Dosen:
Ir. Muslinang Moestopo, MSEM, Ph.D
Oleh:
RAMADIAN IRVANIZAR
16613179
Intake irigasi atau Irigation Outlet berlokasi di dalam tubuh spillway. Bangunan ini
bertipe conduit beton bertulang dengan steel liner.
6. Terowongan Pengelak atau Diversion Tunnel
Diversion Tunnel atau Terowongan Pengelak berlokasi di bawah bangunan
pelimpah. Panjang diversion tunnel ini adalah 546,22 m dan diameternya sepanjang
10 m. Diversion Tunnel memiliki penampang tipe circular dan penampang luar
bertipe tapa luda. Betonnya sendiri bertipe G, bertulang, dengan kekuatan 20 MPa.
Diversion tunnel ini terdiri dari 4 bagian, yaitu U/S Tunnel dengan panjang 180,30 m;
Plug Section dengan panjang 39,28 m; D/S Tunnel dengan panjang 304,97 m, serta
Outlet dengan panjang 21,67 m. Rencananya, debit air dalam diversion tunnel ini
adalah sebesar 3.200 m3 per detik.
Desain Lining dari Diversion Tunnel terbagi menjadi 3 tipe, yaitu manual, as
conduit, dan numerical method. Bendungan Jatigede sendiri menggunakan tipe
manual untuk diversion tunnel-nya. Sedangkan desain untuk supports pada suatu
diversion tunnel memiliki 4 metode, yaitu Empirical Method (terdiri dari Terzaghis
theory, RQD, RMR atau Rock Mass rating, dan Q-System), Closed-Form Analytical
Solution, dan Numerical Method (terdiri dari Finite Element Method atau Plaxis dan
Finite Difference Method). Bendungan Jatigede sendiri menggunakan tipe Empirical
Method, yaitu tipe Rock Mass Rating.
Untuk jenis supports-nya sendiri, ada beberapa macam, seperti Rock
reinforcement (berupa Dowel, Rockbolt, dan Rock Anchors), Shotcrete, Steel Ribs,
Lattice Girder, Forepolling, Precast Concrete Segmen, Concrete, dan Steel Met.
Bendungan Jatigede menggunakan semua jenis ini, kecuali Precast Concrete Segment
dan Steel Met.
7. PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air)
PLTA pada bendungan Jatigede rencananya akan dibangun di sebelah kanan
bendungan utama. Terowongan penyalur airnya memiliki dimensi diameter 4,5 m dan
panjang 3.095 m. Untuk tinggi terjunnya adalah 170 m dan turbinnya bertpe Francis.
Untuk kapasitas yang terpasang adalah sebesar 2 x 55 Mega Watt atau setara dengan
110 Mega Watt. Produksi rata-ratanya ditargetkan mencapai 690 GWH/tahun.
Untuk PLTA, Kementerian PU bekerjasama dengan PT PLN. PU mengerjakan
power intake sepanjang 150 meter dan prasarana termasuk jaringan 20 KV.
Sedangkan PT PLN akan mengerjakan water way, rumah pembangkit dan Saluran
Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 150 KV dan relokasi 70 KV.
Meskipun proyek ini sudah direncanakan semenjak tahun 1963 dan hingga saat ini
masih dalam tahap pengerjaan, tetap saja pembangunan bendungan Jatigede memiliki
segudang maslah, terutama masalah pembebasan lahan. Menurut data pemerintah, proyek
pembangunan waduk ini akan menggenangi wilayah seluas 4.973 hektar, mencakup 12 desa
di empat kecamatan. Proyek bernilai investasi mencapai Rp 4 triliun ini ditargetkan selesai
September 2013 dengan dukungan dana 90 persen dari loan Loan Bank Exim China, 10
persen APBN.
Namun, menurut warga, yang akan terkena dampak dari pembangunan waduk itu
adalah 32 desa di lima kecamatan. Pemerintah, menurut mereka, hanya menghitung sebagian.
Warga mengklaim bahwa desa Cibogo, Cikesi, Wado, dan sekitarnya diberikan ganti rugi
untuk pembebasan lahan. Namun, mulai dari Desa Cisurat, Padajaya, Sukakersa, dan
sekitarnya hanya diberikan ganti rugi untuk pembebasan tanah, namun tidak untuk bangunan.
Masih menurut mereka, ada sekitar 8.485 keluarga dan 30 ribuan jiwa dengan luas lahan
sekitar 5.000 hektar yang masih belum ada kejelasan.
Padahal, proses pembebasan lahan ini sudah berjalan selama 31 tahun sejak tahun
1982 hingga sekarang dan semuanya menyisakan masalah. Misalnya lahan yang dibebaskan
tapi terlupakan, lahan dibebaskan tapi tertukar nama kepemilikan, lahan yang dibebaskan
tidak sesuai fisik, salah klasifikasi, dan lain-lain.
Masih menurut warga, mereka menemukan fakta bahwa nilai ganti rugi sangat jauh
berbeda antara SK Dirjen Bina Marga, Kementrian PU dengan realita di lapangan. Bahkan,
kerugian yang harus ditanggung warga hingga 89,56% akibat tidak sesuainya nilai ganti rugi.
Selain dari warga, penolakan juga muncul dari organisasi WALHI (Wahana
Lingkungan Hidup Indonesia). Sudah sejak lama WALHI mengingatkan bahwa bendungan
besar sama sekali tidak memberikan hasil yang baik bagi rakyat. WALHI menilai bahwa
proyek pembangunan bendungan Jatigede yang sudah terlunta-lunta hingga 50 tahun lamanya
memungkinkan terjadinya korupsi sistemik di sana. Selain itu, dalam pembangunan proyek
dam besar, pemerintah selalu beralasan memenuhi kebutuhan pangan dengan meningkatkan
sistem irigasi. Faktanya, tidak demikian. Banyak yang hanya untuk kepentingan industri dan
memenuhi kebutuhan elit kuasa dan modal negeri ini, masih menurut WALHI.
Meskipun banyak mendapat tentangan dan pro-kontra, sejatinya bendungan ini cukup
vital perannya dalam kemajuan infrastruktur di Indonesia. Terlepas dari pro kontra yang ada,
pembangunan bendungan Jatigede ini diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat Indonesia melalui pemeneuhan air baku dan listrik yang dihasilkan dari PLTA.
Sumber:
Slide Kuliah Umum Proyek Pembangunan Bendungan Jatigede. Kamis, 31 Oktober 2013.
http://www.sumedangkab.go.id/index/php?
option=com_content&view=article&id=104<emid-60
http://www.mongabay.co.id/2013/06/03/proyek-waduk-jatigede-menyisakan-setumpukmasalah-ganti-rugi-lahan/
Dokumentasi Pribadi
Gambar 1
Peta lokasi Bendungan Jatigede
Gambar 2
Penampang Geologi pada Diversion Tunnel
Gambar 3
Spillway
Gambar 4
Bendungan Utama
Gambar 5
Aliran Sungai Cimanuk
Gambar 6
Diversion Tunnel