Anda di halaman 1dari 16

TONSILEKTOMI

A. Anatomi dan Fisiologi

(Sumber: Google.co.id)
Tonsil terdiri dari jaringan limfoid yang dilapisi oleh epitel respiratori. Cincin
Waldeyer merupakan jaringan limfoid yang membentuk lingkaran di faring yang terdiri
dari tonsil palatina, tonsil faringeal (adenoid), tonsil lingual, dan tonsil tubal.
1. Tonsil Palatina
Tonsil palatina adalah suatu massa jaringan limfoid yang terletak di dalam fosa
tonsil pada kedua sudut orofaring, dan dibatasi oleh pilar anterior (otot palatoglosus)
dan pilar posterior (otot palatofaringeus). Tonsil berbentuk oval dengan panjang 2-5
cm, masing-masing tonsil mempunyai 10-30 kriptus yang meluas ke dalam jaringan
tonsil. Tonsil tidak selalu mengisi seluruh fosa tonsilaris, daerah yang kosong
diatasnya dikenal sebagai fosa supratonsilar.
Tonsil terletak di lateral orofaring. Dibatasi oleh:
a. Lateral – muskulus konstriktor faring superior Anterior – muskulus palatoglosus.
b. Posterior – muskulus palatofaringeus Superior – palatum mole
c. Inferior – tonsil lingual
Permukaan tonsil palatina ditutupi epitel berlapis gepeng yang juga melapisi
invaginasi atau kripti tonsila. Banyak limfanodulus terletak di bawah jaringan ikat
dan tersebar sepanjang kriptus. Limfonoduli terbenam di dalam stroma jaringan
ikat retikular dan jaringan limfatik difus. Limfonoduli merupakan bagian penting
mekanisme pertahanan tubuh yang tersebar di seluruh tubuh sepanjang jalur
pembuluh limfatik. Noduli sering saling menyatu dan umumnya memperlihatkan
pusat germinal.
2. Tonsil Faringeal (Adenoid)
Adenoid merupakan masa limfoid yang berlobus dan terdiri dari jaringan
limfoid yang sama dengan yang terdapat pada tonsil. Lobus atau segmen tersebut
tersusun teratur seperti suatu segmen terpisah dari sebuah ceruk dengan celah atau
kantong diantaranya. Lobus ini tersusun mengelilingi daerah yang lebih rendah di
bagian tengah, dikenal sebagai bursa faringeus. Adenoid tidak mempunyai kriptus.
Adenoid terletak di dinding belakang nasofaring. Jaringan adenoid di nasofaring
terutama ditemukan pada dinding atas dan posterior, walaupun dapat meluas ke fosa
Rosenmuller dan orifisium tuba eustachius. Ukuran adenoid bervariasi pada masing-
masing anak. Pada umumnya adenoid akan mencapai ukuran maksimal antara usia 3-
7 tahun kemudian akan mengalami regresi
3. Tonsil Lingual
Tonsil lingual terletak di dasar lidah dan dibagi menjadi dua oleh ligamentum
glosoepiglotika. Di garis tengah, di sebelah anterior massa ini terdapat foramen sekum
pada apeks, yaitu sudut yang terbentuk oleh papilla sirkumvalata.
4. Fosa Tonsil
Fosa tonsil dibatasi oleh otot-otot orofaring, yaitu batas anterior adalah otot
palatoglosus, batas posterior adalah otot palatofaringeus dan batas lateral atau dinding
luarnya adalah otot konstriktor faring superior. Berlawanan dengan dinding otot yang
tipis ini, pada bagian luar dinding faring terdapat nervus ke IX yaitu nervus
glosofaringeal.
5. Aliran getah bening
Aliran getah bening dari daerah tonsil akan menuju rangkaian getah bening
servikal profunda (deep jugular node) bagian superior di bawah muskulus
sternokleidomastoideus, selanjutnya ke kelenjar toraks dan akhirnya menuju duktus
torasikus. Tonsil hanya mempunyai pembuluh getah bening eferan sedangkan
pembuluh getah bening aferen tidak ada.
6. Persarafan
Tonsil bagian bawah mendapat sensasi dari cabang serabut saraf ke IX (nervus
glosofaringeal) dan juga dari cabang desenden lesser palatine nerves.
7. Imunologi Tonsil
Tonsil merupakan jaringan limfoid yang mengandung sel limfosit. Limfosit B
membentuk kira-kira 50-60% dari limfosit tonsilar. Sedangkan limfosit T pada tonsil
adalah 40% dan 3% lagi adalah sel plasma yang matang. Limfosit B berproliferasi di
pusat germinal. Immunoglobulin (IgG, IgA, IgM, IgD), komponen komplemen,
interferon, lisozim dan sitokin berakumulasi di jaringan tonsilar. Sel limfoid yang
immunoreaktif pada tonsil dijumpai pada 4 area yaitu epitel sel retikular, area
ekstrafolikular, mantle zone pada folikel limfoid dan pusat germinal pada folikel
ilmfoid.
Tonsil merupakan organ limfatik sekunder yang diperlukan untuk diferensiasi
dan proliferasi limfosit yang sudah disensitisasi. Tonsil mempunyai 2 fungsi utama
yaitu 1) menangkap dan mengumpulkan bahan asing dengan efektif; 2) sebagai organ
utama produksi antibodi dan sensitisasi sel limfosit T dengan antigen spesifik.
B. Definisi
Tonsilitis adalah terdapatnya peradangan umum dan pembengkakan dari jaringan tonsil
dengan pengumpulan lekosit, el-sel epitel mati dan bakteri patogen dalam kripta.
Tonsilektomi adalah suatu tindakan invasif yang dilakukan untuk mengambil tonsil
dengan atau tanpa adenoid.
C. Etiologi
Penyebab tonsilitis adalah virus dan bekteri sebagian besar disebabkan oleh virus yang
merupakan juga faktor predisposisi dari infeksi bakterial.
Golongan Virus :
 Adenovirus
 Virus echo
 Virus influenza
Golongan Bakteri :
 Streptococcus
 Mycrococcus
 Corine bakterium diphterial
Pembesaran tonsil jarang merupakan indikasi untuk pengakalan kebanyakan anak-anak
mempunyai tonsil yang besar, yang ukuranya akan menurun sejalan dengan perlambatan
usia.
Tonsilektomi dilakukan hanya jika pasien mempunyai masalah-masalah berikut :
1. Menderita tonsillitis berulang
2. Hipertrofi tonsil dan adenoid yang dapat menyebabkan obstruksi.
3. Kecurigaan keganasan tonsil pada orang dewasa muda dan dewasa.
4. Indikasi khusus anak adalah tonsillitis rekurens yang kambuh lebih dari 3 kali,
hyperplasia setelah infeksi mononukleus dan riwayat demam rheumatik dengan
gangguan jantung yang berhubungan dengan tonsillitis kronik yang sukar diatasi
dengan antibiotic.
5. Tonsilektomi pada orang dewasa dapat dikerjakan dalam narkose atau dengan
anestesi local, pada anak biasanya dilakukan dalam narkose.
D. Tanda dan Gejala
1. Tengorokan terasa kering, atau rasa mengganjal di tenggorokan (leher)
2. Nyeri saat menelan (nelan ludah ataupun makanan dan minuman) sehingga menjadi
malas makan.
3. Nyeri dapat menjalar ke sekitar leher dan telinga.
4. Demam, sakit kepala, kadang menggigil, lemas, nyeri otot.
5. Dapat disertai batuk, pilek, suara serak, mulut berbau, mual, kadang nyeri perut,
pembesaran kelenjar getah bening (kelenjar limfe) di sekitar leher.
6. Adakalanya penderita tonsilitis (kronis) mendengkur saat tidur (terutama jika disertai
pembesaran kelenjar adenoid (kelenjar yang berada di dinding bagian belakang antara
tenggorokan dan rongga hidung).
7. Pada pemeriksaan, dijumpai pembesaran tonsil (amandel), berwarna merah, kadang
dijumpai bercak putih (eksudat) pada permukaan tonsil, warna merah yang
menandakan peradangan di sekitar tonsil dan tenggorokan.
E. Komplikasi
Tonsilektomi merupakan tindakan bedah yang dilakukan dengan anestesi lokal maupun
umum, sehingga komplikasi yang ditimbulkan merupakan gabungan komplikasi tindakan
bedah dan anestesi.
1. Komplikasi anestesi
Komplikasi anestesi ini terkait dengan keadaan status kesehatan pasien.
Komplikasi yang dapat ditemukan berupa :
1) Laringosspasme
a. Gelisah pasca operasi
b. Mual muntah
c. Kematian saat induksi pada pasien dengan hipovolemi
d. Induksi intravena dengan pentotal bisa menyebabkan hipotensi dan henti jantung
e. Hipersensitif terhadap obat anestesi.
2. Komplikasi Bedah
a. Perdarahan
b. Komplikasi tersering (0,1-8,1 % dari jumlah kasus). Perdarahan dapat terjadi
selama operasi,segera sesudah operasi atau dirumah. Kematian akibat perdarahan
terjadi pada pasien sebanyak 1 dari 100 pasien kembali karena perdarahan dan
dalam jumlah yang sama membutuhkan transfusi darah.
c. Nyeri
Nyeri pasca operasi muncul karena kerusakan mukosa dan serabut saraf
glosofaringeus atau vagal, inflamasi dan spasme otot faringeus yang menyebabkan
iskemia dan siklus nyeri berlanjut sampai otot diliputi kembali oleh mukosa,
biasanya 14-21 hari setelah operasi
3. Komplikasi pasca bedah
Pasca bedah, komplikasi yang terjadi kemudian (intermediate complication) dapat
berupa perdarahan sekunder, hematom dan edem uvula, infeksi, komplikasi paru dan
otalgia. Perdarahan sekunder adalah perdarahan yang terjadi setelah 24 jam pasca
bedah. Umumnya terjadi pada hari ke 5 ¬ 10. Jarang terjadi dan penyebab tersering
adalah infeksi serta trauma akibat makanan; dapat juga oleh karena ikatan jahitan yang
terlepas, jaringan granulasi yang menutupi fosa tonsil terlalu cepat terlepas sebelum
luka sembuh sehingga pembuluh darah di bawah-nya terbuka dan terjadi perdarahan.
Perdarahan hebat jarang terjadi karena umumnya berasal dari pembuluh darah
permukaan.
Late complication pasca tonsilektomi dapat berupa jaringan parut di palatum
mole. Bila berat, gerakan palatum terbatas dan menimbulkan ri nolalia. Komplikasi
lain adalah adanya sisa jaringan tonsil. Bila sedikit umumnya tidak menimbulkan
gejala, tetapi bila cukup banyak dapat mengakibatkan tonsilitis akut atau abses
peritonsil.
4. Komplikasi lain
Dehidrasi, demam, kesulitan bernapas, gangguan terhadap suara, aspirasi, otalgia,
pembengkakan uvula, stenosis faring, lesi dibibir, lidah, gigi dan pneumonia.

F. Patofisiologi
1. Narasi
Pada waktu anak lahir belum mempunyai folikal dan biasanya berukuran kecil,
dengan demikian habisnya material antibodi, maka secara berangsur terjadi pembesaran
tonsil. Pembesaran ini dapat melebihi normal, oleh karena infeksi saluran pernafasan
berat. Pembesaran tonsil yang sampai menimbulkan gangguan serius biasanya terjadi
pada anak berumur 3-5 tahun. Keadaan ini ditandai dengan gangguan bernafas atau
gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi, karena usia tersebut mudah menderita infeksi
saluran nafas atas. Apabila satu atau dua tonsil meradang membesar sampai ketengah
uvofaring maka sebaiknya dilakukan tindakan pengangkatan tonsil atau disebut
Tonsilektomi.
2. Patway

Bakteri Virus

(dalam udara & makanan) (dalam udara & makanan)

Peradangan tonsil Prod. Secret berlebih

Bersihan jln nafas tidak efektif


Tonsillitis

Pembesaran tonsil
Peningkatan suhu tubuh

Benda asing di jln nafas

Diproses

Obst. Jln nafas


Kekurangan vol. cairan

Obs. mekanik

Gangguan rasa
Bersihan jln nafas tdk efektif nyaman (nyeri)
Resiko kerusakan
menelan
Tonsilektomi

Kurang pemahaman Resiko


perdarahan anoreksia

Kurang pengetahuan Darah di sal. nafas


Resiko perub. Nutrisi kurang
dari kebutuhan
Bersihan jln nafas tidak efektif

WWW.PERAWATTEGAL.WORDPRESS.COM
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Golongan darah.
2. Kadar Hb
3. Hitung Leukosit dan Hitung Jenis
4. Untuk penentuan kadar klorida keringat atau imunoglobulin serum mengevaluasi
diagnosis banding medis yang mencakup fibrosis kistik atau imunodefisiensi.
H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan tonsilitis secara umum, menurut Firman S, 2016 :
1. Jika penyebabnya bakteri, diberikan antibiotik peroral (melalui mulut) selama 10 hari,
jika mengalami kesulitan menelan, bisa diberikan dalam bentuk suntikan.
2. Pengangkatan tonsil (tonsilektomi) dilakukan jika :
a. Tonsilitis terjadi sebanyak 7 kali atau lebih / tahun.
b. Tonsilitis terjadi sebanyak 5 kali atau lebih / tahun dalam kurun waktu 2 tahun.
3. Tonsilitis terjadi sebanyak 3 kali atau lebih / tahun dalam kurun waktu 3 tahun.
4. Tonsilitis tidak memberikan respon terhadap pemberian antibiotik.

Tonsilektomi menurut Firman S (2016), yaitu :

1. Perawatan Prabedah
Diberikan sedasi dan premedikasi, selain itu pasien juga harus dipuasakan,
membebaskan anak dari infeksi pernafasan bagian atas.
2. Teknik Pembedahan
Anestesi umum selalu diberikan sebelum pembedahan, pasien diposisikan terlentang
dengan kepala sedikit direndahkan dan leher dalam keadaan ekstensi mulut ditahan
terbuka dengan suatu penutup dan lidah didorong keluar dari jalan. Penyedotan harus
dapat diperoleh untuk mencegah inflamasi dari darah. Tonsil diangkat dengan diseksi /
quillotine. Metode apapun yang digunakan penting untuk mengangkat tonsil secara
lengkap. Perdarahan dikendalikan dengan menginsersi suatu pak kasa ke dalam ruang
post nasal yang harus diangkat setelah pembedahan. Perdarahan yang berlanjut dapat
ditangani dengan mengadakan ligasi pembuluh darah pada dasar tonsil.
3. Perawatan Paska-bedah
a. Berbaring ke samping sampai bangun kemudian posisi mid fowler.
b. Memantau tanda-tanda perdarahan
1) Menelan berulang
2) Muntah darah segar
3) Peningkatan denyut nadi pada saat tidur
c. Diet
1) Memberikan cairan bila muntah telah reda
a) Mendukung posisi untuk menelan potongan makanan yang besar (lebih
nyaman dari ada kepingan kecil).
b) Hindari pemakaian sedotan (suction dapat menyebabkan perdarahan).
2) Menawarkan makanan
a) Es crem, crustard dingin, sup krim, dan jus.
b) Refined sereal dan telur setengah matang biasanya lebih dapat dinikmati pada
pagi hari setelah perdarahan.
c) Hindari jus jeruk, minuman panas, makanan kasar, atau banyak bumbu selama
1 minggu.
3) Mengatasi ketidaknyamanan pada tenggorokan
a) Menggunakan ice color (kompres es) bila mau
b) Memberikan anakgesik (hindari aspirin)
c) Melaporkan segera tanda-tanda perdarahan.
d) Minum 2-3 liter/hari sampai bau mulut hilang.
4) Mengajari pasien mengenal hal berikut
a) Hindari latihan berlebihan, batuk, bersin, berdahak dan menyisi hidung segera
selama 1-2 minggu.
b) Tinja mungkin seperti teh dalam beberapa hari karena darah yang tertelan.
c) Tenggorokan tidak nyaman dapat sedikit bertambah antara hari ke-4 dan ke-
8 setelah operasi.
I. Konsep Keperawatan
1. Wawancara
a. Kaji identitas klien
b. Kaji adanya riwayat penyakit sebelumnya dan penyakit keluarga (tonsillitis)
c. Apakah pengobatan adekuat
d. Kapan gejala itu muncul
e. Apakah mempunyai kebiasaan merokok
f. Bagaimana pola makannya
g. Apakah rutin / rajin membersihkan mulut
2. Pemeriksaan fisik
a. Aktivitas / istirahat
Gejala : - kelemahan
- kelelahan (fatigue)
b. Sirkulasi
Tanda : - Takikardia
- Hiperfentilasi (respons terhadap aktivitas)
c. Integritas Ego
Gejala : - Stress
- Perasaan tidak berdaya
Tanda : - Tanda- tanda ansietas, mual : gelisah, pucat, berkeringat, perhatian
menyempit
d. Eliminasi
Gejala : Perubahan pola berkemih
Tanda : Warna urine mungkin pekat
e. Maknan / cairan
Gejala: - Anoreksia
- Masalah menelan
- Penurunan menelan

Tanda :- Membran mukosa kering

- Turgor kulit jelek

f. Nyeri / kenyamanan
Gejala : - Nyeri pada daerah tenggorokan saat digunakan untuk menelan
- Nyeri tekan pada daerah sub mandibula.
- Faktor pencetus : menelan ; makanan dan minuman yang dimasukkan
melalui oral, obat-obatan
Tanda : Wajah berkerut, berhati-hati pada area yang sakit, pucat, berkeringat,
perhatian menyempit
J. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan pembengkakan jaringan; insisi bedah
b. Bersihan jalan bafas tidak efektif berhubungan dengan dengan obstruksi nafas karena
adanya benda asing; produksi secret.
c. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang pemahaman, pemajaran / mengingat.
d. Resiko kekurangan vol. cairan berhubungan dengan resiko perdarahan akibat tindakan
operatif tonsilektomi
e. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan dengan anoreksia
; kesulitan menelan.
K. Intervensi dan Rasional
Dx 1 : Nyeri berhubungan dengan pembengkakan jaringan; insisi bedah.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan diharapkan nyeri pasien berkurang dan pembengkakan
hilang.
Kriteria Hasil :
• Melaporkan / menunjukkan nyeri hilang/ terkotrol
• Melaporkan bias beristurahat
Intervensi :
Mandiri
a. Berikan tindakan nyaman (pijatan punggung,perubhan posisi) dan aktifitas hiburan
R/ Meningkatkan relaksasi dan membantu pasien memfokuskan perhatian pada sesuatu
disamping diri sendiri/ketidaknyamanan.
b. Dorong pasien untuk mengeluarkan saliva atau penghisap mulut dengan hati-hati bila
tidak mampu menelan
R/ Menelan menyebabkan aktifitas otot yang dapat menimbulkan nyeri karena adanya
edema/regangan jahitan.
c. Selidiki perubahan karakteristik nyeri,periksa mulut jahitan atau trauma baru
R/ Dapat menunjukkan terjadinya komplikasi yang memerlukan evaluasi lanjut /
intervensi jaringan yang terinflamasi dan kongesti,dapat dengan mudah mengalami
trauma dengan penghisapan kateter,selang makanan.
d. Catat indikator non verbal dan respon automatik terhadap nyeri,evaluasi efek analgesik
.
R/ Alat menentukan adanya nyeri,kebutuhan terhadap keefektifan obat.
e. Jadwalkan aktifitas perawatan untuk keseimbangan dengan periode tidur manajemen
stress contoh : teknik relaksasi, bimbingan imajinasi.
R/ mencegah kelekahan / terlalu lelah dan dapat meningkatkan koping terhadap stress /
ketidaknyamanan
Kolaborasi
f. Berikan irigasi oral, anestesi sprei dan kumur-kumur. Anjurkan pasien melakukan irigasi
sendiri.
R/ Memperbaiki kenyamanan, meningkatkan penyembuhan dan menurunkan bau mulut.
Bahan pencuci mulut berisi alcohol / fenol harus dihindari karena mempunyai efek
mengeringkan
g. Berikan analgetik terhadap stress / ketidaknyamanan.
R/ Meningkatkan rasa sehat, tidak menurunkan kebutuhan analgesic dan meningkatkan
penyembuhan.
h. Meningkatkan rasa sehat, tidak menurunkan kebutuhan analgesic dan meningkatkan
penyembuhan.
R/ Derajat nyeri sehubungan dengan luas dan dampak psikologi pembedahan sesuai
dengan kondisi tubuh.
Dx 2 : Bersihan jalan bafas tidak efektif berhubungan dengan dengan obstruksi
nafas karena adanya benda asing; produksi secret.
Tujuan : Mempertahankan kepatenan jalan nafas dengan bunyi nafas bersih/jelas
Kriteria Hasil :
• Mengeluarkan/membersihnya secret dan bebas aspirasi
• Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki/mempertahankan jalan nafas bersih dalam
tingkat kemampuan/situasi
Intervensi :
Mandiri
a. Awasi frekuensi/kedalaman pernafasan.catat kemudahan bernafas.auskultasi bunyi
nafas.selidiki kegelisahan
R/ Perubahan pada pernafasan.penggunaan otot aksesori pernafasan,dan/adanya
ronki/mengi diduga ada retensi sekret.Obstruksi jalan nafas( meskipun sebagian)dapat
menimbulkan tidak efektifnya pol;a pernafasan dan gangguan pertukaran gas,contoh
henti nafas.
b. Dorong menelan bila pasien mampu
R/ Mencegah pengumpulan sekret oral,menurunkan resiko aspirasi. Catatan: menelan
terganggu bila epiglotis diangkat dan/edema pasca operasi bermakna dan nyeri terjadi
c. Dorong batuk efektif dan nafas dalam
R/ Mobilisasi sekret untuk membersihkan jalan nafas dan membantu mencegah
komplikasi pernafasan.
Kolaborasi
d. Berikan humidifikasi tambahan,contoh tekanan udara/oksigen penahan leher
berupa,humidifier ruangan,peningkatan masukan cairan.
R/ Fisiologi normal( hidung/jalan hidung)berarti menyaring atau melembabkan udara
yang lewat.tambahan kelembaban menurunkan mengerasnya mukosa dan memudahkan
batuk/penghisapan sekret melalui stoma.
e. Awasi seri GDA/nadi oksimetri,foto dada
R/ Pengumpulan sekret/adanya atelektasis dapat menimbulkan pneumonia yang
memerlukan tindakan terapi lebih agresif
Dx 3 : Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang pemahaman, pemajaran /
mengingat.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, pasien atau keluarga dapat memahami
penyakit yang di derita.
Kriteria Hasil :
• Pasien atau keluarga memahami mengenai penyakit yang di derita pasien
Intervensi
Mandiri
a. Kaji ulang prosedur pembedahan khusus dan harapan pascaoperasi
R/ Memberikan dasar pengetahuan dimana pilihan informasi dapat dibuat dan tujuan
dapat disusun
b. Berikan perhatian tentang gangguan ukuran/gambaran tubuh
R/ Antisipasi masalah dapat membantu dalam menerima situasi yang memburuk
c. Kaji ulang program pengobatan,dosis,dan efek samping
R/ Pengetahuan dapat meningkatkan kerja sama dengan program terapi dan
mempertahankan jadwal
d. Anjurkan menghindari alkohol
R/ Dapat mempengaruhi disfungsi hati/pankreas
e. Diskusikan tanggungjawab untuk perawatan diri dengan pasien/orang terdekat
R/ Kerja sama sangat penting untuk keberhasilan hasil setelah prosedur
f. Dorong latihan progresif/keseimbangan program aktivitas dengan periode istirahat
adekuat
R/ Meningkatkan berat badan,meningkatkan tonus otot dan meminimalkan
pascaoperasi yang juga mencegah kelemahan yang tak perlu
Dx 4: Resiko kekurangan vol. cairan berhubungan dengan resiko perdarahan akibat
tindakan operatif tonsilektomi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan 2×24 jam kekurangan volume cairan pada pasien
teratasi.
Kriteria Hasil :
• Keseimbangan cairan yang adekuat
• Pengeluaran urine individu yang sesuai
Intervensi
Mandiri
a. Catat karakteristik muntah dan atau drinase
R/ Membantu dalam membedakan penyebab distres gaster kandungan empedu kuning
kehijauan menunjukkan bahwa pylorus terbuka
b. Awasi tanda vital:bandingkan dengan hasil normal pasien/sebelumnya.ukut TD dengan
posisi duduk,berbaring,berdiri bila perlu
R/ Perubahan TD dann nadi dapat digunakan untuk perkiraan kasar kehilangan darah
c. Ukur kehilangan darah/cairan melalui muntah,penghisapan gaster/lavase dan deteksi
R/ Memberikan pedoman untuk penggantian cairan
d. Pertahankan pencatatan akurat subtotal cairan/darah selama terapi penggantian
R/ Potensial kelebihan tranfusi cairan,khususnya bila volume tambahan diberikan
sebelum tranfusi darah
e. Catat tanda perdarahan baru setelah terhentinya pendarahan awal
R/ Meningkatkan kepenuhan/distensi abdominal,mual/muntah baru dan diare baru
dapat menunjukkan perdarahan ulang
Kolaborasi
f. Berikan cairan atau darah sesuai indikasi
R/ Penggantian cairan tergantung pada derajat hipovolemia dan lamanya
perdarahan(akut atau kronis)
g. Darah lengkap segar atau kemasan sel darah merah
R/ Darah lengkap segar diindikasikan untuk perdarahan akut dengan syok karena darah
simpanan dapat kekurangan factor pembekuan
h. Masukkan/pertahankan selang NG pada perdarahan akut
R/ Memberikan kesempatan untuk menghilangkan sekresi iritan gaster,darah,bekuan.

Dx 5: Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan dengan anoreksia
; kesulitan menelan

Tujuan : Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi


Kriteria hasil :
 Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
 Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
Intervensi
a. Kaji kemampuan untuk mengunyah, merasakan dan menelan
R/ Lesi mulut, tenggorokan dan implamasi pada tonsil dapat menyebabkan disfagia,
penurunan kemampuan pasien untuk mengolah makanan dan mengurangi keinginan untuk
makan
b. Hilangkan rangsangan lingkungan yang berbahaya atau kondisi yang membentuk reflek
gagal
R/ Mengurangi stimulus pusat muntah di medulla
c. Berikan perawatan mulut terus menerus, awasi tindakan pencegahan sekresi. Hindari obat
kumur yang mengandung alkohol
R/ Mengurangi ketidaknyamanan yang berhubungan dengan mual/muntah, lesi, oral,
pengeringan mukosa. Mulut yang bersih meningkatkan nafsu makan
d. Melibatkan pasien dalam memberikan perasaan kontrol lingkungan dan mungkin
meningkatkan pemasukan.
R/ Memenuhi kebutuhan akan makanan non institusional mungkin juga meningkatkan
pemasukan
e. Berikan obat yang antiemetik misal: Ranitidin
R/ Mengurangi insiden muntah, meningkatkan fungsi gaster
f. Berikan suplemen vitamin
R/ Kekurangan vitamin terjadi akibat penurunan pemasukan makanan dan ataun kegagalan
menguyah dan absorpsi dalam sistem gastrointestinal
L. Evaluasi
a. Nyeri berkurang atau hilang
b. Bersihan jalan nafas efektif dan tidak ada produksi secret.
c. Dapat memahami mengenai penyakit yang di derita pasien.
d. Keseimbangan cairan tetap adekuat
e. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
DAFTAR PUSTAKA
Muhtar. (2016). ASKEP TONSILEKTOMI. Diakses pada tanggal 16 februari 2018.
https://id.scribd.com
Norman Ritongga. (2013). TONSILEKTOMI. Diakses pada tanggal 15 februari 2018.
https://id.scribd.com
Priatna Asep. (2017). ASUHAN KEPERAWATAN TONSILEKTOMI. Diakses pada
tanggal 15 februari 2018. https://id.scribd.com
Winara Airlangga. (2016). Laporan Pendahuluan Tonsilektomi. Diakses pada tanggal
15 februari 2018. https://id.scribd.com

Anda mungkin juga menyukai