Anda di halaman 1dari 12

Skripsi, Maret 2012

Dwi Putro Iriyanto


HUBUNGAN PELAKSANAAN PSN DENGAN KEJADIAN DEMAM
BERDARAH DENGUE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
PULOKULON 1 TAHUN 2011.
( xi + 52 halaman + 11 tabel + 3 gambar + 14 lampiran)
ABSTRAK
PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk) DBD adalah kegiatan
memberantas telur, jentik, dan kepompong nyamuk penular DBD (aedes aegypti)
di tempat perkembangbiakannya. Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) DBD
dilakukan dengan cara 3 M PLUS.
Penyakit DBD adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang
ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus. Angka
kejadian DBD diwilayah kerja Puskesmas Pulokulon 1 mulai bulan Januari
Desember 2010 adalah 16 kasus.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pelaksanaan
PSN dengan kejadian DBD di wilayah kerja Puskesmas Pulokulon 1 tahun 2011.
Desain penelitian adalah diskriptif analitik korelasional. Dengan pendekatan
bersifat cross sectional . Teknik sampling yang digunakan adalah total sampling.
Jumlah populasi adalah 16 responden. Jumlah sampel adalah 16 responden.
Analisis menggunakan Spearman Rho untuk mengetahui hubungan Pelaksanaan
PSN dengan kejadian DBD. Instrumen kuesioner untuk mengetahui pelaksanaan
PSN dan kejadian DBD.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan PSN buruk dengan
kejadian DBD pernah sekali (37,5%), pelaksanaan PSN buruk dengan kejadiaan
DBD lebih dari sekali (25%), pelaksanaan PSN dengan kejadian DBD sekali
(18,75%), pelaksanaan PSN baik dengan kejadian DBD lebih dari sekali
(18,75%). Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara pelaksanaan
PSN dengan kejadian DBD, dengan analisis Spearman Rho dengan p Value :
0.719 (> 0.506 ).
Pendidikan kesehatan tentang PSN oleh petugas kesehatan kepada
masyarakat sangat diperlukan untuk mempengaruhi perilaku masyarakat agar
lebih optimal dalam pelaksanaan PSN.
Kata kunci : PSN, kejadian DBD
Kepustakaan : 23 ( 1998 2010)

tahun 2007 sebesar 71.78 per 100.000

PENDAHULUAN
Penyakit Demam Berdarah Dengue

penduduk dengan CFR sebesar 1,01 % . Pada

ditandai

tahun 2009 dilaporkan terjadi 158.912 kasus

dengan demam mendadak, perdarahan dikulit

dengan jumlah kematian 1.420 orang. Dengan

maupun bagian tubuh lainnya, yang dapat

demikian IR DBD pada tahun 2009 adalah

menimbulkan

68,22 per 100.000 penduduk dan CFR sebesar

adalah

penyakit

menular

shock,

yang

bahkan

kematian

0,89 %. Angka-angka tersebut mengalami

(Trikrianto, 2009).
pertama

peningkatan dibanding tahun 2008 dengan IR

(DBD)

sebesar 59,02 per 100.000 penduduk dan CFR

di Asia ditemukan di Manila pada tahun 1954

sebesar 0,86 % (Departemen Kesehatan RI,

dan dilaporkan di Quintas. Di Indonesia kasus

2010).

Kejadian

Luar

Biasa

penyakit Demam Berdarah Dengue

Di

DBD pertama kali ditemukan pada tahun

Kabupaten

Grobogan,

DBD

1968 di Surabaya dan Jakarta, angka kejadian

ditemukan pertama kali di Desa Depok,

penyakit DBD meningkat dan menyebar ke

Kecamatan Toroh pada tahun 1974 sebanyak

seluruh daerah kabupaten diwilayah Republik

4 kasus dengan kematian 2 kasus (CFR = 50

Indonesia

(Soegeng Soegijanto, Florentina

%). Berdasarkan profil Dinas Kesehatan

Sustini, Adi Wirahjanto, 2008). Sejak pertama

Kabupaten Grobogan tahun 2010, kasus DBD

kali ditemukan, jumlah kasus menunjukkan

didaerah

kecenderungan meningkat baik dalam jumlah

cenderung mengalami peningkatan. Dalam

maupun luas wilayah yang terjangkiti dan

profil Dinas Kesehatan disebutkan jumlah

secara sporadis selalu terjadi KLB setiap

kasus DBD dalam 3 tahun terakhir mengalami

tahun. Tercatat bahwa pada tahun 2002, 2003,

peningkatan. Pada tahun 2008 ditemukan 493

2004 dan 2005 terjadi kasus dalam jumlah

kasus , tahun 2009 ditemukan 806 kasus, dan

masing-masing 40.377, 52.000, 79.462 dan

tahun 2010 ditemukan 720 kasus. Pada tahun

80.837. Kejadian Luar biasa (KLB) terjadi

2008 jumlah kematian akibat penyakit DBD

pada tahun

2005 dengan Case Fate Rate

ditemukan sebanyak 6 orang, tahun 2009

(CFR) mencapai 2 %. Pada tahun 2006, total

jumlah kematian akibat DBD ditemukan

kasus DBD di Indonesia sudah mencapai

sebanyak 16 orang, dan tahun 2010 jumlah

104.656 kasus dengan CFR sebesar 1,03 %

kematian akibat DBD ditemukan sebanyak 12

dan sepanjang tahun 2007 dilaporkan terjadi

orang.

158.115 kasus. Incidence Rate (IR) pada

tersebut

dari

tahun

ke

tahun

Berdasarkan

data

dari

Dinas

upaya lain dalam pengendalian vektor untuk

Kesehatan Kabupaten Grobogan tahun 2010

mencegah kejadian DBD dilakukan dengan

untuk kejadian penyakit DBD di wilayah

menghindari

kerja Puskesmas Pulokulon 1 didapatkan data

nyamuk dewasa (Yatin,2007). Dari uraian

tahun 2005 ditemukan 8 kasus Incident Rate

tersebut peneliti ingin mengetahui hubungan

(IR) 1,58, tahun 2006 ditemukan 8 kasus IR

pelaksanaan PSN (Pemberantasan Sarang

1,57, tahun 2007 ditemukan 20 kasus IR

Nyamuk) dengan kejadian DBD di Wilayah

13,93, tahun 2008 ditemukan 18 kasus IR

kerja Puskesmas Pulokulon 1 .

3,54 dengan jumlah kematian akibat penyakit

terjadinya

Tujuan

umum

kontak

dengan

penelitian

DBD sebanyak 1 orang, CFR 5,6 %, tahun

mengetahui

2009 ditemukan 21 kasus IR 4,13, dan tahun

dengan kejadian

2010 ditemukan 16 kasus IR 3,10. Dari

Puskesmas Pulokulon 1 tahun 2011.

adalah

Hubungan Pelaksanaan PSN


DBD di wilayah

kerja

standar WHO, sebuah daerah dapat dikatakan


baik penanganan kasus DBD bila nilai CFR-

METODE PENELITIAN

nya dibawah 1 %.
Sampai

Jenis
saat

ini

masih

belum

adalah

penelitian

penelitian

yang

digunakan

kuantitatif,

deskriptif

ditemukan obat dan vaksin yang efektif untuk

analtik korelasional, karena peneliti ingin

penyakit

DBD.

Sarang

membuat gambaran atau diskripsi dan analisa

Nyamuk

(PSN

cara

hubungan antara pelaksanaan PSN dengan

pengendalian vektor sebagai salah satu upaya

kejadian DBD secara obyektif. Penelitian ini

yang dilakukan untuk mencegah terjadinya

menggunakan pendekatan belah lintang (cross

penularan Penyakit DBD. Kampanye PSN

sectional). Populasi dalam penelitian ini

sudah digalakkan dengan semboyan 3 M,

adalah keluarga yang mempunyai anggota

yakni Menguras tempat penampungan air

keluarga yang menderita DBD tahun 2010 di

secara teratur, Menutup tempat tempat

wilayah kerja Puskesmas

penampungan air dan Mengubur barang

sebanyak

barang bekas yang dapat menjadi sarang

penelitian ini menggunakan seluruh anggota

nyamuk ( Erik, 2004).dengan perhatian

populasi (sampel jenuh) yang memenuhi

terhadap faktor lingkungan, khususnya dalam

kriteria dibawah ini sebanyak 16. Lokasi

hal

penelitian

upaya

Pemberantasan
)

Pencegahan

merupakan

penyakit.

Selain

kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk,

16

di

keluarga.

wilayah

Pulokulon 1,
Sampel

kerja

dalam

Puskesmas

Pulokulon 1. Waktu penelitian pada bulan

Desember 2011. Instrument yang digunakan


untuk penelitian ini adalah kuesioner yang
terdiri atas 3 bagian. Bagian pertama (A)
digunakan untuk menggali data demografi
sampel

penelitian,

bagian

kedua

(B)

digunakan untuk menanyakan perilaku sampel

dan berumur 45 tahun keatas sejumlah


3 responden (18,75%).
2. Jenis Kelamin
Distribusi
frekuensi

kelamin responden dapat dilihat pada


tabel di bawah ini:
Tabel 5.2 Karakteristik Responden

penelitian tentang Pemberantasan Sarang


Nyamuk (PSN) untuk mencegah DBD yang

jenis

berdasarkan jenis kelamin

(C) digunakan untuk menanyakan pada

Jenis kelamin
Frekuensi
Laki - laki
14
Perempuan
2
Total
16
Sumber: Data Primer

sampel penelitian tentang kejadian demam

Berdasarkan tabel 5.2 karakteristik

berdarah pada anggota keluarganya. Analisis

responden

data menggunakan korelasi Sperman Rho

adalah sebagian besar laki laki ( 87,5

(rh).

%)

terdiri atas 13 butir pertanyaan, bagian ketiga

A. Karakteristik Responden
1. Umur
Distribusi frekuensi

umur

bawah ini:
Tabel 5.1 Karakteristik Responden
Berdasarkan Umur

Sumber: Data Primer


Berdasarkan

kelamin

sebagian

kecil

responden dapat dilihat pada tabel di

responden dapat dilihat pada tabel di

Frekuensi
6
7
3
16

dan

jenis

perempuan(12,5%).
3. Pendidikan
Distribusi frekuensi pendidikan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Umur
25 34 tahun
35 44 tahun
45 tahun keatas
Total

menurut

Persentase
87,5
12,5
100

Persentase
37,5
43,75
18,75
100

tabel

5.1

bawah ini:
Tabel 5.3 Karakteristik Responden
Berdasarkan Pendidikan
Pendidikan
SD
SMP
SMA
Total

Frekuensi
14
1
1
16

Sumber: Data Primer


Berdasarkan
karakteristik
pendidikan

Persentase
87,5
6,25
6,25
100

tabel

responden
sebagian

5.3
menurut

besar

adalah

disebutkan bahwa responden berumur

berpendidikan

25 34 tahun sejumlah 6 responden

sebagian kecil SMP (6,25%) serta

(37,5 %) , responden berumur 35 44


tahun sejumlah 7 responden (43,75%)

SD

SMA (6,25%).
4. Pekerjaan Responden

(87,5%)

dan

Distribusi frekuensi pekerjaan


responden dapat dilihat pada tabel di
bawah ini:
Tabel 5.4 Karakteristik Responden
Berdasarkan Pekerjaan
Pekerjaan
Petani
Perangkat desa
Swasta
Total

Frekuensi
14
1
1
16

menunjukkan

tabel

mayoritas

5.4

responden

bekerja sebagai petani (87,5%) dan


perangkat desa (6,25%) serta swasta
(6,25%).
B. Analisa Univariat
Analisa
Univariat

menunjukkan

bahwa

5.5

mayoritas

responden buruk dalam pelaksanaan PSN


sejumlah 10 responden (62,5%) dan

Persentase
87,5
6,25
6,25
100

Sumber: Data Primer


Berdasarkan

Data hasil penelitian tahun 2011


Berdasarkan
tabel

dilakukan

sebagian kecil baik dalam pelaksanaan


PSN sejumlah 6 responden (37,5%).
2. Distribusi

Frekuensi

Berdasarkan

Kejadian DBD
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Kejadian
DBD di Wilayah Kerja Puskesmas
Pulokulon 1 Tahun 2010
Pernah
sekali
Pernah lebih
dari sekali
Total

Frekuensi
9

Persentase
56,25%

43,75%

16

100

variabel.

Data hasil penelitian tahun 2011


Berdasarkan tabel 5.6 dapat

Berdasarkan hasil penelitian yang telah

diketahui bahwa sebagian besar responden

dilakukan, setiap variabel diolah secara

tahun 2010 pernah sekali menderita

univariat. Untuk mendapatkan distribusi

penyakit DBD sejumlah 9 responden

frekuensi dan persentase variabel tersebut

(56,25%) dan pernah lebih dari sekali

meliputi

menderita penyakit DBD sejumlah 7

terhadap

masing-masing

pelaksanaan

PSN

dengan

responden (43,75%).

kejadian DBD.

1. Distribusi

Frekuensi

Responden

Berdasarkan Pelaksanaan PSN


Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi
Pelaksanaan PSN
Pelaksanaan
PSN
Baik
Buruk
Total

Frekuensi

Persentase

6
10
16

37,5%
62,5%
100

C. Analisa Bivariat
Analisa bivariat digunakan untuk
mengetahui hubungan antara dua variabel
yaitu pelaksanaan PSN dengan kejadian
DBD

yang

dikategorikan

untuk

membuktikan hipotesis. Uji statistik yang

digunakan adalah uji Sperman Rho (r)

PEMBAHASAN

karena distribusi data tidak normal.


Jika penyelesaian dengan Sperman

A. Karakteristik Responden

1. Umur

Rho diperoleh r hitung > r tabel maka Ho

Hasil penelitian menunjukkan

ditolak. Artinya ada hubungan antara

bahwa responden berumur 25 tahun ke

pelaksanaan PSN dengan kejadian DBD.

atas yang merupakan usia dewasa,

Tabel 5.7 Hubungan Pelaksanaan


PSN dengan kejadian DBD di wilayah
Kerja Puskesmas Pulokulon 1 Tahun
2011

dimana

pada

orang

dewasa

suatu

perilaku yang mencakup, pengetahuan,


sikap dan perbuatan. Dimulai dari
domain

kognitif

yang

memberi

rangsangan obyek atau materi yang


menimbulkan pengetahuan baru yang
memberi respon batin berupa sikap yang
akhirnya memberikan tanggapan lebih
Berdasarkan
bahwa

pelaksanaan

tabel
PSN

5.7

disebutkan

buruk

dengan

jauh berupa tindakan ( Notoatmodjo S,


2002).

kejadian DBD pernah sekali jumlahnya 6

Dari hasil penelitian bahwa

(37,5%), pelaksanaan PSN buruk dengan

responden berusia 21 34 tahun

kejadian DBD pernah lebih dari sekali

(37,5%) dan usia 35 44 tahun

jumlahnya 4 (25%) total 10. Pelaksanaan baik

(43,75%). Usia tersebut masuk dalam

dengan

kelompok usia produktif, dalam arti

kejadian

DBD

pernah

sekali

jumlahnya 3 (18,75%), dan pelaksanaan PSN

mudahnya

baik dengan kejadian DBD pernah lebih dari

perubahan perilaku dalam PSN masih

sekali jumlahnya 3 (18,75%) total 6.

sangat dimungkinkan.
Dari uraian ini maka dapat

Hasil uji statistik dapat dilihat


pada tabel, bahwa nilai p = 0,719 lebih
besar dari 0,506 yang berarti Ho
ditolak, artinya ada hubungan antara
pelaksanaan PSN dengan kejadian
DBD di wilayah kerja Puskesmas
Pulokulon 1 tahun 2011

proses

belajar

untuk

disimpulkan umur responden sebagian


besar dewasa karena penelitian ini
dilakukan pada siang

hari sehingga

responden yang remaja lebih banyak


disekolah,

sehingga

yang

menjadi

responden kebanyakan orang tua.

Penelitian ini sejalan dengan

Subarani dengan judul Faktor-faktor

penelitian terdahulu yaitu penelitian

yang berhubungan dengan perilaku PSN

Yenni Riama Subarani dengan judul

DBD

Faktor-faktor yang berhubungan dengan

Kabupaten/Kota propinsi NAD tahun

perilaku PSN DBD pada masyarakat di

2007 yang menyatakan sebagian besar

5 Kabupaten/Kota propinsi NAD tahun

responden perempuan lebih besar yaitu

2007 yang menyatakan proporsi usia


dewasa lebih besar 38,7 %, penelitian
Dewa

Ayu

Gambaran

Yuliani

dengan

Pengetahuan,

Perilaku

Sikap

masyarakat

penggunaan

judul
dan

mengenai

Larvasida

dalam

pencegahan DB di Kelurahan Pangkalan


Jati Kodya Depok Tahun 2008 dengan
hasil 77,3% responden usia dewasa.
2. Jenis Kelamin
Dari
hasil
penelitian
menujukkan

bahwa

mayoritas

responden berjenis kelamin laki-laki


87,5 % sedangkan sisanya 12,5 %
responden berjenis kelamin perempuan.
Hal ini menunjukkan bahwa
lebih

dominan

dibandingkan

responden

responden

laki-laki

perempuan.

pada

masyarakat

72,2 %.
3. Pendidikan
Dilihat

dari

di

pendidikan,

sebagian besar pendidikan responden


adalah lulusan SD, dimana termasuk
katagori rendah. Notoatmodjo (2003)
menjelaskan
pendidikan

bahwa

semakin

seseorang,

maka

tinggi
akan

mudah menerima hal-hal baru dan


mudah menyesuaikan dengan hal baru.
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa pendidikan responden mayoritas
adalah SD yaitu 87,5 %. Dengan
pendidikan

yang

rendah

tersebut,

membuat responden sulit menerima


informasi

tentang

pentingnya

PSN

(Pemberantasan Sarang Nyamuk) untuk


mencegah

penyakit

DBD

(Demam

Besarnya jumlah responden laki-laki

Berdarah) dan melaksanakan PSN di

pada penelitian ini karena penelitian ini

lingkungan rumahnya masing-masing.


Bila dibandingkan dengan

dilakukan pada siang hari, dimana


responden sebagian besar baru pulang
dari bekerja di sawah karena responden
sebagian besar bekerja sebagai petani.
Penelitian ini berbeda dengan
penelitian terdahulu yakni Yenni Riama

penelitian

dari Erwin Effendi

dan

Wahyu Widayati 2008 yang berjudul


Hubungan
dengan

karakteristik

pelaksanaan

masyarakat

pemberantasan

sarang nyamuk demam berdarah dengue

di kecamatan Beji dengan tingkat

Pelaksanaan PSN yang buruk juga bisa

pendidikan rendah 28 orang(25,5%) dan

karena sikap responden yang

tingkat pendidikan tinggi 82 orang

memperhatikan cara pencegahan penyakit

(74,5%).
B. Pelaksanaan PSN
Berdasarkan
menunjukkan
responden

kurang

DBD dengan cara PSN . Hal ini


penelitian

bahwa
(62,5%)

sebagian

besar

buruk

dalam

pelaksanaan PSN dan sebagian kecil


(37,5%) baik dalam pelaksanaan PSN.
Hasil penelitian menunjukkan

dikarenakan

sebagian

besar

tingkat

pendidikan responden rendah yaitu SD


( 87,5 % ). Dengan pendidikan yang
rendah tersebut akan sulit untuk menerima
informasi

atau

pengetahuan

terutama

tentang manfaat PSN dalam pencegahaan

bahwa dengan jenis soal 3 M untuk

DBD. Sebaliknya, semakin tinggi tingkat

kategori menguras , semua responden

pendidikan seseorang semakin mudah

menjawab

untuk

pernah,

artinya

semua

responden menguras tempat penampungan


air, untuk kategori menutup; 11 responden
menjawab pernah yang artinya masih
banyak responden yang belum menutup
tempat

penampungan

air

yaitu

responden, untuk kategori mengubur; 13


responden menjawab pernah yang artinya
masih

ada

responden

mengubur barang -

yang

belum

barang bekas yang

bias menampung air hujan yang menjadi


tempat

berkembangbiaknya

nyamuk

aedes aegypti.
Pelaksanaan PSN Yang buruk bisa
disebabkan

oleh

beberapa

hal.

Pelaksanaan PSN yang buruk bisa karena


responden belum atau kurang memahami
tentang PSN yang benar dan manfaat PSN
dalam

pencegahan

penyakit

DBD.

menerima

pengetahuan

atau

informasi.
Individu mencari dukungan dari
orang

lain

keputusan

disekitarnya
yang

telah

terhadap
dibuatnya

(Notoatmodjo S,2003). Lawrence Green


dalam Notoatmodjo S (2003) mencoba
menganalisis

perilaku

kesehatan.

Kesehatan seseorang atau masyarakat


dipengaruhi dua faktor pokok, yakni
faktor perilaku (behavior causes) dan
faktor diluar perilaku ( non-behavior
causes).
C. Kejadian DBD
Hasil penelitian

menunjukkan

sebagian besar responden tahun 2010


pernah sekali menderita penyakit DBD
sejumlah 9 responden (56,25%) dan
pernah

lebih

dari

sekali

menderita

penyakit DBD sejumlah 7 responden

bunga, genangan air di berbagai tempat,

(43,75%).
Dari hasil penelitian didapatkan 7

ban bekas, batok kelapa, potongan bambu,

responden atau 43,75 % pernah menderita


DBD

lebih

dari

sekali

yang

bisa

disimpulkan bahwa wilayah penelitian


adalah endemis DBD yang disebabkan
karena

masyarakat

kurang

menjaga

kebersihan lingkungannya. Masyarakat


belum menguras secara benar tempat
penampungan air secara rutin minimal 1
minggu

sekali.

Masyarakat

belum

menutup seluruh tempat penampungan air.


Masyarakat belum mengubur seluruh
barang

barang

bekas

yang

bisa

menampung air hujan yang merupakan


tempat

berkembangbiaknya

nyamuk

aedes aegypti. Masyarakat juga tidak


terbiasa mengganti air pot bunga , air
tempat makan burung dan lain sebagainya
yang juga tempat berkembangbiaknya
nyamuk aedes aegypti.
Dari hasil data sekunder yang
didapatkan dari Puskesmas Pulokulon 1
bahwa dari desa-desa yang menjadi lokasi

drum, kaleng-kaleng bekas serta botolbotol yang dapat menampung air dalam
jangka lama. Lingkungan non fisik yang
berperan dalam penyebaran DBD adalah
kebiasaan menyimpan air serta mobilisasi
masyarakat yang semakin meningkat.
D. Hubungan Pelaksanaan PSN Dengan
Kejadian DBD
Berdasarkan

pelakasanaan PSN dengan kejadian DBD,


menunjukkan

ada

dengan tingkat hubungan tinggi ( Hidayat,


2009 ).
Dari hasil penelitian ini didapatkan
hubungan

yang

DBD

diantaranya lingkungan yang tidak bersih,


seperti bak mandi yang jarang dikuras, pot

signifikan

antara

pelaksanaan PSN dengan Kejadian DBD,


dimana semakin baik pelaksanaan PSN
maka semakin kecil kejadian DBD.
Sebaliknya semakin buruk pelaksanaan
PSN maka semakin besar atau banyak

melaksanakan

penyakit

yang

kejadian DBD (p = 0,719 maka p > 0,506)

DBD di wilayah desa lokasi penelitian.


Depkes ( 2004 ) menyatakan
timbulnya

hubungan

signifikan antara pelaksanaan PSN dengan

kejadian DBD.
Perilaku

terhadap

penelitian

menunjukkan bahwa ada hubungan antara

penelitian hampir tiap tahun ada kejadian

bahwa faktor lingkungan yang berperan

hasil

penyakit

responden

PSN

DBD

untuk

dalam
mencegah

dipengaruhi

oleh

pengetahuan tentang PSN yang benar dan


tentang penyakit DBD
responden

juga sikap

terhadap pelaksanaan PSN

dalam

mencegah

penyakit

demam

tidak bisa memantau jentik nyamuk

berdarah. Selanjutnya adalah perilaku

keseluruh

responden apakah sudah benar dan rutin

pemantau jentik

nyamuk juga belum

dalam pelaksanaan PSN, dimana pada

maksimal.
Penelitian

ini

penelitian ini sebagian besar responden


buruk dalam pelaksanaan PSN dimana
responden tidak benar dalam

dan rutin

dalam melaksanakan PSN. Responden


melaksanakan

menguras

tempat

penampungan air lebih dari seminggu


sekali dan tidak menyikat dinding tempat
penampungan air yang merupakan tempat
menempel telur nyamuk aedes aegypti.
Responden yang sebagian tinggal di
pedesaan belum menutup bambu yang
dipotong yang menyisakan tempat air
tergenang

yang

berkembang

merupakan

biaknya

media

nyamuk

aedes

aegypti. Responden sebagian besar juga


belum mengubur barang-barang bekas
yang bisa menjadi tempat penampungan
air

hujan

yang

merupakan

tempat

nyamuk

aedes

berkembangbiaknya

penelitian

desa.

Keberadaan

Suhardiono

kader

sejalan

dengan

(2001)

yang

berjudul Sebuah Analisis Faktur Resiko


Perilaku Masyarakat Terhadap Kejadian
Demam Berdarah Dengue (DBD) di
Kelurahan Helvetia Tengah, Medan, tahun
2001

dengan hasil ada hubungan

tindakan dengan kejadian DBD dengan


nilai p=0,01( p<0,5) , OR = 4,487 (CI 95
% = 1,822 11,051 ) dan PR = 2,619 )
,juga penelitian Widia Eka Wati ( 2009 )
yang berjudul

Beberapa faktor yang

berhubungan dengan kejadiaan DBD di


Kelurahan Ploso kecamatan Pacitan Tahun
2009 dengan hasil ada hubungan
ketersediaan tutup pada kontainer ( p =
0,001 ), frekuensi pengurasan kontainer (
p = 0,027 ) dengan kejadian DBD di
Kelurahan Ploso kecamatan Pacitan tahun
2009, serta penelitian dari Arsa dan

aegypti.
Hasil

pengamatan

peneliti,

responden

masih

petugas

Puskesmas

menggantungkan

langsung

Wahiduddin ( 2004 ) tentang Faktorfaktor

yang

berpengaruh

terhadap

kejadiaan DBD di Kota Makasar. Hasil

dalam pemantauan Jentik nyamuk aedes

penelitian

aegypti yang merupakan Agent penyakit

kontainer( Tempat Penampungan Air )

Demam

memiliki pengaruh terhadap kejadian

Berdarah

Namun

karena

keterbatasan petugas Puskesmas yang

DBD.

adalah

faktor

pengurasan

KESIMPULAN DAN SARAN

2. Keterbatasan jumlah sampel penelitian

Berdasarkan hasil dan pembahasan

yang

digunakan

penelitian terhadap 16 responden tentang

penelitian

hubungan

optimal.

Pelaksanaan

PSN

dengan

yang

sehingga
didapatkan

hasil
kurang

kejadian Demam Berdarah Dengue di


wilayah kerja Puskesmas Pulokulon 1
tahun

2011

dapat

dikemukakan

REFERENSI
Budiharto.

kesimpulan sebagai berikut :

2008.

Metodologi

penelitian

kesehatan. Jakarta: EGC

1. Sebagian besar responden buruk dalam


pelaksanaan

PSN

sejumlah

10

responden

( 62,5 % ) dan sebagian

Dahlan,

kecil baik dalam pelaksanaan PSN


sejumlah 6 responden

( 37,5 ).

DepKes RI. 2010. Profil Kesehatan Indonesia

2. Sebagian besar responden pernah sekali

2010

menderita penyakit DBD sejumlah 9


responden (56,25%) dan sebagian kecil

S. 2010. Langkah langkah


Membuat
Proposal
Penelitian
Bidang Kedokteran dan Kesehatan:
Sagung Seto

Depkes

RI. 2010. Pencegahan dan


Pemberantasan Demam Berdarah
Dengue di Indonesia

Dinkes

Kab. Grobogan. 2007. Materi


Pelatihan
Kader
Dalam
Penanggulangan Penyakit Demam
Berdarah di Kab. Grobogan

pernah lebih dari sekali menderita


penyakit DBD sejumalah 7 responden
(43,75%).
3. Hasil uji statistik menunjukkan p Value:
0,719 > 0,506 yang

berarti

ada

hubungan antara pelaksanaan PSN


dengan kejadian DBD di wilayah kerja
Puskesmas Pulokulon 1 tahun 2011.
Keterbatasan-

keterbatasan

yang

Dinkes

Kab.

Grobogan.

2010.

Profil

Kesehatan Kab. Grobogan 2010

penulis hadapi selama penyelesaian penelitian


ini antara lain :
1. Desain yang dipakai dalam penelitian
adalah cross sectional, sehingga tidak
dapat diobservasi lebih lanjut.

Dinkes Propinsi Jawa Tengah. 2008. Profil


Kesehatan Jawa Tengah 2008
Dinkes Propinsi Jawa Tengah. 2009. Profil
Penyehatan Lingkungan Propinsi
Jawa Tengah 2009

Hidayat,

A. 2009. Metode Penelitian


Keperawatan dan Tehnik Analisis
Data. Jakarta: Salemba Medik

Sugiyono.
2010.
Metode
Penelitian
Kuantitatif Kualitatif dan R & D.
Bandung: Alfabeta

Notoatmodjo, S. 2010. Ilmu Perilaku


Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Suroso T dan Umar AI. Tanpa tahun.


Epidemiologi dan Penanggulangan
Penyakit Demam Berdarah Dengue
(DBD) di Indonesia saat ini.
Salatiga: Perpustakaan B2P2VRP

Notoatmodjo, S. 2002. Metodologi Penelitian


Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta
Nursalam.
2001.
Metodologi
Riset
Keperawatan. Jakarta: Sagung Seto
Santoso

G.2007. Fundamental Metode


Penelitian
Kuantitatif
dan
Kualitatif.Jakarta: Prestasi Pustaka.

Satari, H dan Meiliarai, M. 2004. Demam


Berdarah. Jakarta: Puspa Swara

Sutaryo. 2005. Dengue. Yogyakarta: Medika.


FK UGM.
Widyana.
1998.
Faktor-faktor
yang
Mempengaruhi Kejadian DBD di
Kabupaten
Bantul.
Jurnal
Epidemiologi Indonesia. Vol.2 Edisi
1-1998: 7
Widyastuti P.,(ed). 2005. Epidemiologi Suatu

Soegijanto, S. 2008. Demam Berdarah


Dengue.
Surabaya:
Airlangga
University Press
Sugiarto, Siagian D, Lasmono TS, Oetomo
DS. 2001.Teknik Sampling. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Sugiyono. 2007. Statistika untuk penelitian.
Bandung: Alfabeta

Pengantar, edisi 2. Jakarta: EGC


Yatim, Faisal. 2007. Macam-macam Penyakit
Menular dan Cara Pencegahannya.
Jilid 2. Jakarta: Pustaka Obor
Populer.

Anda mungkin juga menyukai