Anda di halaman 1dari 5

FORMULIR PENDAFTARAN

ANGGOTA CERC IMATEK KM FT UNSRI


PERIODE 2015/2016
NAMA
NIM
TTL
ALAMAT

: AL ABDUL MUHTARIF AKMAL


: 03031281520106
: LUBUK BASUNG, 24 SEPTEMBER 1997
: RUSUNAWA UNSRI

FOTO
3x4

AGAMA
: ISLAM
BIDANG YANG DIMINATI (WAJIB DIISI SEMUA):
1. BIOGAS
2. PENGOLAHAN LIMBAH
ALASAN MENGIKUTI BIDANG TERSEBUT :
Saya sangat tertarik mengenai biogas, karena selain merupakan salah satu jenis energy
terbaharukan, biogas juga sekaligus mengatasi permasalahan lingkungan. Selain itu menurut saya
biogas juga dapat mengatasi maslaah kemiskinan di Indonesia

RIWAYAT PENDIDIKAN :
A. FORMAL
NO
NAMA INSTANSI
1
SDI AL ISLAH
2
PPM DINIYYAH PASIA
3
B. INFORMAL
NO

NAMA INSTANSI

TAHUN
2003-2009
2009-2015

TAHUN

PENGALAMAN ORGANISASI :
NO
1
2

NAMA INSTANSI
OPPM DINIYYAH PASIA
DINIYYAH POST

TAHUN
2013-2014
2013-2014

SALINLAH KALIMAT DIBAWAH INI MENGGUNAKAN HURUF KAPITAL !


(Saya yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bersedia dan sanggup untuk berkomitmen penuh
untuk menjalankan tugas sebagai anggota CERC IMATEK KM FT UNSRIperiode 2015/2016)
.SAYA YANG BERTANDA TANGAN DI BAWAH INI MENYATAKAN BERSEDIA DAN
SANGGUP UNTUK BERKOMITMEN PENUH UNTUK MENJALANKAN TUGAS SEBAGAI
ANGGOTA
CERC
IMATEK
KM
FT
UNSRI
PERIODE
2015/2016
..........................................................................................................................................................................
Indralaya, 23 JANUARI 2016

(AL ABDUL MUHTARIF AKMAL)

(ESSAY/KARYA TULIS ILMIAH LAIN)


JUDUL

: (Tema mengenai bidang yang diminati di Indonesia)

ISI

: (Minimal 1500 kata)

BIOGAS UNTUK
KESEJAHTERAAN INDONESIA
Dewasa ini,masih banyak orang di Indonesia, seperti di banyak negara berkembang, memiliki
akses terbatas ke sumber-sumber energi yang ekonomis dan nyaman digunakan. Untuk berbagai alasan,
layanan energi yang disediakan oleh pemerintah atau sektor swasta sulit diakses oleh masyarakat yang
tinggal di daerah terpencil. Kalaupun dapat diakses, masyarakat - terutama kaum miskin - dibebani oleh
harga layanan yang mahal, membuat kondisi mereka bahkan semakin rentan secara ekonomi. Meskipun
layanan energi berkelanjutan tidak akan mengatasi penyebab utama kemiskinan, ketersediaan energi
terbatas akan menghalangi jalan mereka menuju kemakmuran.
Masyarakat perkotaan pun dewasa ini mulai merasakan kesulitan untuk memenuhi kebutuhan
bahan bakar mereka. Seiring dengan semakin menipisnya cadangan minyak bumi dan sumber energy
konvensional lainnya, bahan bakar pun semakin sulit didapat. Jikapun ada harganya semakin mahal. Hal
ini secara tidak langsung juga memicu kenaikan harga barang-barang lainnya, terutama barang-barang
kebutuhan pokok.
Apalagi dengan adanya lonjakan harga minyak dunia yang akan memberikan dampak yang besar
bagi pembangunan bangsa Indonesia. Konsumsi BBM yang mencapai 1,3 juta/barel tidak seimbang
dengan produksinya yang nilainya sekitar 1 juta/barel sehingga terdapat defisit yang harus dipenuhi
melalui impor. Menurut data ESDM (2006) cadangan minyak Indonesia hanya tersisa sekitar 9 milliar
barel. Apabila terus dikonsumsi tanpa ditemukannya cadangan minyak baru, diperkirakan cadangan
minyak ini akan habis dalam dua dekade mendatang.
Untuk mengatasi hal ini, maka diperlukan sumber energy baru dan terbaharukan yang dapat
menggantikan posisi bahan bakar fosil, atau setidaknya mengurangi ketergantungan kita akan bahan bakar
tersebut. Ada berbagai jenis sumber energy baru dan terbaharukan yang popular saat ini. Salah satunya
adalah biogas.
Biogas adalah gas yang dihasilkan oleh fermentasi anaerobik (fermentasi oleh mikroba hampa
udara) dari bahan-bahan organik yang bersifat biogradable ( bahan organik yang mudah terurai). Bberapa
bahan organik yang dapat dijadikan biogas itu antara lain seperti : kotoran hewan, kotoran manusia,
limbah domestik rumah tangga, dan limbah pertanian. Gas utama yang dihasilkan dari hasil fermentasi ini
yaitu gas metana dan gas karbon dioksida yang mudah terbakar, gas inilah yang di manfaatkan untuk
keperluan pengganti bahan bakas gas elpigi atau minyak tanah.
Metana dalam biogas, bila terbakar akan relatif lebih bersih daripada batu bara, dan menghasilkan
energi yang lebih besar dengan emisi karbon dioksida yang lebih sedikit. Pemanfaatan biogas memegang
peranan penting dalam manajemen limbah karena metana merupakan gas rumah kaca yang lebih
berbahaya dalam pemanasan global bila dibandingkan dengan karbon dioksida. Karbon dalam biogas

merupakan karbon yang diambil dari atmosfer oleh fotosintesis tanaman, sehingga bila dilepaskan lagi ke
atmosfer tidak akan menambah jumlah karbon di atmosfer bila dibandingkan dengan pembakaran bahan
bakar fosil.
Manfaat biogas yaitu untuk pengganti bahan bakar terutama minyak tanah serta dipergunakan
untuk memasak lalu untuk bahan pengganti bahan bakar minyak (bensin, solar). Dalam taraf besar,
pembuatan biogas bisa dipakai untuk pembangkit daya listrik. Di samping itu, dari sistem pembuatan
biogas bakal dihasilkan bekas kotoran ternak yang bisa segera dipergunakan untuk pupuk organik pada
tanaman (biogas plant).
Biogas juga merupakan solusi serbaguna terhadap permasalahan lingkungan yang dihadapi dunia,
khususnya di Indonesia saat ini. Salah satu perusak gas ozon yang paling berbahaya adalah gas metana.
Gas metana memiliki dampak pemanasan global 21 kali lipat dahsyatnya dibandingkan dengan karbon
dioksida. Gas ini banyak dihasilkan dari proses pelapukan biomassa di sekitar kita. Namun, melalui
proses priduksi biogas, kita dapat mengubah gas berbahaya ini menjadi sumber energy baru, yaitu biogas
itu sendiri. Sehingga, selain mengatasi masalah defisit energy, produksi biogas juga sekaligus mengatasi
permasaahan lingkungan dan pemanasan global.
Potensi pengembangan Biogas di Indonesia tetap cukup besar. Hal itu mengingat cukup banyak
populasi sapi, kerbau serta kuda, yakni 11 juta ekor sapi, 3 juta ekor kerbau serta 500 ribu ekor kuda pada
tahun 2005. Tiap-tiap 1 ekor ternak sapi atau kerbau bisa dihasilkan lebih dari 2 m 3 biogas per hari.
Potensi ekonomis Biogas yaitu benar-benar besar, hal itu mengingat bahwasanya 1 m 3 biogas bisa dipakai
setara dengan 0,62 liter minyak tanah.
Potensi biogas skala rumah tangga yang berasal dari limbah hewan ternak diperkirakan mencapai
1(satu) juta unit alat penghasil biogas dari limbah hewan ternak. Dengan mengolah limbah tersebut maka
limbah yang umumnya adalah masalah berubah menjadi berkah karena menghasilkan biogas yang sangat
bermanfaat. Jika potensi tersebut dimaksimalkan, maka Indonesia akan mampu menghemat sekitar 700
ribu ton elpiji atau setara dengan 900 juta liter minyak tanah. Saat ini, konsumsi elpiji ukuran 3 kilogram
mencapai 3 juta ton per bulan.
Bukan hanya itu, produksi biogas dari limbah kotoran manusia juga potensial. Sebagai contoh di
perkotaan seperti di apartemen-apartemen dan kompleks perumahan jika diintegrasikan dari awal maka
bisa menghasilkan biogas juga. Pemanfaatan biogas di komplek apartemen ini dapat digunakan sebagai
sumber listrik dan bahan bakar. Sehingga aprtemen dan kompleks perumahan tersebut dapat mandiri
menghasilkan listrik sendiri.
Limbah rumah tangga dan sampah dapur juga merupakan sumber bahan baku biogas yang
potensial. India sudah memulai produksi biogas dari sampah dapur sejak tahun 2000. Kegiatan ini
dipelopori sebuah komunitas ARTI. Instasi biogas yang dikembangkan ARTI dapat menghasilkan biogas
dalam 3 4 minggu.Jika gas sudah terbentuk, tiap harinya kemudian hanya perlu ditambahkan limbah
sekita 2kg. Dalam 24 jam, dapat dihasilkan 500 gram gas metana. Jumlah yang cukup memenuhi
kebutuhan masak satu hari.Gas metana yang dihasilkan biogas ARTI ini menghasilkan api biru layaknya
gas elpiji. Tentu saja, seperti juga biogas dari kotoran, biogas ini tidak berbau. Kini biogas limbah dapur
ini sudah dimanfaatkan sekitar 130 ribu rumah tangga di Gujarat dan Maharastra, India.
Agar biogas bisa memasyarakat, tentunya harus didukung teknologi murah. ARTI menyebutkan
modal untuk instalasi tersebut sekitar dua jutaan. Biaya tersebut mencakup dua tangki fiber serta kompor
biogas. Biaya tersebut selintas memang sangat mahal. Namun jika dihitung secara kasar, sehari rata-rata
rumah
tangga
mengonsumsi
2
liter
minyak
atau
Rp6.000.
Maka dalam sebulan rata-rata dapat menghemat sekitar Rp180 ribu. Dengan investasi sekitar Rp1,5
juta-Rp2 juta untuk membuat instalasi, investasi akan kembali dalam waktu kurang dari tujuh bulan.

Belum lagi, pemanfaatan metana bisa mengurangi pemanasan global. Pasalnya, di atmosfer gas ini akan
teroksidasi hingga menciptakan CO2 dan air. Metana juga dapat memerangkap panas 20 kali lebih besar
daripada CO2.
Selain India, Cina juga termasuk Negara Asia paling awal yang telah memanfaatkan biogas
dalam jumlah besar. Tahun 1980 sebanyak tujuh juta unit reactor biogas ini telah dibangun di China dan
penggunaannya meliputi untuk menggerakkan alat-alat pertanian dan untuk generator tenaga listrik.
Terdapat dua macam tipe ukuran kecil untuk rumah tangga dengan volume 6-10 meter kubik dan tipe
besar 60-180 meter kubik untuk kelompok. India dan China adalah dua negara yang tidak mempunyai
sumber energi minyak bumi sehingga mereka sejak lama sangat giat mengembangkan sumber energi
alternatif, di antaranya biogas.
Indonesia dengan segala potensinya seharusnya segera dapat menyaingi India dan China sbagai
Negara penghasil biogas. Hanya saja saat ini, perkembangan biogas masih tersendat-sendat. Hal ini
diantaranya disebabkan minimnya pengetahuan masyarakat tentang biogas. Beberapa masyarakat
Indonesia masih merasa risih memasak dari bahan bakar yang dihasilkan dari kotoran. Untuk itu
sosialisasi dari pemerintah sangat dibutuhkan untuk member pemahaman kepada masyarakat tersebut.
Pemanfaatan biogas di Indonesia bukannya tidak ada sama sekali. Salah satu program
pengembangan biogas di Indonesia adalah program BIRU, atau biogas rumah. Program BIRU
dilaksanakan oleh Yayasan Rumah Energi (YRE) dengan bekerja sama erat dengan Kementrian Energi
dan Sumber Daya Mineral dan dukungan dari Kedutaan Besar Norwegia, program EnDev (Energizing
Development) serta para mitra untuk mempromosikan bentuk energi terbarukan yang modern dan lestari
bagi masyarakat Indonesia.
Program BIRU ini mempromosikan penggunaan reaktor biogas sebagai sumber energi lokal yang
berkelanjutan dengan mengembangkan pasar. Program ini juga bekerja untuk pengembangan sektor
biogas komersial berorientasi pasar yang mengarah pada terciptanya lapangan pekerjaan. Dimulai pada
Mei 2009 dengan dukungan dana dari Kedutaan Belanda dan hingga November 2015 sudah membangun
16.015 reaktor biogas di sembilan provinsi di Indonesia.
Program BIRU juga merupakan tindak lanjut KTT Dunia tentang Pembangunan Berkelanjutan.
Dimana, pada saat itu pemerintah Belanda membuat program pembangunan berkelanjutan yang
menekankan hubungan antara kemiskinan dan energi. Salah satu tujuan utama dari program ini adalah
menyediakan akses ke layanan energi untuk 10 juta orang (2 juta keluarga) melalui sarana energy
terbarukan dan berkelanjutan, salah satunya biogas.
Pada 25 tahun terakhir, biogas rumah telah diterima secara luas di Asia. Aplikasinya di Negara
Nepal dan Vietnam diakui sebagai sebuah kesuksesan oleh negara-negara lain seperti Cina, India,
dan negara-negara Asia lainnya yang juga menerapkan teknologi biogas. Keberhasilan program ini
adalah karena pendekatannya yang berbasis pasar, keterlibatan berbagai pemangku kepentingan
dan penekanan pada kontrol kualitas. Manfaat langsung dari program-program termasuk peningkatan
status perempuan dan peningkatan kesejahteraan keluarga mereka.
Pada tahun 2008, Direktorat Jenderal Listrik dan Pemanfaatan Energi Departemen Energi dan
Sumber Daya Mineral, Pemerintah Indonesia, meminta Kedutaan Besar Belanda untuk mempelajari
potensi biogas di Indonesia. Kedutaan kemudian menugaskan SNV untuk melakukan studi kelayakan.
Hasil penelitian menunjukkan potensi biogas di Indonesia bisa mencapai satu juta unit dan tingkat

pengembalian keuangan menguntungkan (FIRR) untuk petani. Berdasarkan itu, Hivos - didukung oleh
SNV - memulai program biogas di (maksimum) delapan provinsi di Indonesia, dengan pendekatan multipemangku kepentingan pengembangun-sektor. Program ini kemudian terus berkembang hingga sembilan
provinsi.
Namun, tetap saja program biogas ini belum mampu untuk memanfaatkan semua potensi biogas di
Indonesia secara maksimal. Kita tidak bisa terus bergantung terhadap bantuan dari negara asing dalam
mengolah sumber daya kita sendiri. Inisiatif dan inovasi dari pemuda-pemuda Indonesia sangat
dinantikan dalam pengolahan biogas ini. Tugas mulia ini salah satunya dibebankan kepada mahasiswa
yang memiliki kapasitas pengetahuan yang cukup untuk mengembangkan biogas di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai