Anda di halaman 1dari 8

TUGAS #10

PENGANTAR REKAYASA DAN DESAIN I


Diajukan Sebagai Tugas Mata Kuliah Pengantar Rekayasa dan Desain I

Dosen:
Ir. Muslinang Moestopo, MSEM, Ph.D

Oleh:
RAMADIAN IRVANIZAR
16613179

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN


INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
BANDUNG
2013

LAPORAN EKSKURSI PROYEK PEMBANGUNAN BENDUNGAN JATIGEDE


Lokasi proyek pembangunan Waduk Jatigede merupakan bagian dari wilayah Sungai
Cimanuk-Cisanggarung yang mencakup daerah aliran sungai Kab.Garut, Sumedang,
Majalengka, Cirebon, Indramayu, Kuningan, serta Brebes, Jawa Tengah. Menurut master
plan, letak Dam Proyek Pembangunan Waduk Jatigede adalah di Kampung Jatigede Kulon,
Desa Cijeungjing, Kecamatan Jatigede, Kabupaten Sumedang. Lahan yang dibutuhkan adalah
seluas 4.891,13 ha yang meliputi lima kecamatan yang terdiri dari dua puluh enam desa.
Pembangunan bendungan Jatigede sendiri dilakukan karena dinilai akan memberikan
manfaat yang besar, seperti:
1. Irigasi
Setelah pembangunan bendungan Jatigede selesei, bendungan ini diperkirakan
mampu untuk memenuhi kebutuhan irigasi seluas 90.000 Ha di Jawa Barat
2. Air baku
Diperkirakan, bendungan ini mampu menghasilkan air dengan debit 3.500 liter per
detik. Air yang dihasilkan ini ditargetkan mampu memenuhi kebutuhan air baku
untuk 100.000 kepala keluarga di Kabupaten Cirebon dan Indramayu. Air baku
yang dihasilkan ini dapat digunakan untuk berbagai macam keperluan, seperti air
minum ataupun air bersih untuk mandi, cuci, dan kakus.
3. PLTA
Selain untuk kebutuhan irigasi dan air baku, pada bendungan ini juga
direncanakan akan dibangun Pembnagkit Listrik Tenaga Air mengingat debit air
yang begitu tinggi. Jika terealisasikan, bendungan ini dapat menghasilkan listrik
sebesar 110 Mega Watt.
4. Pengendalian Banjir
Setiap tahunnya saat musim penghujan tiba, selalu terjadi banjir di daerah
Indramayu yang merupakan kawasan hulu sungai Cimanuk akibat meluapnya
sungai Cimanuk. Untuk itu, bendungan ini dibangun salah satu tujuannya sebgaai
pengendali banjir, terutama di daerah Indramayu, sehingga kerugian yang
ditimbulkan akibat banjir bisa diminimalisir. Luas daerah yang ditargetkan dalam
pengendalian banjir ini adalah 14.000 Ha.

Gagasan akan pembangunan bendungan Jatigede sebenarnya sudah muncul sejak


tahun 1963, yaitu diawali dengan Reconnaisance Study oleh PT Indah Karya. Selanjutnya,
detail design-nya sendiri telah disiapkan sejak tahun 1986 oleh Konsultan SMEC dari
Australia. Mengenai masalah pembebasan lahan, sudah dilakukan secara bertahap sejak tahun
1982. Pada periode 1982-1986, pemerintah sudah melakukan pembebasan lahan pada 4.065
KK. Selanjutnya, pada periode 1994-1997 adalah sebanyak 1.226 KK. Dan yang terakhir,
periode 2005-sekarang, sudah ada 1.918 KK yang telah dibebaskan lahannya.
Pada tanggal 30 April 2007, telah dilakukan penandatanganan kontrak pelaksanaan
konstruksi antara Sinohydro Corporation Limied Join Operation with Consorsium Of
Indonesia Contractors (CIC) dengan PPK (Pejabat Pembuat Komitmen) Pembangunan
Waduk Jatigede. Untuk waktu pelaksanaan konstruksi, dilakukukan sejak tanggal 15
November 2007 sampai 30 Desember 2013 oleh Satuan Kerja Non Vertikal Tertentu (SNVT)
Pembangunan Waduk Jatigede didampingi oleh Konultan Nasional dan Konsultan Asing
People Republic of China.
Peledakan perdana terowongan pengelak sebagai awal dimulainya pembangunan fisik
waduk Jatigede dilakukan pada tanggal 23 Oktober 2008. Sedangkan pengalihan aliran
sungai Cimanuk ke Terowongan Pengelak sebagai awal dimulainya pembangunan fisik
Bendung Utama Waduk Jatigede dilakukan pada tanggal 3 Agustus 2011. Untuk penyelesaian
penanganan dampak sosial dan lingkungan untuk siap digenangi, rencananya akan dilakukan
pada bulan Juni 2013. Untuk dimulainya penggenangan sendiri, rencananya akan dilakukan
pada bulan September 2013 dan peresmiannya direncanakan pada bulan Februari 2014.
Namun, berhubung terdapat kendala-kendala teknis di lapangan, pembangunan proyek ini
direncanakan selesai pada bulan April 2014.
Waduk Jatigede merupakan prioritas dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) 2010-2014. Waduk ini terkait erat dengan Masterplan Percepatan dan
Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI), yang akan memberikan manfaat untuk
irigasi, air baku, dan pembangkit tenaga listrik. Rencananya, waduk akan dimanfaatkan
mengairi irigasi 90.000 hektar, PLTA 10 MW, dan air baku 3,5 meter kubik per detik. Waduk
ini juga untuk pengendalian banjir.
Supervision Consultant pada proyek ini adalah PT Indra Karya KSO: PT Mettana, PT.
Tata Guna Patria, PT Wiratman & Ass dan PT Indah Karya. Untuk DED consultant-nya
adalah SWHI (Sichuan Water Resources and Hydroelectric Investigation & Design Institute)
dan Contractor-nya adalah Sinohydro-JO-CIC (Consortium of Indonesian Contractor): PT
Wijaya Karya, PT Waskita Karya, PT Pembangunan Perumahan dan PT Hutama Karya.

Bendungan Jatigede sendiri terdiri dari berbagai infrastruktur pendukung, seperti


diversion tunnel, spillway, PLTA, dan lain-lain. Berikut ini merupakan data teknis bendungan
dan waduk Jatigede.
1. Hidrologi
Ditinjau dari segi hidrologi, luas Daerah Aliran Sungai (DAS) Bendungan Jatigede
adalah 1.462 km2. Sedangkan volume aliran air tahunan adalah 2,5.109 m3.
2. Waduk
Bendungan Jatigede memiliki luas permukaan waduk 41,22 km2. Untuk volume
totalnya adalah sebesar 980.106 m3. Sedangkan volume efektifnya adalah 877.106 m3.
Pada bendungan Jatigede, muka air banjir maksimal pada waduk berada pada elevasi
262 mdpl, sedangkan muka air operasi maksimal (FSL) berada pada elevasi 260 mdpl
dan muka air operasi min (MOL) berada pada elevasi 230 mdpl.
3. Bendungan
Bendungan Jatigede memiliki tipe Urugan Batu dan Inti Tegak. Panjang
bendungannya adalah 1.715 m dan lebarnya adalah 12 m. Sedangkan tinggi
bendungan adalah 114 dengan volume timbunan 6,7.106 m3.
4. Bangunan Pelimpah atau Spillway
Bangunan Pelimpah atau Spillway berlokasi di tubuh bendungan. Spillway pada
bendungan Jatigede bertipe chute dengan 4 pintu radial. Lebar puncak weir pada
spillway adalah 52 m dan debitnya adalah 11.000 m3 per detik.
5. Intake Irigasi atau Irigation Outlet

Intake irigasi atau Irigation Outlet berlokasi di dalam tubuh spillway. Bangunan ini
bertipe conduit beton bertulang dengan steel liner.
6. Terowongan Pengelak atau Diversion Tunnel
Diversion Tunnel atau Terowongan Pengelak berlokasi di bawah bangunan
pelimpah. Panjang diversion tunnel ini adalah 546,22 m dan diameternya sepanjang
10 m. Diversion Tunnel memiliki penampang tipe circular dan penampang luar
bertipe tapa luda. Betonnya sendiri bertipe G, bertulang, dengan kekuatan 20 MPa.
Diversion tunnel ini terdiri dari 4 bagian, yaitu U/S Tunnel dengan panjang 180,30 m;
Plug Section dengan panjang 39,28 m; D/S Tunnel dengan panjang 304,97 m, serta
Outlet dengan panjang 21,67 m. Rencananya, debit air dalam diversion tunnel ini
adalah sebesar 3.200 m3 per detik.

Desain Lining dari Diversion Tunnel terbagi menjadi 3 tipe, yaitu manual, as
conduit, dan numerical method. Bendungan Jatigede sendiri menggunakan tipe
manual untuk diversion tunnel-nya. Sedangkan desain untuk supports pada suatu
diversion tunnel memiliki 4 metode, yaitu Empirical Method (terdiri dari Terzaghis
theory, RQD, RMR atau Rock Mass rating, dan Q-System), Closed-Form Analytical
Solution, dan Numerical Method (terdiri dari Finite Element Method atau Plaxis dan
Finite Difference Method). Bendungan Jatigede sendiri menggunakan tipe Empirical
Method, yaitu tipe Rock Mass Rating.
Untuk jenis supports-nya sendiri, ada beberapa macam, seperti Rock
reinforcement (berupa Dowel, Rockbolt, dan Rock Anchors), Shotcrete, Steel Ribs,
Lattice Girder, Forepolling, Precast Concrete Segmen, Concrete, dan Steel Met.
Bendungan Jatigede menggunakan semua jenis ini, kecuali Precast Concrete Segment
dan Steel Met.
7. PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air)
PLTA pada bendungan Jatigede rencananya akan dibangun di sebelah kanan
bendungan utama. Terowongan penyalur airnya memiliki dimensi diameter 4,5 m dan
panjang 3.095 m. Untuk tinggi terjunnya adalah 170 m dan turbinnya bertpe Francis.
Untuk kapasitas yang terpasang adalah sebesar 2 x 55 Mega Watt atau setara dengan
110 Mega Watt. Produksi rata-ratanya ditargetkan mencapai 690 GWH/tahun.
Untuk PLTA, Kementerian PU bekerjasama dengan PT PLN. PU mengerjakan
power intake sepanjang 150 meter dan prasarana termasuk jaringan 20 KV.
Sedangkan PT PLN akan mengerjakan water way, rumah pembangkit dan Saluran
Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 150 KV dan relokasi 70 KV.
Meskipun proyek ini sudah direncanakan semenjak tahun 1963 dan hingga saat ini
masih dalam tahap pengerjaan, tetap saja pembangunan bendungan Jatigede memiliki
segudang maslah, terutama masalah pembebasan lahan. Menurut data pemerintah, proyek
pembangunan waduk ini akan menggenangi wilayah seluas 4.973 hektar, mencakup 12 desa
di empat kecamatan. Proyek bernilai investasi mencapai Rp 4 triliun ini ditargetkan selesai
September 2013 dengan dukungan dana 90 persen dari loan Loan Bank Exim China, 10
persen APBN.

Namun, menurut warga, yang akan terkena dampak dari pembangunan waduk itu
adalah 32 desa di lima kecamatan. Pemerintah, menurut mereka, hanya menghitung sebagian.
Warga mengklaim bahwa desa Cibogo, Cikesi, Wado, dan sekitarnya diberikan ganti rugi
untuk pembebasan lahan. Namun, mulai dari Desa Cisurat, Padajaya, Sukakersa, dan
sekitarnya hanya diberikan ganti rugi untuk pembebasan tanah, namun tidak untuk bangunan.
Masih menurut mereka, ada sekitar 8.485 keluarga dan 30 ribuan jiwa dengan luas lahan
sekitar 5.000 hektar yang masih belum ada kejelasan.
Padahal, proses pembebasan lahan ini sudah berjalan selama 31 tahun sejak tahun
1982 hingga sekarang dan semuanya menyisakan masalah. Misalnya lahan yang dibebaskan
tapi terlupakan, lahan dibebaskan tapi tertukar nama kepemilikan, lahan yang dibebaskan
tidak sesuai fisik, salah klasifikasi, dan lain-lain.
Masih menurut warga, mereka menemukan fakta bahwa nilai ganti rugi sangat jauh
berbeda antara SK Dirjen Bina Marga, Kementrian PU dengan realita di lapangan. Bahkan,
kerugian yang harus ditanggung warga hingga 89,56% akibat tidak sesuainya nilai ganti rugi.
Selain dari warga, penolakan juga muncul dari organisasi WALHI (Wahana
Lingkungan Hidup Indonesia). Sudah sejak lama WALHI mengingatkan bahwa bendungan
besar sama sekali tidak memberikan hasil yang baik bagi rakyat. WALHI menilai bahwa
proyek pembangunan bendungan Jatigede yang sudah terlunta-lunta hingga 50 tahun lamanya
memungkinkan terjadinya korupsi sistemik di sana. Selain itu, dalam pembangunan proyek
dam besar, pemerintah selalu beralasan memenuhi kebutuhan pangan dengan meningkatkan
sistem irigasi. Faktanya, tidak demikian. Banyak yang hanya untuk kepentingan industri dan
memenuhi kebutuhan elit kuasa dan modal negeri ini, masih menurut WALHI.
Meskipun banyak mendapat tentangan dan pro-kontra, sejatinya bendungan ini cukup
vital perannya dalam kemajuan infrastruktur di Indonesia. Terlepas dari pro kontra yang ada,
pembangunan bendungan Jatigede ini diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat Indonesia melalui pemeneuhan air baku dan listrik yang dihasilkan dari PLTA.
Sumber:
Slide Kuliah Umum Proyek Pembangunan Bendungan Jatigede. Kamis, 31 Oktober 2013.
http://www.sumedangkab.go.id/index/php?
option=com_content&view=article&id=104&ltemid-60
http://www.mongabay.co.id/2013/06/03/proyek-waduk-jatigede-menyisakan-setumpukmasalah-ganti-rugi-lahan/
Dokumentasi Pribadi

Gambar 1
Peta lokasi Bendungan Jatigede

Gambar 2
Penampang Geologi pada Diversion Tunnel

Gambar 3
Spillway

Gambar 4
Bendungan Utama

Gambar 5
Aliran Sungai Cimanuk

Gambar 6
Diversion Tunnel

Anda mungkin juga menyukai