Konsep masyarakat Sipil di Indonesia sudah ada dimulai dari rezim Orde
lama(Soekarno),hingga saatini.Pada Awal rezim Soekarno banyak muncul juga konsepsi civil
society ataupun masyarakat madani, bahkan mungkin karena kurang puasnya dengan
kebijakan pemerintah dan juga karena kelonggaran politik disebabkan karena negara ini baru
saja merdeka, kekuatan civil society bahkan mempunyai basis militer contohnya dengan
pemberontakan DII/TII dan juga RMS pada waktu tersebut. Kemudian pada rezim Soehartao
awal, konsep civil ssociety lebih condong kepada badan-badan buatan mahasiswa,dan juga
tokoh-tokohnya seperti Kwik kian Gie dan juga WS Rendra.
Berikut konsep masyarakat madani,yang coba diterpakan pada era Orba,di mana salah satu
tokohnya,yakni Nurcholis madjid,yakni:
Free public sphere: Adalah konsep ruang publik bebas untuk bertukar pikiran dan
menyampaikan aspirasipendapat.Warga negara berhak melakukan kegiatan secara medeka
dalam menyampaikan pendapat,berserikat,berkumpul,serta mempublikasikan informasi
kepada publik.
Demokratis: Demokratis berarti masyarakat dapat berlaku santun dlam pola hubungan
interaksi dengan masyarakat sekitarnya dengan tidak memperkembangkan suku,ras,dan
agama.Penekanan demokrasi(demokratis) di sini mencakup sebagai bentuk aspek kehidupan
seperti politik,sosial,budaya,dsb.
Pada masa rezim Soeharto akhir, konsep masyarakat madani sudah muncul dengan
kekuatan yang besar dengan pembuktian penggulingan presiden Soeharto pada 21 mei
1998,namun konsep masyarakat madani ini belum memasukan konsep pluralisme
di dalamnya.Ini terbukti dengan banyaknya etnis Tionghoa yang dijadikan musuh pada saat
itu,selain itu kerusuhan yang ditimbulkan bukan hanya untuk pemerintahan tapi juga
menimbulkan korban di masyarakat.
Pada masa transisi BJ Habibie, muncul kembali civil society seperti yang menginginkan
kemerdekaan yakni fretilin(timor leste). Dikarenakan dalam kampanyenya fretilin meminta
bantuan luar negeri(Utamanya Portugal, Australia, Amerika Serikat) dan juga memberikan
tekanan pada Indonesia, akhirnya Indonesia melepaskan timor leste. Di era Gus dur hingga
SBY kini, geliat civil society banyak bermunculan dan mempunyai banyak
motif,kekuasan(ditandai dengan munculnya banyak parpol), kemerdekaan sendiri (RMS,
Papua merdeka, GAM), Public watch(pengawas) (ICW), Pemberdayaan masyarakat (Rumah
zakat, Obor berkat), dan juga pengaduan masyarakat(Rumah pengaduan publik).
Pasca-Reformasi Penguatan masyarakat madani (civil society) yang dapat digunakan
sebagai kontrol publik secara hakiki dapat dirumuskan sebagai berikut: yaitu pengelompokan
anggota-anggota masyarakat sebagai warga negara yang mandiri dapat dengan bebas dan
bertindak secara aktif dalam tataran wacana maupun praktiknya mengenai segala hal yang
berkaitan dengan masalah kemasyarakatan. Pada masa ini, maka artikulasi kepentingan dapat
disalurkan baik melalui individu ataupun kelompok tanpa ada tekanan dari pemegang
kekuasaan. Manajemen negosiasi akan mewujudkan rekonsiliasi nasional sebab kekuatan
oposisi dapat ikut berperan dalam pemerintahan. Bila ini mampu terwujud, pemerintahan
akan tumbuh kembali dan secara otomatis akan memperbaiki kondisi ekonomi yang ada.
Pertumbuhan ekonomi yang terjadi akan disertai dengan pemerataan kesejahteraan sehingga
dimensi keadilan mewarnai dalam setiap fase pembangunan masyarakat. Itulah manfaat dari
penguatan civil society dalam negara.
Pilar-Pilar Penegak Civil Society di Indonesia
Pilar di sini ditujukan pada lembaga atau institusi penegak yang merupakan bagian
dari sosial control.Fungsi lembaga tersebut ialah mengkritisi kebijakan penguasa yang
diskriminatif serta mampu memperjuangkan aspirasi masyarakat yang tertindas. Bagi
tegaknya kekuatan civil society,pilar-pilar ini menjadi prasyarat mutlak.Pilar-pilar ini antara
lain gerakan mahasiswa, lembaga sumber daya mahasiswa dan pers, supermasi hukum dan
perguruan tinggi.
Untuk konteks Indonesia, pilar yang terus berkontribusi bagi penegakan civil society,yaitu;
upaya pelestarian lingkungan. Yang kedua ialah Forum Indonesia untuk Keswadayaan
Penduduk (FISKA), berdiri 1983, merupakan forum LSM yang bergerak dibidang
kependudukan. Yang ketiga Forum Kerjasama Pengembangan Koperasi (FORMASI ) berdiri
1986, merupakan forum lsm yang memberdayakan koperasi. Yayasan LBH Idonesia yang
bergerak di bidang bantuan hokum. Indonesia Corupption watch (ICW) komisi masyarakat
untuk penyelidikankorupsi.dan yang paling berpengaruh dengan keseimbangan dan
relevansinya sebagai alat kekuatan politik ialah Lingkaran Survei Indonesia (LSI).
Memasuki di era reformasi, sejak masa itu sampai masa kini, perkembangan lsm di
Indonesia semakin pesat, visi, dan misi, pendekatan dan isu beragam. Perkembangan LSM
tidak bisa dilihat lagi secara linier mengikuti waktu dan urusan generasi ke generasi.
Maksudnya ada yang bekerja langsung melayani masyarakat kecil dengan memperkuat
kemampuan mereka, ada yang memfokuskan kebijakan yang menguntungkan masyarakat
bawah pula, ada juga yang yang berusaha menjembatani berbagai sector : yang kuat dan yang
lemah, yang formal dan yang non-formal, dan berjalan secara serempak, tidak sembunyisembunyi seperti zaman orde baru yang sangat alergi dengan organisasi yang bersifat oposisi
atau non-pemerintah.Di era keterbukaan ini begitu orde baru tumbang, gerakan lsm ibarat
jamur di musim hujan. Menjadi tren , bahkan menjadi lahan kerja, sedang kegiatan LSM saat
ini meliputi kegiatan yang cukup luas[4] meliputi bidang-bidang lingkungan hidup,
konsumen, bantuan hokum, pendidikan dan latihan, perhutanan social, koperasi, penerbitan,
kesehatan keluarga dan program pengembangan pertanian dan perjuangan upaya
kesejahteraan kaum buruh.[5]
Menjamurnya lsm di zaman keterbukaan ini juga menjadi problematika kedepannya,
karena di situasi ekonomi dan politik yang tidak menentu , solusi tepat pun tak kunjung
datang dari kalangan lsm . banyaknya lsm jadi-jadian ataupun lsm yang partisan mendukung
elite-elite parpol dan penguasa, bahkan adapula yang menghancurkan gerakan rakyat, itu
karena di era keterbukaan ini bentuk demokrasi yang sudah semakin terbuka dan kepentingan
ada dimana-mana, maka LSM sebagai sebuah organisasi alternative non-pemerintahan pun
tidak luput dari sarat kepentingan.
Pers sebagai pilar civil society merupakan institusi penting dalam menegakkan civil
society karena memungkinkan dapat mengkritisi dan menjadi bagian dari social control yang
dapat menganalisis serta mempublikasikan berbagai kebijakan pemerintah yang berkenaan
dengan warga negaranya. Hal ini pada gilirannya mengarah pada adanya independensi pers
dan mampu menyajikan berita atau informasi secara obyektif dan transparan. Di sisi lain, pers
juga banyak menemui kesulitan khususnya dalam menghadapi banyak tekanan tatkala
meliputi daerah konflik. Di samping itu, masyarakat pers juga masih merasakan adanya
upaya kalangan elite politik mengebiri kebebasan pers.
Sebenarnya ide masyarakat madani sudah dikembangkan mulai zaman Yunani klasik seperti
ahli piker Cicero. Di dalam kaitan ini Hikam misalnya mengambil pemikiran Alexis
Tocqueville mengenai ciri-ciri masyarakat madani. Dengan pendekatan elektrik, Hikam
merumuskan empat ciri utama dari masyarakat madani yaitu:
1.
Kesukarelaan. Artinya masyarakat madani bukanlah merupakan suatu masyarakat
paksaan atau karena indoktrinasi. Kenggotaan masyarakat madani adalah kenggotan pribadi
yang bebas, dan mempunyai cita-cita yang di wujudkan bersama.
2.
Keswasembadaan. Setiap orang mempunyai harga diri yang tinggi, tidaklah
setiap anggota masyarakat madani selalu menggantungkan kehidupannya kepada orang lain.
Namun, justru membantu orang lain yang sekiranya membutuhkan pertolongan.
3.
Kemandirian tinggi terhadap Negara. Bagi mereka (anggota masyarakat madani)
Negara adalah kesepakatan bersama sehingga tanggung jawab yang lahir dari kesepakatan
tersebut adalah juga tuntutan dan tanggung jawab dari masing-masing anggota. Inilah Negara
yang berkedaulatan rakyat.
4.
Keterkaitan pada nilai-nilai hokum yang disepakati bersama. Hal ini berarti
suatu masyarakat madani adalah suatu masyarakat yang berdasarkan hokum dan bukan
Negara kekuasaan.
Di atas merupakan ciri-ciri masyarakat madani yang di ungkapkan oleh Hikam dengan
pendekatan eklektik. Dan beliau melampiaskan ciri-ciri tersebut ke Negara Indonesia.
Selain itu, cirri-ciri di atas juga bisa menjadi gambaran seperti apakah sebenarnya masyarakat
madani itu. Dan agar orang-orang tidak salah persepsi dalam memandang masyarakat madani
itu sendiri.
c)
Akibat absennya civil society dalam proses pembangunan indonesia walaupun hampir
meninggalkan era pembangunan 25 tahun tahap pertama pembagunan indonesia belum
mampu menciptakan kehidupan soisal budaya politik modern bagi bangsa indonesia yang
mampu menjadi dasar bagi pembangunan manusi indonesia sutuhnya.
Sehubungan dengan adanya hambatan hambatan tersebut, mengakibatkan tatanan
masyarakat yang madani secara utuh belum bias tercapai di Indonesia. Selain itu, masih ada
factor lain diantaranya korupsi yang kian merakyat dan membudaya, kolusi yang menelurkan
pejabat pejabat yang kurang bertanggung jawab serta nepotisme yang menjadikan
persaingan kehidupan yang tidak sehat dan penuh kecurangan. Jauh dari tolok ukur sebagai
masyarakat yang madani.