Accident abortion, yaitu penghentian kehamilan sebelum kematangan yang terjadi selama
alami, tanpa perlakuan medis.
Kasus
Anda kebetulan sedang berdinas jaga di laboratorium di sebuah rumah sakit tipe B. Seorang
anggota polisi membawa sebuah botol ukuran 2 liter yang sebelumnya sebagai botol dari alat
suction curret milik seorang dokter dikota anda. Masalahnya adalah bahwa dokter tersebut
disangka telah melakukan pengguguran kandungan yang ilegal dan di dalam botol tersebut
terdapat campuran darah dan jaringan hasil sudtion. Polisi menerangkan dalam surat
permintaannya, bahwa darah dan jaringan dalam botol berasal dari tiga perempuan yang saat
ini sedang diperiksakan ke Bagian Kebidanan di rumah sakit anda. Penyidik membutuhkan
pemeriksaan laboratorium yang dapat menjelaskan apakah benar telah terjadi pengguguran
kandungan dan apakah benar bahwa ketiga perempuan yang sedang diperiksa di kebidanan
adalah perempuan yang kandungannya digugurkan oleh dokter tersebut. Hasil pemeriksaan
tersebut penting agar dapat dilanjutkan ke proses hukum terhadap dokter tersebut. Anda tahu
bahwa harus ada komunikasii antara anda dengan dokter kebidanan yang memeriksa
perempuan-perempuan di atas, agar pemeriksaan medis dapat memberi manfaat sebesarbesarnya bagi penyidikan dan penegakan hukum.
Anamnesis
Anamnesis dapat dilakukan
kandungan dan anamnesis terhadap ketiga wanita yang dicurigai melakukan pengguguran
kandungan. Anamnesis merupakan suatu yang tidak dapat dilihat atau ditemukan oleh dokter
sehingga bukan pemeriksaan yang objektif, sehingga tidak dimasukkan dalam visum et
repertum. Anamnesis dibuat terpisah dan dilampirkan dengan visum et repertum dengan judul
keterangan yang diperoleh dari pelaku. Dengan mengambil anamnesis, dokter meminta
pelaku menceritakan apa yang berlaku segala sesuatu dan untuk memastikan botol hasil
suction itu merupakan miliknya atau orang lain, dan sekiranya pelaku wanita itu mengaku,
maka ditanyakan apakah tujuan dia melakukan pengguguran kandungan. Dokter yang terlibat
juga ditanyakan, apakah dia benar melakukan pengguguran kandungan dan tujuannya apakah
untuk keselamatan ibu atau merupakan tindakan pidana. Walau bagaimana pun, dari
keterangan pelaku bias sahaja tidak mendapat 100 persen benar, maka di perlukan tindakan
lanjut dengan melakukan pemriksaan penunjang dari hasil suction tersebut.
Abortus provokatus kriminalis sering terjadi pada kehamilan yang tidak dikehendaki. Ada
beberapa alasan wanita tidak menginginkan kehamilannya: 4
2
lagi.
Kehamilan di luar nikah.
Masalah ekonomi, menambah anak berarti akan menambah beban ekonomi keluarga.
Masalah sosial, misalnya khawatir adanya penyakit turunan, janin cacat.
Kehamilan yang terjadi akibat perkosaan atau akibat incest (hubungan antar keluarga).
Selain itu tidak bisa dilupakan juga bahwa kegagalan kontrasepsi juga termasuk
tindakan kehamilan yang tidak diinginkan.
Wanita bersangkutan.
Dokter atau tenaga medis lain (demi keuntungan atau demi rasa simpati).
Orang lain yang bukan tenaga medis (misalnya dukun)
Aspek Hukum
Aspek Hukum Pidana
A. Wanita yang menggugurkan kandungan
KUHP Pasal 341
Seorang ibu yang, karena takut akan ketahuan melahirkan anak, pada saat anak
dilahirkan atau tidak lama kemudian, dengan sengaja merampas nyawa anaknya,
diancam, karena membunuh anak sendiri, dengan pidana penjara paling lama tujuh
tahun.
KUHP Pasal 342
Seorang ibu yang, untuk melaksanakan niat yang ditentukan karena takut akan
ketahuan bahwa akan melahirkan anak, pada saat anak dilahirkan atau tidak lama
kemudian merampas nyawa anaknya, diancam, karena melakukan pembunuhan anak
sendiri dengan rencana, dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun.
KUHP Pasal 343
Kejahatan yang diterangkan dalam pasal 341 dan 342 dipandang, bagi orang lain yang
turut serta melakukan, sebagai pembunuhan atau pembunuhan dengan rencana.
KUHP Pasal 346
Aspek Medikolegal
Prosedur medikolegal adalah tata-cara atau prosedur penatalaksanaan dan berbagai aspek
yang berkaitan pelayanan kedokteran untuk kepentingan hukum. Secara garis besar prosedur
medikolegal mengacu kepada peraturan perundangan yang berlaku di Indonesia, dan pada
beberapa bidang juga mengacu kepada sumpah dokter dan etika kedokteran.
Pasal 133 KUHAP
(1) Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik
luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan
tindak pidana, ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli
kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya.
(2) Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksudkan dalam ayat (1) dilakukan
secara tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan
luka atau pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat.
(3) Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter pada rumah
sakit harus diperlakukan secara baik dengan penuh penghormatan terhadap mayat
tersebut dan diberi label yang memuatkan identitas mayat, dilak dengan diberi
cap jabatan yang dilekatkan pada ibu jari kaki atau bagian lain badan mayat.
(3) Jika pada waktu melakukan kejahatan belum lewat dua tahun sejak adanya
pemidanaan yang menjadi tetap karena kejahatan semacam itu juga, maka
pidananya dapat ditambah sepertiga.
Pasal 222 KUHAP
Barangsiapa dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi atau menggagalkan
pemeriksaan mayat unutk pengadilan, diancam dengan pidana penjara paling lama
Sembilan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.3
Pemeriksaan Medis
Fisik
Tanda vital
Keadaan umum tampak lemah atau kesadaran menurun, tekanan darah normal atau
menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal atau
meningkat.
Tanda syok
Tanda syok adalah seperti pucat, berkeringat banyak, pingsan, tekanan sistolik < 90
mmHg, nadi > 112 x/menit. Bila syok disertai dengan massa lunak di adneksa, nyeri
perut bawah, adanya cairan bebas dalam cavum pelvis, pikirkan kemungkinan
kehamilan ektopik yang terganggu. Diduga kerana kehamilan ektopik ini,dokter
melakukan tindakan aborsi terhadap ibu.
Perdarahan pervaginam
Pendarahan pervaginam yang mungkin disertai keluarnya jaringan hasil konsepsi. Ini
harus dibedakan dengan darah haid.
Rasa mulas atau keram perut di daerah atas simfisis, sering disertai nyeri pinggang
akibat kontraksi uterus.2
Ginekologis
Inspeksi vulva :
Perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan hasil konsepsi, tercium atau tidak
berbau busuk dari vulva
7
Inspekulo :
Perdarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka atau sudah tertutup, ada/tidak
jaringan keluar dari ostium, ada/tidak cairan atau jaringan berbau busuk dari ostium.
Pemeriksaan dalam :
Porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan dalam kavum
uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio
digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, kavum Douglasi, tidak menonjol dan
tidak nyeri1
Melalui pemeriksaan ginekologi, kita dapat mendeteksi jika perempuan itu telah
melakukan aborsi atau tidak dengan melihat komplikasi setelah dilakukan aborsi seperti
berikut:
Perforasi
Dalam melakukan dilatasi dan kerokan selalu ada kemungkinan terjadinya perforasi
dinding uterus, yang dapat menjurus ke rongga peritoneum, ke ligamentum latum,
atau ke kandung kencing. Bahaya perforasi ialah perdarahan dan peritonitis.
Perdarahan
Kerokan pada kehamilan yang sudah agak tua atau pada mola hidatidosa terdapat
bahaya perdarahan.
Infeksi
Apabila syarat asepsis dan antisepsis tidak dipraktikkan oleh dokter, maka bahaya
infeksi sangat besar. Infeksi kandungan yang terjadi dapat menyebar ke seluruh
Persiapan:
Bercak yang menempel pada suatu objek dapat dikerok kemudian direndam dalam
larutan fisiologis, atau langsung direndam dengan larutan garam fisiologis bila
menempel pada pakaian.
i.
ii.
Setelah didapatkan hasil bahwa suatu bercak merah tersebut adalah darah maka dapat
dilakukan pemeriksaan selanjutnya yaitu pemeriksaan meyakinkan darah berdasarkan
terdapatnya pigmen atau kristal hematin (hemin) dan hemokhromogen.
Terdapat empat jenis pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk memastikan bercak darah
tersebut benar berasal dari manusia, yaitu6 :
i.
Cara kimiawi
ii.
Cara serologik
iii.
Cara mikroskopik
i.
Cara kimiawi
Terdapat dua macam tes yang dapat dilakukan untuk memastikan bahwa yang
diperiksa itu bercak darah, atas dasar pembentukan kristal-kristal hemoglobin yang
dapat dilihat dengan mata telanjang atau dengan mikroskopik. Tes tersebut antara lain
tes Teichmann dan tes Takayama.
Cara pemeriksaan:
10
Tempatkan sejumlah kecil sampel yang berasal dari bercak pada gelas objek
dan biarkan reagen takayama mengalir dan bercampur dengan sampel. Setelah
fase dipanaskan, lihat di bawah mikroskop.7
Selain dua tes tersebut terdapat juga tes yang digunakan untuk memastikan bercak
tersebut berasal dari darah, yaitu :
Pemeriksaan Wagenaar
Cara pemeriksaan:
Seujung jarum bercak kering diletakkan pada kaca obyek, letakkan juga
sebutir pasir, lalu tutup dengan kaca penutup sehingga antara kaca obyek dan
kaca penutup terdapat celah untuk penguapan zat. Kemudian pada satu sisi
diteteskan aseton dan pada sisi lain di tetes kan HCL encer, kemudian
dipanaskan.5
ii.
Cara serologik
Pemeriksaan serologik berguna untuk menentukan spesies dan golongan darah. Untuk
itu dibutuhkan antisera terhadap protein manusia (anti human globulin) serta terhadap
protein hewan dan juga antisera terhadap golongan darah tertentu.
Prinsip pemeriksaan adalah suatu reaksi antara antigen (bercak darah) dengan
antibody (antiserum) yang dapat merupakan reaksi presipitasi atau reaksi aglutinasi.
Cara Mikroskopik
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat morfologi sel darah merah.
Cara pemeriksaan :
Darah yang masih basah atau baru mengering ditaruh pada kaca obyek
kemudian ditambahkan 1 tetes larutan garam faal, dan ditutup dengan kaca
penutup, lihat dibawah mikroskop.
Cara lain, dengan membuat sediaan apus dengan pewarnaan Wright atau Giemsa.7
tabung pertama diteteskan serum anti-A dan kedalam tabung kedua serum anti-B
hingga serabut benang tersebut teredam seluruhnya. Kemudian tabung-tabung
tersebut disimpan dalam lemari pendingin dengan suhu 4 derajat Celcius selama satu
malam.Lakukan pencucian dengan menggunakan larutan garam faal dingin (4 derajat
Celcius) sebanyak 5-6 kali lalu tambahkan 2 tetes suspense 2% sel indicator (sel
daram merah golongan A pada tabung pertama dan golongan B pada tabung kedua),
pusing dengan kecepatan 1000 RPM selama 1 menit. Bila tidak terjadi aglutinasi, cuci
sekali lagi dan kemudian tambahkan 1-2 tetes larutan garam faal dingin. Panaskan
pada suhu 56 derajat Celcius selama 10 menit dan pindahkan eluat ke dalam tabung
lain. Tambahkan 1 tetes suspense sel indicator ke dalam masing-masing tabung,
biarkan selama 5 menit, lalu pusing selama 1 menit pada kecepatan 1000 RPM.5
D. Histopatologi
Pada awal abortus terjadilah perdarahan dalam desidua basalis kemudian diikuti oleh
nekrosis jaringan di sekitarnya. Hal tersebut menyebabkan hasil konsepsi terlepas sebagian
atau seluruhnya, sehingga merupakan benda asing dalam uterus.
Keadaan ini menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan isinya. Pada
kehamilan kurang dari 8 minggu hasil konsepsi itu biasanya dikeluarkan seluruhnya
karena villi koriales belum menembus desidua secara dalam. Pada kehamilan antara 8
sampai 14 minggu villi koriales menembus desidua lebih dalam, sehingga umumnya
plasenta tidak dilepaskan sempurna yang dapat menyebabkan banyak perdarahan. Pada
kehamilan 14 minggu ke atas umumnya yang dikeluarkan setelah ketuban pecah ialah
janin, disusul beberapa waktu kemudian plasenta. Perdarahan tidak banyak jika plasenta
segera terlepas dengan lengkap.Hasil suction yang diduga janin pelu dihantar ke bagian
patologi untuk dilakukan pemeriksaan histopatologi bagi memastikan apakah hasil suction
itu benar janin ataupun bagian plasenta semata.6
Pemeriksaan pada Wanita Tersangka
Pada wanita yang tersangka melakukan aborsi, dapat dilakukan pemeriksaan hormonal,
mikroskopik dan toksikologi. Pemeriksaan laboratorium bagi wanita tersangka melakukan
aborsi adalah:
A. Tes Urin
Uji tersebut dinyatakan positif jika konsentrasi hCG dalam urin mencapai 25 mI,
biasanya terjadi pada saat tidak menstruasi atau 12-14 hari setelah konsepsi. Uji
dengan hasil positif mempunyai nilai prediksi terhadap kehamilan sebanyak 99,5%.
13
Hasil negatif palsu dapat terjadi karena rendahnya konsentrasi hCG, sebagai akibat
urin yang terlalu encer, tanggal yang tidak akurat, KE atau gangguan pada ovum.1
Penyebab turunnya hCG biasanya karena aborsi spontan, ovum yang terganggu, dan
kehamilan yang dipertahankan setelah 12 minggu.5
Pemeriksaan mikroskopik
Kadar progesteron bervariasi dari kurang dari 150 ng/dL darah hingga 2.000 ng/dL
pada wanita menstruasi. Selama kehamilan, progesteron berkisar 1,500-20,000 ng /
dL darah.
D. Pemeriksaan toksikologi
Di ambil sampel dari isi vagina, isi uterus, darah, urin, isi lambung atau rambut
pubis untuk di lakukan pemeriksaan toksikologi.
Pemeriksaan toksikologi dilakukan untuk mengetahui adanya obat atau zat yang
dapat mengakibatkan abortus.
diturunkan baik dari ibu maupun ayah. Sedangkan DNA yang berada pada mitokondria
hanya diturunkan dari ibu kepada anak-anaknya. Keunikan pola pewarisan DNA
mitokondria menyebabkan DNA mitokondria dapat digunakan sebagai penanda untuk
mengidentifikasi hubungan kekerabatan secara maternal. Dengan perkembangan
teknologi, pemeriksaan DNA dapat digunakan untuk mengidentifikasi dan membedakan
individu yang satu dengan individu yang lain.
Tes DNA umumnya digunakan untuk 2 tujuan yaitu:
tujuan pribadi seperti penentuan perwalian anak, tunjangan anak, adopsi, imigrasi,
warisan atau penentuan orang tua dari anak.
tujuan hukum, yang meliputi masalah forensik seperti identifikasi korban yang telah
hancur, sehingga untuk mengenali identitasnya diperlukan pencocokan antara DNA
korban dengan terduga keluarga korban ataupun untuk pembuktian kejahatan
semisal dalam kasus pemerkosaan atau pembunuhan.
Hampir semua sampel biologis tubuh dapat digunakan untuk sampel tes DNA, tetapi
yang sering digunakan adalah darah, rambut, usapan mulut pada pipi bagian dalam (buccal
swab), dan kuku. Meskipun begitu, yang paling sering adalah penggunaan darah dalam
tabung (sebanyak 2ml) sebagai sumber DNA. Untuk kasus-kasus forensik, sperma,
daging, tulang, kulit, air liur atau sampel biologis apa saja yang ditemukan di tempat
kejadian perkara (TKP) dapat dijadikan sampel tes DNA.
DNA yang biasa digunakan dalam tes ada dua yaitu DNA mitokondria dan DNA inti
sel. Perbedaan kedua DNA ini hanyalah terletak pada lokasi DNA tersebut berada dalam
sel, yang satu dalam inti sel sehingga disebut DNA inti sel, sedangkan yang satu terdapat
di mitokondria dan disebut DNA mitokondria. Untuk tes DNA, sebenarnya sampel DNA
yang paling akurat digunakan dalam tes adalah DNA inti sel karena inti sel tidak bisa
berubah. DNA dalam mitokondria dapat berubah karena berasal dari garis keturunan ibu
yang dapat berubah seiring dengan perkawinan keturunannya. Tetapi karena keunikan dari
pola pewarisan DNA mitokondria menyebabkan DNA mitokondria dapat dijadikan
sebagai marka (penanda) untuk tes DNA dalam upaya mengidentifikasi hubungan
kekerabatan secara maternal.
Metode tes DNA yang umumnya digunakan di dunia ini masih menggunakan metode
konvensional yaitu elektroforesis DNA. Sedangkan metode tes DNA yang terbaru adalah
dengan menggunakan kemampuan partikel emas berukuran nano untuk berikatan dengan
DNA.
15
Untuk metode tes DNA di Indonesia, masih memanfaatkan metode elektroforesis DNA.
Dengan intreprestasi hasil dengan cara menganalisa pola DNA menggunakan marka STR
(short tandem repeats). STR adalah lokus DNA yang tersusun atas pengulangan 2-6 basa.
Dalam genom manusia dapat ditemukan pengulangan basa yang bervariasi jumlah dan
jenisnya. Dengan menganalisa STR ini, maka DNA tersebut dapat diprofilkan dan
dibandingkan dengan sampel DNA terduga lainnya. Pada dasarnya, tahapan metode tes
DNA dengan cara elektroforesis meliputi beberapa tahapan berikut yaitu pertama tahapan
preparasi sampel yang meliputi pengambilan sampel DNA (isolasi) dan pemurnian DNA.
Isolasi DNA memiliki dua prinsip,yaitu sentrifugasi dan presipitasi. Tahap-tahap utama
dalam isolasi DNA darah adalah:
Dalam tahap ini diperlukan kesterilan alat-alat yang digunakan. Untuk sampel darah,
dalam isolasinya dapat digunakan bahan kimia phenolchloroform sedangkan untuk sampel
rambut dapat digunakan bahan kimia Chilex. Selanjutnya DNA dimurnikan dari kotorankotoran seperti protein, sel debris, dan lain lain. Untuk metode pemurnian biasanya
digunakan tehnik sentrifugasi dan metode filtrasi vakum.
Tes maternitas adalah tes DNA untuk menentukan apakah seorang wanita adalah ibu
biologis dari seorang anak. Seperti pada tes paternitas, tes ini membandingkan pola DNA
anak dengan terduga ibu untuk menentukan kecocokan DNA anak yang diwariskan dari
terduga ibu. Umumnya tes maternitas dilakukan untuk kasus, seperti kasus dugaan
tertukarnya bayi, kasus bayi tabung, kasus anak angkat dan lain-lain.8
B. Tes darah
Penentuan golongan darah dapat dilakukan dengan meneteskan 1 tetes antiserum ke atas 1
tetes darah dan dilihat terjadinya aglutinasi. Aglutinasi yang terjadi pada suatu antiserum
merupakan golongan darah bercak yang diperiksa, contoh bila terjadi aglutinasi pada
antiserum A maka golongan darah bercak darah tersebut adalah A.5
Interpretasi Hasil
Penting untuk kita memeriksa barang bukti yaitu hasil suction yang dijumpai. Hasil suction
itu dapat dilakukan dengan memeriksa DNA dan darah si pelaku. Pada kasus ini, setelah
pemeriksaan fisik dan ginekologi dilakukan dari ketiga-tiga wanita itu dengan melihat tanda16
tanda kehamilan dan pasca aborsi. Dengan itu dapat menyokong kasus pengguguran
kandungan criminal, ternyata ditemukan bahwa hanya 1 dari 3 wanita tersebut yang
melakukan abortus.
Etika Profesi
Di Indonesia, baik menurut pandangan agama, Undang-Undang Negara, maupun Etik
Kedokteran, seorang dokter tidak diperbolehkan untuk melakukan tindakan pengguguran
kandungan (abortus provokatus). Bahkan sejak awal seseorang yang akan menjalani profesi
dokter secara resmi disumpah dengan Sumpah Dokter Indonesia yang didasarkan atas
Deklarasi Jenewa yang isinya menyempurnakan Sumpah Hippokrates,
menghormati setiap hidup insani mulai dari saat pembuahan. Dari aspek etika, Ikatan Dokter
Indonesia telah merumuskannya dalam Kode Etik Kedokteran Indonesia mengenai kewajiban
umum.9
Dalam dunia medis, aborsi secara garis besar dibedakan menjadi dua macam, yakni aborsi
spontan dan aborsi provokatus. Aborsi provokatus selanjutnya dibedakan menjadi aborsi
provokatus terapeutik dan aborsi provokatus kriminalis. Aborsi spontan penyebabnya dapat
karena faktor maternal (ibu) seperti infeksi, penyakit kronik yang melemahkan ibu,pengaruh
hormonal ibu, kekurangan gizi pada ibu (malnutrisi), kelelahan fisik, trauma psikologis,
kelainan rahim, kelainan sistempertahanan (sistem imun). Selain faktor maternal, faktor janin
sendiri berperanan, yakni janin yang mengalami kelainan kromosom, sehinggajanin tak dapat
tumbuh dengan baik dan akhirnya meninggal dalamkandungan. 3
Aborsi provokatus adalah aborsi yang terjadi karena campur tangan manusia,
dibedakan menjadi dua yaitu terapeutik/elektif dan kriminalis. Aborsi terapeutik dapat
dilakukan dengan indikasi medis sebagai berikut yang pertama adalah bila kelanjutan
kehamilan dapat mengancam jiwa ibu atau menjadi gangguan yang serius bagi kesehatan ibu,
yang kedua bila kelanjutan kehamilan kemungkinan besar akan menghasilkan persalinan
anak dengan cacat bawaan beratatau cacat mental. 3
Selain diatur dalam KODEKI terdapat pula beberapa pengangan etika kedokteran yang ada
dan dijadikan tempat berpijak selama ini, yaitu: 6
Sejak abad 5 SM, Hipokrates sudah bersumpah antara lain bahwa ia tidak akan
memberikan obat kepada seorang perempuan untuk menggugurkan kandungannya.
Sumpah itu kemudian kemudian menjadi dasar bagi sumpah dokter sampai sekarang.
Pernyataan Geneva yang dirumuskan pada tahun 1984 & memuat sumpah dokter
antara lain menyatakan bahwa para dokter akan menghormati setiap hidup insani
mulai dari saat pembuahan. Pernyataan itu juga termuat dalam sumpah dokter
Indonesia yang dirumuskan dalam PP no.26/1960.
(2) Keadaan yang menimbulkan pertentangan antara kepentingan vital seorang ibu
& kepentingan vital anaknya yang belum dilahirkan ini menciptakan suatu
dilema & menimbulkan pertanyaan: Apakah kehamilan ini harusnya diakhiri
dengan sengaja atau tidak?
(3) Perbedaan jawaban atas keadaan ini dikarenakan adanya perbedaan sikap
terhadap hidup bayi yang belum dilahirkan. Perbedaan sikap ini adalah soal
keyakinan pribadi & hati nurani yang harus dihormati.
(4) Bukanlah tugas profesi kedokteran untuk menentukan sikap & peraturan
negara atau masyarakat manapun dalam hal ini, tetapi justru adalah kewajiban
semua pihak mengusahakan perlindungan bagi pasien-pasien & melindungi
hak dokter di tengah masyarakat.
(5) Oleh sebab itu di mana hukum memperbolehkan pelaksanaan pengguguran
terapetis, atau pembuatan UU ke arah itu sedang dipikirkan, & hal ini tidak
bertentangan dengan kebijaksanaan dari ikatan dokter nasional, serta dimana
dewan pembuat undang-undang itu ingin atau mau mendengarkan petunjuk
dari profesi medis, maka prinsip-prinsip berikut ini diakui:
a. Pengguguran hendaklah dilakukan hanya sebagai suatu tindakan
terapetis.
b. Suatu keputusan untuk menghentikan kehamilan seyogyanya sedapat
mungkin disetujui secara tertulis oleh dua orang dokter yang dipilih
berkat kompetensi profesional mereka.
c. Prosedur itu hendaklah dilakukan oleh seorang dokter yang kompeten
dalam instalasi-instalasi yang disetujui oleh suatu otoritas yang sah.
d. Jika seorang dokter merasa bahwa keyakinan hati nuraninya tidak
mengizinkan dirinya menganjurkan atau melakukan pengguguran, ia
berhak mengundurkan diri & menyerahkan kelangsungan pengurusan
medis kepada koleganya yang kompeten.
19
(6) Meskipun pernyataan ini didukung oleh General Assembly of The World
Medical Association, namun tidak perlu dipandang sebagai mengikat ikatanikatan yang menjadi anggota, kecuali kalau hal itu diterima oleh ikatan itu.
Karenanya dihimbau bagi para dokter ataupun tenaga kesehatan lainnya agar:
a. Tindakan aborsi hanya dilakukan sebagai suatu tindakan terapeutik.
b. Suatu keputusan untuk menghentikan kehamilan, sedapat mungkin
disetujui secara tertulis oleh minimal dua orang dokter yang kompeten
& berwenang.
c. Prosedur tersebut hendaknya dilakukan oleh seorang dokter yang
kompeten di instansi kesehatan tertententu yang diakui oleh suatu
otoritas yang sah.
d. Jika dokter tersebut merasa bahwa hati nuraninya tidak sanggup
melakukan tindakan pengguguran, maka hendaknya ia mengundurkan
diri serta menyerahkan pelaksanaan tindakan medis ini pada teman
sejawat lainnya yang juga kompeten .
e. Selain memahami & menghayati sumpah profesi & kode etik, para
dokter & tenaga kesehatan juga perlu meningkatkan pemahaman
agama yang dianutnya. Pada beberapa negara seperti Singapura, Cina,
& Tunisia, aborsi dilegalkan oleh pemerintahnya masing-masing
dengan tujuan untuk membatasi pertumbuhan guna meningkatkan
kesejahteraan. Negara Swedia, Inggris, & Italia atas dasar sosiomedik,
sedangkan di Jepang atas dasar sosial.
Untuk masyarakat agar dihimbau untuk:
a. Sedapat mungkin menghindari hubungan suami isteri pada pasangan
yang tidak/belum menikah.
b. Bagi para suami isteri yang tidak merencanakan untuk menambah
jumlah anak, agar mengikuti program KB.
20
Kesimpulan
Kecurigaan anggota polisi benar Botol berisi campuran darah dan jaringan berasal dari salah
satu pasien dokter tersebut melakukan tindakan aborsi yang diketahui dari anamnesis,
pemeriksaan fisik dan laboratorium. Sebagai dokter hendaknya tidak melakukan praktek
abortus tanda indikasi medis (abortus provokatus) melihat bahaya yang di akibatkan dan
aspek etika profesi sebagai seorang dokter.
21
Nomor : 3333-SK.III/2345/1-12
Lamp : Satu sampul tersegel
Perihal : Hasil Pemeriksaan Nn. Belia
PROJUSTITIA
30 Januari 2015
Visum et Repertum
Saya yang bertanda tangan dibawah ini, dokter Anjani. Dokter pada bagian forensik
rumah sakit UKRIDA di Jakarta atas permintaan dari kepolisian Resort Grogol dalam
suratnya nomor/VeR/1/2011/LL/Res. Tng tertanggal 30 Januari 2025, maka dengan ini
menerangkan bahwa, pada tanggal tigapuluh januari tahun dua ribu limabelas pukul tiga
sore Waktu Indonesia Barat, bertempat di RS UKRIDA, telah melakukan pemeriksaan
atas korban dengan nomor registrasi 97011990 yang menurut surat tersebut adalah:-------Nama
: Nyonya B --------------------------------------------------------------------22
Jenis kelamin
: Perempuan -------------------------------------------------------------------
Warga Negara
: Indonesia ---------------------------------------------------------------------
Alamat
Hasil pemeriksaan
1. Dari anamnesis pada Nyonya B, harus ditanyakan mengenai hari terakhir menstruasi,
lama menstruasi, menarche, sudah punya pacar/menikah.
2. Pada korban ditemukan : ---------------------------------------------------------------------a. Dilihat dari pemeriksaan fisik keadaan umum tampak lemah/menurun, tekanan
darah menurun/normal, denyut nadi normal/cepat dan kecil serta suhu badan
normal/meningkat. -------------------------------------------------------------------b. Pada pemeriksaan daerah kelamin didapatkan pendarahan. Disertai keluhan
mules/keram perut di perut serta nyeri pinggang.-------------------------------3. Di lakukan pemeriksaan laboratorium: Pemeriksaan darah didapatkan kadar darah
yang rendah, pemeriksaan golongan darah adalah AB, pemeriksaan hormon
kehamilan positif, pemeriksaan radiologi kelihatan permukaan keadaan dinding
rahim, pemeriksaan hasil curettage; hasil positif darah manusia, golongan darah
adalah sesuai dengan wanita tersangka. Hasil pemeriksaan DNA terhadap jaringan
serta wanita tersangka cocok. (Mencari hubungan antara jaringan yang ditemukan
dengan tersangka melalui pemeriksaan golongan darah, DNA)---------------------------4. Pengobatan yang telah di lakukan( terapi untuk mengurangkan pendarahan rahim).
Dan korban di pulangkan dalam keadaan yang baik.-------------------------------------Kesimpulan
Pada korban perempuan ini yang berusia 26 tahun, berdasarkan hasil temuan yang telah di
dapatkan tanda-tanda kehamilan, ( payudara yang membesar, strecthmark pada perut).
Seterusnya di simpulkan adanya keguguran atau kematian kandungan pada perempuan
ini------------------------------------------------------------------------------------------------------Demikian saya uraikan dengan sejujurnya atas sumpah dokter sesuai dengan lembaran
Negara 1973 nomor 350 untuk dipergunakan dimana perlu penyidikan lebih lanjut. Harap
digunakan sebaik-baiknya mengingat sumpah sesuai dengan kitab undang-undang hukum
acara pidana.-----------------------------------------------------------------------------------------Dokter yang memeriksa,
Dr.Anjani, SpF
23
Daftar Pustaka
1. WHO. Safe Abortion: Technical and Policy Guidance for Health System. A Draft 4
September 2002.
2. Bagian
Kedokteran
Forensik FKUI.
Peraturan
perundang-undangan
bidang
24
25