tinggi.9 SIK high viscosity (Fuji IX GC Corporation) merupakan SIK yang pertama kali
diindikasikan untuk restorasi ART powdernya berupa aluminofluorosilikat glass dan
liquid nya asam poliakrilik dan asam polibasik sedangkan pada SIK extra viscosity (Ketac
Molar Easymix 3M ESPE) memiliki penambahan rasio powder liquid 25% lebih banyak
dari tipe high viscosity, bahan yang ditambahkan yaitu kalsium dan asam tartar. 8
Barata
et
al
(2008)
menyatakan
metode
preparasi
kavitas
ART
dan
chemomechanical terbukti cocok, efektif, dan diterima untuk restorasi SIK.10 Van Hof MA
et al (2006) menemukan daya tahan yang lebih tinggi pada gigi desidui dalam restorasi
ART permukaan tunggal dengan menggunakan SIK high viscosity selama lebih dari tiga
tahun.7
Bahan SIK telah mengalami perkembangan yang begitu pesat dari mulai awal
ditemukan sekitar tahun 1970-an. Para peneliti mengembangkan sifat-sifat fisik dan
mekanisnya dengan berbagai uji laboratorium untuk mendapatkan bahan SIK yang lebih
kuat namun memiliki estetik yang lebih baik. Meskipun SIK tidak begitu disarankan untuk
restorasi klas II dikarenakan kelemahannya terhadap fraktur maupun keausan terhadap
beban oklusal yang lebih rendah daripada resin komposit, namun karena sifat adhesifnya
yang baik terhadap enamel dan dentin dan kemampuannya untuk melepaskan fluorida
sehingga dapat mencegah terjadinya karies sekunder dan memungkinkan remineralisasi
pada gigi maka kini bahan SIK dapat digunakan untuk restorasi konservatif klas I dan klas
II .11
Prinsip minimal intervensi yang belakangan ini diperkenalkan, bahwa pada setiap
kavitas untuk klasifikasi karies dilakukan pembuangan dan pembuatan desain kavitas
dengan seminimal mungkin dan menggunakan bahan SIK yang telah dikembangkan untuk
restorasi Atraumatic Restorative Treatment (ART), sehingga tidak dilakukan banyak
pembuangan struktur gigi namun diperoleh ikatan adhesif yang kuat antara SIK dan
permukaan gigi.1 Souza et al (2003) menemukan tingkat keberhasilan restorasi Klas II
ART lebih tinggi pada gigi permanen dari peneliti lainnya yang menggunakan SIK
konvensional.9 Cefaly et al (2005) menyatakan pendekatan ART sangat sesuai dan efektif
pada restorasi yang melibatkan dua atau lebih permukaan gigi selama lebih enam bulan
dengan menggunakan SIK high density (Ketac Molar 3MESPE) dengan RMGIC (FUJI
VIII GC).9
Selama beberapa tahun, semen ionomer kaca digunakan untuk restorasi gigi anterior
karena kekuatan mekanisnya yang rendah. Beberapa penelitian telah dilakukan dalam
usaha untuk memahami sifat SIK, dan uji kekuatan tekan (compressive strength)
merupakan metode yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan dari bahan tersebut.13
Uji kekuatan tekan (compressive strength) merupakan tes yang biasa dilakukan untuk
menentukan sifat-sifat mekanis dari SIK.12 Bresciani et al (2008) tidak menemukan
perbedaan compressive strength yang signifikan antara Fuji IX GC Corporation dan Vitro
Molar (DFL). Kedua bahan ini diindikasikan sebagai bahan restorasi ART.12 Koenraads et
al (2009) melakukan uji compressive strength pada restorasi ART klas II gigi molar
dengan menggunakan Carbomer dan Ketac Molar dibandingkan dengan Fuji IX.8
Pada penelitian sebelumnya telah dilakukan pengujian Compressive strength
restorasi SIK yang dilakukan pada gigi molar dimana desain kavitas klas II ART dibentuk
pada bagian proksimal lebih lebar, maka penulis ingin melakukan penelitian mengenai
compressive strength restorasi SIK dengan desain minimal intervensi pada bagian oklusal
yang lebih luas menggunakan gigi premolar. Pada penelitian ini dipakai SIK tipe extra
high viscosity dan tipe high viscosity karena merupakan SIK yang sering digunakan saat
ini.