BAB I PENDAHULUAN
1.1 HISTORY TAKING... 2
BAB II PEMBAHASAN
1. PENANGANAN AWAL.3
2. PENYEBAB PENURUNAN KESDARAN..........16
3. MENILAI KESADARAN MENURUN.16
4. KLASIFIKASI DERAJAT KESADARAN17
5. PATOMEKANISME GEJALA..18
BAB III KESIMPULAN.20
DAFTAR PUSTAKA ..21
KASUS I
Perempuan 21 tahun dibawa ke Puskesmas
tempat tidur dan diperiksa, penderita tidak memberi respon dan tetap mendengkur dengan irama
napas 40 kali/menit. Muka kelihatan pucat, nadi radial tidak teraba. Ditemukan jejas pada daerah
pelipis kanan, bahu kanan, dan perut kiri bawah. Dari beberapa orang yang mengantar tidak
satupun yang tinggal dan dapat memberi keterangan tentang keadaan dan apa yang terjadi pada
penderita tersebut.
RESUME KASUS
-
Perempuan 21 tahun
Tidak sadar
Mendengkur/snoring
PERTANYAAN
1. Bagaimana Penanganan awal pada pasien dengan penurunan kesadaran ?
2. Bagaimana anatomi & fisiologi pusat kesadaran ?
3. Apa penyebab penurunan kesadaran ?
4. Bagaimana cara mengenal dan menilai kesadaran ?
2
Multiple casualties
Musibah masal dengan jumlah penderita dan beratnya perlukaan tidak melampaui
kemampuan rumah sakit. Dalam keadaan ini penderita dengan masalah yang mengancam
Penanganan
Berhasilnya resusitasi tergantung dari cepatnya pembukaan jalan nafas, bila penderita sadar
dapat berbicara kalimat panjang : airway baik, breathing baik. Namun jika pasien tidak sadar
akan menjadi cukup sulit. Lakukan penilaian airway look-listen-feel
Obstruksi jalan nafas
a. Obstruksi total
Pada obstruksi total mungkin penderita ditemukan masih sadar atau dalam keadaan tidak
sadar. Pada obstruksi total yang akut, biasanya disebabkan tertelannya benda asing yang
lalu menyangkut dan menyumbat pangkal larynx, bila obstruksi total timbul perlahan
maka akan berawal dari obstruksi parsial menjadi total.
b. Obstruksi parsial
Disebabkan beberapa hal, biasanya penderita masih dapat bernafas sehingga timbul
-
beraneka ragam suara, tergantung penyebabnya (semuanya saat menarik nafas, inspirasi)
Cairan (darah,secret, aspirasi lambung) bunyi berkumur-kumur (gargling)
Lidah yang jatuh ke belakang-ngorok (snoring)
Penyempitan di laring atau trakea (stridor)
posisi netral selama resusitasi. Penolong berada di atas kepala penderita, letakkan kedua
tangan di samping pipi penderita, pegang rahangnya pada sudutnya, kenudian angkat
mandibula kea rah depan. Siku penolong dapat di letakkan di atas permukaan dimana
penderita berbaring. Tekhnik ini akan mengangkat rahang dan membuka jalan nafas
dengan gerakan minimal kepala.
Head tilt-chin lift
Jaw Thrust
Cairan : suction
Pipa Oropharynx
Nasopharyngeal Airway
dari tubuh. Ventilasi yang baik meliputi fungsi yang baik dari paru, dinding dada dan
diafragma. Setipa komponen ini harus dievaluasi dengan cepat.
Dada penderita harus dibuka untuk melihat ekspansi pernafasan. Auskultasi dilakukan
untuk memastikan masuknya udara ke dalam paru. Perkusi dilakukan untuk menilai
adanya udara atau darah di rongga pleura. Inspeksi dan palpasi dapat memeperlihatkan
kelainan dinding dada yang mungkn mengganggu ventilasi.
1. Pemeriksaan fisik penderita
a. Pernafasan normal, kecepatan bernafas manusia adalah
Dewasa : 12-20 kali/menit
Anak-anak : 15-30 kali/menit
Pada orang dewasa abnormal bila pernafasan >30 atau <10 kali/menit
b. Sesak nafas
Bila penderita sadar, dapat berbicara tapi tidak dapat berbicara kalimat panjang :
airway baik , breathing terganggu, penderita terlihat sesak. Sesak nafas dapat
-
terlihat atau mungkin juga tidak. Bila terlihat maka akan ditemukan :
Penderita mengeluh sesak
Bernafas cepat
Pemakaian otot pernafasan tambahan
Penderita terlihat agak kebiruan
2. Pemberian oksigen
Kanul hidung
Masker oksigen
Look-listen-feel
Ambu Bag
Jacson reese
Ventilator
2. Penanganan
Posisi tredelenburg maneuver (angkat kaki pasien 45o ke atas)
Lakukan resusitasi cairan
-
dengan
cara
menggunting, guna memeriksa dan evaluasi penderita. Setelah pakaian dibuka, penting
penderita diselimuti agar penderita tidak kedinginan. Harus dipakaikan selimut hangat,
ruangan cukup hangat, dan diberikan cairan intra vena yang sudah dihangatkan. Yang
penting adalah suhu tubuh penderita, bukan rasa nyaman petugas kesehatan.
Cara memakai obat-obatan darurat sesuai dengan penyebab penurunan
kesadaran :
Tujuan utama dari perawatan intensif ini adalah mencegah terjadinya cedera sekunder
terhadap otak yang telah mengalami cedera. Prinsip dasarnya adalah apabila sel saraf
otak diberikan suasana uang optimal untuk pemulihan maka diharapkan dapat berfungsi
normal kembali, sebaliknya apbila saraf dalam keadaan tak memadai maka sel akan
kehilangan fungsi sampai mengalami kematian. Adapun obat-obat yang digunakan adalah
-
:
Cairan intravena
Cairan intravena diberikan untuk resusitasi cairan penderita agar tetap normovolemi.
Cairan yang dianjurkan, yaitu cairan yang larut garam fisiologis (RL). Kadar natrium dan
10
dilatasi bilateral dan reaksi cahaya pupil negative namun tidak hipotensi.
Furosemide
Obat ini digunakan bersama manitol untuk menurunkan TIK. Dosis :0,3-0,5mg/kgBB.
Secara intravena.
Barbiturate
Barbiturate bermanfaat untuk menurunkan TIK yang refrakter terhadap pemberian obatobatan atau prosedur yang biasa. Namun obat ini tidak boleh diberikan bila terdapat
hipotensi, karena barbiturate sendiri juga menurunkan tekanan darah. Karena itu
barbiturate tidak boleh diberikan pada fase akut resusitasi.
11
vital.
Anamnesis
Setipa pemeriksaan yang lengkap memerlukan anamnesis mengenai riwayat perlukaan.
Sering kali data seperti ini tidak bisa di dapat dari penderita sendiri.
Riwayat AMPLE harus di ingat :
A ; alergi
M : Medikasi
P : Past illness
L : Last meal
E : environment
Mekanisme perlukaan sangat menentukan keadaan penderita. Petugas lapangan
seharusnya melaporkan mekanisme perlukaan. Jenis perlukaan dapat di ramalkan dari
mekanisme kejadian perlukaan itu. Trauma biasanya di bagi dalam dua jenis : tumpul dan
tajam.
Pemeriksaan fisik
Kepala
12
Survey sekunder dimulai dengan evaluasi kepala. Seluruh kulit kepala harus diperiksa
akan adanya luka, kontusio, atau fraktur. Karena kemungkinan bengkaknya mata yang
akan mempersulit pemeriksaan yang teliti, mata harus diperiksa akan adanya : ketajaman
visus, ukuran pupil, perdarahan konjunctiva, luka tembus pada mata, lensa kontak,
-
setelah penderita stabil sepenuhnya dan pengelolaan dapat dilkakukan dengan aman.
Vertebra
Penderita dengan trauma capitis atau maksilofacial dianggap ada fraktur cervical atau
kerusakan ligamentosa servikal, pada leher kemudian dilakukan imobilisasi sampai
sternum dapat nyeri bila ada fraktur sternum atau ada costochondral separation
Abdomen
Trauma adomen harus ditangani dengan agresif. Diagnosis yang tepat tidak terlalu
dibutuhkan yang penting adalah adanya indikasi untuk operasi. Pada saat penderita baru
dating, pemeriksaan abdomen yang normal tidak menyingkirkan diagnosis perlukaan
Neurologis
Pemeriksaan neurologis yang teliti meliputi pemeriksaan tingkat kesadaran, ukuran dan
reaksi pupil, pemeriksaan motoric dan sensorik. Pemeriksaan neurologis dapat dikenal
dengan pemeriksaan GCS.
f. Reevaluasi
Monitoring tanda vital dan produksi urin penting. Produksi urin pada orang dewasa
sebaiknya dijaga cc/kgBB/jam. Pada anak 1 cc/kgBB/jam. Bila penderita dalam
keadaan kritis dapat dipakai pulse oxymetry dan end tidal CO2 monitoring.
13
g. Penanganan definitive
Untuk keputusan merujuk penderita dapat dipakai interhospital triage criteria. Kriteria
ini memakai data fisiolgis penderita, cedera anatomis, mekanisme perlukaan,
penyakit-penyakit penyerta serta factor-faktor yang dapt mengubah prognosis.
1. Penyebab penurunan kesadaran
S : sirkulasi
E : ensefalitis
M : metabolik
E : elektrolit
N : neoplasma
I : intoksikasi
T : trauma
E : epilepsi
2. Cara menilai kesadaran
AVPU
Allert
Verbal
Pain
Unresponsive
Stupor (derajat 2)
Gerakan spontan (+), reflek (+) terhadap rangsang nyeri taktil, auditorik, respon verbal,
bahasa isyarat
Somnolent (derajat 1)
Penderita cenderung tertidur
haus yang hebat, peningkatan denyut nadi, penurunan tekanan darah, kulit dingin, pucat,
serta kesadaran yang mulai terganggu.
Tahap irreversible dimana kerusakan organ yang terjadi telah menetap dan tidak
dapat diperbaiki. Tahap ini terjadi jika tidak dilakukan pertolongan sesegera mungkin,
maka aliran darah akan mengalir sangat lambat sehingga menyebabkan penurunan
tekanan darah dan denyut jantung. Mekanisme pertahan tubuh akan mengutamakan aliran
darah ke otak dan jantung sehingga aliran darah ke organ hati, ginjal menurun. Hal ini
yang menjadi penyebab rusaknya hati maupun ginjal. Walaupun dengan pengobatan yang
baik sekalipun, kerusakan organ yang terjadi telah menetap dan tidak dapat diperbaiki.
DAFTAR PUSTAKA
www.bt.cdc.gov/masscasualties
http://jurnal.fk.unand.ac.id
Jurnal Kesehatan Andalas. 2013; 2(3)
Amcan college of surgeons, Advance Trauma Life Support Program for
Doctors, 6th edition, USA,1997
17