Anda di halaman 1dari 5

Kata Ahok tentang Wacana "Full Day School"

Selasa, 9 Agustus 2016 | 10:57 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy memiliki wacana
menerapkan sistem full day school untuk pendidikan dasar (SD dan SMP), di
sekolah negeri maupun swasta. Menanggapi hal itu, Gubernur DKI Jakarta
Basuki Tjahaja Purnama akan menunggu kajian dari wacana tersebut.
"Itu kan baru diusulkan, nanti dipelajari aja," kata Basuki, di Balai Kota DKI
Jakarta, Selasa (9/8/2016).
Basuki tak mempermasalahkan jika wacana itu diterapkan. Kesulitan
penerapan sekolah itu akan ditemui ketika diberlakukan pada sekolah yang
memiliki dua waktu, yakni sekolah pagi dan siang.
"Saya enggak tahu. Anak saya sih sekolah sampai sore, makanya kami
enggak tahu masing-masing," kata Basuki.
"Makanya susah bandingin sekolah-sekolah. Saya sekolah di kampung,
enggak ada les, jam 12 sudah masuk hutan terus pulang, berenang," kata
Basuki.
Mendikbud sebelumnya mengatakan, program itu digagas agar anak tidak
sendiri sepulang sekolah ketika orangtua mereka masih bekerja.
"Dengan sistem full day school ini secara perlahan anak didik akan
terbangun karakternya dan tidak menjadi liar di luar sekolah ketika orangtua
mereka masih belum pulang dari kerja," kata Mendikbud, di Universitas
Muhammadiyah Malang (UMM), Minggu (7/8/2016).
Menurut dia, kalau anak-anak tetap berada di sekolah, mereka bisa
menyelesaikan tugas-tugas sekolah sampai dijemput orangtuanya seusai
jam kerja. Selain itu, anak-anak bisa pulang bersama-sama orangtua mereka
sehingga ketika berada di rumah mereka tetap dalam pengawasan orangtua.

Untuk aktivitas lain misalnya mengaji bagi yang beragama Islam, menurut
Mendikbud, pihak sekolah bisa memanggil guru mengaji atau ustaz dengan

latar belakang dan rekam jejak yang sudah diketahui. Jika mengaji di luar,
mereka dikhawatirkan akan diajari hal-hal yang menyimpang.
http://megapolitan.kompas.com/read/2016/08/09/10570421/kata.ahok.tentan
g.wacana.full.day.school.
Lain hal yang dikatakan oleh gubernur Jakarta bapak ahok menanggapi
hal tersebut. Ahok pun kurang sependapat dengan penerapan program yang
akan dilakukan oleh pemerintah. Disamping itu pak ahok juga tidak terlalu
perhatian terhadap program yang akan dijalankan. Dikarnakan menurut ahok
program tersebut sulit akan untuk berjalan efektif apabila di lihat dari
beberapa aspek yang tertuang di atas.

Bupati Rita Tidak Setuju "Full Day School"


untuk Anak SD
Jumat, 12 Agustus 2016 | 17:38 WIB

SAMARINDA, KOMPAS.com
- Bupati Kutai Kartanegara (Kukar) Rita Widyasari tidak setuju diterapkannya
sistem fullday school untuk anak-anak. Namun dia mendukung jika sistem
sekolah hingga sore itu diberlakukan untuk anak sekolah menengah ke atas.
"Saya tidak setuju full day school untuk anak SD, apalagi TK. Kalau untuk
anak SMA silakan saya setuju," kata Rita (12/8/2016).
Menurut Rita, masa tumbuh kembang anak SD adalah masa-masa emas.
Mereka belajar dan masih harus bermain, sebab anak SD memerlukan waktu
untuk banyak mengenal lingkungan sekitar dengan cara bermain.
"Di samping belajar, anak SD juga harus bermain. Masa-masa itu adalah
masa yang dibutuhkan mereka untuk puas bermain. Kalau sekolah sampai
sore, maka anak-anak tidak memiliki banyak waktu untuk menyalurkan hobi
mereka," ucapnya.
Untuk itu Rita, mengharapkan penerapan fullday school itu hanya
diperuntukkan anak SMA. "Kalau anak SMA itu wajar, mereka harus
konsentrasi belajar. Dan itu baik untuk mereka," kata dia.
http://regional.kompas.com/read/2016/08/12/17380081/Bupati.Rita.Tidak.Setuju.Full
.Day.School.untuk.Anak.SD
lain dengan hal yang dikatakan oleh bupati rita. Dia sangat tidak setuju bila
program itu diterapkan. Sebab ditakutkan akan terganggunya tingkah psikolog dari

anak yang seharusnya belum pantas untuk mereka jalani pada waktu se-usia
mereka . anak-anak sangat butuh sekali waktu bermain dan waktu lebih banyak
bersama keluarga.

KPAI Anggap "Full Day School" Akan Ganggu


Kehidupan Sosial Anak
Selasa, 9 Agustus 2016 | 12:46 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Menurut dia, menghabiskan waktu dengan durasi


panjang di sekolah dapat mengganggu intensitas interaksi anak.
"Anak-anak butuh interaksi dengan teman sebaya di sekolah, teman di
lingkungan tempat tinggal, dan dengan keluarga di rumah," ujar Asrorun
melalui keterangan tertulis, Selasa (9/8/2016).
Asrorun mengatakan, masing-masing siswa memiliki kondisi yang berbedabeda dan tak bisa disamakan. Ada siswa yang orangtuanya bekerja di rumah,
ada juga yang tak bekerja.
Bagi orangtua yang tidak bekerja, tentu akan mengurangi intensitas
pertemuan dengan anaknya.
"Bahkan, dalam kondisi tertentu, anak jangan lama-lama di sekolah, agar
cepat berinteraksi dengan orangtua. Apalagi yang kelas 1 SD," kata Asrorun.
(baca: Ongkos Mahal Gagasan "Mengajar 12 Jam" dan "Full Day School")
Asrorun menilai, wacana ini justru akan merugikan anak. Terlebih tanpa
didahului kajian yang matang.
Meski ada beberapa sekolah yang menerapkan sekolah seharian penuh,
tetapi penerapannya tidak bisa disamaratakan dengan sekolah lain.
"Kebijakan pendidikan apalagi yang bersifat nasional tidak bisa didasarkan
pengalaman orang perorang. Pengambilan kebijakan nasional tidak boleh
parsial. Tidak boleh hanya berdasar kepada pengalaman pribadi," kata dia.
Menurut Asrorun, penerapan suatu program harus diikuti dengan perbaikan
yang memadai. Caranya bukan dengan "mengurung" anak seharian di
sekolah, melainkan dengan perbaikan sistem pendidikan. Salah satunya
dengan menjadikan lingkungan sekolah yang ramah bagi anak.
Selain itu, Asrorun menilai, memanjangkan waktu di sekolah justru
berpotensi timbulnya kekerasan di lingkungan sekolah.
Dalam wacana ini, kata Asrorun, ada sejumlah hal yang perlu
dipertimbangkan. Pertama, adanya penambahan beban guru. Kemudian,
disertai juga penambahan buaya untuk kegiatan.

Orangtua pun harus menyesuaikan waktu untuk melakukan kegiatan


bersama anak yang sebelumnya sudah terbiasa dilakukan.
"Pertimbangkan juga anak yang harus membantu orangtua dan keragaman
kondisi sosial di berbagai daerah," kata Asrorun.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy sebelumnya
mengatakan, Presiden Joko Widodo telah berpesan bahwa kondisi ideal
pendidikan di Indonesia adalah ketika dua aspek pendidikan bagi siswa
terpenuhi.
Adapun dua aspek pendidikan itu ialah pendidikan karakter dan
pengetahuan umum. (baca: "Full Day School" Tak Berarti Belajar Seharian di
Sekolah, Ini Penjelasan Mendikbud)
Pada jenjang sekolah dasar (SD), siswa mendapatkan pendidikan karakter
sebanyak 80 persen dan pengetahuan umum sebanyak 20 persen.
Sementara itu, pada jenjang sekolah menengah pertama (SMP), pendidikan
karakter bagi siswa terpenuhi sebanyak 60 persen dan pengetahuan umum
sebanyak 40 persen.
"Merujuk arahan Presiden Joko Widodo, kami akan memastikan bahwa
memperkuat pendidikan karakter peserta didik menjadi rujukan dalam
menentukan sistem belajar mengajar di sekolah," kata Muhadjir, dalam
keterangan tertulis, Selasa (9/8/2016).
Kemudian, guna memenuhi pendidikan karakter di sekolah itu, Kemendikbud
akan mengkaji penerapan sistem belajar mengajar dengan full day school.
Namun, full day school ini bukan berarti para siswa belajar selama sehari
penuh di sekolah. Program ini memastikan siswa dapat mengikuti kegiatankegiatan penanaman pendidikan karakter, misalnya mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler.
Muhadjir mengatakan, lingkungan sekolah harus memiliki suasana yang
menyenangkan. Hal tersebut dapat dilakukan dengan menerapkan
pembelajaran formal sampai dengan setengah hari, selanjutnya dapat diisi
dengan kegiatan ekstrakurikuler.
"Usai belajar setengah hari, hendaknya para peserta didik (siswa) tidak
langsung pulang ke rumah, tetapi dapat mengikuti kegiatan ekstrakurikuler
yang menyenangkan dan membentuk karakter, kepribadian, serta
mengembangkan potensi mereka," kata Muhadjir.
Dengan demikian, kata Muhadjir, para siswa dapat terhindar dari pengaruhpengaruh negatif dan kegiatan kontraproduktif, seperti penyalahgunaan
narkoba, tawuran, dan sebagainya.

Ia mengatakan, saat ini sistem belajar tersebut masih dalam pengkajian


lebih mendalam, termasuk perihal kondisi sosial dan geografis mana saja
yang memungkinkan sistem belajar tersebut diterapkan.
"Misalnya di daerah mana saja yang orangtuanya sibuk sehingga tidak punya
banyak waktu di rumah," kata dia.
(Baca: Mendikbud Usul Siswa Bersekolah Seharian Penuh, Wapres Kalla
Setuju)
Selain itu, Kemendikbud juga akan mengkaji masukan-masukan dari
masyarakat. Ia mengatakan, penerapan full day school juga dapat
membantu orangtua dalam membimbing anak tanpa mengurangi hak anak.
Setelah bekerja, para orangtua dapat menjemput buah hati mereka di
sekolah.
(Baca juga: Ini Alasan Mendikbud Usulkan "Full Day School")
Dengan sistem ini juga, orangtua tidak khawatir atas keamanan anakanaknya karena mereka tetap berada di bawah bimbingan guru selama
orangtuanya berada di tempat kerja.
"Peran orangtua juga tetap penting. Di hari Sabtu dapat menjadi waktu
keluarga. Dengan begitu, komunikasi antara orangtua dan anak tetap terjaga
dan ikatan emosional juga tetap terjaga," kata Muhadjir.
http://nasional.kompas.com/read/2016/08/09/12463051/kpai.anggap.full.day.school.
akan.ganggu.kehidupan.sosial.anak
kemudan ditanggapi oleh KPAI bahwa anak-anak butuh waktu buat temanteman baik lingkungan sekolah, luar, lingkungan rumah dan sebagainya untuk
mengembangkan psikologis anak. Bisa dikatakan hampir sama penjelasan dengan
bupati rita. Karena dipermasalahkan dengan banyaknya kendala baik itu dari tenaga
pengajar hingga fasilitas yang belum masih memadai.

Anda mungkin juga menyukai