HEMATOLOGI
1. Thalasemia
Pada thalassemia mayor terjadi penimbunan besi yang merupakan hasil
kombinasi antara transfusi darah berulang, peningkatan absorpsi besi dalam usus
karena eritropoesis yang tidak efektif, anemia kronis serta proses hemolisis.
Pemberian transfusi darah secara teratur menurunkan absorpsi besi secara bermakna
tetapi menyebabkan penimbunan besi di dalam sistem retikuloendotelial. Penimbunan
besi juga terjadi pada organ-organ lain termasuk kelenjar endokrin. Setiap unit
suspensi sel darah merah (200 ml) mengandung 200 mg besi.1
Besi yang tidak terpakai akan berikatan dengan apoferitin untuk disimpan sebagai
bentuk yang nontoksik yaitu feritin. Molekul-molekul feritin pada akhirnya akan
berkelompok dan dihancurkan oleh lisosom menjadi granul-granul yang lebih kecil
dengan konsentrasi besi yang lebih tinggi yaitu hemosiderin, yang menumpuk dalam
liposom. Pada keadaan normal feritin tidak menimbulkan kerusakan patologis.
Namun akumulasi hemosiderin menyebabkan terlepasnya enzim hidrolitik dan
lisosom yang bersifat toksik terhadap sel. Besi yang tidak terikat oleh transferin ini
disebut nontransferin bound iron/free serum iron pool yang dapat mengakibatkan
keadaan toksik dan dapat memacu pembentukan radikal hidroksil bebas (HO).1
Radikal hidroksil bebas yang terbentuk dapat menyerang semua makromolekul
biologis, menyebabkan depolimerisasi polisakarida, pemecahan rantai DNA,
inaktivasi enzim, dan memicu reaksi peroksidasi lipid. Reaksi peroksidasi lipid dan
berbagai organel selular seperti mitokondria, lisosom dan membran sarkoplasma
dapat menyebabkan kerusakan membran dan terbentuknya bermacam-macam produk
peroksida yang reaktif dan bersifat toksik. Di samping itu juga terjadi perubahan
struktur membran yang mengakibatkan gangguan fungsi seluler organel. Kerusakan
oksidatif pada protein dibuktikan melalui percobaan in vitro, yaitu mengakibatkan
hilangnya aktivitas enzimatik sehingga fungsi seluler menjadi terganggu.1
Tubuh memiliki beberapa mekanisme pertahanan seluler untuk mencegah
KEGANASAN
1. Kraniofaringoma
Kraniofaringoma merupakan malformasi embrionik area sellar dan parasellar.
PRECOCIOUS PUBERTY
HEMATOLOGI
KEGANASAN
1. Hypothalamic hamartomas (HH)
Hypothalamic hamartomas (HH) merupakan kelainan kongenital, masa seperti
tumor, nonneoplastik, berisi sel matur normal. Insiden HH berkisar antara 14-58%.
HH terdiri dari neuron GnRH ektopik atau sel astroglia yang menghasilkan TGFa. Hal
ini menyebabkan terjadinya aktivasi prematur GnRH release sehingga terjadi pubertas
prekoks sentral. Manifestasi pubertas prekoks sentral ini biasanya muncul sebelum
usia 4 tahun pada anak dengan HH.3
Pilihan tatalaksana pada pubertas prekoks yang berhubungan dengan HH dapat
berupa tindakan bedah atau medikamentosa. Eksisi hamartoma pada anak yang muda
direkomendasikan, sedangkan pada anak yang dekat dengan masa pubertas tidak
memerlukan tindakan bedah. Terapi medikamentosa meliputi penggunaan GnRH
analog atau antagonis long-acting sampai masa pubertas.3,4
2. Low-grade gliomas4
Kebanyakan Low-grade gliomas (LGG) pada anak adalah juvenile pilocytic
astrocytomas (JPA) atau diffuse fibrillary astrocytomas. JPA paling sering ditemukan
pada jalur hipotalamus atau optik. JPA 75% terjadi pada masa anak-anak. Diagnosis
rata-rata ditegakkan saat usia 6,5-9 tahun dan umumnya terjadi pada anak laki-laki.
Umumnya, anak dengan LGG mengalami sakit kepala dan kejang, dan
manifestasi awal dapat berupa pubertas prekoks. LGG di jalur optik umunya
ditemukan pada pasien dengan neurofibromatosis type 1 (NF-1). Manifestasi klinis
NF-1 disebabkan inaktivasi gen supresor tumor neurofibromin-1, yang menghambat
gen Ras, suatu regulator pertumbuhan dan diferensiasi sel. Glioma optik berhubungan
dengan NF-1 menyebabkan pubertas prekoks melalui efek masa langsung.
Tatalaksana LGG tergantung lokasi dan manifestasi klinis tumor. JPA serebelar
reseksi bersifat kuratif. Kemoterapi direkomendasikan untuk tumor simptomatik atau
progresif.
Daftar Pustaka
1. Pramita D, Batubara JR. Pubertas terlambat pada thalassemia mayor. Dalam : Sari Pediatri,
2003, 59(1) : 4-11.
2. Muller HL. Craniopharyngioma. In : Endocrine Reviews, 2014, 35(3) : 513-543.
3. Cukier P, et al. The benign spectrum of hypothalamic hamartomas: Infrequent epilepsy and
normal cognition in patients presenting with central precocious puberty. Seizure 22 (2013) : 28
32.
4. Stephen MD, Zage PE, Waguespack SG. Gonadotropin-Dependent Precocious Puberty:
Neoplastic Causes and Endocrine Considerations. International Journal of Pediatric
Endocrinology Volume 2010, p 1-14.