PENDAHULUAN
Latar Belakang
dan 4 adalah 28% pada usia 6 tahun dan 22,9% pada usia 7
tonsil masih agak tidak jelas tetapi dalam sebuah studi oleh
1
operasi . Jaringan hipertrofi memiliki efek peredam menyebabkan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 ANATOMI
Tonsil
peradangan.6
Cincin Waldeyer terdiri atas susunan kelenjar limfa yang terdapat di dalam rongga
mulut yaitu tonsil palatina (tonsil faucial), tonsil faring (adenoid), tonsil lingual
faring/Gerlachs tonsil).7
2
Tonsil Faringeal
Terletak pada dinding posterior dan atap nasofaring dan disebut adenoid
yang menyumbat jalan udara dari cavitas nasi melewati choana ke dalam
auditiva, dan peradangan dapat menyebar dari nasofaring melewati tuba auditiva
menuju rongga telinga tengah, menyebabkan otitis media, yang dapat berakibat
ketulian.7
Tonsila palatina
3
A.palatina ascendens dan cabang tonsilar A.facialis, cabang palatina desenden A.
N.maxillaris.7
Tonsila tubalis
Tonsila lingualis
lingua.7 Tonsil terletak di orofaring, terapit di antara arkus palatoglossus dan arkus
palatofaringeus. Dibatasi oleh kapsul fibrosa yang tipis, tonsil berbatas jelas dari
otot-otot faring. Pada usia muda, kebanyakan tonsil relatif besar, mungkin karena
aktivitas yang tinggi. Besarnya berbeda-beda dan tidak begitu penting, kecuali
Tonsil merupakan organ limfatik sekunder yang diperlukan untuk diferensiasi dan
yaitu:
2. Tempat produksi antibodi yang dihasilkan oleh sel plasma yang bersal dari
4
limfosit pada kedua organ tersebut. Limfosit T berkisar 40% dari seluruh limfosit
tonsil dan adenoid. Tonsil berfungsi mematangkan sel limfosit B dan kemudian
seluruh tubuh. Antigen dari luar, kontak dengan permukaan tonsil akan diikat dan
dibawa sel mukosa ( sel M ), antigen presenting cells (APCs), sel makrofag dan
Kemudian sel Th ini akan melepaskan mediator yang akan merangsang sel B. Sel
IgA. Sebagian sel B menjadi sel memori. Imunoglobulin (Ig)G dan IgA secara
fasif akan berdifusi ke lumen. Bila rangsangan antigen rendah akan dihancurkan
imun merupakan fungsi limfosit T yang akan mengontrol proliferasi sel dan
sampai 10 tahun. Tonsil mulai mengalami involusi pada saat puberitas, sehingga
produksi sel B menurun dan rasio sel T terhadap sel B relatif meningkat. Pada
Tonsilitis yang berulang dan inflamasi epitel kripta retikuler terjadi perubahan
epitel squamous stratified yang mengakibatkan rusaknya aktifitas sel imun dan
sistem sel B, serta menurunkan produksi antibodi. Kepadatan sel B pada sentrum
5
2.3 HISTOLOGI
yang terletak di rongga mulut. Tonsila palatina tidak dibungkus oleh kapsul
jaringan ikat. Akibatnya, permukaan tonsilla palatina dilapisi oleh epitel berlapis
gepeng tanpa lapisan tanduk (1,6 )yang juga melapisi bagian mulut lainnya.
(cryptae tonsilla) (3,9) yang juga dilapisi oleh epitel berlapis gepeng tanpa
lapisan tanduk (1,6). Dibawah epitel (1,6) dalam jaringan ikat terdapat banyak
nodulus limfoid (2) yang tersebar di sepanjang kriptus tonsil. Nodulus limfoid
sering menyatu dengan yang lain dan biasanya memperlihatkan pusat germinal
(7) yang berwarna lebih muda. Dibawah tonsilla palatina terdapat jaringan ikat
padat dan membentuk kapsul (4,10). Dari kapsul terbentuk jaringan ikat
trabekula dengan pembuluh darah (8). Jaringan ikat ini meluas kearah
6
A . Tonsil Normal B. Hipertrofi Tonsil
tonsil (panah kuning). Polaritas folikel limfoid adalah tanda dari hiperplasia
7
Gambar A (Tonsil normal) dan B (Hipertrofi tonsil) menunjukkan perbedaan
Pusat germinal terlihat pucat tetapi bukan dari warna yang sebenarnya.
Hal ini lebih gelap menuju medula, menunjukkan kumpulan dari berbagai jenis sel
center. Ada juga demarkasi yang tajam pada pusat germinal dari limfosit zona
karena di zona B-limfosit disusun melingkar dengan pola kulit bawang, dan dari
2.4 DEFENISI
secarat idak normal jaringan tonsil , ditandai oleh pembesaran folikel limfoid
penyakit, tapi merupakan hal yang dipicu oleh peningkatan aktivitas imunologi
limfoid dari saluran napas bagian atas tidak diketahui. Ada salah satu
8
dari proliferasi. H. influenza adalah bakteri yang paling sering terisolasi di
hipertrofi tonsil lainnya menjadi alpha dan streptokokus hemolitik beta spesies, S.
Aureus.4
2.5 ETIOPATOGENESIS
Aktivitas Imunologi
lingkungan tercemar sebagai penyebab utama dari hipertrofi tonsil. Tonsil dan
adenoid dari 67 anak-anak berusia 2-16 tahun (rata-rata 5,9 tahun) dibagi menjadi
tonsil (n = 21) dan hipertrofi tonsil tanpa riwayat tonsillitis (n = 25). Berikut ini
berulang. kultur bakteri positif untuk Streptococcus pyogenes jarang dalam kasus
hypertrophy tonsil. Jumlah T-limfosit yang lebih rendah dan proporsi basofil lebih
anak dengan hipertrofi tonsil, kedua parameter tersebut kontras menurun pada
mereka dengan tonsilitis berulang dimana apoptosis meningkat. Hal ini mungkin
9
tonsil meningkat pelepasan interleukin-4, yang bisa mencegah apoptosis limfoid
Umumnya tonsil mulai hipertrofi atau bertambah besar dalam tiga tahun
cenderung mengalami regresi pada masa pubertas, ketika jaringan limfoid reaktif
pembesaran folikel limfoid pada hipertrofi tonsil dan relatif meningkat pada
jauh.4
yaitu, epitel permukaan dan epitel kripta. Epitel tonsil ditandai sebagai
sampai 30 ikatan kripta, dan meluas dalam ke jaringan tonsilar. Jaringan limfoid,
yang didominasi IgD dan IgA memproduksi limfosit B (termasuk beberapa sel
plasma yang matur), limfosit T dan Antigen Precenting Cell. Jaringan limfoid
tonsil secara langsung terkena lingkungan luar melalui inspirasi udara atau dengan
10
epitel kripta matang adalah berpori dan memungkinkan penonjolan limfosit
melalui pori-pori ini yang memediasi response kekebalan tubuh. Ini menjelaskan
fungsi tonsil palatine berpartisipasi dalam inisiasi dan pemeliharaan respons imun
Keganasan
baru ini, namun, beberapa indikasi menunjukkan bahwa etiologi virus juga harus
di sekitar 60% dari karsinoma tonsil. Ketika tonsil termasuk dalam studi area
HPV adalah virus DNA beruntai ganda yang menginfeksi sel-sel basal epitel
dan dapat ditemukan sampai dengan 36% dari karsinoma sel skuamosa orfaring.
Meskipun lebih dari 100 strain telah diisolasi, HPV tipe 16 dan 18 yang paling
sering dikaitkan dengan kanker. Kode genom virus untuk Onkoprotein E6 dan E7,
melibatkan dasar lidah untuk tingkat variabel. Selain itu, penyebaran sering
11
melibatkan palatum molle atau nasofaring. Fossa tonsil dibatasi lateral oleh
getah bening. Nodus ini bukan nodus utama, tapi metastasis ke lokasi ini dapat
terjadi ketika limfatik tergangggu. metastasis jauh dari tonsil karsinoma sel
skuamous terjadi pada sekitar 15-30% pasien. Area yang paling umum adalah
tonsil dapat menyebabkan obstruksi jalan napas atas yang serius. Meskipun
menutup jalan orofaring, terutama ketika pasien berbaring. Keadaan ini dapat
menimbulkan tidur yang terganggu dan sering terbangun atau dapat menyebabkan
kejadian apneik aktual (apneu tidur obstruktif) serta berpotensi terjadinya gagal
jantung kanan kor polmunal. Walaupun apneu yang sebenarnya tidak terjadi,
hari, yang dapat bermanifestasi sebagai letargi atau hiperaktif pada anak. Anak
dengan usia yang lebih tua dapat mengalami kesulitan berkonsentrasi di sekolah.
Yang lebih berat dari pada tidur yang terganggu adalah timbulnya apneu tidur
obstruktif yang sebaiknuya dicurigai pada setiap pasien yang mengalami henti
pernapasan selama lebih dari 10 detik ketika tidur atau riwayat mendengkur yang
hebat dengan sering mengalami somnolen sepanjang hari. Tonsil yang membesar
dapat membuat anak kecil sulit makan, dan mengalami gagal tumbuh.13,17
12
2.7 PEMERIKSAAN TONSIL:
Lidah ditekan ke anterior dari tonsil hingga kelihatan pole bawah tonsil
a. Memeriksa besar tonsil
besar tonsil ditentukan sebagai berikut:
Friedman Staging
Grade 1 : tonsil berada dalam fossa tonsilaris
Grade 2 : tonsil mencapai arcus posterior
Grade 3 : tonsil melampaui arcus posterior tapi tidak mencapai midline
Grade 4 : tonsil mencapai midline16
b. Memeriksa mobilitas tonsil
Digunakan 2 spatula:
Spatula 1: posisi sama dengan diatas
13
Spatula 2: posisi ujungnya vertical menekan jaringan peritonsiler, sedikit
tenggorok
Radang spesifik: tuberkulosa
Tumor benigna: keras, fiksasi tonsil
Sikatrik: akibat tonsilektomi, insisi abses peritonsil
Korpus alienum: duri ikan, tulang
Pasien dengan karsinoma tonsil dapat hadir dengan massa leher.
14
mungkin cukup besar untuk melibatkan atau membungkus
terjadi pada anak adalah limfoma. Pada orang dewasa yang tidak
15
2.8 PENATALAKSANAAN
Antibiotik
limfosit pada tonsil dan adenoid . Hal ini dikonfirmasi dengan menemukan
efikasi antibiotik spektrum luas dalam perbaikan gejala dan komplikasi dari
hipertrofi tonsil.19
Kortikosteroid
ekspresi berbagai mediator dari respon inflamasi tonsil dan respon yang tepat
banyak reseptor steroid dan mRNA dalam jaringan adenoid telah mendukung
Kortikosteroid nasal telah terbukti mengurangi proliferasi sel dan produksi sitokin
Sleep Apneu
dapat tepat digunakan untuk kasus-kasus ringan dan sedang dari hipertrofi tonsil .
Obat-obatan juga dapat diberikan untuk pasien dengan hipertrofi tonsil berat bagi
16
siapa operasi berisiko tinggi . Namun , azitromisin tampak lebih efektif daripada
Tonsilektomi
pada anak-anak di Inggris.pada tahun 2006, ada 530 000 tonsilektomi dilakukan
pada anak lebih muda dari 15 tahun, merupakan 16% dari semua operasi dalam
Amerika Serikat, dengan lebih dari 530000 prosedur dilakukan pada anak
kesehatan dan kualitas hidup anak. Walaupun terdapat manfaat dari tonsilektomi,
muntah post operatif, perubahan suara, perdarahan, delayed feeding, dan jarang
kematian,20
dengan cara diseksi celah peritonsilar antara kapsul tonsil dan dinding muskular.20
Indikasi Tonsilektomi21,22
1. Serangan tonsilitis lebih dari tiga kali pertahun walaupun telah mendapatkan
17
2. Tonsil hipertrofi yang menimbulkan maloklusi dan menyebabkan gangguan
pertumbuhan orofasial.
3. Sumbatan jalan napas yang berupa hipertrofi tonsil dengan sumbatan jalan
pulmonal.
4. Rhinitis dan sinusitis yang kronik, peritonsilitis, abses peritonsil yang tidak
hemoliticus.
7. Hipertrofi tonsil yang dicurigai adanya keganasan.
8. Otitis media efusa/otitis media supuratif.
Komplikasi Tonsilektomy
Komplikasi pada operasi yang digambarkan antara lain mencakup trauma pada
gigi , laring , dinding faring , atau palatum molle ; intubasi sulit ; laringospasme ;
gagal jantung. Cedera pada struktur di dekatnya telah dilaporkan ,yaitu termasuk
luka bakar pada bibir, dan fraktur mandibula. Sedangkan komplikasi pasca operasi
termasuk mual , muntah , sakit , dehidrasi , otalgia ,edema paru post obstructive
penyakit jantung , atau perdarahan diatesis dan pada anak-anak dibawah dari 3
tahun.20
2.9 KOMPLIKASI
18
pulmonal, dan gagal jantung kanan.Pada kasus yang parah , pasien menderita
semua yang bisa kambuh akibat adenotonsilektomi. Obstruksi berat dari saluran
dilatasi ventrikel kanan, dan gagal jantung. Pneumonia juga dapat menjadi
BAB III
KESIMPULAN
tonsillectomy. Umumnya tonsil mulai hipertrofi atau bertambah besar dalam tiga
mekanisme patofisiologi yang tepat dari hipertrofi jaringan limfoid dari saluran
napas bagian atas tidak diketahui. Ada salah satu kemungkinan bahwa selama
19
neuroimmunomodulatory dalam tonsil, dan dalam menanggapi berbagai
menyebabkan obstruksi jalan napas atas yang serius. Keadaan ini dapat
menimbulkan tidur yang terganggu dan sering terbangun atau dapat menyebabkan
kejadian apneik aktual (apneu tidur obstruktif) serta berpotensi terjadinya gagal
DAFTAR PUSTAKA
1. Ameli F., Brocchetti F., Tosca M.A,dkk. Tonsil Volume And Allergic Rhinitis
2. Chae S., Hwang K., Lee D.J., dkk. The Incidence And Clinical Symptoms Of
3. Friberg D., Sundquist J., Li X., dkk. Sibling Risk Of Pediatric Obstructive
20
5. Hammarstrm I.L.,, Ericsson E., Hultcrantz E., dkk. Influence Of
Japan. 2013.:
8. Broek PV, Fenestra L. Buku Saku Ilmu Kesehatan Tenggorok, Hidung, dan
10. Eroschenko V.P. Atlas Histologi Difiore. Jakarta . EGC. 2000; 11: 216
http://www.epainassist.com
http://www.draustinent.com
13. Lemyze M., Raphael F. Enlarged Tonsils and Fatigue. American Academy of
21
14. Kokot N. Malignant Tonsil Tumor Surgery. Mar 2016. Diakses melalui
http://emedicine.medscape.com/article/848034-overview
15. Rukmini, Sri, Sri Herawati.. Teknik Pemeriksaan Telinga, Hidung &
16. Friedman M., Ibrahim H., Bass L. Clinical Staging For Sleep Disordered
17. Lucente , Frank E. Ilmu THT Esensial Edisi 5. Jakarta. EGC. 2011 : 388
18. Gonzales L., Diaz P., Delgado F., dkk. Lack Of Lymphoid Cell Apoptosis In
20. Baugh R.F., Archer S.M., ,. Mitchell R.B., dkk. Clinical Practice Guideline:
21. Soepardi, Efiaty Arsyad, Nurbaiti Iskandar, dkk. Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher Edisi Keenam. Jakarta: Fakultas
22