Anda di halaman 1dari 32

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PENGETAHUAN
2.1.1

PENGERTIAN

Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
pengindaraan terhadap suatu objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan manusia
diperoleh melalui indra mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007)
Pengetahuan juga diartikan sebagai hasil mengingat suatu hal, termasuk mengingat
kembali kejadian yang pernah dialami baik secara sengaja maupun tidak sengaja dan ini
terjadi setelah orang melakukan kontak atau pengamatan terhadap suatu objek tertentu
(Mubarak, 2007).
Pengetahuan merupakan hasil dari usaha manusia untuk tahu. Sidi Gazalba,
mengungkapkan bahwa pengetahuan ialah apa yang diketahui atau hasil pekerjaan tahu.
Pekerjaan tahu tersebut adalah hasil dari; kenal, sadar, insaf, mengerti, dan pandai
(Salam, 2003)
Pengetahuan (Knowledge) adalah suatu proses dengan menggunakan pancaindra
yang dilakukan seseorang terhadap objek tertentu dapat menghasilkan pengetahuan dan
keterampilan (Hidayat, 2007).
Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari pengalaman yang berasal dari
berbagai macam sumber seperti, media poster, kerabat dekat, media massa, media
elektronik, buku petunjuk, petugas kesehatan, dan sebagainya. Pengetahuan dapat
membentuk keyakinan tertentu, sehingga seseorang berperilaku sesuai dengan
keyakinannya tersebut ( Istiari, 2000)

2.1.2 TINGKAT PENGETAHUAN


Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif menurut Notoatmodjo
(2007) mempunyai 6 tingkat, yakni :
1) Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Pengukuran tingkatan
pengetahuan ini menggunakan kata kerja menyebutkan, menguraikan,
mendefinisikan, dan sebagainya..
2) Memahami (comprehension)
Diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang
objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara
luas. Pada tingkatan ini, individu yang bersangkutan harus dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya.
3) Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan suatu materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya)..
4) Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek ke dalam komponenkomponen, tetapi masih di dalam suatu struktur
organisasi tetapi masih ada kaitannya satu sama lain
5) Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjukkan suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagianbagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
6) Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penelitian
terhadap suatu materi atau objek. Penilaian ini berdasarkan suatu kriteria yang
ditentukan sendiri atau menggunakan kriteriakriteria yang ada. (Notoatmodjo,
2005)
Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan. Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang
2

mengadopsi perilaku baru (berprilaku baru), di dalam diri orang tersebut terjadi
proses yang berurutan, yakni:
1) Keyakinan
Orang tersebut menyadari dalam arti mengetahi stimulus (objek) terlebih
dahulu.
2) Menarik
Orang lebih tertarik kepada stimulus
3) Evaluasi
Menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya.
Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
4) Mencoba
Orang telah mulai mencoba perilaku baru.
5) Adopsi
Subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan
sikapnya terhadap stimulus.
Namun demikian dari penelitian selanjutnya Rogers menyimpulkan
bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap di atas. Apabila
peneriman perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini
didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif, maka perilaku
tersebut akan bersifat langgeng. Sebaliknya apabila perilaku itu tidak di
dasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama
(Notoatmodjo, 2003).

2.1.3

SUMBER PENGETAHUAN
Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari berbagai macam
sumber, misalnya media massa, media elektronik, buku petunjuk, petugas
kesehatan, media poster, kerabat dekat, dan sebagainya. Sumber pengetahuan
dapat berupa pemimpin- pemimpin masyarakat baik formal maupun informal
ahli agama, pemegang peerintahan, dan sebagainya (Notoatmojo, 2007).

2.1.4

PENGUKURAN PENGETAHUAN
3

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau


angket (kuesioner) yang menanyakan tentang materi yang ingin diukur dari
subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin
diketahui atau diukur dapat disesuaikan dengan tingkatan- tingkatan atas.
Pengukuran tingkat pengetahuan dimaksudkan untuk mengetahui status
pengetahuan seseorang dan disajikan dalam tabel distribusi frekuensi
2.1.5

(Notoatmodjo, 2007).
CARA MEMPEROLEH PENGETAHUAN
Cara memperoleh pengetahuan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
1.

Cara tradisional atau non ilmiah


Cara kuno atau tradisional ini dipakai orang untuk memperoleh
kebenaran pengetahuan, sebelum ditemukannya metode ilmiah atau
metode penemuan secara sistematik dan logis adalah dengan cara non
ilmiah, tanpa melalui penelitian. Cara-cara penemuan pengetahuan pada
periode ini antara lain meliputi:
A. Cara Coba Salah (Trial and Error)
Cara memperoleh kebenaran non ilmiah, yang pernah
digunakan oleh manusia dalam memperoleh pengetahuan adalah
melalui cara coba-coba atau dengan kata yang lebih dikenal trial
and error. Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya kebudayaan,
bahkan mungkin sebelum adanya peradaban. Pada waktu itu
seseorang apabila menghadapi persoalan atau masalah, upaya
pemecahannya dilakukan dengan coba-coba saja. Cara coba-coba ini
dilakukan dengan menggunakan beberapa kemungkinan dalam
memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak
berhasil, dicoba kemungkinan yang lain. Apabila kemungkinan kedua
ini gagal pula, maka dicoba lagi dengan kemungkinan ketiga, dan
apabila kemungkinan ketiga gagal dicoba kemungkinan keempat dan
seterusnya, sampai masalah tersebut dapat terpecahkan. Itulah
sebabnya maka cara ini disebut metode trial (coba) and error (gagal
atau salah) atau metode coba salah (coba-coba), (Notoatmodjo, 2010).
B. Secara kebetulan
4

Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena tidak


disengaja oleh orang yang bersangkutan. Salah satu contoh adalah
penemuan enzin urease oleh Summers pada tahun 1926. Pada suatu
hari Summer bekerja dengan ekstrak acetone, dan karena terburuburu ingin bermain tennis, maka ekstrak acetone tersebut disimpan di
dalam

kulkas.

Keesokan

harinya

ketika

ingin

meneruskan

percobaanya, ternyata ekstrak acetone yang disimpan didalam kulkas


tersebut timbul kristal-kristal yang kemudian disebut enzim urease,
(Notoatmodjo, 2010).
C. Cara kekuasaan atau otoritas
Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali kebiasaankebiasaan dan tradisi-tradisi yang dilakukan oleh orang, tanpa melalui
penalaran apakah yang dilakukan tersebut baik atau tidak. Kebiasaankebiasaan ini biasanya diwariskan turun-temurun dari generasi ke
generasi berikutnya, (Notoatmodjo, 2010).
D. Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman adalah guru yang baik, demikian bunyi pepatah.
Pepatah ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu merupakan
sumber pengetahuan, atau pengalaman itu merupakan suatu cara
untuk

memperoleh

kebenaran

pengetahuan.

Oleh

sebab

itu

pengalaman pribadipun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh


pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali
pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang
dihadapi pada masa yang lalu. Apabila dengan cara yang digunakan
tersebut orang dapat memecahkan masalah yang dihadapi, maka
untuk memecahkan masalah lain yang sama, orang dapat pula
menggunakan atau merujuk cara tersebut. Tetapi bila ia gagal
menggunakan cara tersebut, ia tidak akan mengulangi cara itu, dan
berusaha

untuk mencari cara yang lain, sehingga

berhasil

memecahkannya, (Notoatmodjo, 2010).


E. Cara akal sehat (Common sense)
5

Akal sehat atau common sense kadang-kadang dapat menemukan


teori atau kebenaran. Sebelum ilmu pendidikan ini berkembang, para
orang tua zaman dahulu agar anaknya mau menuruti nasihat orang
tuanya, atau agar anak disiplin menggunakan cara hukuman fisik bila
anaknya berbuat salah, misalnya dijewer telinganya atau dicubit,
(Notoatmodjo, 2010).
F. Kebenaran melalui wahyu
Ajaran dan dogma agama adalah suatu kebenaran yang
diwahyukan dari tuhan melalui para Nabi. Kebenaran ini harus
diterima

dan

diyakini

oleh

pengikut-pengikut

agama

yang

bersangkutan, terlepas dari apakah kebenaran tersebut rasional atau


tidak. Sebab kebenaran ini diterima oleh para Nabi adalah sebagai
wahyu dan bukan karena hasil usaha penalaran atau penyelidikan
manusia, (Notoatmodjo, 2010).
G. Kebenaran secara intuitif
Kebenaran secara intuitif diperoleh oleh manusia secara cepat
sekali melalui proses diluar kesadaran dan tanpa melalui proses
penalaran atau berpikir. Kebenaran yang diperoleh melalui intuitif
sukar dipercaya karena kebenaran ini tidak menggunakan cara-cara
yang rasional dan yang sistematis.Kebenaran ini diperoleh seseorang
hanya berdasarkan intuisi atau suara hati atau bisikan hati saja,
(Notoatmodjo, 2010).

H. Melalui jalan pikiran


Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara
berpikir manusiapun ikut berkembang. Dari sini manusia telah
mampu

menggunakan

penalarannya

dalam

memperoleh

pengetahuannya. Dengan kata lain, dalam memperoleh kebenaran


pengetahuan manusia telah menggunakan jalan pikirannya, baik
melalui induksi maupun deduksi. Induksi dan deduksi pada dasarnya
6

merupakan cara melahirkan pemikiran secara tidak langsung melalui


pernyataan-pernyataan

yang

dikemukakan,

kemudian

dicari

hubungannya sehingga dapat dibuat suatu kesimpulan (Notoatmodjo,


2010).
I. Induksi
Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, bahwa induksi adalah
proses penarikan kesimpulan yang dimulai dari pernyataanpernyataan khusus ke pernyataan yang bersifat umum. Hal ini berarti
dalam berpikir induksi pembuatan kesimpulan tersbut berdasarkan
pengalaman-pengalaman

empiris

yang

ditangkap

oleh

indra.

Kemudian disimpulkan ke dalam suatu konsep yang memungkinkan


seseorang untuk memahami suatu gejala, (Notoatmodjo, 2010)
J. Deduksi
Deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataanpernyataan

umum

ke

khusus.

Aristoteles

(384-322

SM)

mengembangkan cara berpikir deduksi ini kedalam suatu cara yang


disebut silogisme. Silogisme ini merupan suatu bentuk deduksi
yang memungkinkan seseorang untuk dapat mencapai kesimpulan
yang lebih baik. Didalam proses berpikir deduksi berlaku bahwa
sesuatu yang dianggap benar secara umum pada kelas tertentu,
berlaku juga kebenarannya pada semua peristiwa yang terjadi pada
setiap yang termasuk dalam kelas itu, (Notoatmodjo, 2010).

2. Cara ilmiah dalam memperoleh pengetahuan


Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada
dewasa ini lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini disebut metode
penelitian ilmiah, atau lebih populer disebut metodologi penelitian
(research methodology). Cara ini mula-mula dikembangkan oleh Francis
Bacon (1561-1626). Ia adalah seorang tokoh yang mengembangkan
7

metode berpikir induktif. Mula-mula ia mengadakan pengamatan


langsung tehadap gejala-gejala alam atau kemasyarakatan. Kemudian
hasil pengamatannya tersebuat dikumpulkan dan diklasifikasikan, dan
akhirnya diambil kesimpulan umum. Kemudian metode berpikir induktif
yang dikembangkan oleh Bacon ini dilanjutkan oleh Deobold van Dallen.
Ia mengatakan bahwa dalam memperoleh kesimpulan dilakukan dengan
mengadakan observasi langsung, dan membuat pencatatan-pencatatan
terhadap semua fakta sehubungan dengan objek yang diamatinya.
Pencatatan ini mencakup tiga hal pokok, yakni :
a) Segala sesuatu yang positif, yakni gejala tertentu yang muncul pada
saat dilakukan pengamatan.
b) Segala sesuatu yang negatif, yakni gejala tertentu yang tidak muncul
pada saat dilakukan pengamatan.
c) Gejala-gejala yang muncul bervariasi, yaitu gejala-gejala yang
berubah-ubah pada kondisi-kondisi tertentu, (Notoatmodjo, 2010).

2.1.3

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGETAHUAN


1)

Faktor Internal menurut Notoatmodjo (2007) :


a)

Pendidikan
Tokoh pendidikan abad 20 M. J. Largevelt yang dikutip oleh

Notoatmojo (2007) mendefinisikan bahwa pendidikan adalah setiap


usaha, pengaruh, perlindungan, dan bantuan yang diberikan kepada
anak yang tertuju kepada kedewasaan. Sedangkan GBHN Indonesia
mendefinisikan lain, bahwa pendidikan sebagai suatu usaha dasar
untuk menjadi kepribadian dan kemampuan didalam dan diluar
sekolah dan berlangsung seumur hidup.
b)

Pengalaman
8

Pengalaman adalah suatu peristiwa yang dialami seseorang


(Middle Brook, 1974) yang dikutip oleh Azwar (2009), Mengatakan
bahwa tidak adanya suatu pengalaman sama sekali. Suatu objek
psikologis cenderung akan bersikap negatif terhadap objek tersebut
untuk menjadi dasar pembentukan sikap pengalaman pribadi haruslah
meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu sikap akan lebih mudah
terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut dalam situasi yang
melibatkan emosi, penghayatan, pengalaman akan lebih mendalam dan
lama membekas.
c) Usia
Usia individu terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang
tahun. Semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan
seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi
kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa akan lebih
dipercaya daripada orang yang belum cukup tinggi kedewasaannya.
Hal ini sebagai akibat dari pengalaman dan kematangan jiwanya,
makin tua seseorang maka makin kondusif dalam menggunakan
koping terhadap masalah yang dihadapi (Azwar, 2009).

2) Faktor External menurut Notoatmodjo (2007), antara lain :


Dalam memenuhi kebutuahan primer ataupun sekunder, keluarga
dengan status ekonomi baik lebih mudah tercukupi dibanding dengan
keluarga dengan status ekonomi rendah, hal ini akan mempengaruhi
kebutuhan akan informasi termasuk kebutuhan sekunder. Jadi dapat
disimpulkan

bahwa

ekonomi

dapat

mempengaruhi

pengetahuan

seseorang tentang berbagai hal.


a) Informasi
Informasi adalah keseluruhan makna, dapat diartikan sebagai
pemberitahuan seseorang adanya informasi baru mengenai suatu hal
9

memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal


tersebut. Pesan-pesan sugestif dibawa oleh informasi tersebut apabila
arah sikap tertentu. Pendekatan ini biasanya digunakan untuk
menggunakan kesadaran masyarakat terhadap suatu inovasi yang
berpengaruh perubahan perilaku, biasanya digunakan melalui media
masa.
b) Hubungan sosial
Hubungan sosial dimana kita hidup mempunyai pengaruh besar
terhadap pengetahuan kita. Apabila dalam suatu wilayah mempunyai
hubungan sosial yang baik adiantara suatu komunitas contoh untuk selalu
menjaga kebersihan lingkungan maka sangat mungkin berpengaruh dalam
pembentukan sikap pribadi atau sikap seseorang.

2.1.4

PENGUKURAN PENGETAHUAN
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
angket (kuesioner) yang menanyakan tentang materi yang ingin diukur dari
subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin
diketahui atau diukur dapat disesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas.
Pengukuran tingkat pengetahuan dimaksudkan untuk mengetahui status
pengetahuan seseorang dan disajikan dalam tabel distribusi frekuensi.
Selanjutnya dilakukan penilaian dimana setiap jawaban benar dari masingmasing pertanyaan diberi nilai 1 jika salah diberi nilai 0 (Notoatmodjo,
2007).

10

Penilaian dilakukan dengan cara membandingkan jumlah skor


jawaban dengan skor yang diharapkan (tertinggi) kemudian dikalikan 100%
dan hasilnya berupa persentasi dengan rumus yang digunakan sebagai berikut:

Secara umum tingkat pengetahuan dapat dibagi menjadi 3, yaitu


1) Kategori Baik

: 79-100 %

2) Kategori Cukup

: 56-78 %

3) Kategori Kurang : <56%


(Notoatmodjo, 2007).

2.2 POLA MAKAN SEHAT


2.2.1 Pengertian Pola Makan Sehat dan Seimbang
Menurut Harper (1986), pola makan (dietary pattern) adalah cara yang
ditempuh seseorang atau sekelompok untuk memilih makanan dan mengkonsumsinya
sebagai reaksi terhadap pengaruh fisiologis, psikologis, budaya dan sosial. Menu
seimbang adalah menu yang terdiri dari beraneka ragam makanan dalam jumlah dan
proporsi yang sesuai, sehingga memenuhi kebutuhan gizi seseorang guna
pemeliharaan dan perbaikan sel-sel tubuh dan proses kehidupan serta pertumbuhan dan
perkembangan (Almatsier, 2004).
11

Menurut Depkes RI (2009), pola makan adalah suatu cara atau usaha dalam
pengaturan

jumlah

dan

jenis

makanan

dengan

maksud

tertentu

seperti

mempertahankan kesehatan, status nutrisi, mencegah atau membantu kesembuhan


penyakit. Untuk menghindari penyakit-penyakit akibat pola makan yang kurang sehat,
diperlukan suatu pedoman bagi individu, keluarga, atau masyarakat tentang pola
makan yang sehat. Pola makan itu dibentuk sejak masa kanak-kanak yang akan
terbawa hingga dewasa. Oleh karena itu, untuk membentuk pola makan yang baik
sebaiknya dilakukan sejak masa kanak-kanak. Namun sebagai orang tua harus
mengetahui bagaimana kebiasaan dan karakteristik anaknya.(Dirjen Binkesmas
Depkes RI (1997)). Kunci menuju kesehatan yang baik adalah diet yang seimbang dan
bervariasi (Weekes, 2008).
2.2.2 Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS)
Menurut Almatsier (2004), PUGS disusun untuk mencapai dan memelihara
kesehatan dan kesejahteraan gizi (nutritional well-being) semua yang merupakan
prasyarat untuk pembangunan sumber daya manusia. Dalam PUGS, susunan makanan
yang dianjurkan adalah yang menjamin keseimbangan zat-zat gizi. Hal ini dapat
dicapai dengan mengkonsumsi beraneka ragam makanan tiap hari. Tiap makanan
dapat saling melengkapi dalam zat-zat gizi yang dikandungnya. PUGS merupakan
penjabaran lebih lanjut dari pedoman 4 Sehat 5 Sempurna yang memuat pesan-pesan
yang berkaitan dengan pencegahan baik masalah gizi kurang maupun masalah gizi
lebih. Pengelompokan makanan didasarkan pada tiga fungsi utama zat-zat gizi, yaitu
sumber zat energi/tenaga yang dapat berupa padi-padian, tepungtepungan, umbiumbian, sagu, dan pisang yang dibeberapa bagian di Indonesia juga dimakan sebagai
makanan pokok. Sebagai sumber zat pembangun berupa sayuran dan buah, serta
sumber zat pengatur berupa ikan, ayam, telur, daging, susu, kacang-kacangan dan hasil
olahannya, seperti tempe, tahu dan oncom. Untuk mencapai gizi seimbang hendaknya
susunan makanan sehari terdiri dari campuran ketiga kelompok bahan makanan
tersebut. Dari tiap kelompok dipilih salah satu atau lebih jenis bahan makanan sesuai
dengan ketersediaan bahan makanan tersebut di pasar, keadaan sosial ekonomi, nilai
gizi, dan kebiasaan makanan (Almatsier, 2004).
12

PUGS memuat tiga belas Pedoman Pesan Dasar Gizi Seimbang untuk
mencegah masalah gizi ganda dan mencapai gizi seimbang guna menghasilkan
kualitas sumber daya manusia yang andal dan kesehatan yang optimal. Garis besar
pesan-pesan tersebut seperti dijelaskan oleh Dirjen Binkesmas Depkes RI (1997)
antara lain:
1. Makanlah aneka ragam makanan.
Makanan yang beraneka ragam harus mengandung karbohidrat, lemak, protein,
vitamin, mineral, dan bahkan serat makanan dalam jumlah dan proporsi yang
seimbang menurut kebutuhan masing-masing kelompok (bayi, balita, anak, remaja,
ibu hamil dan menyusui, orang dewasa dan lansia).
2. Makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi.

Energi dan tenaga dapat diperoleh dari makanan sumber karbohidrat, lemak serta
protein. Energi dibutuhkan untuk metabolisme dasar (seperti untuk menghasilkan
panas tubuh serta kerja organ-organ tubuh) dan untuk aktivitas sehari-hari seperti
belajar, bekerja serta berolah raga. Kelebihan energi akan menghasilkan obesitas,
sementara kekurangan energi dapat menyebabkan kekurangan gizi seperti
marasmus.
3. Makanlah makanan sumber karbohidrat, setengah dari kebutuhan energi.
Karbohidrat sederhana, seperti gula dan makanan manis sebaiknya dikonsumsi
dengan memperhatikan azas tepat waktu, tepat indikasi dan tepat jumlah. Makanan
ini sebaiknya dimakan pada siang hari ketika kita akan atau sedang melakukan
aktivitas dan jumlahnya tidak melebihi 3-4 sendok makan gula/hari. Karbohidrat
kompleks sebaiknya dikonsumsi bersama makanan yang merupakan sumber unsur
gizi lain seperti protein, lemak/minyak, vitamin dan mineral. Seyogyanya 50-60%
dari kebutuhan energi diperoleh dari karbohidrat kompleks
4. Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kebutuhan energi.
Konsumsi lemak dan minyak berlebihan, khususnya lemak/minyak jenuh dari
hewan, dapat beresiko kegemukan atau dislipidemia pada orang-orang yang
mempunyai kecenderungan ke arah tersebut. Dislipidemia atau kenaikan kadar
lemak (kolesterol atau trigliserida) dalam darah merupakan faktor untuk terjadinya
penyakit jantung koroner dan stroke. Konsumsi lemak/minyak dianjurkan tidak
melebihi 20% dari total kaori dan perlu diingat bahwa unsur gizi ini juga memiliki
13

peran tersendiri sebagai sumber asam lemak esensial serta juga membantu
penyerapan beberapa vitamin yang larut dalam lemak.
5. Gunakan garam beryodium dapat mencegah Gangguan Akibat Kekurangan
Yodium (GAKY). Namun, penggunaan garam yang berlebihan juga tidak
dianjurkan karena garam mengandung natrium yang bisa meningkatkan tekanan
darah. Sebaiknya konsumsi garam tidak melebihi 6 gram atau 1 sendok teh per
hari.
6. Makanlah makanan sumber zat besi.
Makanan seperti sayuran hijau, kacang-kacangan, hati, telur dan daging banyak
mengandung zat besi dan perlu dikonsumsi dalam jumlah yang cukup untuk
mencegah anemia gizi
7. Berikan ASI saja kepada bayi sampai umur empat bulan.
Untuk dapat memberikan ASI dengan baik, ibu menyusui harus meningkatkan
jumlah dan mutu gizi makanannya selama hamil dan menyusui. Makanan
Pendamping ASI (PASI) hanya boleh diberikan setelah usia bayi lebih dari 4 bulan
dan pemberiannya harus bertahapmenurut umur, pertumbuhan badan serta
perkembangan kecerdasan.
8. Biasakan makan pagi.
Makan pagi dengan makanan yang beraneka ragam akan memenuhi kebutuhan gizi
untuk mempertahankan kesegaran tubuh dan meningkatkan produktifitas dalam
bekerja. Pada anak-anak, makan pagi akan memudahkan konsentrasi belajar
sehingga prestasi belajar bisa lebih ditingkatkan.
9. Minumlah air bersih, aman yang cukup jumlahnya.
Air minum harus bersih dan bebas kuman. Minumlah air bersih sampai 2 liter per
hari sehingga metabolisme tubuh kita bisa berjalan lancar mengingat air sangat
dibutuhkan sebagai pelarut unsur gizi bagi keperluan metabolisme tersebut.
konsumsi air yang cukup dapat menghindari dehidrasi dan akan menurunkan
resiko infeksi serta batu ginjal.
10. Lakukan kegiatan fisik dan olahraga secara teratur.

14

Kegiatan itu akan membantu mempertahankan berat badan normal disamping


meningkatkan kesegaran tubuh, memperlancar aliran darah dan mencegah
osteoporosis khususnya pada lansia
11. Hindari minum minuman beralkohol.
Alkohol bersama-sama rokok dan obat-obatan terlarang lainnya harus dihindari
karena dapat membawa risiko untuk terjadinya berbagai penyakit degeneratif,
vaskuler dan kanker.
12. Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan.
Makanan yang tidak tercemar, tidak mengandung kuman atau parasit lain, tidak
mengandung bahan kimia berbahaya dan makanan yang diolah dengan baik
sehingga unsur gizi serta cita rasanya tidak rusak, merupakan makanan yang aman
bagi kesehatan.
13. Bacalah label pada makanan yang dikemas.
Label pada makanan kemasan harus berisikan tanggal kadaluwarsa, kandungan
gizi dan bahan aktif yang digunakan. Konsumen yang berhati-hati dan
memperhatikan label tersebut akan terhindar dari makanan rusak, tidak bergizi dan
makanan berbahaya. Selain itu, konsumen dapat menilai halal tidaknya makanan
tersebut (Dirjen Binkesmas Depkes RI, 1997)

2.2.3

Hakikat pola makan dan Pola Konsumsi Makanan


Hakikat Pola Makan Pola makan atau pola konsumsi pangan merupakan

susunan jenis dan jumlah pangan yang dikonsumsi seseorang atau kelompok orang
pada waktu tertentu pola makan merupakan berbagai informasi yang memberi
gambaran mengenai macam dan jumlah bahan makanan yang dimakan tiap hari oleh
suatu orang dan merupakan ciri khas untuk suatu kelompok masyarakat tertentu.(Yayuk
Farida Baliwati. dkk, 2004 : 69).
Secara umum bahwa pola makan adalah cara atau perilaku yang ditempuh
seseorang atau sekelompok orang dalam memilih, menggunakan bahan makanan dalam
15

konsumsi pangan setiap hari yang meliputi jenis makanan, jumlah makanan dan
frekuensi makan yang berdasarkan pada faktor-faktor sosial, budaya dimana mereka
hidup.
Batissini (2005: 28) mengatakan bahwa pola makan adalah segala sesuatu
mengenai frekuensi konsumsi makanan, kebiasaan makan, konsumsi minuman, ukuran
porsi, dan kualitas makanan sehari-hari.
Penduduk Indonesia terdiri dari bermacam suku bangsa yang mempunyai
kekayaan kuliner yang sangat variatif. Apabila dikonsumsi dalam jumlah cukup dan
seimbang, hidangan tersebut akan memenuhi kecukupan zat gizi yang dapat
menjaga kondisi kesehatan secara optimal. Selain itu setiap daerah mempunyai
keanekaragaman dan ketersediaan sumber pangan hewani dan nabati yang khas
seperti padi-padian, kacang-kacangan, sayur dan buah di daerah pertanian, ikan dan
produk laut di daerah pesisir, serta unggas dan daging di daerah peternakan.
Namun pengetahuan masyarakat untuk memilih makanan yang cukup dan
seimbang untuk individu dan keluarga masih kurang. Hal ini sangat dipengaruhi
oleh tingkat pendidikan, sosial ekonomi dan budaya. Pada keluarga miskin,
umumnya karena akses pendidikan, pelayanan kesehatan dan pangan rendah,
kurang gizi merupakan masalah yang disertai dengan tingginya angka penyakit
infeksi seperti Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) , diare, tuberkulosa dan
malaria. Keluarga yang tidak mampu ini juga terbukti sangat terpapar dengan
kebiasaan merokok yang memperparah kondisi kesehatan mereka.
Pola konsumsi makanan yang tidak berimbang menyebabkan struktur tubuh
anak Indonesia semakin tidak ideal, yaitu pendek dan gemuk. Tinggi badan anak
laki-laki Indonesia pada umur lima tahun, rata-rata kurang 6,7cm dari tinggi yang
seharusnya, sedangkan pada anak perempuan kurang 7,3cm (Riskesdas, 2010). Hal
ini disebabkan konsumsi makanan sumber protein terutama pangan hewani
masyarakat yang rendah. Berdasarkan Susenas tahun 2009 rata-rata konsumsi
pangan hewani sebesar 148 kkal (61,7% Angka Kebutuhan Energi) dari anjuran
sebesar 240 kkal. Adapun kegemukan terjadi karena kelebihan konsumsi makanan
sumber karbohidrat dan rendah serat makanan (Dewan Ketahanan Pangan, 2011).

16

Baik di perdesaan maupun di perkotaan, gizi lebih yaitu kegemukan dan


obesitas telah menjadi masalah kesehatan masyarakat. Fisik yang kurang bergerak
secara teratur karena kemudahan sarana transportasi dan jenis pekerjaan yang
membuat pekerja relatif statis untuk waktu lama, bersama dengan obesitas
merupakan faktor risiko utama terjadinya penyakit degeneratif, penyakit jantung
dan pembuluh darah, diabetes dan kanker. Hal tersebut di atas antara lain sebagai
akibat dari perubahan gaya hidup, yang merupakan dampak gobalisasi dan
industrialisasi, termasuk berkembangnya makanan cepat saji yang umumnya tidak
bergizi seimbang yaitu tinggi lemak dan garam, serta rendah kandungan seratnya.
Mobilitas yang sangat tinggi di kota besar membuat orang cenderung
mengkonsumsi makanan cepat saji tanpa mempertimbangkan kandungan gizinya.
Masalah utama terkait dengan pola konsumsi makanan, antara lain adalah:
a. Promosi junk food yang tinggi lemak, tinggi garam dan tinggi gula, serta
rendah serat, dipromosikan dan ditawarkan dengan sangat menarik melalui
iklan di berbagai media massa yang ditujukan kepada konsumen sejak usia
b.

balita, dengan sasaran utama anak usia sekolah dan pekerja muda.
Pengetahuan masyarakat yang kurang tentang pola konsumsi makanan
yang sehat dan seimbang, menyebabkan perilaku yang salah. Hal ini
disebabkan tidak efektifnya pendidikan gizi kepada anak semenjak usia
dini sampai anak usia sekolah.

c. Penyediaan kantin sekolah dan program makan siang yang sehat dan
higienis di sekolah, belum menjadi kebijakan bagi penyelenggara
pendidikan. Bahkan gencarnya strategi produsen makanan dan minuman
cepat saji berupa program schoolastic merupakan aktivasi hadirnya
makanan dan minuman yang dikategorikan junk food untuk menjangkau
pelajar usia remaja.
d. Menu makanan tradisional yang tinggi serat seperti gado-gado, karedok,
urap dan pecel kurang diminati oleh anak dan remaja. Selain itu keamanan
makanan yang dijajakan oleh penjual keliling termasuk jajanan anak
sekolah perlu mendapat perhatian khusus terkait dengan higiene dan

17

sanitasi serta penggunaan yang salah berbagai bahan tambahan pangan dan
adanya bahan berbahaya.
e.
Pentingnya penerapan pola konsumsi makanan beragam, bergizi
seimbang dan aktivitas fisik yang cukup dan teratur dalam kaitannya
dengan produktivitas optimal ternyata masih belum diberikan perhatian.
f. Ketersediaan dan akses sayur dan buah beragam dan aman serta promosi
pola konsumsi makanan tinggi serat belum ditangani secara serius, karena
ditemukan 93,6% penduduk berumur di atas 10 tahun kurang makan sayur
dan buah (Riskesdas 2007).
g.
Menjamurnya toko waralaba franchise convenience store di seluruh
pelosok kota sampai ke perdesaan dengan berbagai strategi pemasaran
yang gencar sehingga keluarga tergiur untuk membeli makanan baru
produk kemasan yang pada umumnya kaya karbohidrat dan rendah protein
serta miskin mikronutrien telah mengakibatkan transisi pola konsumsi
makanan masyarakat, berupa konsumsi makanan kemasan, makanan cepat
saji tinggi lemak, tinggi garam dan minuman tinggi gula. Kondisi ini
sejalan dengan meningkatnya kejadian kegemukan pada kelompok miskin
(Riskesdas,2010).

2.2.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pola Makan


1. Budaya
Budaya cukup menentukan jenis makanan yang sering dikonsumsi.
Demikian pula letak geografis mempengaruhi makanan yang diinginkannya.
Sebagai contoh, nasi untuk orang-orang Asia dan Orientalis, pasta untuk orangorang Italia, curry (kari) untuk orang-orang India merupakan makanan pokok,
selain makana-makanan lain yang mulai ditinggalkan. Makanan laut banyak
disukai oleh masyarakat sepanjang pesisir Amerika Utara. Sedangkan penduduk
Amerika bagian Selatan lebih menyukai makanan goreng-gorengan Dirjen
Binkesmas Depkes RI (2007: 28),

18

Berbagai kebiasaan yang bertalian dengan pantang makan makanan


tertentu masih sering kita jumpai terutama di daerah pedesaan, misalnya larangan
terhadap anak untuk makan telur, ikan ataupun daging hanya berdasarkan
kebiasaan yang tidak ada dasarnya dan hanya diwarisi secara turun temurun,
padahal anak itu sendiri sangat memerlukan bahan makanan seperti itu guna
keperluan pertumbuhan tubuhnya (Sjahmien Moehji, 2002). Unsur-unsur budaya
mampu menciptakan suatu kebiasaan makan penduduk yang kadang-kadang
bertentangan dengan prinsip-prinsip ilmu gizi. Misalnya bahan-bahan makanan
tertentu oleh sesuatu budaya masyarakat dapat dianggap tabu untuk dikonsumsi
karena alasan-alasan tertentu (Suhardjo, 2003). Dikemukakan juga oleh Yetty
Nency dan

Muhamad Thohar

(2005), bahwa

kebiasaan,

mitos

atau

kepercayaan/adapt istiadat masyarakat tertentu yang tidak benar dalam


pemberian makan akan sangat merugikan anak
2. Agama/Kepercayaan Agama / kepercayaan
Agama/Kepercayaan Agama / kepercayaan juga mempengaruhi jenis
makanan yang dikonsumsi. Sebagai contoh, agama Islam dan Yahudi Orthodoks
mengharamkan daging babi. Agama Roma Katolik melarang makan daging
setiap hari, dan beberapa aliran agama (Protestan) melarang pemeluknya
mengkonsumsi teh, kopi atau alkohol Dirjen Binkesmas Depkes RI (2007: 28),

3. Status Sosial Ekonomi


Pilihan seseorang terhadap jenis dan kualitas makanan turut dipengaruhi
oleh status sosial dan ekonomi. Sebagai contoh, orang kelas menegah ke bawah
atau orang miskin di desa tidak sanggup membeli makanan jadi, daging, buah
dan sayuran yang mahal. Pendapatan akan membatasi seseorang untuk
mengkonsumsi makanan yang mahal harganya. Kelompok sosial juga
berpengaruh terhadap kebiasaan makan, misalnya kerang dan siput disukai oleh
beberapa kelompok masyarakat, sedangkan kelompok masyarakat yang lain lebih
menyukai hamburger dan pizza Dirjen Binkesmas Depkes RI (2007: 29).

19

Kemiskinan sebagai penyebab gizi kurang menduduki posisi pertama pada


kondisi yang umum (Suhardjo, 2003). Pada umumnya jika tingkat pendapatan
naik, jumlah dan jenis makanan cenderung untuk membaik juga (Suhardjo dkk,
1986). Besar kecilnya pendapatan keluarga berpengaruh terhadap pola konsumsi
makanan dan pola konsumsi makanan dipengaruhi pula oleh faktor sosial budaya
masyarakat. Oleh karena itu bagi suatu masyarakat dengan tingkat pendapatan
rendah, usaha perbaikan gizi erat hubungannya dengan usaha peningkatan
pendapatan dan pembangunan sumber daya manusia (Djiteng Roedjito D., 1989).
4. Personal Preference
Hal-hal yang disukai dan tidak disukai sangat berpengaruh terhadap
kebiasaan makan seseorang. Orang seringkali memulai kebiasaan makannya
sejak dari masa kanak-kanak hingga dewasa. Misalnya, ayah tidak suka makan
kai, begitu pula dengan anak lakilakinya. Ibu tidak suka makanan kerang, begitu
pula anak perempuannya. Perasaan suka dan tidak suka seseorang terhadap
makanan tergantung asosiasinya terhadap makanan tersebut. Anak-anak yang
suka mengunjungi kakek dan neneknya akan ikut menyukai acar karena mereka
sering dihidangkan acar. Lain lagi dengan anak yang suka dimarahi bibinya, akan
tumbuh perasaan tidak suka pada daging ayam yang dimasak bibinya Dirjen
Binkesmas Depkes RI (2007: 29),

5. Rasa Lapar, Nafsu Makan, dan Rasa Kenyang Rasa lapar


Umumnya merupakan sensasi yang kurang menyenangkan karena
berhubungan dengan kekurangan makanan. Sebaliknya, nafsu makan merupakan
sensasi yang menyenangkan berupa keinginan seseorang untuk makan.
Sedangkan rasa kenyang merupakan perasaan puas karena telah memenuhi
keinginannya untuk makan. Pusat pengaturan dan pengontrolan mekanisme
lapar, nafsu makan dan rasa kenyang dilakukan oleh sistem saraf pusat, yaitu
hipotalamus Dirjen Binkesmas Depkes RI (2007: 30), 6. Kesehatan Kesehatan
seseorang berpengaruh besar terhadap kebiasaan makan. Sariawan atau gigi yang
20

sakit seringkali membuat individu memilih makanan yang lembut. Tidak jarang
orang yang kesulitan menelan, memilih menahan lapar dari pada makan Dirjen
Binkesmas Depkes RI (2007: 30).
2.2.5

Ragam Dan Frekuensi Bahan Makanan Yang Dikonsumsi

a. Ragam
Bahan makanan yang dikonsumsi sangat beragam, membiasakan makan
makanan yang beraneka ragam adalah prinsip pertama dari gizi seimbang
yang universal. Artinya, setiap manusia dimana saja membutuhkan makanan
yang beraneka ragam atau bervariasi karena tidak ada satupun makanan yang
mengandung seluruh zat gizi yang dibutuhkan tubuh. Semakin beragam pola
hidangan makanan, semakin mudah terpenuhi kebutuhan akan berbagai zat.
Bahan makanan yang dikonsumsi dikelompokkan kedalam bahan makanan
pokok, lauk hewani, lauk nabati, sayuran, buah-buahan dan lain-lain.
1. Makanan pokok
Makanan pokok merupakan bahan makanan yang mengandung
karbohidrat. Makanan pokok terdiri atas bahan makanan serelia dan umbiumbian. Yang termasuk makanan pokok antara lain adalah beras, jagung,
tepung terigu, roti, kentang, singkong, ubi jalar, gembili, talas, uwi, mi
gandum, tepung beras dan lain-lain.
2. Lauk hewani dan lauk nabati
Bahan makanan lauk hewani merupakan bahan makanan sumber
protein yang berasar dari hewan. Yang termasuk dalam bahan lauk hewani
antara lain daging sapi, kambing, ayam, telur, jerohan, keju, bebek, ikan,
udang, cumi-cumi. Bahan lauk nabati adalah lauk berasal dari tumbuhtumbuhan dan hasil olahannya, antara lain : tempe, tahu, kacang-kacangan,
lauk nabati merupakan sumber protein.
3. Sayuran
Sayuran merupakan bagian dari tubuh yang dapat dimakan, antara lain
daun, bunga, umbi, maupun batang, sayuran merupakan sumber mineral
dan vitamin, setiap jenis sayuran memiliki warna, rasa, aroma dan
kekerasan yang berbeda-beda, sehingga bahan pangan sayur-sayuran dapat

21

menambah variasi makanan, yang termasuk sayuran antara lain, kol,


wortel, kentang, buncis, sawi hijau dan lain-lain.
4. Buah-buahan
Dalam pengertian sehari-hari, buah diartikan sebagai semua produk
yang dikonsumsi sebagai pencuci mulut. Yang termasuk buah antara lain
mangga, jeruk, apel, pisang, semangka dan lain-lain.
b. Frekuensi
Frekuensi makan adalah jumlah makanan dalam seharihari baik
kuantitatif dan kualitatif. Secara ilmiah makanan diolah dalam tubuh melalui
alatalat pencernaan mulai dari mulut sampai usus halus. Lama makanan
dalam lambung bergantung sifat dan jenis makanan. Jika dirata-rata,
umumnya lambung kosong antara 3-4 jam. Maka jadwal makan ini pun
menyesuaikan dengan kosongnya lambung.
Porsi makan pagi tidak perlu sebanyak porsi makan siang dan makan
malam secukupnya saja, untuk memenuhi energy dan sebagian zat gizi
sebelum tiba makan siang. Lebih baik lagi jika makan makanan ringan sekitar
pukul 10.00. Menu sarapan yang baik harus mengandung karbohidrat, protein
dan lemak, serta cukup air untuk mempermudah pencernaan makanan dan
penyerapan zat gizi.
2.2.6

Gizi Seimbang
Gizi seimbang merupakan susunan pangan sehari-hari yang mengandung

zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan
memperhatikan prinsip keanekaragaman pangan, aktivitas fisik, perilaku hidup
bersih dan memantau berat badan secara teratur dalam rangka mempertahankan
berat badan normal untuk mencegah masalah gizi.
Gizi Seimbang adalah makanan yang dikonsumsi oleh individu sehari-hari
yang beraneka ragam dan memenuhi 5 kelompok zat gizi dalam jumlah yang
cukup, tidak berlebihan dan tidak kekurangan (Dirjen BKM, 2002).
Menu seimbang adalah menu yang terdiri dari beranekaragam makanan
dengan jumlah dan proporsi yang sesuai, sehingga memenuhi kebutuhan gizi
seseorang guna pemeliharaan dan perbaikan sel-sel tubuh dan proses kehidupan
serta pertumbuhan dan perkembangan (Almatsier, 2001)
22

Peranan berbagai kelompok bahan makanan tergambar dalam piramida


gizi seimbang yang berbentuk kerucut. Populer dengan istilah TRI GUNA
MAKANAN.

23

Gambar 2.1 Piramida Triguna Makanan


Pertama, sumber zat tenaga yaitu padi-padian dan umbi-umbian serta tepungtepungan yang digambarkan di dasar kerucut.
Kedua, sumber zat pengatur yaitu sayuran dan buah-buah digambarkan bagian
tengah kerucut.
Ketiga, sumber zat pembangun, yaitu kacang-kacangan, makanan hewani dan
hasil olahan, digambarkan bagian atas kerucut.

Faktor yang Mempengaruhi Penyusunan Gizi Seimbang


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Ekonomi (terjangkau dengan keuangan keluarga)


Sosial budaya (tidak bertentangan)
Kondisi kesehatan
Umur
Berat badan
Aktivitas
Kebiasaan makan (like or dislike)
Ketersediaan pangan setempat

Pada awal tahun 2014, Dinas Kesehatan RI telah mengeluarkan slogan PUGS
terbaru,dari 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang menjadi 10 Pesan Gizi Seimbang ,karena
lebih relevan di kehidupan sekarang dan diharapkan masyarakat dapat melakukan apa yang
tertera di dalam PUGS terbaru tersebut. Selain pesan tersebut, masih ada pesan-pesan yang
lain yang sesuai dengan kelompok umur,contohnya
Berikut adalah isi dari 10 Pesan Gizi Seimbang:
1.

Syukuri dan nikmati keanekaragaman makanan


Keanekaragaman makanan yang dimaksud adalah bilamana saat kita makan
pagi, siang, malam, makanan yang kita komsumsi mengandung 5 unsur,
yaitu karbohidrat seperti nasi,roti, mie, gandum, jagung, umbi-umbian, protein

24

hewani seperti ayam, ikan, seafood, daging sapi,dll, protein nabati seperti tahu,
tempe, kacang-kacangan, sayur,dan buah.
Selain memperhatikan keanekaragaman makanan dan minuman juga perlu
memperhatikan dari aspek keamanan pangan yang berarti makanan dan minuman itu
harus bebas dari cemaran biologis, kimia dan benda lain yang dapat mengganggu,
merugikan dan membahayakan kesehatan masyarakat. Cara menerapkan pesan ini
adalah dengan mengonsumsi lima kelompok pangan setiap hari atau setiap kali
makan. Kelima kelompok pangan tersebut adalah makanan pokok, lauk-pauk,
sayuran, buah-buahan dan minuman. Mengonsumsi lebih dari satu jenis untuk setiap
kelompok makanan (makanan pokok, lauk pauk, sayuran dan buah-buahan) setiap
kali makan akan lebih baik.

Gambar 2.2 Keanekaragaman makanan dalam sekali hidangan


2.

Biasakan mengkomsumsi lauk pauk yang berprotein tinggi


Protein berperan penting bagi pertumbuhan sel-sel tubuh dan memperbaiki
sel tubuh yang rusak,serta berperan juga dalam pembentukan tulang dan
pertumbuhan anak.

3.

Makan aneka ragam sayuran dan cukup buah


Komsumsi sayur dan buah orang Indonesia belum bisa mencapai target
100%. Menurut hasil Riskesdas tahun 2013, tingkat kecukupan sayur adalah 93,5.
Hasil ini menurun karena pada tahun 2007 komsumsinya mencapai 93,6. Oleh
25

karena itu, mari komsumsi buah dan sayur agar target bisa tercapai 100%.
Mengkomsumsi sayur dan buah secara rutin sangat baik bagi tubuh karena sayur dan
buah banyak mengandung antioksidan, mineral, vitamin yang dapat mencegah
penuaan dini.
4.

Biasakan

mengkomsumsi

aneka

ragam

makanan

sumber

karbohidrat
Selain kita dianjurkan makan dengan seimbang,kita juga dianjurkan
mengkomsumsi berbagai jenis sumber karbohidrat, bisa digilir sesuai waktu makan,
atau tiap minggu. Karena setiap jenis karbohidrat berbeda kandungan serat dan
gulanya. Beras merah dan hitam sebenarnya lebih baik jika dibanding dengan beras
putih biasa,karena beras tersebut mengandung lebih banyak serat rendah gula, cocok
untuk penderita diabetes dan orang yang sedang berdiet, selain itu beras hitam
mengandung kandungan protein, kalium, antioksidan dan vitamin e yang lebih tinggi
dari jenis beras lainnya.

5.

Batasi mengkomsumsi makanan manis, asin dan berlemak tinggi


Produk bakery and cake yang dilapisi krim dan coklat, camilan keripikkeripik, fast food dll, memang harus dibatasi jumlah komsumsinya karena makanan
tersebut miskin zat gizi atau zat gizi yang terkandung di dlamnya tidak
beragam,hanya mengandung banyak kalori,lemak dan rendah protein. Hal tersebut
bisa memicu penyakit degeneratif di kemudian hari seperti penyakit jantung, stroke,
hipertensi.

6.

Biasakan sarapan
Sarapan sangat penting dilakukan karena sarapan merupakan makanan bagi
otak agar otak kita siap menjalani aktifitas kita sepanjang hari yang padat. Sarapan
juga bisa mencegah kelebihan berat badan karena bila kita tidak sarapan, kita akan
lapar dan cenderung melampiaskan lapar kita pada waktu makan siang, akibatnya
makan siang kita jadi tidak terkontrol dan memicu kelebihan berat badan.

7.

Minum air putih yang cukup dan aman.

26

Kita memang dianjurkan untuk minum air putih yang bersih dan aman
minimal 8 gelas sehari untuk mencegah tubuh agar tidak dehidrasi atau kekurangan
air, karena air diperlukan untuk mengedarkan berbagai zat gizi yang sudah diserap
ke seluruh tubuh kita.
8.

Biasakan membaca label pada kemasan makanan


Hal tersebut penting dilakukan, hal yang perlu kita cek jika membaca label
kemasan adalah, informasi gizi, dan tanggal kadaluarsa, karena tidak sedikit
supermaket atau pasar yang menjual makanan yang sudah keadaluarsa.

9.

Biasakan cuci tangan sebelum makan dengan air mengalir


Kebiasaan cuci tangan di Indonesia sudah mengalami peningkatan yang
signifikan, sebagian besar masyarakat sudah menyadari pentingnya mencuci tangan
sebelum makan. Hal itu dibuktikan dengan hasil Riskesdas tahun 2013 yang
mencapai 47% yang dibandingkan dengan tahun 2007 yang masih 23,2%.

Berikut ini adalah cara mencuci tangan yang baik dan benar
a) Nyalakan keran air, basahi kedua telapak tangan secara merata lalu ambil sabun.
Usahakan sabun cair karena bila sabun batang bila digunakan oleh banyak orang
akan menjadi sarang bakteri juga.
b) Gosok kedua telapak tangan depan dan belakang dan di sela-sela jari juga
c) Lalu bersihkan kedua ibu jari tangan secara memutar dan bergantian
d) Lalu bersihkan kuku dengan cara menggosokkan kuku jari ke permukaan telapak
tangan lainnya secara bergantian.
e) Lalu gosok telapak tangan dengan melakukan gerakan mengunci( telapak tangan
saling dikaitkan secara horisontal)
f) Kemudian bilas dengan air mengalir hingga bersih
g) Ambil tisu dan tutup keran dengan menggunakan tisu tadi
27

h) Ambil tisu lagi untuk mengeringkan tangan


i) Melakukan aktifitas fisik/ olahraga secara teratur dan mempertahankan berat badan
ideal.
Untuk menghilangkan tumpukan lemak di perut, pinggang, pinggul,paha dan
lengan atas serta mempertahankan berat badan sangatlah mudah, cukup lakukan
olahraga selama 30 menit saja 3-5 kali seminggu dengan pembagian, jogging
selama 10 menit, pengencangan bawah dan atas masing masing 10 menit ( Peraturan
Menteri, 2014)
2.2.7

Cara Pengolahan Makanan

Dalam menu Indonesia pada umumnya makanan dapat diolah dengan cara sebagai
berikut :
1. Merebus (boiling) adalah memantangkan makanan dengan cara merebus
suatu cairan biasa berupa air saja atau air kaldu dalam panic sampai
mencapai titik didih (1000C).
2. Memasak (braising) adalah memasak makanan dengan menggunakan
sedikit cairan pemasak. Bahan makanan yang diolah dengan teknik adalah
daging.
3. Mengukus (steaming) adalah proses mematangkan makanan dalam uap air.
4. Bumbu-bumbuan (seasoning), hampir sama dengan mengukus tapi setelah
dikukus makanan dibumbui dengan bumbu tertentu.
Agar zat-zat gizi yang terdapat dalam makanan tidak banyak rusak atau
hilang, makanan sebaiknya diolah dengan cara sebagai berikut :
a) Memasak lebih dekat dengan waktu makan.
b) Menggunakan api kecil atau memasak dengan cepat.
c) Memasak bahan makanan dalam keadaan utuh lebih baik dari pada memasak
potongan bahan terutama sayuran yang umumnya mengandung vitamin B dan
C yang mudah larut dalam air.
d) Cucilah sayuran dan buah-buahan dalam keadaan utuh tanpa dipotong-potong
terlebih dahulu.
e) Usahakan untuk tidak memasak bahan makanan dalam waktu terlalu lama
karena kandungan zat gizinya akan lebih banyak hilang.

28

KERANGKA TEORI
Variabel

Variabel

Independent

Dependent

Umur

Pendidikan

Informasi

Pengetahuan

Ekonomi
(Pendapatan)

29

Hubungan Sosial

Pengalaman

Bagan 2.1 kerangka teori notoatmodjo (2007)


2.2 KERANGKA KONSEP
Berdasarkan teori sebelumnya, maka dapat dibuat suatu kerangka konsep yang
berhubungan dengan area permasalahan yang terjadi pada keluarga binaan RT 003 RW 004
Kampung Sukasari Desa Pangkalan KabupatenTangerang Propinsi Banten.
Variabel

Variabel

Independent

Dependent

Pendidikan

Informasi

Ekonomi
(Pendapatan)

Pengetahuan Pola
makan sehat &
seimbang

30

Pengalaman

Hubungan Sosial

No
1.

VARIABEL

DEFINISI OPERASIONAL

ALAT

Pengetahu-an

UKUR
Pengetahuan responden tentang definisi pola makan sehat, gizi Kuesioner

pola makan

seimbang,piramida triguna makanan, contoh bahan makanan

sehat dan

yang berasal dari hewani dan nabati, bahan makanan yang

seimbang

mengandung zat karbohidrat dan protein, tentang banyaknya

CAR

UKU
Waw

kebutuhan mengkonsumsi air putih dalam sehari, contoh


makanan cepat saji, manfaat sarapan pagi, batasan umur
pemberian ASI ekslusif dan manfaat pemberian ASI pada bayi
2.

Pendidikan

dan dampak kurangnya pola makan sehat dan seimbang


Jenjang pendidikan formal terakhir yang ditamatkan oleh

Kuesioner

Waw

responden.

3.

Ekonomi

Pendapatan responden setiap bulan

Kuisioner

Waw

4.

Informasi

Adanya informasipengetahuan mengenai pola makan sehat

Kuisioner

Waw

dan seimbang dari penyuluhan, media cetak dan elektronik


dalam kehidupan sehari-hari serta informasi manfaat dan
tujuan mengenai pola makan sehat dan seimbang

31

5.

Pengalaman

Sesuatu yang pernah dirasakan, didengarkan, dan dialami oleh

Kuesioner

Waw

Kuisioner

Waw

responden seperti penerapan pola makan sehat dan seimbang,


dampak negatif kurangnya penerapan pola makan sehat dan
seimbang, serta pengalaman responden/keluarga mengalami
6.

Hubungan

dampak negatif kurangnya pola makan sehat dan seimbang


Interaksi antara responden dengan keluarga lain di lingkungan

Sosial

sekitar berupa ajakan oleh tetangga kepada responden dan


ajakan responden kepada tetangga dalam menginformasikan
tentang pola makan sehat dan seimbang

32

Anda mungkin juga menyukai