Anda di halaman 1dari 13

KONSEP DASAR PENCEGAHAN PENYAKIT

KONSEP DASAR PENCEGAHAN PENYAKIT


1.1 PENGERTIAN PENCEGAHAN PENYAKIT
Pencegahan penyakit adalah upaya mengarahkan sejumlah kegiatan untuk
melindungi klien dari ancaman kesehatan potensial.dengan kata lain, pencegahan
penyakit adalah upaya mengekang perkembangan penyakit, memperlambat kemajuan
penyakit, dan melindungi tubuh dari berlanjutnya pengaruh yang lebih membahayakan.
Meningkatkan kesejahteraan ibu dan mengurangi angka kesakitan anak
merupakan tugas pokok seorang bidan. Sebelumnya kita harus ketahui terlebih dahulu
hal hal yang menghalangi kesejahteraan ibu dan penyebab kesakitan pada anak
Dimana penyebab kematian ibu, rendahnya kesadaran masyarakat tentang
kesehatan ibu hamil. Menjadi faktor penentu angka kematian meskipun masih banyak
faktor yang harus di perhatikan untuk menangani masalah ini.persoalan kematian yang
terjadi lantaran indikasi yang lazim muncul.yakni pendarahan,keracunan kehamilan
yang di sertai kejang kejang, aborsi,dan infeksi.namun, ternyata masih ada faktor lain
yang juga cukup penting.misalnya pemberdayaan perempuan yang tak begitu baik,
latar belakang pendidikan, sosial ekonomi keluarga , lingkungan masyarakat dan politik,
kebijakan juga ikut berpengaruh.kaum laki laki pun di tuntun harus berupaya ikut aktif
dalam segala permasalahan bidang reproduksi secara lebih bertanggung jawab.
Selain masalah medis , tingginya kematian ibu juga karena masalah ketidak
setaraan gender , nilai budaya, perekonomian dan serta rendahnya perhatian laki laki
terhadap ibu hamil dan melahirkan.oleh karena itu, pandangan yang menganggap
kehamilan adalah peristiwa alamiah perlu di ubah secara sosiokultural agar perempuan
dapat perhatian dari masyarakat. Sangat di perlukan upaya peningkatan pelayanan
perawatan ibu baik oleh pemerintah,swasta,maupun masyarakat terutama suami.
Penyebab terbesar kematian ibu:
pendarahan
pendarahan

menempati

presentase

tertinggi

penyebab

kematian

ibu

(28%),anemia dan kekurangan energi kronis (KEK) pada ibu hamil menjadi penyebab

utama terjadinya pendarahan dan infeksi yang merupakan factor kematian ibu di
berbagai Negara paling sedikit seperempat dari seluruh kematian ibu di sebabkan oleh
pendarahan . proporsinya berkisar antara kurang dari 10 % sampai 60% walaupun
seorang

perempuan

bertahan

hidup

setelah

mengalami

pendarahan

pasca

persalinan ,namun dia akan menderita akibat kekurangan darah yang berat (anemia
berat) dan akan mengalami masalah kesehatan yang berkepanjangan .
Eklamsia
Persentase

tertinggi

kedua

penyebab

kematian

ibu

adalah

eklamsia

(24%),kejang bias terjadi pada pasien dengan tekanan darah tinggi , hipertensi, yang
tidak terkontrol sat persalina. Hipertensi dapat terjadi karena kehamilan,dan akan
kembali normal bila kehamilan sudah berakhir .namun ada juga yang tidak kembali
normal setelah bayi lahir kondisi ini akan menjadi lebih berat bila hipertensi sudah di
derita ibu sebelum hamil. (profil kesehatan Indonesia ,2007)

Infeksi
Sedangkan persentase tertinggi ke tiga penyebab kematian ibu melahirkan
adalah infeksi (11%)
Tiga penyebab diatas sebagai seorang bidan harus mengatasinya , dimana
merupakan suatu upaya pencegahan penyakit yang berkaitan dengan kesehatan ibu
dan anak.dari itu ada beberapa program kesehatan yang terkait dalam peningkatan
status kesehatan ibu dan anak.
IBU HAMIL

Penyakit yang berpengaruh terhadap kehamilan .


Jika seorang wanita mengidap penyakit bawaan atau pun penyakit tertentu yang
cukup serius, harus waspada dan berhati hati dalam menghadapi kehamilan. Dengan
perawatan dan pengobatan yang teratur,umumnya kehamilan dapat berjalan dengan
lancar.walaupun demikian , resiko munculnya sesuatu yang tidak di inginkan dapat saja
terjadi. Beberapa penyakit yang perlu mendapat perhatian khusus jika di idap oleh
wanita hamil di antara lain :

a. Penyakit jantung pada kehamilan


b. Tekanan darah tinggi (hipertensi ) pada kehamilan
c. Penyakit paru paru pada kehamilan
d. Penyakit saluran pencernaan pada kehamilan
e. Penyakit hati pada kehamilan (hepatitis A atau B )
f. Penyakit infeksi pada kehamilan (Syphilis,Gonorrhoe,HIV/AIDS)

Pemeliharaan kesehatan ibu hamil

a. Memperhatikan nutrisi gizi ibu hamil


Nutrisi yang yang sehat dan bergizi bagi seorang ibu hamil adalah hal pertama yang
menjadi perhatian kita. Karena pasokan gizi yang baik dan sehat akan sangat
b.
c.
d.
e.

berpengaruh kepada ibu hamil sendiri dan juga kesehatan sang janin.
Menjaga kebersihan lingkungan ibu hamil
Mengenali tanda bahaya kehamilan dan persalinan
Melakukan vaksinasi dalam masa kehamilan
Pemeriksaan kesehatan kehamilan secara rutin

1.2 MACAM-MACAM TINDAKAN PENCEGAHAN PENYAKIT


Lima pola untuk mencegah penyakit:
1. Pola olah raga yang teratur sesuai berat badan dan jenjang usia . yoga sangat
2.
3.
4.
5.

disarankan bagi orang-orang yang berusia di atas 30 tahun


Pola pikiran positif (manejemen pikiran) agar terhindar dari stress
Pola hidup sehat dan seimbang
Pola istirahat yang cukup
Pola bernapas dalam yang benar dan teratur

1.3 TAHAP-TAHAP PENCEGAHAN PENYAKIT


Lima tingkat pencegahan penyakit menurut leavel and clack
1. Peningkatan kesehatan (health promotion )
2. Perlindungan umum dan khusus terhadap penyakit penyakit tertentu (general and
spesifik protection )
3. Menegakkan diagnosa secara dini dan pengobatan tang cepat dan tepat (early diagonis
and prompt treatment )
4. Pembatasan kecacatan (disabillity limitation)
5. Penyembuhan kesehatan (rehabilition )

2.4 UPAYA PEMERINTAH DALAM MELAKUKAN PENCEGAHAN PENYAKIT YANG


BERKAITAN DENGAN IBU DAN ANAK
Komponen yang terkait antara lain:
1. Upaya KB
2. Upaya perbaikan gizi
Melaksanakan program:
Program perbaikan gizi keluarga (suatu program menyeluruh yang mencakup
pembangunan masyarakat) melalui kelompok-kelompok penimbangan pos pelayanan
terpadu.
Memberikan makanan yang mengandung protein dan kalori yang cukup kepada anakanak dibawah umur 5 tahun dan pada ibu yang menyusui.
Memberikan vitamin A kepada anak-anak dibawah 5 tahun.
Pada tahun 1952 pengembangan upaya usaha kesehatan ibudan anak mulai
dirintis dengan didirikannya diktorat KIA dilingkungan kementerian kesehatan .
Jumlah anak di Indonesia 77,8 juta jiwa (UNICEP,2000) terdiri dari:
Bayi sekitar 4,5 juta
Balita sekitar 22 juta
Usia sekolah 29 juta
Remaja sekitar 22 juta
Dimana setiap kelompok usia masalahnya berbeda.

TUJUAN PROGRAM
Tujuan program pencegahan penyakit dalam peningkatan status kesehatan ibu
dan anak:
Menurunkan kematian (mortality) dan kejadian sakit (mobility) dikalangan ibu, kegiatan
program ini ditujukan untuk menjaga kesehatan ibu selama kehamilan , bersalin dan
menyusui.
Meningkatkan kesehatan anak melalui pemantauan status gizi dan pencegahan sedini
mungkin berbagai penyakit yang bisa dicegah dengan imunisasi dasar sehingga anak
dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.
RUANG LINGKUP PROGRAM
Ruang lingkup kegiatan KIA terdiri dari kegiatan pokok dan integrative.

Integrative adalah kegiatan program lain (misalkan kegiatan imunisasi merupakan


kegiatan pokok P2M) yang dilaksanakan pada program KIA karena sasaran penduduk
program KIA.

Memeriksa Kesehatan Ibu Hamil (ANC)


Mengamati perkembangan dan pertumbuhan anak-anak balita (integrasi

program gizi).

Memberikan pelayanan kepada pasangan usia subur.

Ibu dan anak yang memerlukan pengobatan.

Memberikan pertolongan persalinan dan bimbingan selama masa nifas.

Mengadakan latihan untuk dukun bersalin.

Memeriksa Kesehatan Ibu Hamil (ANC)


Kehamilan sangatlah penting pada ibu hamil karena pada saat ini sering terjadi

anemia, kekurangan gizi dll. Akibat yang terjadi dari adanya komplikasi-komplikasi
dapat dikurangi dengan diberikannya perawatan prenatal yang baik .tetapi kondisi
sosial ibu dan kehamilannta ini memang sedemikian rupa sehingga kunjungan pada
perwanan prenatal seringkali dilupakan / terlambat / dilakukan dengan tidak teratur.
Perlu pemberian pendidikan tentang gizi, asupan tablet zat besi atau vitamin.
Komplikasi selama kehamilan . perannya adalah mengkaji memberitahu factor-faktor
resiko, mendeteksi dan menangani komplikasi yang terjadi.

Mengamati Perkembangan dan Pertumbuhan Anak Balita

.Ruang lingkup kegiatan:


a. Memantau pertumbuhan anak melalui penimbangan anak secara rutin setiap bulan
dipuskesmas atau posyandu. Indicator keberhasilan pemantauan status gizi balita
ditulis di KMS.
b. Memberikan penyuluhan gizi kepada masyarakat . Pemberian makanan tambahan
dilakukan melalui demonstrasi pemilihan bahan makanan yang bergizi dan cara
masaknya.

c. Pemberian vitamin A zat besi untuk bumil dan susu. Pemberian obat cacing untuk anak
yang kurang gizi.

Memberikan Pelayanan KB pada Pasangan Usia Subur

Tujuan : menurunkan angka kelahiran dan meningkatkan kesehatan ibu sehingga akan
berkembang HKKBS
Ruang lingkup kegiatan :
a. Mengadakan penyuluhan KB baik di puskesmas dan posyandu kegiatan penyuluhan ini
adalah konseling pada PUS.
b. Menyediakan alat-alat kontrasepsi
c. Menjelaskan fungsi dan efek samping alat kontrasepsi.

Pengobatan Ibu dan Anak

Tujuan : memberikan pengobatan dan perawatan di puskesmas


Ruang lingkup kegiatan:
a.

Menegakkan diagnose, memberikan pengobatan untuk yang berobat jalan atau

pelayanan rawat inap di puskesmas.


b. Merujuk penderita sesuai dengan jenis pelayanan yang diperlukan
c. Menyelenggarakan puskel. .
E. Kualitas Keluarga
1. Pendidikan
2. Usia pernikahan
3. Kedudukan wanita dalam keluarga
4. Perilaku bersih dan sanitasi lingkungan pemukiman
5. kemiskinan
6. Hambatan geografis , jarak yang jauh

F. Kualitas Pelayanan Kesehatan Ibu , Bayi dan Anak


1. Pelayanan untuk ibu hamil dan bayi
Belum menjangkau 22 % ( sekitar 1,1juta) bumil dan bayi yang baru terlayani
Karena factor geografis, sebaran pendudukm kondisi sosial ekonomi status perempuan
dan tingkat pendidikan masyarakat (DEPKES 1997)
2. Persalinan
Di tolong oleh dukun 47,5% dari sekitar 2,3 juta

persalinan ,

8,2% dari sekitar 400.000 persalinan, tanpa penolong

keluarga
1,5 % sekitar 75000

persalinan
Sebagian besar persalinan dirumah 71.9% (SKRT 1995)
3.Posyandu/ deteksi dan intervensi dini
4.BKB,PADU,PPA,TPA,TK jangkauannya masih kecil
Hambatan geografis dan sebaran penduduk yang tidak merata
Pembinaan yang dilaksanakan kurang intensif tidak berkesinambungan perlu dilakukan
monitoring tidak ganya project oriented.
G. Dampak Pada Bayi dan Anak
1) BBLR <2,5kg : 450.000 pertahun
2) Perawatan BBL < 1 bulan tidak memadai
3) Status gizi bayi dan anak
4) status imunisasi :10%(450.000) imunisasi dasar belum lengkap
5) Kesehatan gigi
6)Penyakit dan kematian bayi dan anak , ada hambatan geografis dan kemiskinan
7) Perkembangan terlambat menjadi kecerdasan kurang
8) Masalah pendidikan
9) Masalah sosial lain
a.
Anak yang dipaksa kerja 2,5 juta jiwa
b.
Anak jalanan 150.000 jiwa
c.
Eksploitasi seksual 40.000-70.000 anak
d.
Perlakuan salah terhadap anak
e.
Kriminalitas / masuk penjara 4000 anak
f.
Penelantaran
g.
Penggunaan napza 1juta
h.
Anak di pengungsian , yatim piatu, cacat
H.

Upaya-upaya untuk menurunkan morbiditas-mortalitas

meningkatkan

kualitas tumbuh kembang dan perlindungan anak.


1.
LANGSUNG PADA BAYI/ ANAK
Pertolongan persalinan dan BBL oleh nakes di sarana kesehatan
Pencegahan dan penanggulangan penyakit menular : imunisasi , perilaku bersih
Program perbaikan gizi : penggunaan ASI, makanan tambahan setelah 6 bulan,
pemberantasan kecacingan, perawatan gigi,prioritas keluarga miskin.
Stimulasi dini : kognitif ( kecerdasan), afektif (emosi, kasih sayang) , psikomotor
(keterampilan gerak, bicara, bahsa, social) melalui BKB,PADU/ECD
Pemantauan tumbuh kembang secara teratur.
2.
MELALUI IBU
Memperbaiki status gizi ibu : kurang gizi kronik , anemia, kekurangan yodium
Meningkatkan pendidikan ibu : kemampuan membaca, menyerap dan menerapkan

informasi
Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan ibu:
1.Perencanaan keluarga
2.Kesehatan ibu : pencegahan anemia, infeksi , kurang gizi
3. Perawatan kehamilan
4. Persalinan yang aman
5. Perawatan bayi/ balita
6. Stimulasi bayi-balita sejak dini
7. Perilaku bersih
Meningkatkan pengetahuan dan sikap ibu tentang : hak-hak anak,pencegahan perlkauan
salah pada anak, penelantaran anak, eksploitasi anak, dampak putus sekolahm
terpaksa bekerja, anak jalanan, anak di pengungsianm penggunaan NAPZA
Menigkatkan keterampilan ibu dalam ekonomi
3. MELALUI REMAJA PEREMPUAN (CALON IBU)
Meningkatkan kesehatan remaja :
1.
Perbaikan status gizi
2.
Imunisasi
3.
Pencegahan infeksi
4.
Pencegahan penggunaan NAPZA
5.
Kehamilan remaja
6.
Kecelakaan
Peningkatan pengetahuan dan sikap remaja
1.
Perencanaa keluarga
2.
Perawatan kehamilan
3.
Perencanaan persalinan yang aman
4.
Perawatan bayi/balita
5.
Stimulasi bayi-balita
6.
Perilaku bersih
Melibatkan remaja perempuan dalam kegiatan posyandu, KB, untuk meningkatkan
pengetahuan keterampilab dan kesiapan remaja menjadi calon ibu
Hak hak anak, pencegahan prilaku salah pada anak,pengabaian penelantaran anak,
eksploitasi anak,dll
4. MELALUI KELUARGA
Menigkatkan pendidikan ayah
Kemampuan membaca menyerap dan
menerapkan informasi
Meningkatkan keterampilan ekonomi keluarga, peningkatan penghasilan , pemanfaatan
potensi di rumahtangga
Meningkatkan pengetahuan sikap ayah tentang:
1.
Perencaan keluarga
2.
Kesehatan ibu
3.
Perawatan kehamilan

4.
Perencanaa persalinan yang aman
5.
Perawatan bayi- balita sejak dini
6.
Stimulasi bayi-balita sejak dini
7.
Prilaku bersih
Meningkatkan pengetahuan dan sikap ayah mengenai hak-hak anak pencegahan
prilaku salah pada anak,penelantaran anal,eksploitasi anak dampak putus sekolah,
anak jalanan, anak dipengungsian penggunaan NAPZA,dll

2.4.1

PROGRAM KESEHATAN OLEH PEMERINTAH DALAM PENCEGAHAN DAN


PENINGKATAN KESEHATAN IBU DAN ANAK
Gebrakan Pak Harto Menyehatkan Ibu dan Anak
Kesehatan ibu dan anak masih menjadi masalah di Indonesia.Padahal, dulu Pak
Harto telah mengembangkan Posyandu yang diakui berhasil memberi kehidupan yang
lebih baik bagi ibu dan anak.
Kepala Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Sonny
Harry Budiutomo Harmadi mempunyai kabar tak baik. Awal tahun ini (2012), dia
mengatakan bahwa setengah dari sekitar 260 ribu Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)
di Indonesia kini tak aktif lagi. Menurut Sonny, kurangnya dukungan politik, pendanaan,
dan minimnya sukarelawan menyebabkan hal itu.
Zaman sudah berubah.Orang-orang kini tak bangga lagi menjadi sukarelawan
Posyandu, kata Sonny seperti dikutip The Jakarta Globe.
Komitmen Pak Harto Terhadap Ibu dan Anak
Padahal, Posyandu menjadi garda terdepan dalam upaya pencegahan penyakit,
khususnya pada ibu dan anak.Apalagi, metode pencegahan kini dijadikan prioritas
ketimbang penyembuhan oleh Kementerian Kesehatan.Namun demikian, Kementerian
Kesehatan seolah melupakan Posyandu dan membiarkannya berjalan tanpa arahan
dan dukungan.
Dikembangkan atas prakarsa Presiden Soeharto pada 1984, Posyandu dulu
pernah menjadi kebanggaan rakyat.Setiap bulannya, rakyat berbondong-bondong
mendatangi Posyandu yang dikelola berbasiskan komunitas. Tenaga sukarelawan
kesehatan di Posyanduyang telah mendapatkan pelatihan dari dinas kesehatan
setempatmemberikan panduan kesehatan bagi ibu hamil dan ibu menyusui. Selain
itu, Posyandu juga memberi vaksinasi dan makanan suplemen kepada bayi dan

balita.Posyandu juga menjadi media deteksi dini kasus-kasus malnutrisi dan


kekurangan gizi pada bayi dan balita.
Gebrakan Pak Harto lewat Posyandu memang menunjukkan hasil signifikan.
Survei Demogarafi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 menunjukkan angka
kematian ibu melahirkan menurun dari 390 kematian per 100.000 kelahiran pada 1990
menjadi 228 kasus pada 2007. Angka kematian bayi menurun dari 70 kematian per
1.000 bayi lahir pada 1986 menjadi 34 pada 2007. Demikian pula angka kematian
balita, yang menurun dari 69 kematian per 1.000 kelahiran pada 1993 menjadi 44 pada
2007. Prestasi tersebut bahkan membuat Honduras mengadopsi konsep Posyandu dan
malah mengembangkannya lebih baik daripada Indonesia saat ini.
Hari ini, Posyandu memang tampak tak begitu

efektif

daripada

sebelumnya.Perkembangannya sepertinya mengalami perlambatan.


Ini terlihat pada data SDKI 2007.Meskipun angka kematian ibu terus menurun,
perkembangan rerata angka kematian bayi baru lahir justru melambat.Sejak 2003
hingga 2007, angka kematian bayi hanya berkurang satu dari 35 kematian per 1.000
kelahiran menjadi hanya 34 pada 2007.Ini perkembangan paling lambat sejak 2000.
Sementara itu, angka kematian balita hanya turun dua, dari 46 kematian per 1.000
kelahiran pada 2000 menjadi hanya 44 pada 2005. Lagi-lagi angka perkembangan
terlambat sejak 2000.
Kepemimpinan Pak Harto dalam Kesehatan Ibu Dan Anak
Menurut Jeremy Shiffman dari American Public Health Associationdalam
artikel Generating Political Priority for Maternal Mortality Reduction in 5 Developing
Countries yang dimuat dalam American Journal of Public Healthkeberhasilan
Pemerintah Orde Baru menurunkan angkan kematian ibu dan anak didorong oleh apa
yang dia sebuah sebagai political entrepreneurship yang dimiliki Pak Harto. Shiffman
menulis Pak Harto memimpin langsung kampanye kebijakan, menambah anggaran
untuk mengurangi angka kematian ibu dan anak, dan memobilisasi pemerintah provinsi
serta kabupaten/kota untuk memerhatikan masalah yang sama.
Selama kepemimpinan Pak Harto, Puskesmas dan Posyandu menjadi ujung
tombak sekaligus implementasi program di bidang kesehatan.Pelayanan kesehatan dan
Posyandu yang tersebar hingga desa terpencil berhasil menekan angka kematian bayi,
mengendalikan penyebaran penyakit menular, dan memperbaiki kondisi kesehatan

masyarakat.
Puskesmas yang digagas Bung Karno berkembang pesat di era Pak Harto.
Melalui program Inpres Sarana Kesehatan pada 1994 hingga 1995 telah 6.984 unit
Puskesmas, 20.477 unit Puskesmas Pembantu, dan 3.794 unit Rumah Dinas untuk
dokter di daerah terpencil pun berdiri.
Dalam memenuhi kebutuhan tenaga medis, Pak Harto mengupayakan
penempatan dokter di daerah-daerah tertinggal yang dikenal dengan program dokter
Inpres Desa Tertinggal (IDT). Pada 1994-1995 telah ditempatkan lebih dari 3.000 dokter
PTT dan 800 dokter gigi PTT.Jumlah tersebut terus meningkat untuk tahun-tahun
berikutnya.
Gebrakan menarik lain adalah pengadaan bidan ketika akseptor dan calon
akseptor Keluarga Berencana (KB) sernakin merebak di berbagai pelosok desa dan
tidak bisa lagi dilayani dokter, karena padukuhan tempat tinggal mereka jauh dari
Puskesmas. Memperhatikan kondisi demikian, Pak Harto menggelar Inpres Bidan
(crash program pengadaan bidan) dengan membuka sekolah bidan di mana-mana dan
dalam tiga tahun kebutuhan bidan terpenuhi.
Secara khusus, Posyandu menjadi pusat penyebaran informasi betapa
pentingnya KB dan pelayanan kesehatan sebelum dan setelah persalinan.Posyandu
mengajarkan warga bagaimana mengelola nutrisi yang baik, pakaian yang bersih, dan
rumah yang sehat.
Namun seiring berjalannya waktu, kegiatan Posyandu yang awalnya begitu aktif
digelar di kampung-kampung itu akhirnya semakin ditinggalkan.Kegiatan yang begitu
kaya manfaat itu kini harus mati suri.
Dugaan muncul, bahwa kegiatan Posyandu mengalami penurunan karena
terpengaruhi oleh situasi politik pasca 1998. Sebagaimana kita ketahui, ketika reformasi
bergulir, segala yang berbau Orde Baru pun ikut ditinggalkan meskipun positif,
termasuk Posyandu.
Selain itu, tampaknya era desentralisasiyang disebut otonomi daerahjuga
menjadi salah satu pemicu penurunan aktivitas posyandu.Kebijakan pelayanan
kesehatan

kini

sudah

menjadi

kewenangan

pemerintah

daerah.

Sedangkan

kemampuan dan kesadaran pemerintahan daerah terhadap pelayanan kesehatan,


termasuk dalam masalah Posyandu tidak sama. Hal ini kemudian berakibat pada
kecilnya persentase anggaran daerah (APBD) dalam masalah pelayanan kesehatan,

khususnya kesehatan ibu dan anak.


Shiffman juga melihat faktor tersebut.Dia menulis ketika pada 1998 terjadi
desentralisasi, tak ada lagi prioritas pada kebijakan kesehatan ibu dan anak.Kapasitas
Pemerintah Pusat untuk mengarahkan pemerintah daerah melemah.Kini pemerintah
daerah lebih suka memfokuskan sumberdaya yang ada kepada hal-hal populisyang
bisa memberi mereka suara dalam pemiluseperti pembangunan jalan.
Posyandu Harus Direviltalisasi
Meskipun terkendala sejumlah persoalan di atas, Posyandu mutlak direvitalisasi
karena beberapa hal berikutyang sejatinya menjadi konsepsi dan pemikiran Pak
Harto saat mengembangkan Posyandu.
Pertama, Posyandu membantu warga untuk tetap sehat sehingga pendapatan
bisa digunakan untuk kebutuhan lain. Terlebih lagi, mengurangi ketergantungan warga
kepada Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) tentu akan menghemat
penggunaan anggaran negara.
Kedua, peran Posyandu sangat krusial ketika ketersediaan tenaga dokter masih
belum memadai.Meskipun jumlahnya meningkat, dokter praktik umum tak tersebar
secara merata. Rasio dokter per populasi antara kota dan desa sangatlah senjang,
yakni 32 berbanding 6 per 100.000 populasi. Sebab, banyak dokter enggan bekerja di
wilayah

pedesaan,

terkecuali

pengorbanan

yang

mereka

hadapikehilangan

kesempatan dan penghasilan lebih tinggi di kotadikompensasi dengan penghargaan


yang pantas.
Ketiga, Posyandu mengurangi ketergantungan berlebihan masyarakat kepada
penggunaan obat-obatan.
Untuk merevitalisasi Posyandu, Kementerian Kesehatan harus to mengkaji kembali
konsep awal Posyandu. Konsep Posyandu adalah konsep kesehatan komunal, dimana
warga di suatu wilayah secara kolektif bertanggung jawab terhadap kesehatan satu
sama lain.
Kunci sukses Posyandu pada era kepemimpinan Pak Harto adalah kemampuan
pemerintahannya melibatkan dan memobilisasi warga baik sebagai subjek maupun
objek pelayanan kesehatan serta mengadaptasi proyek itu ke dalam konteks lokal.
Posyandu pada dasarnya bertujuan mengakomodasi kapasitas keuangan warga,
mengintegrasikan pengetahuan komunitas, dan mengunakan segala sumberdaya lokal

yang tersedia.Hasilnya, masyarakat yang berpartisipasi dalam proyek ini mampu


mengidentifikasi masalah mereka dan mencarikan solusinya. Yang lebih penting, warga
kemudian menjadi sadar akan manfaat Posyandu sehingga mereka secara sukarela
bersedia untuk membantu agar Posyandu tetap ada di lingkungan mereka.

Posyandu sukses ketika itu karena kepemimpinan Pak Harto berinisiatif dan mampu
mengembangkan inisiatif itu untuk mengatasi masalah lokal. Dan yang tak kalah
penting, Pak Harto sangat menjaga kesinambungan dari setiap kebijakan yang ia
jalankan.

Anda mungkin juga menyukai