan lama bahwa cedera otot-otot dasar panggul atau persarafan atau fascia
penghubungnya merupakan konsikuesi yang tidak relasikan dengan persalinan pervaginam,
terutama persalinannya yang sulit. Tapi sampai saat ini masih t.erdapat ketidakjelasan mengenai
19

insiden cedera dasar panggul akibat proses melahirkan dan informasi peran relative proses
obstetric yang mendahuluinya masih terbatas

2. Efek pada janin


Partus lama itu sendiri dapat merugikan. Apabila panggul sempit dan juga terjadi ketuban pecah
lama serta infeksi intrauterus, risiko janin dan ibu akan muncul. Infeksi intrapartum bukan saja
merupakan penyulit yang serius pada ibu, tetapi juga merupakan penyebab penting kematian
janin dan neonates. Hal ini disebabkan bakteri di dalam cairan amnion menembus selaputamnion
dan menginvasi desidua serta pembuluh korion, sehingga terjadi bakterimia pada ibu dan janin.
Pneumonia janin, akibat aspirasi cairan amnion yang terinfeksi, adalah konsekuensi serius
lainnya.
Kaput suksedaneum
Apabila panggul sempit, sewaktu persalinan sering terjadi kaput suksedaneum yang besar di
bagian terbawah kepala janin. Kaput ini dapat berukuran cukup besar dan menyebabakan
kesalahan diagnostic yang serius. Kaput dapat hamper mencapai dasar panggul sementara kepala
sendiri belum cakap. Dokter yang kurang berpengalaman dapat melakukan upaya secara
premature dan tidak bijak untuk melakukan ekstraksi forceps. Biasanya kaput suksedaneum,
bahkan yang besar sekalipun, akan menghilang dalam beberapa hari.
Molase kepala janin
Akibat tekanan his yang kuat, lempeng-lempeng tulang tengkoran saling bertumpang tindih satu
sama lain di sutura-sutura besar, suatu proses yang disebut molase. Biasanya batas median tulang
parietal yang berkontak dengan promontorium bertumpang tindih dengan tulang di sebelahnya;
hal yang sama terjadi pada tulang-tulang frontal. Namun, tulang oksipital terdorong ke bawah
tulang parietal. Perubahan-perubahan ini sering terjadi tanpa menimbulkan kerugian yang nyata.
Di lain pihak, apabila distorsi yang terjadi mencolok, molase dapat menyebabkan robekan
tentorium, laserasi pembuluh darah janin, dan perdarahan intracranial pada janin.

20

Tanda-tanda khas penekanan dapat terbentuk di kulit kepala, pada bagian kepala yang melewati
promontorium. Dari lokasi tanda-tanda tersebut, kita sering dapat memastikan gerakan yang
dialami kepala sewaktu melewati pintu atas panggul. Walaupun jarang, tanda-tanda serupa
timbul di bagian kepala yang pernah berkontak dengan simfisis pubis. Tanda-tanda ini biasanya
lenyap dalam beberapa hari.

Referensi
Mochtar ,rostam. Sinopsis Obstetri. Jilid 1 Edisi 3. Jakarta : EGC
Wiknojosastro, Hanifa,dkk. 2010. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono
Prawi
Prof.Dr.Anwar Muhammad.2011.Ilmu Kebidanan Edisi III.Jakarta:P.T.Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Edited by: www.medicalzone.org. Komunitas Mahasiswa Kedokteran Se-Indonesia

21

Anda mungkin juga menyukai