Anda di halaman 1dari 23

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


Bab ini membahas hasil perhitungan dan menganalisa efek sambaran petir tidak
langsung pada gedung kuliah Kampus STAHN Gde Pudja Mataram yang selanjutnya
disebut objek I, dan Gardu Hubung Gomong yang selanjutnya disebut Objek II, ketika
gedung Rektorat STAHN Gde Pudja disambar petir langsung. Perhitungan dan analisa
yang dilakukan meliputi : Medan listrik (E), Medan Magnet (H), tegangan lebih
induksi akibat adanya medan listrik(Vind-E), kopling kapasitif (Vind-K), kopling induktif
(Vind-L), dan kopling galvanic (Vind-G).
1.
1.

Tinjauan Data
Penentuan Objek Tersambar Petir
Objek penelitian adalah gedung Rektorat Kampus STAHN Gde Pudja Mataram

yang disambar petir secara langsung. Gedung kuliah Kampus STAHN Gde Pudja
Mataram dan Gardu Hubung Gomong adalah sampel yang dihitung dan dianalisa efek
sambaran petir secara tidak langsung. Data teknis gedung rektorat STAHN Gde Pudja
Mataram adalah seperti pada tabel 4.1.
Tabel 4.1 Data dimensi gedung Rektorat STAHN Gde Pudja Mataram
dan sistem proteksi petir (SPP) terpasang
Karakteristik
Tinggi gedung
Panjang gedung
Lebar gedung
Jumlah penangkal petir
Tinggi penangkal petir
Jarak antar down conductor
Jumlah konduktor ke bawah
2.

Ukuran/Jumlah
19 m
44 m
15 m
2 buah
1m
15 m
2 buah

Kondisi dan Ukuran Objek I dan Objek II


Objek penelitian disini adalah gedung Kampus STAHN Gde Pudja Mataram

(objek I) dan Gardu Hubung Gomong (objek II), yang terkena efek sambaran petir
secara tidak langsung, yaitu melalui mekanisme induksi akibat tersambarnya gedung
Rektorat STAHN Gde Pudja Mataram.

1. Objek I (Gedung Kampus STAHN Gde Pudja Mataram) dengan data sebagai
berikut:
a

Panjang gedung (p)

= 53 meter

Lebar gedung (l)

= 16 meter

Tinggi gedung (t)

= 12 meter

Jumlah penangkal petir

= 4 buah

Jarak dari Gedung Rektorat STAHN Gde Pudja Mataram = 70 meter

2. Objek II (Gardu Hubung Gomong) dengan data sebagai berikut:


a. Panjang gedung (p)
= 12 meter
b. Lebar gedung (l)
= 6 meter
c. Tinggi gedung (t)
= 5 meter
d. Jarak dari Gedung Rektorat STAHN Gde Pudja Mataram = 300 meter
3.

Penentuan Parameter Petir dan Tetapan Bahan


Penentuan parameter petir berdasarkan BS EN/IEC 62305-1. Lightning

Protection Level (LPL) sama dengan golongan/kelas dari Lightning Protection System
(LPS) untuk menentukkan kemungkinan parameter arus petir maksimum dan
minimun, pemasangan down conductor didasarkan pada Lightning Protection System
yaitu jarak antara down conductor yang dapat di lihat pada tabel 4.2. Pada gedung
minimal menggunakan down conductor sebanyak dua buah.
Tabel 4.2 tipe dari nilai jarak antara down conductor menurut kelas dari LPS (BS
EN/IEC 62305-3 ).
Class of LPS
I
II
III
IV

Typical distance (m)


10
10
15
20

Pada penelitian ini jarak antara down conductor Gedung Rektorat STAHN Gde
Pudja yaitu berjarak 15 m, sehingga termasuk kedalam LPS kelas III. Sehingga akan
sama dengan LPL kelas III untuk menentukkan besarnya kemungkinan arus maksimun
dan minimum, sesuai dengan tabel 4.3 berikut ini :

Tabel 4.3 Arus petir untuk masing-masing LPL dengan bentuk gelombang 10/350 s
(BS EN/IEC 62305-1)
LPL
Maximum current

I
200

II
150

III
100

IV
100

(kA)
Minimum current (kA)

10

16

Kecuraman arus petir (di/dt) = 100 kV/s


Ip max = 100 kA, Ip min = 10 kA dan Ip = 50 kA

Waktu yang dibutuhkan petir utuk mencapai nilai puncak (tp) = 1 s = 10-6 s

Tetapan bahan yang digunakan adalah


-

Permitivitas ruang hampa (o)

= 10-9 1/36 F/m

Permitivitas relatif udara (u)

= 1,0006

10 9
u
36

Permitivitas udara (u) = r o, maka

Earth resistens (Resistansi bumi) = 800 .m


2.

Perhitungan-Perhitungan

Untuk

F/m (Hayt Jr., 1994)

Mendapatkan

Besaran

Medan

Listrik (E), Medan Magnet (H) dan Tegangan Induksi Total (VTotal)
Untuk mendapatkan nilai E, H dan Vind dilakukan beberapa tahapan perhitungan antara
lain :
1.

Menghitung Arus Impuls Petir (i)


Dengan adanya karakteristik petir yang bervariasi, maka dalam contoh

perhitungan ini diambil sampel perhitungan dengan arus puncak petir (IP) = 10 kA dan
frekuensi (f) = 200 kHz. Berdasarkan pers. (2-4) didapatkan arus impuls petir i(t)
yaitu arus sebagai fungsi waktu, adalah :
i (t ) I P e j 2ft

i (t ) I P e jt

atau
dengan
IP

= 10.000 A

= 200.000 Hertz

Gedung Rektorat STAHN Gde Pudja menggunakan 2 (dua) down conductor yang
i (t )

terpasang di sisi gedung maka :

I P j 2. . f .t
e
2

sehingga diperoleh persamaan sebagai berikut :


i (t )

10.10 3 j 2. .200.103.10 6
e
2
5

i (t ) 5.000 e j 2 2.10 t P
i (t ) 5.000 e

j 2 2.1 05 1 0 6

i (t ) 5.000 e j1, 256

e j 2ft e jt cos t j sin t


dengan,
sehingga diperoleh arus impuls petir i(t),
i (t ) 5000 (cos 71,96 j sin 71,96)
i (t ) 1548,404 j 4754,202
i (t ) 4999,99971,96 A
i (t ) 500071,96 A

4.2.2 Menghitung Muatan Listrik Arus Petir


Arus listrik adalah pergerakan sejumlah muatan (Q) pada satuan waktu tertentu
(t) melewati titik acuan tertentu. Berdasarkan pers. (2-2) muatan listrik arus petir
adalah:
t

Q idt
0

dengan,

t = 10-6 s

i 5.000e j 400000 t A
diperoleh,

106

5.000 e

j 400000 t

dt

10 6

5.000

e j 400000 t dt

j 400000 t

e
5.000 j

400000

10 6
1

je j 400000 t
0
80

10 6

e j 2ft e jt cos t j sin t


dengan

, maka:
1
106
j Cos 400000 t jSin 400000 t 0
80
1

j (cos 71,96 j sin 71,96)


80
1

j (0,6903 j 0,9508)
80
3,785 x10 3 j 2,748 x10 3 C

Q 0,00467335,98 C

Magnitude muatan listrik petir dari pers. (2-5)


MQ

Re[ Q ]2 Im[ Q ]2
Re[ 0,003785]2 Im[ 0,002748]2

0,004673C

4.2.3

Menghitung Kerapatan Muatan arus petir


Saat petir menyambar SPP gedung Rektorat STAHN Gde Pudja, maka arus petir

yang mengalir pada down conductor akan menimbulkan kerapatan muatan luas (s).
Hal ini disebabkan karena adanya sifat efek mengulit pada arus berfrekuensi tinggi
pada konduktor, yaitu arus cendrung mengalir pada kulit konduktor.

Kerapatan

muatan luas terjadi pada down conductor yang berdiameter relatif kecil yaitu 10-3 m,
apabila ditinjau dari jarak yang relatif jauh (skala meter), maka kerapatan muatan luas
(

) disederhanakan menjadi kerapatan muatan garis (

), sehingga tinggi

gedung dapat diasumsikan sebagai panjang muatan garis.

Perhitungan kerapatan

muatan garis (L) dari persamaan (2-9) yaitu :

L
dengan :

MQ
L

MQ = 0,004673 C
L (Tinggi gedung STAHN Gde Pudja ) = 19 m

Sehingga didapatkan :

0,004673
19
0,000245947C / m

4.2.4

Menghitung Intensitas Medan Listrik (E)


Di asumsikan bahwa kerapatan muatan garis (L) merata dan serba sama

sepanjang down conductor (dc). Intensitas medan listrik (E) dihitung menggunakan
sistem koordinat silinder, karena fenomenanya nilai E adalah fungsi dari jari-jari
silinder (r) dengan nilai yang sama pada sudut () dan tinggi (z) yang berbeda.
Diasumsikan bahwa daerah terbuka yang berada di sekitar gedung Rektorat STAHN
Gde Pudja membentuk sebuah tabung besar dengan titik pusat tabung adalah gedung
Rektorat STAHN Gde Pudja yang tersambar petir dan membentuk garis vertikal.
Intensitas medan listrik dihitung dengan persamaan (2-10)

L dz '

Er
a

4 u (r 2 z ' 2 )

[v / m ]
2

Gedung Rektorat STAHN Gde Pudja memiliki dua (2) down conductor pada
jarak tertentu sehingga akan menghasilkan medan listrik (E) pada down conductor 1
dan 2, maka akan menimbulkan medan listrik resultan (Er) antara jarak dc 1 dan dc 2
dengan objek yang di amati yaitu objek I dan II .
dc 1

15 m

dc 2

Tampak Atas
Gd. Rektorat STAH Gde pudja
70 m

r = 71,589 m

Objek I
T.A
Gd. Kuliah
Kampus STAH
Gde Pudja
Gambar 4.1 Tampak atas gd. Rektorat dan Kampus STAHN Gde Pudja
Berdasarkan data :
L = 0,000245947 C/m
r (Jarak gedung Rektorat STAHN dengan Objek I) = 70 m
r (Jarak gedung Rektorat STAHN dengan Objek II) = 300 m
r (jarak antara dc 1 dengan dc 2) = 15 m
b (tinggi gedung Rektorat STAHN Gde Pudja ) = 19 m
u = konstanta permitivitas udara (1,0006x10-91/36 F/m)
Diperoleh untuk Intensitas Medan Listrik (Er) :
4.2.4.1 Medan Listrik (Er) Pada Objek I (r = 70 m) adalah :
19

E1

0,000245947 36 71,589

4 1,0006 10
0

(71,589 z ' )
2

dz '
2

0,000245947 36
1
z'

71,589

9
2
2
2
71,589
4 1,0006 10
(71,589 z ' )

7926,9029 V / m

19

0,000245947 36 70

19

E2

4 1,0006 10 (70 z ' )


9

dz '
2

0,000245947 36
z'

70

2
2
70 2
4 1,0006 10 9
(70 z ' )

8278,372 V / m
2

E r E1 E 2

19

(7926,9029) 2 (8278,372) 2
11461,554V / m

4.2.4.2 Medan Listrik (Er) Pada Objek II (r = 300 m) adalah :


19
0,000245947 36 300,3747
E1
dz '
3
9
0 4 1,0006 10
(300,3747 2 z ' 2 ) 2

0,000245947 36
1
z'

300
,
3747

2
2
300,3747 2
4 1,0006 10 9
(300,3747 z ' )

464,9254 V / m

E2

0,000245947 36 300

19

4 1,0006
0

10 (300 z ' )

dz '
2

0,000245947 36
1
z'

300

9
2
2
2
300
4 1,0006 10
(300 z ' )

466,0852 V / m

E r E1 E 2

(464,9254) 2 (466,0852) 2
658,324 V / m

4.2.5 Intensitas Medan Magnet (H)

19

19

Nilai puncak arus petir yang mengalir pada down conductor pada gedung
Rektorat STAHN Gde Pudja Mataram dengan jarak antara Objek I dan Objek II.
Gedung Rektorat STAHN Gde Pudja Mataram sebagai titik sambaran petir, maka
intensitas medan magnet (H) yang mungkin timbul dapat diketahui dari persamaan (220) :

I0
4

rdz '
'2

(r z )
2

[ A / m]
2

Gedung Rektorat STAHN Gde Pudja memiliki dua (2) down conductor pada
jarak tertentu sehingga akan menghasilkan medan magnet (H) pada down conductor 1
dan 2, maka akan menimbulkan medan magnet resultan (Hr) antara jarak dc 1 dan dc 2
dengan objek yang di amati yaitu objek I dan objek II. Dalam menentukkan jarak (r)
dapat dilihat pada gambar 4.1. Tampak atas gd. Rektorat dan Kampus STAHN Gde
Pudja.
Berdasarkan data :
Ip= 10000 Ampere
b = 19 m (tinggi gedung Rektorat STAHN Gde Pudja )
r (jarak antara dc1 dengan dc2) = 15 m
Sehingga dengan menggunakan persamaan tersebut diperoleh :
4.2.5.1 Intensitas Medan magnet (H) pada Objek I (r = 70 m)
19

5000
71,589dz '
H1
4 0 (71,589 2 Z '2 ) 3 2

5000
1
z'

x 71,589 x (
x
71,589 2
4
71,589 2 z '

1,4257 A / m

19

H2

5000
4

19

(70
0

70dz '
2

Z' )

5000
1

x 70 x ( 2 x
4
70

19

z'

70 z
2

'

1,48895 A / m

Hr

H1 H 2

1,4257 2 1,48895 2

2,0614 A / m

4.2.5.2 Intensitas Medan magnet (H) pada objek II (r = 300 m):


19

H1

5000
300,3747 dz '
4 0 (300,32 2 Z '2 ) 3 2

5000
1
z'

x300,3747 x (
x
300,3747 2
4
300,3747 2 z '

19

0,08362 A / m

H2

5000
4

19

300dz '

(300
0

Z' )

5000
1

x300 x (
x
2
4
300

19

z'

300 2 z '

0,08383 A / m

Hr

H1 H 2

0,083832 0,08362 2

0,1184 A / m

Keseluruhan hasil dapat dilihat pada table berikut:


Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Kuat Medan dengan Ip = 10 kA, f = 200 kHz, L =
0,000245947 C/m, u = 1,000610-9/36 F/m dan L= 19 m.

Gedung yang diamati

Jarak dari Gd.


Rektorat (r) [m]

Kuat Medan
Listrik (Er) [V/m]

Objek I
Objek II

70
300

11461,554
658,324

Kuat Medan
Magnet (H)
[A/m]
2,0614
0,1184

4.3 Menghitung Tegangan lebih Induksi


4.3.1 Menghitung Tegangan Induksi (Vind) akibat medan listrik (E)
Mengacu pada intensitas medan listrik (E) yang timbul di daerah terbuka
disekitar gedung Rektorat STAHN Gde Pudja Mataram. Maka dapat dihitung besar
tegangan induksi atau potensial listrik (V) di titik-titik yang ada disekitarnya, dengan
menggunakan persamaan :
V

L dL'

4 u r 2 z 2

1/ 2

Perhitungan tegangan induksi (Vind) pada suatu titik akan memperhitungkan


permitivitas udara (u) yang ada. Oleh karena itu konstanta permitivitas o diganti
dengan permitivitas udara u, sehingga untuk tegangan induksi (Vind) pada Objek I dan
Objek II didapatkan.
Dengan :
L

= 0,000245947 C/m

dL

= dz

u = 1,000610-9/36
sehingga dengan persamaan tersebut di dapatkan:
4.3.1.1 Tegangan Induksi (Vind) akibat medan listrik (E) pada objek I (r = 70 m)
adalah:

L dL'

19

VInd E

4 r
0

z '2

4 u

19

r
0

dz '
2

z '2

1/ 2

1/ 2

0,000245947x36

4 1,0006x10 -9

19

dz '
0 (70 2 z '2 )1/ 2

0,000245947 x 36
z'
1

sin(
h
)
.

2
4 1,0006 x 10 -9
70

593314,428Volt

19

4.3.1.2 Tegangan Induksi (Vind) akibat medan listrik (E) pada objek II (r = 300m)
adalah :

L dL'

19

Vind E

4 r
0

L
4 u

19

r
0

z '2

1/ 2

dz '

z '2

1/ 2

0,000245947 x 36
4 1,0006 x 10 -9

19

dz '
0 (300 2 z '2 )1/ 2

0,000245947 x 36
z'
1

sin(
h
)
.

4 1,0006x 10 -9
300 2

140012,232Volt
4.3.2

19

Menghitung Tegangan Induksi (Vind) akibat kopling Induktif


Saat petir menyambar suatu terminal/konduktor udara pada gedung, maka arus

petir yang mengalir pada down conductor akan menyebabkan adanya medan magnet
sehingga menimbulkan loop induksi pada gedung disekitar titik sambaran petir yaitu
objek I dan Objek II. loop induksi yang terbentuk akan memiliki luasan yang sama
dengan luasan gedung. Jadi,
o Panjang loop induksi (e) = panjang bangunan (p) masing-masing
o

Tinggi loop induksi (h)

= tinggi bangunan (t) masing-masing

p
d

I0

e Bangunan

t
h

Gambar 4.2a Parameter-parameter yang terbentuk saat petir terjadi di dekat bangunan

e=p
Loop = Bangunan

I0
h=t

Gambar 4.2b Parameter-parameter yang terbentuk dengan asumsi luas loop induksi = luas
bangunan

Sehingga tegangan induksi akibat kopling induktif yang mungkin pada gedung dapat
diketahui dengan melakukan perhitungan sebagai berikut:
4.3.2.1 Tegangan Induksi (Vind) akibat Kopling Induktif (Vind-L) Pada objek I (r = 70 m)
adalah :
a) Menghitung Mutual Induktansi (LM)
Berdasarkan persamaan (2-27),
r p

LM 0.2 t ln

dengan,
t (tinggi gd. pada objek I)

= 12 m

r (jarak dari gd. Rektorat STAHN ke Objek I ) = 70 m


p (panjang gd. pada Objek I) = 53 m
sehingga diperoleh,

70 53

70

LM 0,2 12 ln
1,35285H

b) Menghitung Tegangan Induksi akibat kopling induktif (Vind-L)


Berdasarkan persamaan (2-31),

Vind L LM

dI 0
dt

dengan,
LM

= 1,35285 H

dI 0
dt

= 100 kA/s

sehingga diperoleh,

V Ind L 1,35285 100


135,285 kV
135285Volt
4.3.2.2 Tegangan Induksi (Vind) akibat Kopling Induktif (Vind-L) Pada objek II (r = 300
m) adalah :
a) Menghitung Mutual Induktansi (LM)
Berdasarkan persamaan (2-32),
r p

LM 0.2 t ln

dengan,
t (tinggi gd. pada objek II)

= 5m

r (jarak dari gd. Rektorat STAHN ke Objek II ) = 300 m


p (panjang gd. pada Objek II) = 12 m
sehingga diperoleh,
300 12

300

LM 0,2 5 ln
0,0392 H

b) Menghitung Tegangan Induksi akibat kopling indudktif (Vind-L)


Berdasarkan persamaan (2-31),

Vind L LM x

dI 0
dt

dengan,
LM

= 0,0392 H

dI 0
dt

= 100 kA/s

sehingga diperoleh,
VInd L 0,0392 100
3,92 kV
3920 Volt

4.3.3

Menghitung Tegangan Induksi (Vind) akibat kopling Kapasitif


Perhitungan tegangan induksi akibat kopling kapasitif pada objek I yaitu gedung

Kuliah Kampus STAHN Gde Pudja dan objek II yaitu Gardu Hubung Gomong akibat
sambaran petir di gedung Rektorat STAHN Gde Pudja Mataram. Gedung Rektorat
memiliki dua (2) down conductor (dc) yang memiliki jarak 15 m, dengan
memperhitungkan kuat medan listrik resultan (Er) yang mengenai objek I dan II seperti
gambar 4.1 pada jarak (r = d) antara gedung rektorat STAHN Gde Pudja dengan objek
I dan II sesuai dengan persamaan (2-32)
Ve = E x d
4.3.3.1 Diperoleh untuk Intensitas Medan Listrik (Er) yang diterima pada Objek I (r
= 70 m) Adalah :
12

E1

0,000245947 x36 71,589

4 1,0006 x10
0

(71,589 2 z ' 2 )

dz '
2

0,000245947 x36
1
z'

71
,
589

9
2
2
2

4 1,0006 x10
71,589
(71,589 z ' )

5108,518V / m

12

0,000245947 x36 70

12

E2
0

4 1,0006 10 9 x(70 2 z ' 2 )

dz '
2

0,000245947 x36
z'

70

9
2
2
2

4 1,0006 10
70
(70 z ' )

5339,72889 V / m

E r E1 E 2

12

(5108,518) 2 (5339,72889) 2
7389,8349 V / m
Besarnya Tegangan Induksi (Vind) Kopling Kapasitif (Vind-K) pada Objek I
dengan (Er = 7389,8349 V/m) dan (d = 70 m) adalah :
Vind-K

= Er x d
= ( 7389,8349 ) x 70
= 517288,443 Volt

4.3.3.2 Diperoleh Untuk Intensitas Medan Listrik (Er) yang Diterima Pada Objek II
(r = 300 m) adalah :
5
0,000245947 x36 300,3747

E1
0

4 1,0006 10 9 x(300,3747 2 z ' 2 )

dz '
2

0,000245947 x36
1
z'

300
,
3747

2
2
300,3747 2
4 1,0006 10 9
(300,3747 z ' )

122,5763 V / m

E2
0

0,000245947 x36 300


4 1,0006 10 9 (300 2 z '2 )

dz '
2

0,000245947 x36
z'

300

9
2
2
2

4 1,0006 10
300
(300 z ' )

122,8826V / m

Er

E1 E 2

(122,5763) 2 (122,8826) 2
173,5657 V / m
Besarnya Tegangan Induksi Kopling Kapasitif (Vind-K) pada Objek II dengan
(Er = 173,5657 V/m) dan ( d = 300 m) adalah :
Vind-K

= Er x d
= 173,5657 x 300
= 52069,7363 Volt

4.3.4

Menghitung Tegangan Induksi (Vind) akibat kopling Galvanik


Peningkatan potensial di bumi di akibatkan oleh sambaran petir pada terminal

konduktor udara sehingga harus mengalir melalui down konductor hingga kebumi dan
menyebabkan adanya kenaikan tegangan pada grounding yang tersambar petir yaitu
grounding Gd. Rektorat STAHN Gde Pudja. Kenaikan tegangan ini menyebabkan
perbedaan tegangan pada grounding objek I dan objek II di sekitar grounding yang
tersambar petir. Dalam hal ini grounding objek I dan grounding objek II berbeda
tegangan dengan grounding gardu yang ada di sekitar objek yang diamati sehingga
membentuk kopling resitive atau kopling galvanik. Sehingga sesuai dengan persamaan
berikut ini :

x IP
2 x D

Dimana , U = V = tegangan pada grounding gedung

= Earth Resistance (Resistansi bumi)


Ip = Arus petir yang terinjeksi
r = D = Jarak dari sambaran petir
sehingga tegangan induksi kopling Galvanik atau Resistive (Vind-G) adalah :
U U 1 U 2

= Vind-G = beda tegangan antara grounding atau tegangan Kopling Galvanik,

U1 = Tegangan pada grounding gedung


U2 = Tegangan pada terminal netral di sekitar objek yang diamati.
4.3.4.1 Tegangan induksi akibat kopling Galvanik (Vind-G) pada Objek I (r = 70 m)

(earth Resistance) = 800 .m


Jarak (r) dari sambaran petir :
R1 = D( jarak antara objek yang tersambar petir ) = 70 m,
R2 = D ( jarak objek dengan terminal netral gardu listrik) = 75 m,
x IP
U1
2 x D

800 x5000
2 x 70

9094,568V

U2

x IP
2 x D
800 x5000
2 x 75

8488,2636V

Maka, tegangan induksi kopling Galvanik adalah :

U U 1 U 2
9094,568 8488,2636
606,3044V
4.3.4.2 Tegangan induksi akibat kopling Galvanik (Vind-G) pada Objek I (r = 300 m)

(earth Resistance) = 800 .m


Jarak (r) dari sambaran petir :
R1 = D( jarak antara objek yang tersambar petir ) = 300 m,
R2 = D ( jarak objek dengan terminal netral gardu listrik) = 305 m,

U1

x IP
2 x D

800 x5000
2 x 300

2122,0659V

U2

x IP
2 x D
800 x5000
2 x 305

2087,277V

Maka, tegangan induksi kopling Galvanik adalah :

U U 1 U 2
2122,0659 2087,277
34,7889V

4.3.4

Menghitung Tegangan Lebih Induksi (Vtot)


Tegangan lebih induksi atau tegangan total yang di terima oleh Objek I dan

Objek II akibat sambaran petir secara langsung gd. Rektorat STAHN Gde Pudja
Mataram. Tegangan lebih induksi ini merupakan penjumlahan dari tegangan induksi
yang di akibatkan oleh medan listrik (E), dan tegangan induksi yang diakibatkan
kopling Induktif, kopling Kapasitif, dan kopling galvanik, hal tersebut sesuai dengan
persamaan (2-39),
Vtot

= Vind-E + Vind-L + Vind-K + Vind-Gal

Sehingga tegangan lebih induksi yang di terima pada Objek I dan Objek II adalah :
4.3.5.1 Tegangan lebih Objek I (r = 70 m)
Vtot

= Vind-E + Vind-L + Vind-K + Vind-Gal


= 593314,428 + 135285 + 517288,443 + 606,3044
= 1246494,175 Volt
= 1246,494 kV

4.3.5.2 Tegangan lebih Objek II (r = 300 m)


Vtot

= Vind-E + Vind-L + Vind-K + Vind-Gal


= 140012,232 + 3920 + 52069,7363 + 52069,7363
= 196036,7572 Volt
= 196,036 kV.

Hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut:


Tabel 4.5 Hasil perhitungan tegangan induksi dengan Ip = 10 kA, f = 200 kHz,
u = 1,0006 10-9 (1/36) dan dIo/dt = 100 kA/s
Gd. yang
diamati

Jarak(r)
dari gd.
rektorat
[m]

Tegangan
Induksi
Akibat
Medan
Listrik
(Vind-E) [V]

Objek I

70

Objek II

300

Tegangan Induksi Akibat Kopling


(Vind) [V]

Tegangan
Lebih
Induksi
(Vtot)
[kV]

Kopling
Induktif
(Vind-L)
[V]

Kopling
Kapasitif
(Vind-K)
[V]

Kopling
Galvanik
(Vind-G)
[V]

593314,42
8

135285

517288,44
3

606,3044

1246,494

140012,23
2

3920

52069,736
3

34,789

196,036

Berdasarkan perhitungan di atas dengan arus puncak petir maksimum (Ip =


10000 A) dan frekuensi maksimum (f = 200000 Hz), dapat diketahui bahwa besarnya
tegangan lebih induksi atau tegangan total yang di terima pada jarak 72 meter dan 300
meter dari pusat sambaran petir yakni gd. Rektorat STAHN Gde Pudja bertutrut-turut
adalah 1246,494 kV dan 196,036 kV.

4.4
Nilai Arus puncak (Ip) pada frekuensi arus petir (f) yang berbeda
4.4.1 pada Objek I jarak ( r = 70 m)
Tabel 4.6a Nilai E, H dan Vtotal pada objek I
f
(kH
z)

Ip
(kA)
10

25

50
100
10

50

50
100
10

100

50
100
10

150

50
100
10

20
0

50
100

E
(V/m)

H
(A/m)

12250.
97
61254.
95
12250
9.9
12213.
22
61066.
12
12213
2.2
12062.
84
60314.
3
12062
8.6
11814.
73
59073.
62
11814
7.2
11472
.44
57362.
31
11472
4.6

2.061
48
10.30
74
20.61
48
2.061
48
10.30
74
20.61
48
2.061
48
10.30
74
20.61
48
2.061
48
10.30
74
20.61
48
2.061
48
10.30
74
20.61
48

Vtotal
(V)

Tegangan induksi akibat E dan H


Vind-E
(V)
634179.
93
317090
4.5
634180
8.9
632225.
91
316112
9.5
632225
9.1
624441.
2
312221
0.8
624442
1.6
611597.
76
305798
6.4
611597
0.3
593878
.92
296939
9.4
593879
8.9

Vind-L
(V)
135285.
39
135285.
39
135285.
39
135285.
39
135285.
39
135285.
39
135285.
39
135285.
39
135285.
39
135285.
39
135285.
39
135285.
39
135285
.39
135285.
39
135285.
39

Vind-K
(V)
554401.
97
277201
4.1
554402
8.2
552693.
77
276346
8.8
552693
7.7
545888.
35
272944
6
545889
1.9
534660.
58
267330
0.8
534659
9.4
519170
.71
259585
7.8
519171
5.6

Vind-G
(V)
606.612
072
3033.06
036
6066.12
072
606.612
072
3033.06
036
6066.12
072
606.612
072
3033.06
036
6066.12
072
606.612
072
3033.06
036
6066.12
072
606.612
072
3033.06
036
6066.12
072

1324473
.9
6081236
.99
1202718
8.6
1320811
.67
6062916
.82
1199054
8.3
1306221
.55
5989975
.25
1184466
5.1
1282150
.33
5869605
.6
1160392
1.3
124894
1.64
5703575
.69
1127186
6

4.4.2 pada Objek II jarak ( r = 300 m)


Tabel 4.6b Nilai E, H dan Vtotal pada objek II
f
(kH
z)

Ip
(kA
)
10

25

50
10
0

E
(V/m)

H
(A/m)

703.7
802
3518.
906
7037.
812

0.167
48
0.837
4
1.674
79

Tegangan induksi akibat E dan H


Vind-E
(V)
149655
.8
748280
.15
149656
0.3

Vind-L
(V)
3922.0
713
3922.0
713
3922.0
713

Vind-K
(V)
55665.
069
278325
.77
556651
.54

Vind-G
(V)
34.8056
107
174.028
053
348.056
107

Vtotal
(V)
209277.
748
103070
2.02
205748
1.97

10
50

50
10
0
10

10
0

50
10
0
10

15
0

50
10
0
10

20
0

50
10
0

701.6
117
3508.
058
7016.
117
692.9
726
3464.
868
6929.
737
678.7
196
3393.
596
6787.
188
659.0
562
3295.
286
6590.
573

0.167
48
0.837
4
1.674
79
0.167
48
0.837
4
1.674
79
0.167
48
0.837
4
1.674
79
0.16
748
0.837
4
1.674
79

149194
.69
745973
.44
149194
6.9
147357
.63
736789
.27
147357
8.5
144326
.79
721633
.38
144326
6.2
14014
5.44
700728
.35
140145
6.7

3922.0
713
3922.0
713
3922.0
713
3922.0
713
3922.0
713
3922.0
713
3922.0
713
3922.0
713
3922.0
713
3922.0
713
3922.0
713
3922.0
713

55493.
556
277467
.78
554935
.56
54810.
254
274051
.69
548103
.38
53682.
922
268414
.4
536828
.59
52127.
653
260638
.69
521277
.38

34.8056
107
174.028
053
348.056
107
34.8056
107
174.028
053
348.056
107
34.8056
107
174.028
053
348.056
107
34.805
6107
174.028
053
348.056
107

208645.
12
102753
7.31
205115
2.55
206124.
757
101493
7.06
202595
2.06
201966.
589
994143.
881
198436
4.91
196229
.973
965463.
143
192700
4.22

Pada tabel 4.6 a dan tabel 4.6b dapat dilihat pada objek I dan objek II terinjeksi
arus petir yang berbeda-beda untuk mengetahui nilai dari medan listrik (E), medan
magnet (H) dan induksi tegangan lebih (Vtotal) yang di terima oleh objek I dan objek
II.
Pengaruh frekuensi arus petir (f) terhadap besaran-besaran yang diamati
4.5.1 Pengaruh frekuensi arus petir (f) terhadap medan listrik (E)
Mengacu pada tabel 2.1 (Lampiran...), dapat diplot medan listrik pada
Objek I dan Objek II sebagai berikut :
4

Medan Listrik (E)

x 10

f = 25kHz
f = 50kHz
f = 100kHz
f = 150kHz
f = 200kHz

2.5
medan listrik (V/m)

4.5

2
1.5
1
0.5
50

60

70

80

90
100
jarak (m)

110

120

130

140

Gambar 4.3 Pengaruh frekuensi arus petir (f) terhadap kuat medan listrik (E) dengan arus
puncak petir Ip = 10 kA yang timbul disekitar titik sambaran petir (20 - 400 m)

Pada grafik diatas dengan injeksi arus petir Ip = 10 kA, dengan variasi frekuensi
yang semakin besar, yaitu f = 25, 50, 100, 150, 200 kHz maka nilai parameter medan
listik (E) yang dihasilkan, akan cenderung menurun meskipun dampaknya sangat
kecil. Medan listrik (E) juga di pengaruhi oleh arus puncak petir (Ip), semakin besar
injeksi arus petir maka medan listriknya juga semakin besar. Nilai medan listrik (E)
semakin menurun bila jarak (r) yang diamati semakin jauh dari titik sambaran petir.
4.5.2

Pengaruh frekuensi arus petir (f) terhadap medan magnet (H)

Mengacu pada tabel 2.1 (Lampiran...), dapat diplot medan listrik pada Objek I dan
Objek II sebagai berikut :

Anda mungkin juga menyukai