Anda di halaman 1dari 6

Khutbah Idul Fitri 1434 H: Fithrah Manusia Harmoni Penuh Cinta

Rubrik: Khutbah Idul Fitri | Oleh: H. Muhith Muhammad Ishaq, Lc. MPdI - 02/08/13

Maasyiral Muslimin yang dimuliakan Allah


dakwatuna.com - Pagi ini kita ungkapkan syukur kepada Allah atas karunia nikmat
yang tidak terhingga, dan syukur kita hari ini menjadi sangat bermakna karena
setelah sebulan penuh kita laksanakan puasa Ramadhan, satu dari lima pilar agama
Islam. Maka dengan mengumandangkantakbir (Allahu Akbar, hanya Allah Yang
Maha Besar), tahlil (laa ilaaha illallah, tiada Tuhan yang berhak disembah selain
Allah), tahmid (alhamdulillah, segala puji milik Allah). Kita syukuri semua nikmat itu
dan terus berharap agar Allah tambahkan lagi nikmat kepada kita semua, agar dapat
hidup berbahagia di dunia dan akhirat
Shalawat serta salam senantiasa kita sanjungkan untuk Rasulullah saw, beserta
keluarga dan para sahabatnya serta pengikutnya hingga akhir zaman.

Maasyiral Muslimin yang dimuliakan Allah


Kumandang takbir Idul fitri kali ini semoga semakin menegaskan dan menyegarkan
kesadaran kita sebagai manusia makhluk ciptaan Allah. Makhluk yang telah Allah
berikan berbagai macam kelebihan, keunggulan, dan kemuliaan sekaligus
keterbatasan-keterbatasan. Oleh karena itu untuk memantapkan rasa syukur kita,
kita harus mampu memahami makna fitrah kelahiran kita, fitrah kelahiran setiap
insan di dunia,
Maasyiral Muslimin rahimakumullah
Kita tidak akan lahir ke dunia ini tanpa adanya mawaddah
warahmah atau mahabbah warahmah, cinta dan kasih sayang. Kita lahir karena
adanya cinta dan kasih sayang dari ibu dan bapak kita. Kita lahir melalui kasih
sayang kedua orang tua kita dan kelahiran kita disambut oleh kasih sayang kerabat,
saudara dan handai taulan kita.
Oleh karena itu kita lahir untuk membawa misi rahmatan lilalamin. Kita lahir untuk
menyebar kasih sayang kepada seluruh lapisan umat manusia, bahkan sesama

makhluk ciptaan Allah Yang Maha Kuasa. Kita mencintai orang tua, mencintai
keluarga, mencintai kerabat dan sanak saudara, mencintai tetangga, mencintai
seluruh lapisan bangsa, bahkan seluruh lapisan kemanusiaan. Kita lahir dengan
membawa mahabbah warahmah.
Hanya karena godaan dan pengaruh syethanlah manusia kehilangan fitrahnya,
berubah menjadi makhluk yang kehilangan cinta, menjadi pembenci, pendengki,
pendendam kepada sesama manusia. Seperti dalam firman Allah:

Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan


kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan
menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; Maka berhentilah kamu
(dari mengerjakan pekerjaan itu). (QS. Al Maidah: 91)
Maasyiral Muslimin yang dimuliakan Allah
Dengan modal kasih sayang dan cinta kepada sesama itulah, kita berharap
mendapatkan kasih sayang Allah yang sangat dalam setiap gerak, langkah dan
kehidupan kita. Sebagaimana sabda Rasulullah-shallallahu alaihi wasallam:

Mereka yang menyayangi itu akan disayangi oleh Yang Maha Penyayang.
Sayangilah yang ada di bumi maka yang ada di langit akan menyayangimu. (HR. At
Tirmidzi)
Maasyiral Muslimin yang dimuliakan Allah
Dengan fitrah dan kelahiran yang penuh cinta itulah kita mendapatkan kehormatan
dan kemuliaan, dengan kemuliaan dan kehormatan yang tidak diberikan kepada
makhluk selain manusia.

.dan Sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka
di daratan dan di lautan], Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami
lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang
telah Kami ciptakan. (Al-Isra: 70)
Allah subhanahu wataala pemilik kehormatan hakiki, telah memberikan kemuliaan
kepada kita kaum mukminin- di atas semua makhluk lainnya yang diciptakan-Nya.

Padahal izzah (kehormatan) itu hanyalah bagi Allah, bagi Rasul-Nya dan bagi orangorang mukmin, tetapi orang-orang munafik itu tiada mengetahui. (Qs Munafiqun 8)
Kita lahir dengan kehormatan dan kemuliaan, oleh karena itu setelah kita diberi
kehormatan dan kemuliaan oleh Allah, tidak boleh kita menempatkan diri kita dalam
posisi yang lemah dan hina, karena kita telah lahir dengan kehormatan dan
kemuliaan setelah sebelumnya kita lahir dengan kecintaan dan kasih sayang

Maasyiral Muslimin yang dimuliakan Allah


Keberadaan kita di dunia ini adalah untuk membangun kehormatan dan kemuliaan
umat, bangsa dan negara serta kemanusiaan secara keseluruhan. Kita dilahirkan ke
dunia dengan mengemban amanah dan memikul tanggung jawab. Kita lahir dengan
membawa misi ibadah dan tugas kekhilafahan di dunia ini.

Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi
kepada-Ku. (QS Adz-Dzariyat: 56)

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: Sesungguhnya aku


hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi. Mereka berkata: Mengapa
Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat
kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal Kami Senantiasa bertasbih
dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau? Tuhan berfirman:
Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui. (Qs. Al-Baqarah: 30)
Maasyiral Muslimin yang dimuliakan Allah
Kita lahir sudah dengan mengemban amanah dan memikul tanggung jawab yang
sebelumnya telah ditawarkan oleh Allah SWT kepada makhluk-makhluk-Nya yang
lain:

Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gununggunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir
akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya
manusia itu amat zhalim dan amat bodoh. (Qs. Al Ahzab 72)
Amanah dan tanggung jawab ini yang akan semakin meninggikan derajat kaum
mukminin di hadapan Allah, dan pada saat yang sama amanah dan tanggung jawab
itu menjadi malapetaka bagi kaum munafik dan orang-orang musyrik.

Sehingga Allah mengazab orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orangorang musyrikin laki-laki dan perempuan; dan sehingga Allah menerima taubat
orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan. Dan adalah Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang. (QS. Al Ahzab: 73)
Sebagai pengemban amanah dan tanggung jawab di muka bumi maka seluruh
gerak, ibadah, tindakan dan ucapan kita akan dituntut pertanggungjawabannya oleh
Allah SWT, inna sama wal bashoro wal fuadakullun ulaika kana anhu masula:

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan

tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan


diminta pertanggungan jawabnya. (QS. Al Isra: 36)
Oleh karena itu kita harus menyadari bahwa kita tidak bisa mengkhianati amanah
yang kita emban dan tanggung jawab yang kita pikul tersebut:

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul
(Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang
dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui. (Qs. Al-Anfal: 27)
Maasyiral Muslimin yang dimuliakan Allah
Selain fitrah cinta dan amanah sebagai makhluk yang bertugas memakmurkan bumi
ini, fitrah kehidupan menegaskan tentang keanekaragaman perbedaan manusia.
Ada perbedaan suku bangsa, perbedaan bahasa, perbedaan warna kulit, perbedaan
rizki, ada mustahiq ada muzakki, ada yang kuat ada yang lemah, dan masih banyak
lagi perbedaan lain yang tak terhitung jumlahnya.

Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di
antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS. Al Hujurat: 13)

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan
berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui. (QS. Ar Rum:
22)
Maasyiral Muslimin yang dimuliakan Allah
Allah menciptakan berbagai perbedaan itu untuk menjalin sinergi dan kerjasama,
tidak untuk saling merendahkan dan menghina. Bukankah indahnya taman itu ketika
ada bunga yang beraneka ragam warna. Rasulullah mengingatkan hal ini dalam
khutbahnya di Mina pada hari tasyriq:

Wahai manusia, sesungguhnya Tuhan kalian adalah satu, dan ayah kalian adalah
satu, ketahuilah bahwasanya tidak ada keutamaan bangsa Arab atas bangsa Ajam
(non Arab) demikian juga tidak ada keutamaan bangsa ajam atas bangsa Arab.
Tidak ada keutamaan yang berkulit merah atas yang berkulit hitam, atau yang hitam
atas yang merah kecuali karena taqwanya. HR. Ahmad
Maasyiral Muslimin yang dimuliakan Allah
Merayakan Idul fitri, kembali kepada fitrah manusia, adalah penyegaran kesadaran
akan fitrah kemanusiaan, fitrah kelahiran, nilai kemuliaan, peran dan fungsi
keberadaan manusia di dunia, mengemban amanah dan masuliyah (tanggung
jawab) ini, serta kesadaran akan keanekaragaman dan perbedaan manusia untuk

menjalin sinergi dalam memakmurkan bumi, menghadirkan kebahagiaan dan


kemajuan alam semesta.
Semoga syukur kita dalam perayaan Idul fitri kali ini diterima Allah subhanahu wa
taala dan menempatkan kita dalam himpunan min ibadihi-syakuur di antara
hamba-hamba-Nya yang bersyukur.
Dan dengan landasan dan semangat syukur ini kita dapat bekerja lebih baik lagi,
beramal dengan kualitas ahsanu amala. Sehingga semakin banyak kebaikan yang
kita dapatkan, yang dengan demikian kita dapat terus menerus merasakan
tambahan nikmat dari Allah sepanjang masa.
Maasyiral Muslimin yang dimuliakan Allah
Sebagai penutup khutbah kali ini marilah kita memohon kepada Allah Yang Maha
Pengasih dan Penyayang, memohon kemaslahatan diri kita, keluarga, umat,
bangsa, negara, agar dapat meraih dan mengelola serta mendayagunakan
kehormatan dan kemuliaan dunia ini untuk kemuliaan di akhirat nanti.

Demikian khutbah Idul fitri hari ini, mohon maaf atas segala kekhilafan dan tutur kata
yang tidak berkenan. Selamat merayakan iedul fitri 1434 H. Semoga Allah menerima
amal ibadah kita semua.

Sumber: http://www.dakwatuna.com/2013/08/02/37549/khutbah-idul-fitri-1434-hfithrah-manusia-harmoni-penuh-cinta/#ixzz2auugJ7Wq
Follow us: @dakwatuna on Twitter | dakwatunacom on Facebook

Convert Web to PDF by Agus Dwianto

Anda mungkin juga menyukai