ROADSHOW
PAPDI XIV
oadshow Nutrisi PAPDI (RNP) yang pertama tahun 2012 ini merupakan kali ke14 dari rangkaian roadshow PAPDI sejak
mulai digulirkan tahun 2009 lalu. Acara Roadshow Nutrisi PAPDI XIV yang bertema Nutrisi
Klinik: Dari Ilmu Dasar hingga Aplikasi ini
diselenggarakan di Hotel Santika Bogor pada
hari Sabtu dan Minggu tanggal 31 Maret-1
April 2012 lalu. Sebelum dihelat di kota hujan Bogor, acara edukasi nutrisi serupa telah
sukses diselenggarakan di 13 kota lainnya, di
antaranya Medan, Yogyakarta, Palembang,
Ambon, Denpasar, Pekanbaru, Balikpapan,
Purwokerto, Makassar, dan Manado.
Tercatat lebih dari seratus peserta, yang terdiri
atas dokter spesialis penyakit dalam, dokter
bedah, urolog, dan dokter umum, yang mengikuti rangkaian sesi edukasi dan workshop dalam RNP XIV ini. Acara dibuka oleh dr. Taolin
Agustinus, SpPD, K-GEH, FINASIM selaku ketua
PAPDI cabang Bogor. Dalam sambutannya,
beliau sangat berharap agar seluruh peserta
yang mengikuti acara ini, baik yang dari Bogor
maupun luar kota Bogor, dapat memperoleh
ilmu nutrisi untuk selanjutnya diterapkan di
masing-masing rumah sakit.
472
CDK-194_vol39_no6_th2012 ok.indd 472
Koreksi
Kelaparan
0,85 1,00
Pasca bedah
1,00 1,05
Patah tulang
1,15 1,30
Peritonitis
1,05 1,25
Multitrauma / sepsis
1,30 1,50
Luka bakar
10 30 % 1,50
Luka bakar
30 50 % 1,75
Luka bakar
> 50 % 2,00
6/8/2012 2:35:20 PM
LAPORAN KHUSUS
Nutrisi parenteral adalah pemberian nutrisi parsial atau total secara intravena. Akses
yang digunakan dapat melalui vena perifer
maupun vena sentral. Jalur pemberian nutrisi parenteral ditentukan terutama oleh lama
terapi dan osmolaritas larutan nutrisi yang
digunakan. Pemberian dalam jangka waktu
kurang dari 10 hari dan osmolaritas 700
mOsml/L dapat dilakukan lewat vena perifer,
sedangkan lebih lama dari itu harus melalui
vena sentral.
Satu hal yang perlu diwaspadai pada
pemberian terapi nutrisi adalah terjadinya
refeeding syndrome, yaitu kumpulan gejala akibat asupan makanan yang cepat dan
berlebihan pada pasien malnutrisi berat, dapat berupa hipofosfatemia, hipomagnesemia,
hipokalemia, dan retensi cairan.
Nutrisi pada Penyakit HatiIrsan Hasan
Malnutrisi energi protein sering sekali
terjadi pada pasien penyakit hati de-ngan insidens bervariasi antara 10-100%, bergantung
pada derajat keparahan penyakit hati. Pada
sirosis, angka ini bahkan mencapai angka 5488%. Biasanya derajat malnutrisi sejalan dengan progresivitas penyakit hati itu sendiri.
Malnutrisi erat kaitannya dengan morbiditas pasien penyakit hati, seperti peningkatan
risiko ensefalopati hepatik, infeksi, perdarahan
varises, dan asites refrakter. Kaitannya dengan
mortalitas masih diperdebatkan, tetapi yang
jelas, risiko morbiditas yang meningkat akan
diikuti dengan angka mortalitas yang meningkat pula.
Penyebab utama malnutrisi pada pasien
penyakit hati adalah kurangnya asupan dan
abnormalitas pada metabolisme energi dan
protein. Abnormalitas metabolisme energi
bermanifestasi sebagai resistensi insulin dan
gangguan pengaturan glukosa, sedangkan
abnormalitas metabolisme protein ditunjukkan dengan peningkatan degradasi protein.
Puasa 24 jam bagi pasien sirosis sama dengan
puasa 3 hari pada orang normal. Pada pasien
sirosis, dianjurkan untuk memberikan makanan sebelum tidur malam (late evening snack).
BCAA (branched chain amino acid, asam
amino rantai cabang) berperan penting dalam memperbaiki status nutrisi pasien sirosis
hepatik. Pemberian BCAA ini terbukti akan
menaikkan kadar albumin serum dan menurunkan frekuensi kram otot pada pasien sirosis
hepatik lanjut.
Nutrisi pada Penyakit InfeksiErni J. Nelwan
Respons metabolik meningkat akibat
stres metabolik yang dipicu oleh adanya agen
infeksi. Respons ini terdiri atas 2 fase, yaitu ebb
dan flow. Fase ebb ditandai dengan kondisi
hemodinamik yang belum stabil, sedangkan
fase flow ditandai dengan mulai stabilnya
kondisi hemodinamik pasien sehingga dapat
dimulai terapi nutrisi.
Pemberian nutrisi enteral secara dini (early
enteral feeding), yang mengandung imunonutrisi, khususnya glutamin, terbukti dapat meningkatkan respons imun pasien, menurunkan
risiko sepsis, dan mempercepat penyembuhan luka. Pemberian nutrisi enteral dini dapat mencegah translokasi bakteri yang dapat
meng-akibatkan terjadinya respons inflamasi
sistemik yang diikuti dengan multiple organ
dysfunction syndrome. Distribusi kalori nutrisi
enteral yang dianjurkan adalah 60-70% karbohidrat, 15-40% lemak, dan 1,5-2 gram protein/
kgBB/ hari.
Refeeding syndrome perlu diwaspadai.
Oleh sebab itu, dianjurkan untuk memberikan
5-10 kkal/kgBB/hari sebagai awal pemberian
terapi nutrisi (start low go slow).
Nutrisi pada Penyakit Ginjal
Ginova Nainggolan
Pada sindrom nefrotik, diberikan diet
protein normal sebesar 0,8-1 gram/kgBB/
hari guna mengurangi amoniagenesis di ginjal. Diutamakan berupa protein dari kedelai
ketimbang protein hewani. Pemberian nutrisi
berkisar pada angka 35 kkal/kgBB/hari dengan komposisi lemak <30%proporsi PUFA
(polyunsaturated fatty acid) lebih besar, yaitu
10% dari total energi.
Pada pasien CKD (chronic kidney disease,
penyakit ginjal kronik), terdapat 3 kelompok
pemberian nutrisi, yaitu pradialisis, hemodialisis, dan dialisis peritoneal. Pada pasien
pradialisis, ditekankan untuk me-ngurangi
asupan protein (0,6-0,8 g/kgBB/hari) guna
mengurangi gejala uremia dan menurunkan
risiko dialisis. Sementara itu, pasien yang menjalani hemodialisis diha-ruskan mengasup
protein dalam jumlah yang lebih banyak (1,11,2 g/kgBB/hari) dengan sumber protein yang
bernilai biologis tinggi (hewani) dan kompo-
473
6/8/2012 2:35:21 PM