Anda di halaman 1dari 4

Anonim. 2018. Uji Korelasi. (online): http://konsultanspss.blogspot.co.id/p/uji-korelasi.

html (Diakses
pada tanggal 2 Maret 2018).

Uji Korelasi

Data yang diperoleh dari hasil penyebaran kuesioner kemudian dianalisis dengan uji korelasi. Uji

korelasi dalam penelitian ini dilakukan untuk melihat apakah terjadi multikolienearitas terhadap

variabel yang sedang diuji. Menurut Hair et al. (2010: 200), multikolinearitas terjadi dimana sebuah

variabel dapat dijelaskan oleh variabel lain dan memiliki nilai korelasi 0,90. Multikolinearitas dapat

terjadi jika sebuah variabel dapat dijelaskan oleh variabel lain dan memiliki korelasi yang tinggi.

Dua variabel dikatakan berkorelasi apabila perubahan dalam satu variabel menyebabkan

perubahan pada variabel lainnya (Lind et al., 2010: 457). Dalam uji korelasi, hal yang perlu

diperhatikan adalah koefisien korelasi. Koefisien korelasi digunakan untuk mengetahui tiga hal, yaitu

arah hubungan, keeratan hubungan, dan hubungan yang signifikan.

Pertama, koefisien korelasi digunakan untuk mengetahui arah hubungan antar variabel.

Koefisien korelasi berkisar dari -1 hingga +1. Apabila angka korelasi menunjukan angka -1, berarti

terdapat hubungan positif sempurna antar dua variabel. Apabila angka korelasi menunjukan angka 0,

berarti sama sekali tidak terdapat korelasi antar variabel. Sedangkan apabila angka korelasi

menunjukan +1, berarti terdapat hubungan positif yang sangat kuat antar dua variabel (Lind et al.,

2010: 457).

Kedua, koefisien korelasi digunakan untuk mengetahui keeratan hubungan. Terdapat lima

pedoman yang menunjukan kuat lemahnya hubungan korelasi antar variabel (Hair et al., 2010: 522).

Pertama, koefisien korelasi antara 0,81 hingga 1,00 berarti hubungan antara dua variabel sangat kuat.

Kedua, koefisien korelasi antara 0,61 hingga 0,80 berarti hubungan antara dua variabel kuat. Ketiga,

koefisien korelasi antara 0,41 hingga 0,60 berarti hubungan antara dua variabel sedang. Keempat,

koefisien korelasi antara 0,21 hingga 0,40 berarti hubungan antara dua variabel lemah. Kelima,
koefisien korelasi antara 0,00 hingga 0,20 menunjukan bahwa tidak ada hubungan antara dua

variabel tersebut. Berikut merupakan tabel koefisien korelasi (Tabel 3.8).

Koefisien Korelasi Kuat-lemahnya Korelasi

±0.81 hingga ±1.00 Sangat kuat

±0.61 hingga ±0.80 Kuat

±0.41 hingga ±0.60 Sedang

±0.21 hingga ±0.40 Lemah

±0.00 hingga ±0.20 Tidak ada hubungan

Tabel 3.8 Koefisien Korelasi

Sumber: Hair et al. (2010: 522)

Ketiga, koefisien korelasi digunakan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan yang

signifikan atau tidak. Signifikansi korelasi didasarkan pada tanda (*) untuk signifikansi pada level 0,05.

Sedangkan untuk signifikansi korelasi pada level 0,01 didasarkan pada tanda (**). Menurut Taniredja

dan Mustafidah (2011: 97), tingkat signifikansi pada level 0,05 menunjukan peneliti dapat memiliki

keyakinan sebesar 95%. Sedangkan tingkat signifikansi pada level 0,01 menunjukan peneliti dapat

memiliki keyakinan sebesar 99% bahwa terdapat korelasi yang signifikan antar dua variabel.
Qorib, A. 2010. Uji Korelasi/Hubungan. (online): https://qorib.wordpress.com/2010/08/29/uji-

korelasi-hubungan/ (Diakses pada tanggal 2 Maret 2018).

Uji Korelasi :
A. Pendahuluan

Korelasi untuk sampel dinotasikan dengan r sedangkan untuk populasi dinotasikan ρ (baca
rho). Uji korelasi bertujuan untuk menguji hubungan antara dua variabel yang tidak
menunjukkan hubungan fungsional (berhubungan bukan berarti disebabkan) Nugroho
(2005:35). Uji korelasi tidak membedakan jenis variabel apakah variabel dependen maupun
independen.

B. Koefisien Korelasi

Korelasi dinyatakan dalam % keeratan hubungan antar variabel yang dinamakan dengan
koefisien korelasi, yang menunjukkan derajad keeratan hubungan antara dua variabel dan
arah hubungannya (+ atau -).

C. Batas-Batas Koefisien Korelasi

Menurut Umar (2002:314) nilai koefisien korelasi berkisar antara –1 sampai +1, yang kriteria
pemanfaatannya dijelaskan sebagai berikut: 1. Jika, nilai r > 0, artinya telah terjadi hubungan
yang linier positif,

yaitu makin besar nilai variabel X makin besar pula nilai variabel Y
atau makin kecil nilai variabel X makin kecil pula nilai variabel Y.

2. Jika, nilai r < 0, artinya telah terjadi hubungan yang linier negatif, yaitu makin besar nilai
variabel X makin kecil nilai variabel Y atau makin kecil nilai variabel X maka makin besar
pula nilai variabel Y .

3. Jika, nilai r = 0, artinya tidak ada hubungan sama sekali antara


variabel X dan variabel Y.

4. Jika, nilai r =1 atau r = -1, maka dapat dikatakan telah terjadi hubungan linier sempurna,
berupa garis lurus, sedangkan untuk r yang makin mengarah ke angka 0 (nol) maka garis
makin tidak lurus.

Batas-batas nilai koefisien korelasi diinterpretasikan sebagai

berikut (Nugroho, 2005:36):


1. 0,00 sampai dengan 0,20 berarti korelasinya sangat lemah.
2. 0,21 sampai dengan 0,40 berarti korelasinya lemah.
3. 0,41 sampai dengan 0,70 berarti korelasinya kuat.
4. 0,71 sampai dengan 0,90 berarti korelasinya sangat kuat.
5. 0,91 sampai dengan 0,99 berarti korelasinya sangat kuat sekali.
6. 1.00 berarti korelasinya sempurna.
D. Macam-Macam Uji Korelasi
Uji korelasi terdiri dari uji korelasi Pearson (product moment),
Rank Spearman, dan Kendall. Perbedaannya adalah :
1. Korelasi Pearson (product moment) digunakan jika :
•Sampel datanya lebih dari 30 data (sampel besar) dan kondisi
datanya normal
• Termasuk statistik parametrik
2. Korelasi Rank Spearman, dan Kendall
•Sampel datanya kurang dari 30 data (sampel kecil) dan kondisi
datanya tidak normal
• Termasuk statistik non-parametrik
 Korelasi Pearson (product moment)
 Korelasi Rank Spearman

Koefisien korelasi Rank Spearman dinotasikanrs. Dalam aplikasinya, setiap data xi dan yi
ditetapkan peringkat relatifnya terhadap data x dan y lainnya dari data terkecil sampai yang
terbesar. Peringkat terkecil diberi nilai 1 dan jika terdapat data yang sama maka masing-
masing nilai diberi peringkat rata-rata dari posisi yang seharusnya.

Anda mungkin juga menyukai