BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. LANDASAN TEORI
Berikut ini akan dipaparkan beberapa teori yang relevan untuk
memecahkan permasalahan yang sedang diteliti.
1. Teori Konstruktivisme
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori pembelajaran
konstruktivisme (constructivist theories of learning), yang menyatakan bahwa
siswa harus menemukandan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek
informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan tersebut
tidak sesuai lagi. Bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan
pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah, menemukan segala
sesuatu untuk dirinya dengan ide-ide yang dimilikinya. Teori ini berkembang dari
kerja Piaget, Vigotsky, teori-teori pemrosesan informasi, dan teori psikologi
kognitif yang lain, seperti Bruner (Slavin dalam Trianto, 2011:28).
Menurut
konsep
konstruktivisme,
pengetahuan
seseorang
bersifat
7
refleksi.
Para
pendidik
yang
telah
mencoba
mewujudkan
paradigma
8
2. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning).
Killen (1998) pembelajaran kooperatif adalah teknik pembelajaran dan
juga filosofi pembelajaran yang mendorong siswa agar dapat bekerja bersama
untuk memaksimalkan pembelajarannya sendiri dan pembelajaran dengan teman
sejawat mereka.
Syaiful Sagala (2004:175)juga menyebutkan pembelajaran kooperatif
merupakan suatucara untuk mengatasi berbagai problematika dalam pelaksanaan
pembelajaran, dalam hal ini, tentu diperlukan model-model mengajar yang
dipandang mampu mengatasi kesulitan guru melaksanakan tugas mengajar dan
juga kesulitan belajar peserta didik. Model dirancang untuk mewakili realitas
yang sesungguhnya, walaupun model itu sendiri bukanlah realitas dari dunia yang
sebenarnya.Atas dasar pengertian tersebut, maka model pembelajaran harus
dipahami sebagai kerangka konseptual yang mendeskripsikan dan melukiskan
prosedur yang sistematik dalam belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman
bagi para guru dalam melaksanakan aktivitas pembelajaran.Pembelajaran
kooperatif merupakan pembelajaran yang dibentuk dalam suatu kelompok kecil
dimana siswa bekerjasama dan mengoptimalkan keterlibatan dirinya dan anggota
kelompoknya dalam belajar.Dalam belajar kooperatif, siswa diberikan dua macam
tanggung jawab yang harus mereka laksanakan.Pertama, semua siswa terlibat
dalam mempelajari dan menyelesaikan materi/tugas yang diberikan oleh
guru.Kedua, meyakinkan bahwa semua anggota dalam kelompok mengerti dan
memahami tentang materi/tugas yang diterimanya.Dengan demikian siswa dapat
9
menyadari bahwa hasil yang diperoleh mempunyai manfaat bagi diri dan siswa
lainnya dalam kelompok tersebut.
Jonhson &Jonhson, 1994; Padmadewi, 2008 dalam Trianto (2011:23)
menyebutkanbahwa terdapat lima prinsip dalam pembelajaran kerja kelompok
yang dapat dikatagorikan sebagai pembelajaran kooperatif, yaitu: 1) saling
ketergantungan secara positif, 2) interaksi tatap muka, 3) akuntabilitas individu
sehingga semua siswa dalam kelompok bertanggungjawab di dalam proses
pembelajaran mereka, 4) penggunaan keterampilan interpersonal yang tepat, dan
5) analisis hasil belajar secara berkelompok.
Trianto (2007:42) menyebutkan pembelajaran kooperatif merupakan suatu
model pembelajaran dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil,
saling membantu untuk memahami suatu materi pelajaran, memeriksa dan
memperbaiki jawaban temannya yang salah, serta aktivitas lainnya dengan tujuan
untuk mencapai prestasi belajar yang tinggi. Pembelajaran kooperatif disusun
dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa
dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam
kelompok, serta memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan
belajar bersama-sama siswa yang berbeda latar belakangnya Pembelajaran
kooperatif (Cooperative Learning) sangat bermanfaat bagi siswa dalam
meningkatkan kemampuan untuk bekerjasama dan berkolaborasi, melatih
kepekaan diri, memahami perbedaan sikap dan perilaku dalam bekerjasama,
mengurangi rasa kecemasan dan menumbuhkan rasa percaya diri, meningkatkan
motivasi belajar, harga diri dan sikap perilaku positif, sehingga siswa akan tahu
10
kedudukannya dalam belajar.Siswa dapat saling menghargai satu sama lain,
meningkatkan prestasi belajar dengan menyelesaikan tugas akademik sehingga
dapat memahami konsep-konsep yang sulit.Pembelajaran kooperatif menekankan
pada pembelajaran kelompok kecil dimana siswa belajar dan bekerjasama untuk
mencapai tujuan yang optimal.
Pembelajaran kooperatif dalam prakteknya sangat tergantung pada kondisi
dan pokok permasalahan yang dipecahkan,meletakkan tanggungjawab individu
sekaligus kelompok, sehingga dari siswa tumbuh dan berkembang sikap dan
prilaku saling ketergantungan secara positif.Secara teknis siswa membentuk
kelompoknya sendiri dengan ketentuan jumlah anggota yang telah ditetapkan oleh
guru (antara 4-5 orang). Setiap individu dalam kelompok mendapat peran dan
tugas serta tanggungjawab yang sama. Setiap kelompok diberikan permasalahan
yang telah ditetapkan oleh guru, dan selanjutnya siswa mengorganisasikan sendiri
proses kerja di dalam kelompoknya. Kondisiyangdemikian dapat mendorong
siswa untuk belajar bekerjadan bertanggungjawab untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.
Selanjutnya Trianto (2011:67) juga menyebutkan, walaupun prinsip dasar
pembelajaran kooperatif tidak berubah, terdapat variasi dari model tersebut.
Setidaknya terdapat empat pendekatan yang seharusnya merupakan bagian dari
kumpulan strategi guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif, yaitu:
(1) Pembelajaran Kooperatif tipe Student Tims Achievement Division (STAD), (2)
Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw, (3) Pembelajaran Kooperatif tipe
Investigasi Kelompok(Tims Games Tournaments atau TGT),dan (4) Pendekatan
11
Struktural yang meliputiThink Pair Share (TPS) dan Numberred Head
Together(NHT).
Perbedaan tipe pembelajaran kooperatif tersebut di atas, antara lain
sebagai berikut.
a. Pembelajaran
kooperatif
tipe
STAD
merupakan
salah
satu
model
12
heterogen. Selanjutnya siswa memilih topik untuk diselidiki, dan melakukan
penyelidikan
yang
mendalam
atas
topik
yang
dipilih
kemudian
jenis
pembelajaran
kooperatif
yang
dirancang
untuk
13
dengan prosedur yang digunakan memberikan siswa lebih banyak waktu
berpikir, untuk merespon dan saling membantu (Trianto,2011:81).
e. Model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT), atau
Pertandingan Permainan Tim dikembangkan oleh David De Vries dan Keath
Edward (1995:93). Pada model ini siswa memainkan permainan dengan
anggota tim lain untuk memperoleh tambahan poin untuk skor tim mereka
(Trianto, 2011:83).
f. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Model ini dikembangkan oleh Elliot
Aronson dan teman-temannya di Universitas Texas. Dan diadopsi oleh slavin
dan teman-temannya di Universitas John Hopkins.Model pembelajaran
kooperatif
tipe
Jigsaw
adalah
sebuah
model
pembelajaran
yang
14
1) Siswa secara individu dalam kelompok asal diberikan materi persub bab,
sehingga lebih mudah memahami materi;
2) Melalui diskusi kelompok ahli, pemahaman materi menjadi lebih mendalam
dan spesifik;
3) Meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri
dan juga pembelajaran orang lain;
4) Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan pada kelompok asal,
tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut
pada anggota kelompok yang lain, sehingga pengetahuannya jadi bertambah;
5) Meningkatkan kerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang
ditugaskan.
Walaupun modelpembelajaran kooperatif tipe Jigsaw memiliki sejumlah
keunggulan sebagaimana diuraikan di atas, modelpembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw juga memiliki beberapa kelemahan,antara lain sebagai berikut.
1) Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsawmemerlukan persiapan
khusus yang menuntut guru bekerja ekstra misalnya dalam mempersiapkan
LKS atau media lainnya, sehingga kurang diminati oleh guru dalam
pembelajaran di kelas.
2) Membutuhkan waktu yang lebih lama, bila penataan ruang belum terkondisi
dengan baik sehingga perlu waktu untuk merubah posisi yang dapat
menimbulkan kegaduhan.
Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw:
a. Siswa dibagi atas beberapa kelompok (tiap kelompok anggotanya 4-5 orang).
15
b. Materi pelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks yang telah dibagibagi menjadi beberapa sub bab.
c. Setiap anggota kelompok membaca sub bab yang ditugaskan dan bertanggung
jawab untuk mempelajarinya.
d. Anggota dari kelompok lain yang telah mempelajari sub bab yang sama
bertemu dalam kelompok-kelompok ahli untuk mendiskusikannya.
e. Setiap anggota kelompok ahli setelah kembali ke kelompoknya bertugas
mengajar teman-temannya.
f. Setiap anggota kelompok asal diharapkan memahami materi/konsep yang
sama melalui diskusi dalam kelompoknya.
g. Guru memberikan tes tulis pada siswa untuk dikerjakan yang memuat seluruh
konsep yang didiskusikan (Trianto, 2011:73).
Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsawdapat digambarkan sebagai berikut.
Klp.
Asal 1
A1,B1,C1, D1
Klp.
Asal 3
A3,B3,C3,D3
Klp.
Asal 2
A2, B2,
C2, D2
Klp.
Klp.
Klp.
Klp.
Ahli
D
Ahli
C
Ahli
B
Ahli A
D1,
D2,
D3,
D4,
D5, D6
B1, B2, B3, B4,C1,
B5,C2,
B6 C3, C4, C5, C6
A1, A2, A3, A4,A5,A6
Klp.
Klp.
Asal 4
Asal 5
A4, B4, C4, D4 A5, B5, C5, D5
Klp.
Asal 6
A6,B6,C6, D6
16
satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar. Menurut Tim Instruktur PKG
sebagaimana dikutip oleh Pujawan (2004:12), siswa dikatakan memiliki keaktifan
apabila ditemukan ciri-ciri sebagai berikut.
a) Antusiasme mengikuti pembelajaran ditandai dengan adanya perilaku: a)
memperhatikan penjelasan guru, b) tidak mengerjakan pekerjaan lain saat
mengikuti pembelajaran, c) spontan bekerja apabila diberi tugas, dan d) tidak
terpengaruh situasi di luar kelas.
b) Terjadi interaksi antara siswa dengan guru ditandai dengan adanya peran siswa
dalam: a) bertanya kepada guru, b) menjawab pertanyaan guru, c)
memanfaatkan guru sebagai narasumber, dan d) memanfaatkan guru sebagai
fasilitator.
c) Terjadi interaksi antara siswa dengan siswa ditandai dengan adanya perilaku:
a) bertanya kepada teman dalam satu kelompok, b) menjawab pertanyaan
teman dalam satu kelompok, c) bertanya kepada teman dalam kelompok lain,
dan d) menjawab pertanyaan teman dalam kelompok lain.
d) Adanya kerjasama kelompok ditandai dengan perilaku: a) membantu teman
dalam kelompok yang menjumpai masalah, b) meminta bantuan kepada
teman, jika mengalami masalah, c) mencocokkan jawaban/konsepsinya dalam
satu kelompok, dan d) Adanya pembagian tugas dalam kelompok.
e) Aktivitas siswa dalam kelompok ditandai dengan adanya peran siswa dalam:
a) mengemukakan pendapat, b) menanggapi pertanyaan/pendapat teman
sejawat,
c)
mengerjakan
tugas
kelompok,
dan
d)
menjelaskan
pendapat/pekerjaannya.
f) Partisipasi siswa dalam menyimpulkan materi pelajaran dapat dilihat dengan
adanya perilaku siswa: a) mengacungkan tangan untuk ikut menyimpulkan, b)
17
merespon pernyataan/simpulan temannya, c) menyempurnakan simpulan yang
dikemukakan oleh temannya, dan d) menghargai pendapat temannya.
Lebih lanjut Pujawan (2004:13) mengemukakan bahwa aktivitas siswa
memegang peranan yang sangat penting, mengingat bahwa aktivitas siswa secara
integral baik secara fisik maupun non fisik akan membantu siswa dalam
memahami ajaran-ajaran agama Hindu yang umumnya bersifat abstrak. Oleh
karena itu, dalam pemilihan model pembelajaran seorang guru hendaknya
mengusahakan metode yang dapat mengaktifkan siswa.
Berdasarkan uraian di atas, maka dalam penelitian ini aktivitas yang akan
diamati terdiri-dari 6 aspek perilaku siswa yang dimodifikasi dari ciri-ciri
perilaku di atas yaitu:1) antusias dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, 2)
interaksi antara siswa dengan guru, 3) interaksi antara siswa dengan siswa, 4)
kerjasama dalam kelompok, 5) aktivitas siswa dalam diskusi kelompok, dan 6)
partisipasi siswa dalam menyimpulkan materi pelajaran.
4. Hasil Belajar Matematika
Dimyati dan Moedjiono (1994:40) menyebutkan hasil belajar merupakan
hasil dari suatu interaksi tindak mengajar atau tindak belajar.Selanjutnya
disebutkan ciri-ciri belajar ada tiga yaitu: 1) hasil belajar memiliki kapasitas
berupa pengetahuan, kebiasaan, keterampilan, sikap dan cita-cita, 2) adanya
perubahan mental dan jasmani, dan 3) memiliki dampak pengajaran dan dampak
pengiring.
Taksonomi Bloom dalam buku Profesionalisme Guru (Zainal Agip,
2002:18) menyatakan, hasil belajar dapat di bedakan atas tiga ranah yaitu ranah
kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotor. Ranah kognitif berkenaan dengan
18
perilaku yang berhubungan dengan berpikir, mengetahui dan memecahkan
masalah, yaitu meliputi: pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis
dan evaluasi. Ranahafektif berkaitan dengan sikap, nilai-nilai, interes, apresiasi,
dan penyesuaian perasaan sosial, yaitu meliputi: kemauan menerima, kemauan
menanggapi, keyakinan, penerapan karya dan ketekunan ketelitian. Ranah
Psikomotor berkaitan dengan keterampilan (skill) yang bersifat manual dan
motorik, yang meliputi: persepsi, kesiapan melakukan sesuatu kegiatan,
mekanisme, respon terbimbing, kemahiran, adaptasi dan originasi.
Hasil belajar adalah keseluruhan hasil proses pembelajaran yang
dilakukan dalam kurun waktu tertentu yang ditandai dengan adanya kemampuan
penguasaan konsep, perubahan sikap dan perilaku siswa serta mampu dan
terampil mempraktikkan/menerapkan baik secara individu maupun secara
bersama-sama dalam kehidupan bermasyarakat, dan bernegara.
Hasil belajar matematika merupakan suatu gambaran dari penguasaan
kemampuan serta memiliki sikap yang sesuai dengan nilai-nilai ajaran agama
sebagaimana telah ditetapkan dalam mencapai tujuan pembelajaran. Untuk
menentukan tingkat dan penguasaan hasil belajar dilakukan tindakan penilaian
secara menyeluruh dan berkesinambungan sesuai karakteristik mata pelajaran
Pendidikan Agama Hindu yaituuntuk mengembangkan dan membina peserta didik
agar menjadi manusia dewasa yang memiliki kepribadian mulia dan luhur, serta
mampu bertanggung jawab sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat
yang berakhlak mulia dan memiliki peningkatan potensi spiritual.Akhlak mulia
mencakup
etika,
budi
pekerti,
dan
moral
sebagai
perwujudan
dari
19
PendidikanAgama Hindu.Peningkatan potensi spiritual mencakup pengenalan,
pemahaman, dan penanaman nilai-nilai keagamaan, serta pengamalan nilainilaikeagamaan
tersebut
dalam
kehidupan
individu
ataupun
kolektifkemasyarakatan.
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar Matematika
Hasil belajar matematika dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktorfaktor tersebut dalam banyak hal saling berkaitan dan mempengaruhi satu sama
lainnya. Sudjana (2000:16), Suryabrata (1995:65) dan Purwanto (2000:54)
mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah
faktor luar (eksternal) dan faktor dalam (internal). Faktor luar (eksternal) terdiri
dari lingkungan, meliputi: lingkungan alami dan lingkungan sosial. Faktor luar
lainnya adalah instrumental meliputi kurikulum, program, sarana dan tenaga
kependidikan.
Faktor
lingkungan
sekolah
sangatlah
berpengaruh
dalam
20
minat belajar tinggi diharapkan mencapai hasil belajar yang lebih baik daripada
siswa dengan minat belajar rendah. Demikian pula motivasi sangat berpengaruh
pada hasil belajar siswa.
Dengan demikian, hasil belajar siswa di sekolah dipengaruhi oleh
berbagai faktor dan merupakan interaksi dari faktor-faktor tersebut. Agar dicapai
hasil belajar yang baik maka faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
hendaknya dikelola dengan baik.
B. Hasil Penelitian Yang Relevan
Miftachul Jannah (2010) dalam penelitiannya yang berjudul Penerapan
Pembelajaran Kooperatif Jigsaw Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa dalam
Pembelajaran Biologi di Kelas XI IPA 2 SMA Batik 2 Surakarta Tahun Pelajaran
2009/2010 menyatakan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif Jigsaw dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran Biologi di kelas XI IPA 2
SMA Batik 2 Surakarta tahun pelajaran 2009/2010. Hasil dari observasi
menunjukkan rata-rata indikator motivasi belajar siswa dalam pembelajaran biologi
pada siklus I adalah 70,42% dan pada siklus II adalah 82,92% meningkat 12,5%.
Hasil angket motivasi belajar siswa dalam pembelajaran Biologi menunjukkan ratarata indikator dari aspek I yaitu dorongan internal pada siklus I adalah 73,49% dan
pada siklus II 76,51% meningkat 3,02%. Rata-rata dari aspek II yaitu dorongan
eksternal pada siklus I adalah 73,81% dan siklus II 76,13%. meningkat 2,32%.
Selanjutnya Budiasa (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Penerapan
21
kooperatif tipe Jigsaw pada mata pelajaran Biologi hasil belajar siswa kelas X-1
SMA Negeri 1 Kerambitan dapat ditingkatkan. Terlihat dari data penelitian pada
siklus I rata-rata prestasi belajar siswa 58,94 pada siklus II menjadi 71,29;
ketuntasan belajar pada siklus I adalah 64,71% menjadi 85,29% pada siklus II. Ini
menandakan adanya peningkatan prestasi belajar 12,30 dan ketuntasan belajar
20,58 %.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kedua hasil
penelitian di atas sejalan dengan kajian teori yang telah dipaparkan
sebelumnya.Pada dasarnya penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.Hasil-hasil penelitian ini
memperkuat kajian teori yang menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif
tipe Jigsaw dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.
C. Kerangka Berpikir
berikut.
Teoretis
Empiris
22
23
dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa
dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam
kelompok, serta memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan
belajar bersama-sama siswa yang berbeda latar belakangnya.
Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat mempengaruhi beberapa
faktor-faktor yang berkaitan dengan hasil belajar, seperti faktor internal dan
ekternal sebagai berikut.
1) Minat, dengan model pembelajaran yang khas model pembelajaran kooperatif
tipe Jigsaw akan memberikan warna baru dalam pembelajaran dimana
sebelumnya lebih sering menggunakan metode ceramah. Dengan adanya
variasi dalam penyajian pembelajaran akan lebih menarik sehingga dapat
membangkitkan minat atau kemauan siswa untuk belajar.
2) Motivasi, model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat membangkitkan
motivasi siswa karena adanya interaksi multi arah yaitu interaksi antara siswa
dengan guru, siswa dengan siswa, serta siswa dengan materi pembelajaran.
Komunikasi yang dibangun melalui pola pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
merupakan cara yang sangat ampuh untuk membangkitkan motivasi siswa.
3) Aktivitas, model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw memberikan ruang
kepada siswa untuk saling berdiskusi, saling menjelaskan, serta saling
berargumen dalam pembahasan materi pelajaran. Aktivitas akan dibangun
melalui pembiasaan saling mengemukakan pendapat, aktif melakukan
eksplorasi dan elaborasi yang sangat berpengaruh terhadap pemahaman siswa
terhadap materi pelajaran yang sedang dibahas.
4) Rasa percaya diri, model pembelajaran kooperatif tipe Jigsawdapat
menumbuhkan rasa percaya diri pada siswa, karena siswa merasa bahwa
24
pemahaman terhadap materi pelajaran diperolehnya sendiri atau melalui
diskusi dengan temannya.
5) Suasana Pembelajaran yang kondusif, model pembelajaran kooperatif tipe
Jigsawmemberikan kenyamanan dalam pembelajaran, dimana siswa tidak
harus hanya menjadi pendengar saja. Suasana pembelajaran terkesan alamiah
dan tidak menegangkan. Kondisi yang kondusif ini juga sangat mempengaruhi
kecepatan siswa menangkap inti pelajaran yang sedang dibahas.
Apabila faktor-faktor yang berpengaruh terhadap hasil belajar tersebut di
atas dapat ditingkatkan, maka sangat logis dan beralasan kuat bahwa model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan aktivitas dan hasil
belajar.
Logika ini juga didukung oleh hasil penelitian yang relevan dengan objek
yang diteliti dalam penelitian ini (kajian empirik), menyatakan bahwa model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan aktivitas dan hasil
belajar siswa sebagaimana telah dipaparkan di atas.
Dengan demikian sangat beralasan bahwa secara teori maupun empirik
model pembelajaran kooperatif tipe Jigsawdapat meningkatkan aktivitas dan hasil
belajar mtematika siswa kelas XII IPA SMA Negeri 1 Dompu semester 1 tahun
pelajaran 2012/2013.
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka berpikir di atas dapat dirumuskan hipotesis sebagai
berikut.
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan
aktivitas dan hasil belajar Matematika siswa kelas XII IPA SMA Negeri 1
Dompu semester 1 tahun pelajaran 2012/2013.
25