menempati
presentase
tertinggi
penyebab
kematian
ibu
(28%),anemia dan kekurangan energi kronis (KEK) pada ibu hamil menjadi penyebab
utama terjadinya pendarahan dan infeksi yang merupakan factor kematian ibu di
berbagai Negara paling sedikit seperempat dari seluruh kematian ibu di sebabkan oleh
pendarahan . proporsinya berkisar antara kurang dari 10 % sampai 60% walaupun
seorang
perempuan
bertahan
hidup
setelah
mengalami
pendarahan
pasca
persalinan ,namun dia akan menderita akibat kekurangan darah yang berat (anemia
berat) dan akan mengalami masalah kesehatan yang berkepanjangan .
Eklamsia
Persentase
tertinggi
kedua
penyebab
kematian
ibu
adalah
eklamsia
(24%),kejang bias terjadi pada pasien dengan tekanan darah tinggi , hipertensi, yang
tidak terkontrol sat persalina. Hipertensi dapat terjadi karena kehamilan,dan akan
kembali normal bila kehamilan sudah berakhir .namun ada juga yang tidak kembali
normal setelah bayi lahir kondisi ini akan menjadi lebih berat bila hipertensi sudah di
derita ibu sebelum hamil. (profil kesehatan Indonesia ,2007)
Infeksi
Sedangkan persentase tertinggi ke tiga penyebab kematian ibu melahirkan
adalah infeksi (11%)
Tiga penyebab diatas sebagai seorang bidan harus mengatasinya , dimana
merupakan suatu upaya pencegahan penyakit yang berkaitan dengan kesehatan ibu
dan anak.dari itu ada beberapa program kesehatan yang terkait dalam peningkatan
status kesehatan ibu dan anak.
IBU HAMIL
berpengaruh kepada ibu hamil sendiri dan juga kesehatan sang janin.
Menjaga kebersihan lingkungan ibu hamil
Mengenali tanda bahaya kehamilan dan persalinan
Melakukan vaksinasi dalam masa kehamilan
Pemeriksaan kesehatan kehamilan secara rutin
TUJUAN PROGRAM
Tujuan program pencegahan penyakit dalam peningkatan status kesehatan ibu
dan anak:
Menurunkan kematian (mortality) dan kejadian sakit (mobility) dikalangan ibu, kegiatan
program ini ditujukan untuk menjaga kesehatan ibu selama kehamilan , bersalin dan
menyusui.
Meningkatkan kesehatan anak melalui pemantauan status gizi dan pencegahan sedini
mungkin berbagai penyakit yang bisa dicegah dengan imunisasi dasar sehingga anak
dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.
RUANG LINGKUP PROGRAM
Ruang lingkup kegiatan KIA terdiri dari kegiatan pokok dan integrative.
program gizi).
anemia, kekurangan gizi dll. Akibat yang terjadi dari adanya komplikasi-komplikasi
dapat dikurangi dengan diberikannya perawatan prenatal yang baik .tetapi kondisi
sosial ibu dan kehamilannta ini memang sedemikian rupa sehingga kunjungan pada
perwanan prenatal seringkali dilupakan / terlambat / dilakukan dengan tidak teratur.
Perlu pemberian pendidikan tentang gizi, asupan tablet zat besi atau vitamin.
Komplikasi selama kehamilan . perannya adalah mengkaji memberitahu factor-faktor
resiko, mendeteksi dan menangani komplikasi yang terjadi.
c. Pemberian vitamin A zat besi untuk bumil dan susu. Pemberian obat cacing untuk anak
yang kurang gizi.
Tujuan : menurunkan angka kelahiran dan meningkatkan kesehatan ibu sehingga akan
berkembang HKKBS
Ruang lingkup kegiatan :
a. Mengadakan penyuluhan KB baik di puskesmas dan posyandu kegiatan penyuluhan ini
adalah konseling pada PUS.
b. Menyediakan alat-alat kontrasepsi
c. Menjelaskan fungsi dan efek samping alat kontrasepsi.
persalinan ,
keluarga
1,5 % sekitar 75000
persalinan
Sebagian besar persalinan dirumah 71.9% (SKRT 1995)
3.Posyandu/ deteksi dan intervensi dini
4.BKB,PADU,PPA,TPA,TK jangkauannya masih kecil
Hambatan geografis dan sebaran penduduk yang tidak merata
Pembinaan yang dilaksanakan kurang intensif tidak berkesinambungan perlu dilakukan
monitoring tidak ganya project oriented.
G. Dampak Pada Bayi dan Anak
1) BBLR <2,5kg : 450.000 pertahun
2) Perawatan BBL < 1 bulan tidak memadai
3) Status gizi bayi dan anak
4) status imunisasi :10%(450.000) imunisasi dasar belum lengkap
5) Kesehatan gigi
6)Penyakit dan kematian bayi dan anak , ada hambatan geografis dan kemiskinan
7) Perkembangan terlambat menjadi kecerdasan kurang
8) Masalah pendidikan
9) Masalah sosial lain
a.
Anak yang dipaksa kerja 2,5 juta jiwa
b.
Anak jalanan 150.000 jiwa
c.
Eksploitasi seksual 40.000-70.000 anak
d.
Perlakuan salah terhadap anak
e.
Kriminalitas / masuk penjara 4000 anak
f.
Penelantaran
g.
Penggunaan napza 1juta
h.
Anak di pengungsian , yatim piatu, cacat
H.
meningkatkan
informasi
Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan ibu:
1.Perencanaan keluarga
2.Kesehatan ibu : pencegahan anemia, infeksi , kurang gizi
3. Perawatan kehamilan
4. Persalinan yang aman
5. Perawatan bayi/ balita
6. Stimulasi bayi-balita sejak dini
7. Perilaku bersih
Meningkatkan pengetahuan dan sikap ibu tentang : hak-hak anak,pencegahan perlkauan
salah pada anak, penelantaran anak, eksploitasi anak, dampak putus sekolahm
terpaksa bekerja, anak jalanan, anak di pengungsianm penggunaan NAPZA
Menigkatkan keterampilan ibu dalam ekonomi
3. MELALUI REMAJA PEREMPUAN (CALON IBU)
Meningkatkan kesehatan remaja :
1.
Perbaikan status gizi
2.
Imunisasi
3.
Pencegahan infeksi
4.
Pencegahan penggunaan NAPZA
5.
Kehamilan remaja
6.
Kecelakaan
Peningkatan pengetahuan dan sikap remaja
1.
Perencanaa keluarga
2.
Perawatan kehamilan
3.
Perencanaan persalinan yang aman
4.
Perawatan bayi/balita
5.
Stimulasi bayi-balita
6.
Perilaku bersih
Melibatkan remaja perempuan dalam kegiatan posyandu, KB, untuk meningkatkan
pengetahuan keterampilab dan kesiapan remaja menjadi calon ibu
Hak hak anak, pencegahan prilaku salah pada anak,pengabaian penelantaran anak,
eksploitasi anak,dll
4. MELALUI KELUARGA
Menigkatkan pendidikan ayah
Kemampuan membaca menyerap dan
menerapkan informasi
Meningkatkan keterampilan ekonomi keluarga, peningkatan penghasilan , pemanfaatan
potensi di rumahtangga
Meningkatkan pengetahuan sikap ayah tentang:
1.
Perencaan keluarga
2.
Kesehatan ibu
3.
Perawatan kehamilan
4.
Perencanaa persalinan yang aman
5.
Perawatan bayi- balita sejak dini
6.
Stimulasi bayi-balita sejak dini
7.
Prilaku bersih
Meningkatkan pengetahuan dan sikap ayah mengenai hak-hak anak pencegahan
prilaku salah pada anak,penelantaran anal,eksploitasi anak dampak putus sekolah,
anak jalanan, anak dipengungsian penggunaan NAPZA,dll
2.4.1
efektif
daripada
masyarakat.
Puskesmas yang digagas Bung Karno berkembang pesat di era Pak Harto.
Melalui program Inpres Sarana Kesehatan pada 1994 hingga 1995 telah 6.984 unit
Puskesmas, 20.477 unit Puskesmas Pembantu, dan 3.794 unit Rumah Dinas untuk
dokter di daerah terpencil pun berdiri.
Dalam memenuhi kebutuhan tenaga medis, Pak Harto mengupayakan
penempatan dokter di daerah-daerah tertinggal yang dikenal dengan program dokter
Inpres Desa Tertinggal (IDT). Pada 1994-1995 telah ditempatkan lebih dari 3.000 dokter
PTT dan 800 dokter gigi PTT.Jumlah tersebut terus meningkat untuk tahun-tahun
berikutnya.
Gebrakan menarik lain adalah pengadaan bidan ketika akseptor dan calon
akseptor Keluarga Berencana (KB) sernakin merebak di berbagai pelosok desa dan
tidak bisa lagi dilayani dokter, karena padukuhan tempat tinggal mereka jauh dari
Puskesmas. Memperhatikan kondisi demikian, Pak Harto menggelar Inpres Bidan
(crash program pengadaan bidan) dengan membuka sekolah bidan di mana-mana dan
dalam tiga tahun kebutuhan bidan terpenuhi.
Secara khusus, Posyandu menjadi pusat penyebaran informasi betapa
pentingnya KB dan pelayanan kesehatan sebelum dan setelah persalinan.Posyandu
mengajarkan warga bagaimana mengelola nutrisi yang baik, pakaian yang bersih, dan
rumah yang sehat.
Namun seiring berjalannya waktu, kegiatan Posyandu yang awalnya begitu aktif
digelar di kampung-kampung itu akhirnya semakin ditinggalkan.Kegiatan yang begitu
kaya manfaat itu kini harus mati suri.
Dugaan muncul, bahwa kegiatan Posyandu mengalami penurunan karena
terpengaruhi oleh situasi politik pasca 1998. Sebagaimana kita ketahui, ketika reformasi
bergulir, segala yang berbau Orde Baru pun ikut ditinggalkan meskipun positif,
termasuk Posyandu.
Selain itu, tampaknya era desentralisasiyang disebut otonomi daerahjuga
menjadi salah satu pemicu penurunan aktivitas posyandu.Kebijakan pelayanan
kesehatan
kini
sudah
menjadi
kewenangan
pemerintah
daerah.
Sedangkan
pedesaan,
terkecuali
pengorbanan
yang
mereka
hadapikehilangan
Posyandu sukses ketika itu karena kepemimpinan Pak Harto berinisiatif dan mampu
mengembangkan inisiatif itu untuk mengatasi masalah lokal. Dan yang tak kalah
penting, Pak Harto sangat menjaga kesinambungan dari setiap kebijakan yang ia
jalankan.