Anda di halaman 1dari 4

MUHAMMAD IRFAN HIDAYAT

I4A011018
XXV-J

dr. Sani Widjaja, Sp.KK


TUGAS BELAJAR ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
1. Jelaskan definisi Morbus Hansen
Morbus Hansen (MH) adalah penyakit infeksi yang menular dan menahun
pada manusia oleh Mycobacterium leprae yang menyerang terutama saraf
perifer dan kulit, kecuali SSP.1
2. Sebutkan pembagian MH:
a. Menurut WHO1,2
1.
Pausibasiler (PB)
2.
Multibasiler (MB)
b. Menurut Ridley & Jopling1,2
1.
TT (Polar Tuberkuloid)
2.
BT (Borderline Tuberkuloid)
3.
BB (Borderline)
4.
BL (Borderline Lepromatosa)
5.
LL (Polar Lepromatosa)
3. Sebutkan jenis pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis
MH2,3
1. Pemeriksaan Bakteriologi
Menentukan diagnosis, klasifikasi, respon pengobatan, prognosis, dan

epidemiologis.
Sampel : Lesi paling aktif (hindari wajah).
Diperiksa 6 tempat, dan minimal 3 tempat (lesi paling aktif & kedua

cuping telinga).
Dibuat kerokan dermis dg skalpel.
Pengecatan Zeihl Neelsen, Modifikasi ZN, Tan Thiam Hok.
2. Pemeriksaan Histopatologi
Untuk memastikan gambaran klinik atau penentuan klasifikasi kusta.
Pewarnaan Hematoxillin-Eosin (HE) dan pengecatan tahan asam.
Pemeriksaan menggunakan teknik imunoperoksidase: antigen PGL-1

(phenolic glycolipid-1) & antigen LAM (lipoarabinomanan).


3. Pemeriksaan Serologi
Uji MLPA (Mycobacterium Leprae Particle Aglutination)
Uji ELISA (Enzime Linked Immuno-sorbent Assay)
ML dipstick test

MUHAMMAD IRFAN HIDAYAT


I4A011018
XXV-J

4. Pemeriksaan PCR
4. Apa yang dimaksud: Index Bakteriologik (IB) dan Index Morphologik
(IM)
Index bakteriologik adalah index yang menunjukkan kepadatan basil
(BTA, M. leprae) pada sediaan hapus yang menggambarkan jumlah bakteri

penderita.1
Index morphologik adalah persentase BTA bentuk utuh (solid), terhadap
seluruh BTA (bentuk solid & non solid).1

5. Sebutkan gambaran klinis khas:


a. MH tipe Pausi Basiler (3 buah)4
1. Lesi kulit dengan gangguan sensasi.
2. Penebalan saraf tepi.
3. Lesi <5
b. MH tipe Multi Basiler (3 buah)4
1. Fasia sionina (madarosis, saddle nose, cuping telinga menebal).
2. Mutilasi
3. Lesi >5
6. Apa yang dimaksud reaksi lepra (definisi)
Keadaan terjadinya eksaserbasi akut pada penderita MH yang ditandai
dengan:
Bertambahnya lesi
Lesi yang ada menjadi lebih eritematous dan edematous
dengan atau tanpa disertai gejala-gejala konstitusi.1
7. Sebutkan jenis reaksi lepra dan gambaran klinis yang khas
1. Reaksi tipe I (Reaksi Reversal)2
Terjadi karena imunitas seluler (hipersensitivitas tipe IV).
Terjadi pada: BB, BL, BT.
Kulit : lesi lama lebih eritem, ulserasi, edem, panas dan malaise.
Saraf : membesar, nyeri, fungsi dpt terganggu.
Dapat berlangsung lebih dari 6 minggu.
2. Reaksi tipe II (Eritema Nodusum Leprosum)2
Diperantarai terbentuknya imun komplex: reaksi hipersensitivitas tipe
III.

MUHAMMAD IRFAN HIDAYAT


I4A011018
XXV-J

Terjadi pada: LL, kadang-kadang BL.


Kulit : nodus nyeri, ulserasi, demam, malaise.
Saraf : lunak, nyeri, fungsi dpt terganggu.
Mata : lunak, nyeri, visus menurun, merah.
Testis : lunak, nyeri, membesar.
8. Jelaskan penatalaksanaan secara (Lage Artis):
a. MH tipe PB4
1. Memberikan pengobatan MDT (Rifampisin & Dapson)

Rifampisin 600 mg/bulan

Dapson 100 mg/hari


2. Meminta pasien untuk meminum 2 jenis obat kusta secara langsung di
bawah pengawasan pada hari pertama.
3. Meminta pasien untuk kontrol setiap 1 bulan untuk meminum obat
(rifampisin) dibawah pengawasan sekaligus melakukan pemeriksaan
klinis.
4. Meminta pasien untuk kontrol setiap 6 bulan untuk pemeriksaan lab
sekaligus pemeriksaan klinis dan meminum obat (rifampisin) dibawah
pengawasan.
5. Meminta pasien untuk patuh minum obat selama 12 bulan.
b. MH tipe MB4
1. Memberikan pengobatan MDT (Rifampisin, Klofazimin, Dapson)
Rifampisin 600 mg/bulan
Klofazimin 300 mg/bulan & 50 mg/hari
Dapson 100 mg/hari
2. Meminta pasien untuk meminum 3 jenis obat kusta secara langsung di
bawah pengawasan pada hari pertama.
3. Meminta pasien untuk kontrol setiap 1 bulan untuk meminum obat
(rifampisin & klofazimin) dibawah pengawasan sekaligus melakukan
pemeriksaan klinis.
4. Meminta pasien untuk @ontrol setiap 6 bulan untuk pemeriksaan lab
sekaligus pemeriksaan klinis dan meminum obat (rifampisin &
klofazimin) dibawah pengawasan.
5. Meminta pasien untuk patuh minum obat selama 24 bulan.

MUHAMMAD IRFAN HIDAYAT


I4A011018
XXV-J

DAFTAR PUSTAKA
1. Widjaja, Sani. Morbus Hansen (MH). Banjarmasin: Bagian Ilmu Kesehatan
Kulit dan Kelamin.
2. Hadi, Sukses. Slide Kuliah Kusta (Morbus Hansen). 2010.
3. Daili ESS, Sri LM, Srie PI, Hanny N. Kusta. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
4. Sari, Rina Purnama. Catatan Koass Stase Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin.
2014.

Anda mungkin juga menyukai