Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Tuberculosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB
(Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga
mengenai organ tubuh lainnya (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2002).
Tuberkulosis adalah suatu infeksi menular dan bisa berakibat fatal, yang disebabkan
oleh Mycobacterium tuberculosis, Mycobacterium bovis atau Mycobacterium africanum.
Tuberkulosis menunjukkan penyakit yang paling sering disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis, tetapi kadang disebabkan oleh M.bovis atau M.africanum. Bakteri lainnya
menyebabkan penyakit yang menyerupai tuberkulosis, tetapi tidak menular dan sebagian
besar

memberikan

respon

yang

buruk

terhadap

obat-obatan

yang

sangat

efektif mengobati tuberkulosis.


Mycobacterium tuberculosis telah menginfeksi sepertiga penduduk dunia. Pada tahun
1993, WHO mencanangkan kedaruratan global penyakit TB, karena pada sebagian besar
negara di dunia, penyakit TB tak terkendali. Ini disebabkan banyaknya penderita yang tidak
berhasil disembuhkan, terutama penderita menular (BTA positif) (Departemen Kesesehatan
RI, 2002).
Laporan TB dunia oleh WHO yang terbaru (2006), masih menempatkan Indonesia
sebagai penyumbang TB terbesar nomor 3 di dunia setelah India dan Cina dengan jumlah
kasus baru sekitar 539.000 dan jumlah kematian sekitar 101.000 pertahun. Survei Kesehatan
Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995, menempatkan TB sebagai penyebab kematian ketiga
terbesar setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran pernafasan, dan merupakan
nomor satu terbesar dalam kelompok penyakit infeksi.
Di Indonesia, TB merupakan masalah utama kesehatan masyarakat. Pada tahun 1995,
diperkirakan setiap tahun terjadi sekitar 9 juta penderita baru TB dengan kematian 3 juta
orang (WHO, Treatment of Tuberculosis, Guidelines for National Programmes, 1997).
Menurut laporan WHO (1999), Indonesia merupakan penyumbang penyakit TB terbesar
nomor 3 di dunia setelah India dan Cina. Tahun 1999, WHO memperkirakan setiap tahun
terjadi 583.000 kasus baru TB dengan kematian karena TB sekitar 140.000. Secara kasar
diperkirakan setiap 100.000 penduduk Indonesia terdapat 130 penderita baru TB paru BTA
positif (Departemen Kesesehatan RI, 2002). Dan di tahun 2010, Indonesia masuk dalam 5
1

negara dengan kasus TB tertinggi di dunia dengan menduduki peringkat lima (Global
Tuberculosis, 2010)
Pada tahun 1993 WHO menetapkan TB paru sebagai The Global Emergency karena
sebagian besar negara di dunia penyakit TB tak terkendali. Tahun 1994 Indonesia
bekerjasama dengan Badan Kesehatan Dunia, melaksanakan evaluasi bersama (WHOIndonesia Joint Evaluation) yang menghasilkan rekomendasi perlunya segera dilakukan
perubahan yang mendasar pada strategi penanggulangan TB Paru di Indonesia yang disebut
Directly Observed Treatment Shortcourse (DOTS).
DOTS ini terdiri dari 1) Komitmen politis dari para pengendali keputusan dan
komitmen masyarakat, 2) Deteksi kasus TB di antara orang-orang yang memiliki gejalagejala melalui pemeriksaan mikroskopis dahak, 3) pengobatan dan pengawasan langsung
oleh Pengawas Menelan Obat (PMO) selama enam hingga delapan bulan pengobatan teratur
atau setidaknya saat pengobatan intensif yaitu dua bulan pertama, 4) Jaminan ketersediaan
obat TB yang rutin dan tidak terputus dan jalur distribusinya, 5) Sistem pencatatan dan
pelaporan untuk pemantauan dan evaluasi perkembangan pengobatan.

Gambar 1.1. 5 Negara dengan Ranking Kasus TB tertinggi

Kondisi rumah dan lingkungan yang tidak memenuhi syarat kesehatan merupakan
faktor risiko sumber penularan penyakit TB. Sumber penularan penyakit ini erat kaitannya
dengan kondisi sanitasi perumahan yang meliputi penyediaan air bersih dan pengolahan
limbah. Faktor risiko dan lingkungan pada bangunan rumah yang dapat mempengaruhi
kejadian penyakit maupun kecelakaan antara lain ventilasi, pencahayaan, kepadatan hunian,
kelembaban ruangan, binatang penular penyakit, penyediaan air bersih, limbah rumah tangga,
hingga penghuni dalam rumah. Kondisi kesehatan lingkungan rumah berpengaruh secara
tidak langsung terhadap kejadian penyakit TB paru, karena lingkungan rumah yang kurang
memenuhi syarat kesehatan akan mempengaruhi jumlah atau kepadatan kuman dalam rumah
tersebut, termasuk kuman Mycobacterium tuberculosis. Hubungan penyakit tuberculosis paru
dipengaruhi oleh kebersihan udara karena rumah yang terlalu sempit (terlalu banyak
penghuninnya) maka ruangan akan kekurangan oksigen sehingga akan menyebabkan
menurunnya daya tahan tubuh sehingga memudahkan terjadinya penyakit. Lingkungan dan
rumah yang tidak sehat seperti pencahayaan rumah yang kurang (terutama cahaya matahari),
kurangnya ventilasi rumah, kondisi ruangan yang lembab, hunian yang terlalu padat
mengakibatkan kadar CO2 di rumah meningkat. Peningkatan CO2, sangat mendukung
perkembangan bakteri. Hal ini di karenakan Mycobacterium tuberculosis adalah aerob obligat
dan mendapatkan energi dari oksidasi banyak komponen karbon sederhana. Menurut sebuah
penelitian yang telah dilakukan di Ciampea menghitung risiko untuk terkena TB 5,2 kali pada
penghuni yang memiliki ventilasi buruk dibanding penduduk berventilasi memenuhi syarat
kesehatan. Pencahayaan rumah yang tidak memenuhi syarat berisiko 2,5 kali terkena TB
dibanding penghuni yang memenuhi persyaratan, semua cahaya pada dasarnya dapat
mematikan, namun tentu tergantung jenis dan lama cahaya tersebut. Mewujudkan dan
membangun rumah sehat pada indikator penyakit TB diawali dengan visi : mendukung
pembangunan berwawasan kesehatan menuju indonesia sehat tahun 2012.
Penyakit-penyakit berbasis lingkungan masih merupakan penyebab utama kematian di
Indonesia. Bahkan pada kelompok bayi dan balita, penyakit-penyakit berbasis lingkungan
menyumbangkan lebih 80% dari penyakit yang diderita oleh bayi dan balita. Keadaan
tersebut mengindikasikan masih rendahnya cakupan dan kualitas intervensi kesehatan
lingkungan. Lingkungan pemukiman merupakan salah satu diantaranya yang selalu
berinteraksi dengan manusia, karena kurang lebih separuh hidup manusia akan berada di
rumah, sehingga kualitas rumah akan berdampak terhadap kondisi kesehatannya.

Di wilayah kerja Puskesmas Panarukan ditemukan penderita TB BTA + terbanyak


terdapat di Desa Kilen Sari dari tahun 2012 hingga tahun 2014. Berikut ini adalah data pasien
TB BTA + di wilayah kerja Puskesmas Panarukan dari tahun 2012 hingga tahun 2014.
Tabel. 1.1.
Data pasien TB BTA + di Desa Wilayah kerja Puskesmas Panarukan tahun 2012-2014
NO

DESA

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Kilen Sari
Paowan
Sumber Kolak
Wringin Anom
Peleyan
Alas Malang
Duwet
Gelung
Jumlah

TAHUN
2012

2013

2014

19
7
9
12
1
1
3
7
59

19
2
7
4
1
3
36

15
3
13
12
1
6
2
4
56

Tabel 1.2.
Data pasien TB BTA + di Dusun Desa Kilen Sari tahun 2012-2014
NO
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

DUSUN
Pesisir
Karang Sari
Tanah Anyar
Kilen Selatan
Somangkaan
Gudang Seng
Bandengan
Jumlah

TAHUN
2012

2013

2014

13
4
1
1
19

7
5
4
2
1
19

9
1
1
1
1
1
1
15

Dilihat dari data diatas, pendataan pasien TB di wilayah kerja Puskesmas Panarukan
yang terbanyak terdapat di Desa Kilen Sari Dusun Pesisir. Oleh karena itu dengan kegiatan
Miniproyek ini diharapkan dapat menekan penyebaran penularan infeksi TB melalui Rumah
Sehat bersama Paguyuban TB di Desa Kilen Sari.
1.2 PERNYATAAN MASALAH
Kurangnya wawasan Paguyuban TB di Desa Kilen Sari tentang pentingnya Rumah Sehat
dalam pencegahan penularan infeksi TB.
4

1.3 TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mencegah penularan infeksi TB melalui Rumah Sehat sehingga penyakit TB tidak
lagi merupakan masalah kesehatan masyarakat.
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatkan pengetahuan paguyuban TB tentang Rumah Sehat dalam
penanggulangan penularan infeksi TB.
b. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam penanggulangan penyakit TB.
c. Meningkatkan kualitas kesehatan lingkungan dan perumahan melalui Rumah
Sehat.
1.4 MANFAAT
1. Bagi Masyarakat
Menambah pengetahuan masyarakat tentang penyakit tuberkulosis paru terutama
faktor kesehatan lingkungan rumah apa saja yang berhubungan dalam pencegahan
infeksi TB.
2. Bagi Instansi Terkait (Puskesmas Dan Dinas Kesehatan)
Sebagai bahan pertimbangan dan pemikiran bagi program pemberantasan penyakit
tuberkulosis paru terutama untuk menentukan kebijakan dalam perencanaan,
pelaksanaan serta evaluasi program Rumah Sehat.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 TUBERCULOSIS
2.1.1 Definisi
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB
(Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga
mengenai organ tubuh lainnya.
2.1.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Tuberkulosis Paru
5

Teori John Gordon mengemukakan bahwa timbulnya suatu penyakit sangat


dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu bibit penyakit (agent), pejamu (host), dan lingkungan
(environment).
1. Agent
Agent (A) adalah penyebab yang esensial yang harus ada, apabila penyakit timbul atau
manifest, tetapi agent sendiri tidak sufficient/memenuhi/mencukupi syarat untuk
menimbulkan penyakit. Agent memerlukan dukungan faktor penentu agar penykit dapat
manifest. Agent yang mempengaruhi penularan penyakit tuberkulosis adalah kuman
Mycobacterium tuberculosis. Agent ini dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya
pathogenitas, infektifitas dan virulensi. Pathogenitas adalah daya suatu mikroorganisme
untuk menimbulkan penyakit pada host. Pathogenitas kuman tuberkulosis paru termasuk
pada tingkat rendah. Infektifitas adalah kemampuan mikroba untuk masuk ke dalam tubuh
host dan berkembangbiak di dalmnya. Berdasarkan sumber yang sama infektifitas kuman
tuberkulosis paru termasuk pada tingkat menengah. Virulensi adalah keganasan suatu
mikroba bagi host. Berdasarkan sumber yang sama virulensi kuman tuberkulosis termasuk
tingkat tinggi.
2. Host
Host atau pejamu adalah manusia atau hewan hidup, termasuk burung dan arthropoda
yang dapat memberikan tempat tinggal dalam kondisi alam (lawan dari percobaan) Host
untuk kuman tuberkulosis paru adalah manusia dan hewan, tetapi host yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah manusia. Beberapa faktor host yang mempengaruhi penularan
penyakit tuberkulosis paru adalah :
a. Jenis kelamin
Dari catatan statistik meski tidak selamanya konsisten, mayoritas penderita
tuberkulosis paru adalah wanita. Hal ini masih memerlukan penyelidikan dan
penelitian lebih lanjut, baik pada tingkat behavioural, tingkat kejiwaan, sistem
pertahanan tubuh, maupun tingkat molekuler. Untuk sementara, diduga jenis kelamin
wanita merupakan faktor risiko yang masih memerlukan evidence pada masingmasing wilayah, sebagai dasar pengendalian atau dasar manajemen.
b. Umur
Variabel umur berperan dalam kejadian penyakit tuberkulosis paru. Risiko untuk
mendapatkan tuberkulosis paru dapat dikatakan seperti halnya kurva normal terbalik,
yakni tinggi ketika awalnya, menurun karena diatas 2 tahun hingga dewasa memliki
6

daya tahan terhadap tuberkulosis paru dengan baik. Puncaknya tentu dewasa muda
dan menurun kembali ketika seseorang atau kelompok menjelang usia tua.
c. Kondisi sosial ekonomi
WHO (2003) menyebutkan 90% penderita tuberkulosis paru di dunia menyerang
kelompok dengan sosial ekonomi lemah atau miskin.
d. Kekebalan
Kekebalan dibagi menjadi dua macam, yaitu : kekebalan alamiah dan buatan.
Kekebalan alamiah didapatkan apabila seseorang pernah menderita tuberkulosis paru
dan secara alamiah tubuh membentuk antibodi, sedangkan kekebalan buatan diperoleh
sewaktu seseorang diberi vaksin BCG (Bacillis Calmette Guerin). Tetapi bila
kekebalan tubuh lemah maka kuman tuberkulosis paru akan mudah menyebabkan
penyakit tuberkulosis paru.
e. Status gizi
Apabila kualitas dan kuantitas gizi yang masuk dalam tubuh cukup akan berpengaruh
pada daya tahan tubuh sehingga tubuh akan tahan terhadap infeksi kuman tuberkulosis
paru. Namun apabila keadaan gizi buruk maka akan mengurangi daya tahan tubuh
terhadap penyakit ini, karena kekurangan kalori dan protein serta kekurangan zat besi,
dapat meningkatkan risiko tuberkulosis paru.
f. Penyakit infeksi HIV
Infeksi HIV mengakibatkan kerusakan luas sitem daya tahan tubuh seluler (cellular
immunity) sehingga jika terjadi infeksi oportunistik seperti tuberkulosis, maka yang
bersangkutan akan menjadi sakit parah bahkan mengakibatkan kematian. Bila jumlah
orang terinfeksi HIV meningkat, maka jumlah penderita tuberkulosis paru akan
meningkat, dengan demikian penularan tuberkulosis paru di masyarakat akan
meningkat pula.
3. Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di luar diri host (pejamu) baik benda mati,
benda hidup, nyata atau abstrak, seperti suasana yang terbentuk akibat interaksi semu
elemen-elemen termasuk host yang lain. Faktor lingkungan memegang peranan penting
dalam penularan, terutama lingkungan rumah yang tidak memenuhi syarat. Lingkungan
rumah merupakan salah satu faktor yang memberikan pengaruh besar terhadap status
kesehatan penghuninya.
2.1.3 Faktor Resiko dan Cara Penularan
7

Gambar 2.1. Faktor Resiko Kejadian TB


2.1.4 Cara Penularan
a. Sumber penularan adalah pasien TB BTA positif.
b. Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk
percikan dahak (droplet nuclei). Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000
percikan dahak.
c. Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada dalam
waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan, sementara sinar
matahari langsung dapat membunuh kuman. Percikan dapat bertahan selama beberapa
jam dalam keadaan yang gelap dan lembab.
d. Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan
dari parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan dahak, makin
menular pasien tersebut.
e. Faktor yang memungkinkan seseorang terpajan kuman TB ditentukan oleh
konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut.
2.1.5 Gejala Klinis
a. Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih.
b. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk
darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun,
malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu
bulan.
8

2.1.6 Diagnosis

Gambar 2.2. Alur Diagnosis TB Paru


2.2 PAGUYUBAN TB
Paguyuban TB adalah suatu perkumpulan yang anggotanya adalah penderita dan
mantan penderita TB yang bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat
TB. Kegiatan Paguyuban TB tidak hanya terfokus pada masalah kesehatan saja, tetapi juga
mencakup masalah social dan ekonomi. Hal ini dikarenakan TB tidak hanya berdampak pada
kesehatan penderitanya saja tetapi juga pada kehidupan sosial dan ekonomi.
Kegiatan Paguyuban TB berupa pemeriksaan dan pengobatan rutin yang bertujuan
untuk memantau kesehatan penderita/mantan penderita TB meskipun sudah tidak menjalani
pengobatan TB. Selain itu Paguyuban TB juga sebagai sarana pembinaan bagi peserta untuk
menjadi kader TB. Kader TB sendiri dapat berperan untuk mencari tersangka TB dan
memotivasi tersangka untuk memeriksakan diri dan berobat. Selain itu paguyuban TB juga
sebagai sarana silaturahmi antar penderita dan mantan penderita TB sehingga bisa
memperbaiki kehidupan social pesertanya. Untuk dapat meningkatkan kemandirian peserta,
di Paguyuban TB ini juga diadakan pelatihan ketrampilan sehingga secara tidak langsung
juga bisa memperbaiki status ekonomi peserta.
2.3 RUMAH SEHAT
9

2.3.1 Definisi
Rumah bagi manusia memiliki arti sebagai tempat untuk melepas lelah, beristirahat
setelah penat melaksanakan kewajiban sehari-hari, sebagai tempat bergaul dengan keluarga,
sebagai tempat untuk melindungi diri dari bahaya, sebagai lambang status sosial, tempat
menyimpan kekayaan (Azwar, 1996). Rumah adalah struktur fisik atau bangunan sebagai
tempat berlindung, dimana lingkungan dari struktur tersebut berguna untuk kesehatan
jasmani dan rohani serta keadaan sosialnya baik untuk kesehatan keluarga dan individu
(WHO dalam Keman, 2005). Rumah sehat merupakan bangunan tempat tinggal yang
memenuhi syarat kesehatan yaitu rumah yang memiliki jamban yang sehat, sarana air bersih,
tempat pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah, ventilasi yang baik, kepadatan
hunian rumah yang sesuai dan lantai rumah yang tidak terbuat dari tanah (Depkes RI, 2003).
Dapat dikatakan bahwa rumah sehat adalah bangunan tempat berlindung dan beristirahat
yang menumbuhkan kehidupan sehat secara fisik, mental dan sosial, sehingga seluruh
anggota keluarga dapat memperoleh derajat kesehatan yang optimal.
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di luar diri host (pejamu) baik benda mati,
benda hidup, nyata atau abstrak, seperti suasana yang terbentuk akibat interaksi semu elemenelemen termasuk host yang lain. Faktor lingkungan memegang peranan penting dalam
penularan, terutama lingkungan rumah yang tidak memenuhi syarat. Lingkungan rumah
merupakan salah satu faktor yang memberikan pengaruh besar terhadap status kesehatan
penghuninya.
Beberapa faktor yang mempengaruhi keadaan lingkungan sekitar rumah (Azwar,
1996):
1) Lingkungan di mana masyarakat itu berada, baik fisik, biologis, sosial. Suatu daerah
dengan lingkungan fisik pegunungan, tentu saja perumahannya berbeda dengan
perumahan di daerah pantai. Selanjutnya masyarakat yang bertempat tinggal di daerah
lingkungan biologis yang banyak hewan buasnya tentu saja mempunyai bentuk rumah
yang lebih terlindung, dibanding dengan perumahan di lingkungan biologis yang tidak
ada hewan buasnya. Demikian pula lingkungan sosial, seperti adat, kepercayaan dan
lainnya, banyak memberikan pengaruh pada bentuk rumah yang didirikan.
2) Tingkat sosial ekonomi masyarakat, ditandai dengan pendapatan yang dipunyai,
tersedianya bahan-bahan bangunan yang dapat dimanfaatkan dan atau dibeli dan lain
sebagainya. Jelaslah bahwa suatu masyarakat yang lebih makmur, secara relatif akan
mempunyai perumahan yang lebih baik, dibanding dengan masyarakat miskin.
10

3) Tingkat kemajuan teknologi yang dimiliki, terutama teknologi bangunan. Masyarakat


yang telah maju teknologinya, mampu membangun perumahan yang lebih komplek
dibandingkan dengan masyarakat yang masih sederhana.
4) Kebijaksanaan pemerintah tentang perumahan menyangkut tata-guna tanah, program
pembangunan perumahan (RumahSederhana, Rumah Susun (Rusun), Rumah Toko
(Ruko), Rumah Kantor (Rukan))

2.3.2 Syarat Rumah Sehat


Rumah sehat menurut Winslow dan APHA (American Public Health Association) harus
memiliki syarat, antara lain:
1) Memenuhi kebutuhan fisiologis antara lain pencahayaan, penghawaan (ventilasi),
ruang gerak yang cukup, terhindar dari kebisingan/suara yang mengganggu.
2) Memenuhi kebutuhan psikologis antara lain cukup aman dan nyaman bagi masingmasing penghuni rumah, privasi yang cukup, komunikasi yang sehat antar anggota
keluarga dan penghuni rumah, lingkungan tempat tinggal yang memiliki tingkat
ekonomi yang relatif sama.
3) Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antar penghuni rumah dengan
penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan air limbah rumah tangga, bebas vektor
penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang berlebihan, cukup sinar matahari pagi,
terlindungnya makanan dan minuman dari pencemaran.
4) Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang timbul karena
keadaan luar maupun dalam rumah. Termasuk dalam persyaratan ini antara lain
bangunan yang kokoh, terhindar dari bahaya kebakaran, tidak menyebabkan
keracunan gas, terlindung dari kecelakaan lalu lintas, dan lain sebagainya.

2.3.3 Parameter dan Indikator Penilaian Rumah Sehat


Parameter yang dipergunakan untuk menentukan rumah sehat adalah sebagaimana yang
tercantum dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 829/Menkes/SK/VII/1999 tentang
Persyaratan kesehatan perumahan. meliputi 3 lingkup kelompok komponen penilaian, yaitu :
1) Kelompok komponen rumah, meliputi langit-langit, dinding, lantai, ventilasi, sarana
pembuangan asap dapur dan pencahayaan.
2) Kelompok sarana sanitasi, meliputi sarana air bersih, pembuangan kotoran,
pembuangan air limbah, sarana tempat pembuangan sampah.
11

3) Kelompok perilaku penghuni, meliputi membuka jendela ruangan dirumah,


membersihkan rumah dan halaman, membuang tinja ke jamban, membuang sampah
pada tempat sampah.
Adapun aspek komponen rumah yang memenuhi syarat rumah sehat adalah :
1) Langit-langit
Adapun persayaratan untuk langit-langit yang baik adalah dapat menahan debu dan
kotoran lain yang jatuh dari atap, harus menutup rata kerangka atap serta mudah
dibersihkan.
2) Dinding
Dinding harus tegak lurus agar dapat memikul berat dinding sendiri, beban tekanan
angin dan bila sebagai dinding pemikul harus dapat memikul beban diatasnya, dinding
harus terpisah dari pondasi oleh lapisan kedap air agar air tanah tidak meresap naik
sehingga dinding terhindar dari basah, lembab dan tampak bersih tidak berlumut.
3) Lantai
Lantai harus kuat untuk menahan beban diatasnya, tidak licin, stabil waktu dipijak,
permukaan lantai mudah dibersihkan. Menurut Sanropie (1989), lantai tanah
sebaiknya tidak digunakan lagi, sebab bila musim hujan akan lembab sehingga dapat
menimbulkan gangguan/penyakit terhadap penghuninya. Karena itu perlu dilapisi
dengan lapisan yang kedap air seperti disemen, dipasang tegel, keramik. Untuk
mencegah masuknya air ke dalam rumah, sebaiknya lantai ditinggikan 20 cm dari
permukaan tanah.
4) Pembagian ruangan / tata ruang
Setiap rumah harus mempunyai bagian ruangan yang sesuai dengan fungsinya.
Adapun syarat pembagian ruangan yang baik adalah :
a) Ruang untuk istirahat/tidur
Adanya pemisah yang baik antara ruangan kamar tidur orang tua dengan kamar
tidur anak, terutama anak usia dewasa. Tersedianya jumlah kamar yang cukup
dengan luas ruangan sekurangnya 8 m2 dan dianjurkan tidak untuk lebih dari 2
orang agar dapat memenuhi kebutuhan penghuninya untuk melakukan kegiatan.
b) Ruang dapur

12

Dapur harus mempunyai ruangan tersendiri, karena asap dari hasil pembakaran
dapat membawa dampak negatif terhadap kesehatan. Ruang dapur harus memiliki
ventilasi yang baik agar udara/asap dari dapur dapat teralirkan keluar.
c) Kamar mandi dan jamban keluarga
Setiap kamar mandi dan jamban paling sedikit memiliki satu lubang ventilasi untuk
berhubungan dengan udara luar.
5) Ventilasi
Ventilasi ialah proses penyediaan udara segar ke dalam suatu ruangan dan
pengeluaran udara kotor suatu ruangan baik alamiah maupun secara buatan. Ventilasi
harus lancar diperlukan untuk menghindari pengaruh buruk yang dapat merugikan
kesehatan. Ventilasi yang baik dalam ruangan harus mempunyai syarat-syarat,
diantaranya :
a) Luas lubang ventilasi tetap, minimum 5% dari luas lantai ruangan. Sedangkan
luas lubang ventilasi insidentil (dapat dibuka dan ditutup) minimum 5%.
Jumlah keduanya menjadi 10% kali luas lantai ruangan.
b) Udara yang masuk harus udara bersih, tidak dicemari oleh asap kendaraan,
dari pabrik, sampah, debu dan lainnya.
c) Aliran udara diusahakan Cross Ventilation dengan menempatkan dua lubang
jendela berhadapan antara dua dinding ruangan sehingga proses aliran udara
lebih lancar.

13

Gambar 2.3. Skema Ventilasi Rumah Sehat


6) Pencahayaan
Cahaya yang cukup kuat untuk penerangan di dalam rumah merupakan kebutuhan
manusia. Penerangan ini dapat diperoleh dengan pengaturan cahaya alami dan cahaya
buatan. Yang perlu diperhatikan, pencahayaan jangan sampai menimbulkan kesilauan.
a) Pencahayaan alamiah
Penerangan alami diperoleh dengan masuknya sinar matahari ke dalam ruangan
melalui jendela, celah maupun bagian lain dari rumah yang terbuka, selain untuk
penerangan, sinar ini juga mengurangi kelembaban ruangan, mengusir nyamuk
atau serangga lainnya dan membunuh kuman penyebab penyakit tertentu (Azwar,
1996). Suatu cara sederhana menilai baik tidaknya penerangan alam yang terdapat
dalam sebuah rumah adalah: baik, bila jelas membaca dengan huruf kecil, cukup;
bila samar-samar bila membaca huruf kecil, kurang; bila hanya huruf besar yang
terbaca, buruk; bila sukar membaca huruf besar.
b) Pencahayaan buatan

14

Penerangan dengan menggunakan sumber cahaya buatan, seperti lampu minyak


tanah, listrik dan sebagainya. (Azwar, 1996).

Gambar 2.4. Skema Pencahayaan Rumah Sehat

7) Luas Bangunan Rumah


Luas bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni di dalamnya, artinya luas
bangunan harus disesuaikan dengan jumlah penghuninya. Luas bangunan yang tidak
sebanding dengan jumlah penghuninya akan menyebabkan kepadatan penghuni
(overcrowded). Hal ini tidak sehat, disamping menyebabkan kurangnya konsumsi
oksigen, bila salah satu anggota keluarga terkena penyakit infeksi akan mudah
menular kepada anggota keluarga yang lain. Sesuai kriteria Permenkes tentang rumah
sehat, dikatakan memenuhi syarat jika 8 m2 / orang.
Dilihat dari aspek sarana sanitasi, maka beberapa sarana lingkungan yang berkaitan
dengan perumahan sehat adalah sebagai berikut :
1) Sarana Air Bersih
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang
kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah
dimasak. Di Indonesia standar untuk air bersih diatur dalam Permenkes RI No.
01/Birhubmas/1/1975 (Chandra, 2009).
Dikatakan air bersih jika memenuhi 3 syarat utama, antara lain :
a) Syarat fisik
Air tidak berwarna, tidak berbau, jernih dengan suhu di bawah suhu udara
sehingga menimbulkan rasa nyaman.
b) Syarat kimia
15

Air yang tidak tercemar secara berlebihan oleh zat kimia, terutama yang
berbahaya bagi kesehatan.
c) Syarat bakteriologis
Air tidak boleh mengandung suatu mikroorganisme. Misal sebagai petunjuk
bahwa air telah dicemari oleh faces manusia adalah adanya E. coli karena bakteri
ini selalu terdapat dalam faces manusia baik yang sakit, maupun orang sehat serta
relatif lebih sukar dimatikan dengan pemanasan air.
2) Jamban (sarana pembuangan kotoran)
Pembuangan kotoran yaitu suatu pembuangan yang digunakan oleh keluarga atau
sejumlah keluarga untuk buang air besar. Cara pembuangan tinja, prinsipnya yaitu
:
a) Kotoran manusia tidak mencemari permukaan tanah.
b) Kotoran manusia tidak mencemari air permukaan / air tanah.
c) Kotoran manusia tidak dijamah lalat.
d) Jamban tidak menimbulkan bau yang mengganggu.
e) Konstruksi jamban tidak menimbulkan kecelakaan.
Ada 4 cara pembuangan tinja (Azwar, 1996), yaitu :
a) Pembuangan tinja di atas tanah
Pada cara ini tinja dibuang begitu saja diatas permukaan tanah, halaman rumah, di
kebun, di tepi sungai dan sebagainya. Cara demikian tentunya sama sekali tidak
dianjurkan, karena dapat mengganggu kesehatan.
b) Kakus lubang gali (pit privy)
Dengan cara ini tinja dikumpulkan kedalam lubang dibawah tanah, umumnya
langsung terletak dibawah tempat jongkok. Fungsi dari lubang adalah mengisolasi
tinja sehingga tidak memungkinkan penyebaran bakteri. Kakus semacam ini hanya
baik digunakan ditempat dimana air tanah letaknya dalam.
c) Kakus Air (Aqua pravy)
Cara ini hampir mirip dengan kakus lubang gali, hanya lubang kakus dibuat dari
tangki yang kedap air yang berisi air, terletak langsung dibawah tempat jongkok.
Cara kerjanya merupakan peralihan antara lubang kakus dengan septic tank. Fungsi
dari tank adalah untuk menerima, menyimpan, mencernakan tinja serta
melindunginya dari lalat dan serangga lainnya.
d) Septic Tank
16

Septic Tank merupakan cara yang paling dianjurkan. Terdiri dari tank sedimentasi
yang kedap air dimana tinja dan air masuk dan mengalami proses dekomposisi
yaitu proses perubahan menjadi bentuk yang lebih sederhana (penguraian).
3) Pembuangan Air Limbah (SPAL)
Air limbah adalah cairan buangan yang berasal dari rumah tangga, industri,
dan tempat umum lainnya dan biasanya mengandung bahan atau zat yang
membahayakan kehidupan manusia serta mengganggu kelestarian lingkungan
(Chandra, 2007).
Menurut Azwar (1996) air limbah dipengaruhi oleh tingkat kehidupan
masyarakat, dapat dikatakan makin tinggi tingkat kehidupan masyarakat, makin
kompleks pula sumber serta macam air limbah yang ditemui. Air limbah adalah air
tidak bersih mengandung berbagai zat yang bersifat membahayakan kehidupan
manusia ataupun hewan, dan lazimnya karena hasil perbuatan manusia.
Dalam kehidupan sehari-hari, sumber air limbah yang lazim dikenal adalah :
a) Limbah rumah tangga, misalnya air dari kamar mandi dan dapur.
b) Limbah perusahaan, misalnya dari hotel, restoran, kolam renang.
c) Limbah industri.
4) Sampah
Sampah adalah semua produk sisa dalam bentuk padat, sebagai akibat aktifitas
manusia, yang dianggap sudah tidak bermanfaat. Entjang (2000) berpendapat agar
sampah tidak membahayakan kesehatan manusia, maka perlu pengaturan
pembuangannya, seperti tempat sampah yaitu tempat penyimpanan sementara
sebelum sampah tersebut dikumpulkan untuk dibuang (dimusnahkan).
Syarat tempat sampah adalah :
a) Terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan, kuat sehingga tidak mudah bocor,
kedap air.
b) Harus ditutup rapat sehinga tidak menarik serangga atau binatang-binatang
lainnya seperti tikus, kucing dan sebagainya.
8) Letak Rumah
Letak rumah adalah salah satu faktor yang penting artinya bagi kesehatan
penghuni. Sebagai contoh adalah, sebuah rumah seharusnya tidak didirikan di dekat
tempat dimana sampah dikumpulkan atau dibuang, dengan pertimbangan karena di
17

tempat pembuangan sampah tersebut akan banyak lalat, serangga maupun tikus yang
akan membawa kuman penyakit kedalam lingkungan rumah (WHO, 1995).
Perlu diperhatikan juga letak sebuah bangunan hendaknya menyerong dari
arah lintasan matahari yaitu arah utaraselatan untuk mencegah penyinaran yang
terus-menerus pada satu bagian rumah. Di bangun dengan lubang bukaan maksimal
pada arah utara, arah selatan, dan arah timur, serta seminimal mungkin pada arah
barat. Lubang bukaan pada arah utara-selatan diharapkan sebanyak mungkin
memasukan sinar matahari dari kubah langit. Sementara lubang pada arah timur untuk
memasukan sinar matahari pagi yang dapat meningkatkan kesehatan.
Kurangnya cahaya matahari yang masuk ke dalam rumah. Rumah terasa
sumpek, pengap, panas, dan dapat menimbulkan ketidaknyamanan penghuni. Selain
berguna untuk penerangan sinar ini juga mengurangi kelembaban ruangan, mengusir
nyamuk atau serangga lainnya dan membunuh kuman penyebab penyakit tertentu,
misalnya untuk membunuh bakteri adalah cahaya pada panjang gelombang 4000 A
sinar ultra violet (Azwar, 1996).
2.3.4 Syarat Rumah Sehat terhadap kejadian TB Paru
Adapun syarat-syarat yang dipenuhi oleh rumah sehat secara fisiologis yang
berpengaruh terhadap kejadian tuberkulosis paru antara lain :
a. Kepadatan Penghuni Rumah
Ukuran luas ruangan suatu rumah erat kaitannya dengan kejadian tuberkulosis
paru. Disamping itu Asosiasi Pencegahan Tuberkulosis Paru Bradbury mendapat
kesimpulan secara statistik bahwa kejadian tuberkulosis paru paling besar
diakibatkan oleh keadaan rumah yang tidak memenuhi syarat pada luas
ruangannya. Semakin padat penghuni rumah akan semakin cepat pula udara di
dalam rumah tersebut mengalami pencemaran. Karena jumlah penghuni yang
semakin banyak akan berpengaruh terhadap kadar oksigen dalam ruangan
tersebut, begitu juga kadar uap air dan suhu udaranya. Dengan meningkatnya
kadar CO2 di udara dalam rumah, maka akan memberi kesempatan tumbuh dan
berkembang biak lebih bagi Mycobacterium tuberculosis. Dengan demikian akan
semakin banyak kuman yang terhisap oleh penghuni rumah melalui saluran
pernafasan. Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia kepadatan
penghuni diketahui dengan membandingkan luas lantai rumah dengan jumlah
18

penghuni, dengan ketentuan untuk daerah perkotaan 6 m per orang daerah


pedesaan 10 m per orang.
b. Kelembaban Rumah
Kelembaban udara dalam rumah minimal 40% 70 % dan suhu ruangan yang
ideal antara 180C 300C. Bila kondisi suhu ruangan tidak optimal, misalnya
terlalu panas akan berdampak pada cepat lelahnya saat bekerja dan tidak cocoknya
untuk istirahat. Sebaliknya, bila kondisinya terlalu dingin akan tidak
menyenangkan dan pada orang-orang tertentu dapat menimbulkan alergi. Hal ini
perlu diperhatikan karena kelembaban dalam rumah akan mempermudah
berkembangbiaknya mikroorganisme antara lain bakteri spiroket, ricketsia dan
virus. Mikroorganisme tersebut dapat masuk ke dalam tubuh melalui udara ,selain
itu kelembaban yang tinggi dapat menyebabkan membran mukosa hidung menjadi
kering seingga kurang efektif dalam menghadang mikroorganisme. Kelembaban
udara yang meningkat merupakan media yang baik untuk bakteri-bakteri termasuk
bakteri tuberkulosis. Kelembaban di dalam rumah menurut Depatemen Pekerjaan
Umum (1986) dapat disebabkan oleh tiga faktor, yaitu :
a. Kelembaban yang naik dari tanah ( rising damp )
b. Merembes melalui dinding ( percolating damp )
c. Bocor melalui atap ( roof leaks )
Untuk mengatasi kelembaban, maka perhatikan kondisi drainase atau saluran air
di sekeliling rumah, lantai harus kedap air, sambungan pondasi dengan dinding
harus kedap air, atap tidak bocor dan tersedia ventilasi yang cukup.
c. Ventilasi
Jendela dan lubang ventilasi selain sebagai tempat keluar masuknya udara juga
sebagai lubang pencahayaan dari luar, menjaga aliran udara di dalam rumah
tersebut tetap segar. Menurut indikator pengawasan rumah , luas ventilasi yang
memenuhi syarat kesehatan adalah 10% luas lantai rumah dan luas ventilasi
yang tidak memenuhi syarat kesehatan adalah < 10% luas lantai rumah. Luas
ventilasi rumah yang < 10% dari luas lantai (tidak memenuhi syarat kesehatan)
akan mengakibatkan berkurangnya konsentrasi oksien dan bertambahnya
konsentrasi karbondioksida yang bersifat racun bagi penghuninya. Di samping itu
tidak cukupnya ventilasi akan menyebabkan peningkatan kelembaban ruangan
karena terjadinya proses penguapan cairan dai kulit dan penyerapan. Kelembaban
ruangan yan tinggi akam menjadi media yang baik untuk tumbuh dan
19

berkembangbiaknya bakteri-bakteri patogen termasuk kuman tuberkulosis. Tidak


adanya ventilasi yang baik pada suatu ruangan makin membahayakan kesehatan
atau kehidupan, jika dalam ruangan tersebut terjadi pencemaran oleh bakteri
seperti oleh penderita tuberkulosis atau berbagai zat kimia organik atau anorganik.
Ventilasi berfungsi juga untuk membebaskan uadar ruangan dari bakteribakteri,
terutama bakteri patogen seperti tuberkulosis, karena di situ selalu terjadi aliran
udara yang terus menerus. Bakteri yang terbawa oleh udara akan selalu mengalir.
Selain itu, luas ventilasi yang tidak memenuhi syarat kesehatan akan
mengakibatkan terhalangnya proses pertukaran udara dan sinar matahari yang
masuk ke dalam rumah, akibatnya kuman tuberkulosis yang ada di dalam rumah
tidak dapat keluar dan ikut terhisap bersama udara pernafasan.
d. Pencahayaan Sinar Matahari
Cahaya matahari selain berguna untuk menerangi ruang juga mempunyai daya
untuk membunuh bakteri. Hal ini telah dibuktikan oleh Robert Koch (1843-1910).
Dari hasil penelitian dengan melewatkan cahaya matahari pada berbagai warna
kaca terhadap kuman Mycobacterium tuberculosis didapatkan data sebagaimana
pada tabel berikut (Azwar, 1995).
Tabel 2.1. Hasil Penelitian Dengan melewatkan Cahaya Matahari Pada Berbagai
Warna Kaca Terhadap Kuman Tuberkulosis Paru.
Warna Kaca
Hijau
Merah
Biru
Tak berwarna

Waktu mematikan (menit)


45
20 30
10 20
5 10

Sinar matahari dapat dimanfaatkan untuk pencegahan penyakit tuberkulosis paru,


dengan mengusahakan masuknya sinar matahari pagi ke dalam rumah. Cahaya
matahari masuk ke dalam rumah melalui jendela atau genteng kaca. Diutamakan
sinar matahari pagi mengandung sinar ultraviolet yang dapat mematikan kuman
(Depkes RI, 1994). Kuman tuberkulosis dapat bertahan hidup bertahun-tahun
lamanya, dan mati bila terkena sinar matahari , sabun, lisol, karbol dan panas api.
Rumah yang tidak masuk sinar matahari mempunyai resiko menderita
tuberkulosis 3-7 kali dibandingkan dengan rumah yang dimasuki sinar matahari.
20

Gambar 2.5. Genteng Kaca


e. Lantai rumah
Komponen yang harus dipenuhi rumah sehat memiliki lantai kedap air dan tidak
lembab. Jenis lantai tanah memiliki peran terhadap proses kejadian Tuberkulosis
paru, melalui kelembaban dalam ruangan. Lantai tanah cenderung menimbulkan
kelembaban, pada musim panas lantai menjadi kering sehingga dapat
menimbulkan debu yang berbahaya bagi penghuninya.

Gambar 2.6. Lantai Semen

21

Gambar 2.7. Lantai Keramik


f. Dinding
Dinding berfungsi sebagai pelindung, baik dari gangguan hujan maupun angin
serta melindungi dari pengaruh panas dan debu dari luar serta menjaga
kerahasiaan (privacy) penghuninya. Beberapa bahan pembuat dinding adalah dari
kayu, bambu, pasangan batu bata atau batu dan sebagainya. Tetapi dari beberapa
bahan tersebut yang paling baik adalah pasangan batu bata atau tembok
(permanen) yang tidak mudah terbakar dan kedap air sehingga mudah
dibersihkan.

22

Gambar 2.8. Skema Rumah Sehat

23

BAB III
METODE
Tabel 3.1. Kegiatan Mini Proyek
NO
1.

KEGIATAN
PERENCANAAN
a. Pendataan penderita
dan mantan penderita
TBC.

b. Penyusunan kegiatan

TUJUAN

SASARAN

Memperoleh data

Kader,

mengenai jumlah dan

Penderita dan

sasaran Paguyuban

mantan

TBC.

penderita TBC

Merencanakan

TANGGAL

METODE

KEGIATAN

03/11/2014 Puskesmas
Panarukan

03/11/2014 Puskesmas

Kegiatan
2.

TEMPAT

Pendataan lewat rekam


medis

Diskusi

Panarukan

PELAKSANAAN
a. Pertemuan
Paguyuban TBC
1) Penyuluhan

1) Memberikan info
kesehatan kepada
peserta.

2) Pelatihan
keterampilan

2) Meningkatkan
kemandirian peserta

Kader,
Penderita dan
mantan
penderita TBC

20/11/2014
&

Balai Desa
Kilen Sari

09/12/2014
20/11/2014

1) Lisan dg presentasi

Balai Desa
Kilen Sari

2) Pelatihan
dan praktek
3) Membagikan pada
24

3) Pembagian leaflet,
masker

peserta
3) Menurunkan angka

4) Sharing/diskusi

penularan TBC

20/11/2014

4) Sharing peserta
5) Pemasangan
genteng kaca

Balai Desa
Kilen Sari

4) Berbagi

5) Pemasangan

pengalaman dan
motivasi
5) Sebagai cermin
rumah sehat dan
membunuh kuman
TB

Kader,

Genteng Kaca di

20/11/2014

Penderita dan

Balai Desa

mantan

Kilen Sari

penderita TBC

22/11/2014

rumah Penderita

Rumah
penderita TB
Wilayah pesisir
utara

25

BAB IV
PROFIL
4.1. PROFIL KOMUNITAS UMUM
Desa Kilensari adalah salah satu desa yang terletak di Kecamatan Panarukan,
Kabupaten Situbondo dengan batas wilayah sebelah utara Selat Madura, sebelah
selatan Desa Kendit, Kecamatan Kendit, sebelah timur berbatasan dengan Desa
Wringin Anom, Kecamatan Panarukan dan di sebelah barat Selat Madura.
4.2. DATA GEOGRAFIS
Wilayah Desa Kilensari berada pada ketinggian tiga meter di atas permukaan laut
dengan suhu rata-rata harian 30C. Sebagian besar wilayahnya berupa dataran rendah
seluas 392 ha yang disertai wilayah pesisir seluas 20 ha dengan curah hujan 3000 mm
per tahun.
Wilayah tersebut digunakan paling banyak untuk persawahan seluas 205 ha. Lahan
lainnya di gunakan untuk prasarana umum 79 ha, pekarangan 15 ha, permukiman 10
ha, dan perkantoran 5,3 ha.

Gambar 4.1. Peta Desa Kilen Sari

26

4.3. DATA DEMOGRAFIK


Secara administrasi Pemerintahan Desa Kilensari terdiri dari 8 dusun, 16 RW dan 49
RT. Pembagian RT dan RW di Desa Kilensari tergambarkan pada Tabel 2.1. Lembaga
pemerintahan Desa Kilensari mempunyai dasar hukum pembentukan pemerintahan
yang sah, terdiri dari aparat pemerintahan desa yang berjumlah 25 orang dan
perangkat desa yang terdiri dari 14 unit kerja dan dikepalai oleh Kepala Desa.
Sedangkan Lembaga kemasyarakatan yang ada di Desa Kilensari adalah LPMD,
PKK, Kelompok Tani dan Nelayan, beberapa kelompok masyarakat seperti remaja
masjid, kelompok yasinan, wakik, istighasah, beberapa organisasi masyarakat seperti
NU, Muhammadiyah, dan anshar, serta beberapa yayasan.
Adapun jumlah penduduk di Desa Kilensari berdasarkan data tahun 2010 adalah
sebanyak 12.282 jiwa terdiri dari 4.535 KK dengan pembagian penduduk laki-laki
6.077 jiwa dan penduduk wanita 6.205 jiwa. Jumlah penduduk yang cukup padat
tersebut ditunjang dangan sarana transportasi jalan yang dapat dilalui kendaraan roda
dua dan roda empat serta sarana transportasi sungai/laut berupa kapal antar pulau.
4.4. SUMBER DAYA KESEHATAN
Dari segi sumber daya kesehatan, di Desa Kilensari tidak didapatkan tenaga medis
Namun, terdapat tenaga paramedis seperti bidan berjumlah 3 orang serta adanya
perawat atau mantri kesehatan sebanyak 3 orang, tanpa disertai tenaga laboratorium
kesehatan maupun apoteker atau asisten apoteker. Ada beberapa tenaga kesehatan
terlatih yang dapat kita jumpai seperti dukun bersalin sebanyak tiga orang dan dukun
tenaga pengobatan alternatif sebanyak satu orang.
4.5. SARANA PELAYANAN KESEHATAN YANG ADA
Di bidang kesehatan, terdapat hanyaFasilitas prasarana dan sarana kesehatan paling
banyak di Desa Kilensari berupa Posyandu sebanyak 16 unit. Disamping itu, juga
terdapat 3 unit Rumah Bersalin, 2 unit Polindes serta Praktek Dokter dan Poskesdes
masing masing 1 unit.

BAB V
27

DISKUSI
Presentasi Miniproyek dengan tema Penanggulangan TB paru di desa Kilensari
Puskesmas Panarukan dengan metode DOTS dilaksanakan pada hari Kamis,15 Januari 2015
di ruang pertemuan Puskesmas Panarukan dengan susunan acara sebagai berikut :
Pembukaan
Sambutan Kepala Puskesmas Panarukan
Sekilas tentang Miniproyek oleh Ketua Kelompok
Presentasi materi TB
a. Upaya Pelatihan dan Peningkatan Pengetahuan Paguyuban TB tentang Etika
Batuk dan Manajemen Dahak dalam Pencegahan Penularan TB
b. Upaya Pelatihan dan Peningkatan Pengetahuan tentang Rumah Sehat dalam
Pencegahan Penularan TB
c. Upaya Pelatihan dan Peningkatan Pengetahuan tentang Status Gizi dalam
Pencegahan Penularan TB
d. Pengobatan TB
e. Pengawas Menelan Obat (PMO)
Diskusi
Ramah tamah
Penjabaran isi diskusi :
1. Tanggapan serta masukan dari perwakilan paguyuban TB (Mas Sutan)
Data penderita TB di desa Kilensari cukup banyak sehingga diharapkan
adanya sosialisasi dan peran aktif dari tim paguyuban TB ke masyarakat
sekitar, bukan hanya berupa door to door saja tetapi juga melalui penyuluhan
yang diselipkan di acara-acara masyarakat seperti pengajian, arisan,dll.
Mediasi intens antara pihak Puskesmas dan masyarakat dalam upaya sosialisai
bahwa pengobatan TB itu gratis. Selain itu ada masukan untuk penjemputan
pasien oleh Puskesmas agar mau memeriksakan diri ke puskesmas jika ada
tanda dan gejala kea rah TB paru.
Informasi tentang adanya adik-adik UNEJ yang ikut serta membantu untuk
screening pasien TB
2. Pertanyaan dari staf Puskesmas Panarukan (mbak Fanti)
28

Bagaimana kronologis pembuatan miniproyek?

Apakah evaluasi atau progress untuk paguyuban TB setelah dokter internsip keluar
dari puskesmas Panarukan?
Apa saja tugas dari Paguyuban TB?
3. Tanggapan dari Sekretaris desa Kilensari

Perlu adanya penelusuran lebih lanjut terhadap data jumlah penderita TB di desa
Kilensari karena di lapangan masih banyak penderita TB yang belum tercatat di
Puskesmas.

Disarankan agar minimal seminggu sekali petugas dari Puskesmas Panarukan untuk
terjun langsung ke lapangan melakukan pemeriksaan langsung karena sebagian besar
masyarakat malas untuk berobat. Hal ini berhubungan erat dengan masalah ekonomi
seperti biaya transportasi untuk berobat ke Puskesmas.

4. Saran dari pemegang program Kesehatan Lingkungan Puskesmas Panarukan (Mbak


Yeti)

Sebaiknya pasien yang sudah positif terkena TB, setelah dari poli umum lalu
ke poli TB untuk pengambilan obat dikonsulkan juga ke poli gizi dan poli
sanitasi terkait dengan pengelolaan rumah sehat serta lingkungan sehat.

Jawaban sesi diskusi :


1. Tanggapan dari kepala Puskesmas Panarukan untuk saran dari perwakilan paguyuban
dan sekretaris desa Kilensari

Untuk semua pasien yang diduga TB harus datang langsung ke Puskesmas


Induk untuk dilakukan pemeriksaan dahak SPS karena jika pemeriksaan dahak
dilakukan di luar puskesmas ditakutkan akan mengakibatkan penularan ke
masyarakat sekitar.

Untuk pasien yang positif TB memang harus datang ke puskesmas Induk


untuk diperiksa secara komprehensif oleh dokter umum sehingga selanjutnya
bisa dikonsulkan ke poli gizi dan poli sanitasi.

Diupayakan untuk penjemputan pasien TB setiap minggu seperti program


ANC terpadu yang sudah berjalan sampai saat ini.
29

Untuk penyuluhan ke masyarakat, Puskesmas Panarukan siap untuk


mengirimkan tim penyuluh.

Sebaiknya ada anggaran untuk kader paguyuban TB dari perangkat desa


Kilensari agar lebih termotivasi untuk melaksanakan tugas-tugasnya dengan
baik.

Terjalin hubungan yang sinergis antara forum komunikasi kecamatan sehat


dengan Puskesmas Panarukan.

2. Jawaban pertanyaan no 2
a. Kronologis pembuatan miniproyek
Tabel 5.1. Bentuk Kegiatan
NO

1.

KEGIATAN

PERENCANAAN

c. Pendataan
penderita dan

SASARAN

lewat rekam

dan sasaran

dan

medis

Paguyuban TBC.

mantan

Merencanakan

03/11/2014

6) Memberikan
info
kepada
peserta.

7) Pelatihan

leaflet, masker

Diskusi

20/11/2014

kesehatan

8) Pembagian

Pendataan

Kegiatan

PELAKSANAAN
b. Pertemuan

keterampilan

METODE

Penderita

TBC

Paguyuban TBC
6) Penyuluhan

KEGIATAN

mengenai jumlah

TBC.

03/11/2014

TEMPAT

Kader,

penderita

kegiatan

TANGGAL

Memperoleh data

mantan penderita

d. Penyusunan
2.

TUJUAN

7) Meningkatkan
kemandirian
peserta

Kader,
Penderita
dan

&
09/12/2014

Balai
Desa

6) Lisan dg
presentasi

Kilen Sari

mantan
penderita
TBC
20/11/2014

7) Pelatihan
dan
praktek
8) Membag
ikan
30

8) Menurunkan
9) Sharing

pada

angka

peserta

penularan

peserta
20/11/2014

TBC

9) Sharing/

10) Pemasangan

diskusi

genteng kaca

Rumah

9) Berbagi

20/11/2014

pengalaman
dan motivasi
10) Sebagai

penderita
TB
Wilayah

22/11/2014

cermin rumah

pesisir
utara

10)

Pema

sangan
Genteng

sehat dan

Kaca di

membunuh

rumah

kuman TB

Penderita

c. Evaluasi program tim paguyuban TB yang sudah terbentuk saat ini akan dilanjutkan
oleh kelompok dokter internsip gelombang berikutnya.
d. Tugas tim paguyuban TB adalah menscreening pasien suspect TB dan membawa ke
Puskesmas Induk untuk dilakukan pemeriksaan dahak, memberikan penyuluhan untuk
masyarakat terkait TB, menjadi pengawas menelan obat (PMO) untuk pasien yang
sudah positif TB sehingga mau menyelesaikan pengobatan TB sampai tuntas.
3. Tanggapan dari pihak Dinas Kesehatan
g. Kabupaten Situbondo menduduki peringkat 8 penderita TB terbanyak se Jawa
Timur.
h. Masalah penyakit TB yang dapat menanggulanginya adalah masyarakat itu
sendiri.
i. Upaya promotif dan preventif lebih diutamakan dibandingkan upaya kuratif.
j. Sebaiknya tim paguyuban TB memiliki program jangka pendek dan jangka
panjang yang jelas dan lebih detail, yang nantinya dapat dipresentasikan di
dinas kesehatan dan dinas sosial sehingga mungkin nanti dapat dibantu untuk
masalah anggaran.

31

BAB VI
PENUTUP
Kesimpulan
TB masih merupakan masalah kesehatan yang menyebabkan angka kesakitan dan
kematian yang tinggi baik di dunia maupun di Indonesia. Salah satu cara untuk menangani
TB adalah dibentuknya Paguyuban TB yang tujuan utamanya adalah untuk menurunkan
angka kesakitan dan kematian akibat TB. Pentingnya para kader paguyuban TB untuk terus
aktif memberikan edukasi pada penderita TB positif khususnya dan masyarakat sekitar yang
lain pada umumnya tentang pentingnya Rumah Sehat terhadap pencegahan penyebaran
infeksi TB.
Untuk dapat dirasakan manfaatnya, kegiatan Paguyuban TB harus dilaksankan secara
rutin dan berkelanjutan. Oleh karena itu kegiatan Paguyuban TB diharapkan dapat terus
dilaksanakan rutin tiap bulan dan bentuk kegiatannya semakin beragam.
Saran
1. Bagi puskesmas perlu ditingkatkan upaya penjaringan terhadap penderita tuberkulosis
paru baik secara aktif di lapangan maupun pasif di tempat pelayanan kesehatan
dengan melibatkan langsung bidan desa.
2. Untuk mengurangi resiko penularan tuberkulosis paru , agar dilakukan perbaikan
kondisi lingkungan rumah dan untuk mengurangi kelembaban ruangan, sebaiknya
ruang tidur sebagian atapnya memakai genteng kaca supaya matahari dapat masuk
3. Bagi masyarakat yang sedang merenovasi atau membangun rumah untuk lebih
memperhatikan aspek sanitasi rumah sehat seperti ventilasi, pencahayaan, kebiasaan
membuka jendela dan lebih meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat untuk
menghindari penularan penyakit tuberkulosis paru.

DAFTAR PUSTAKA
32

Asril, (1990). Tuberkulosis Paru dalam : Ilmu Penyakit Dalam Jilid II, Balai Penerbit FK
UI, Jakarta, hal : 7256.
Azwar A, 1995, Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan, Mutiara , Jakarta
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1994, Pengawasan kualitas
Kesehatan Lingkungan dan Pemukiman, Dirjen P2M & PLP, Jakarta
Depkes.
(2010)ProfilKesehatan.http://dinkes.jatimprov.go.id/userfile/dokumen/1321926974_
Profil_Kesehatan_Provinsi_Jawa_Timur_2010.pdf di akses 12 maret 2011
DepKes RI, (2002). Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis, DepKes RI, Jakarta.
Hidayat, A. Aziz Alimul. (2009). Metode Penelitian dan Teknik Analisis Data. Jakarta :
Salemba Medika
Menkes

RI,

1999,

Keputusan

Menteri

Kesehatan

Republik

Indonesia

No.

829/Menkes/SK/VII/1999 tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan, Jakarta


Notoatmodjo, Soekidjo. (2010) Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
PDPI, (1998). Pedoman dan Penatalaksanaan Tuberkulosa Paru, Perhimpunan Dokter Paru
Indonesia, Jakarta, hal : 1036.
Price SA, (1995). Tuberkulosis Paru-Paru" dalam Patofisiologi Konsep Klinis Proses
Penyakit, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, hal : 753-66.
World Health Organization. Pursue High Quality DOTS Expansion and Enhancement.
[Update: December 15 2010] Available from URL: http://www.who.int/tb/dots/en/
WHO. WHO Report 2013-Global Tuberculosis Control. www.who.int/tb/data.

33

Anda mungkin juga menyukai