Anda di halaman 1dari 134

TUGAS AKHIR

Analisis Tingkat Pencemaran Udara Pada Kawasan


Terminal Malengkeri Di Kota Makassar

Disusun oleh:
Yasti Nurul Inayah
D121 10 104

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015

ABSTRAK

Yasti Nurul Inayah. Studi Tingkat Kualitas Udara Pada Kawasan Terminal
Malengkeri di Makassar. (dibawah bimbingan Dr. Eng. Ir. Muh Isran Ramli,
S.T.,M.T. dan Dr. Eng. Muralia Hustim , S.T.,M.T.)
Terminal merupakan sebuah prasarana transportasi jalan untuk keperluan
menaik-turunkan penumpang, perpindahan intra atau antar moda transportasi serta
mengatur kedatangan dan keberangkatan kendaraan umum. Salah satu faktor untuk
mencapai kondisi lingkungan terminal yang baik adalah terhindar dari pencemaran
udara. Dimana terminal yang diteliti adalah Terminal Malengkeri Makassar yang
berlokasi di Jalan Sultan Alaudin dan Jalan Malengkeri.
Penelitian ini dilakukan denagn cara mengukur kualitas udara menggunakan
mobil laboratorium kualitas udara dengan metode otomatis dan mengambil 5 titik
lokasi pengujian yang disebar didalam kawasan terminal. Penelitian dilakukan selama
2 hari mewakili 1 hari kerja dan 1 hari libur. Parameter yang diukur adalah Silfur
Dioksida (SO2), Nitrogen Dioksida (NO2), Karbon Monoksida (CO), Karbon
Dioksida (CO2), Hidrogen (H2), Hidrogen Sulfida (H2S), dan Klorida (Cl2).
Baku mutu udara ambien yang diperoleh dalam terminal adalah untuk
parameter SO2 pada hari kerja sebesar 151,93 g/m3 dan hari libur sebesar 122,05
g/m3, untuk parameter NO2 pada hari kerja sebesar 119,01 g/m3 dan hari libur
sebesar 82,38 g/m3, untuk parameter CO pada hari kerja sebesar 21,01 g/m3 dan
hari libur sebesar 23,79 g/m3, dan untuk parameter Cl2 pada hari kerja sebesar 56,43
g/m3 dan hari libur sebesar 53,16 g/m3. Hasil penelitian seluruh titik sampel masih
jauh dibawah standar baku mutu udara ambien dalam PP No. 41 Tahun 1999.
Sedangkan untuk Indeks Standar Pencemaran Udara pada kawasan terminal pada hari
kerja dan hari libur untuk parameter SO2 dan NO2 dalam kategori baik dan untuk CO
pada hari kerja dan hari libur dalam kategori tidak sehat sesuai dengan Keputusan
Bapedal No 107 Tahun 1997. Melihat kondisi tersebut maka diusulkan untuk
melakukan penanganan kualitas udara yang mungkin dapat dilakukan dengan
menjaga lingkungan disekitar terminal.
Kata Kunci : Kualitas udara, Terminal Malengkeri, Kota Makassar, Sulfur Dioksida,
Nitrogen Dioksida, Karbon Monoksida, Karbon Dioksida, Hidrogen, Hidrogen
Sulfida, Klorida

ABSTRACT

Yasti Nurul Inayah. Air Quality Levels in The Study area of Terminal was
Malengkeri in Makassar. (Supervised by Dr. Eng. Ir. Muh Isran Ramli, S.T.,M.T.
and Dr. Eng. Muralia Hustim , S.T.,M.T.)
The terminal is a transportation road for the purposes of ride-relegated
passaengers, the displacement intra or inter wheels transportation as well as maintain
of arrivals and departures a public transport. One of the factor to achieve
environmental conditions is a fine void the air pollution. Where terminal that in
meticulous is Terminal Malengkeri Makassar which is located on Sultan Alaudin and
the malengkeri road.
This experiment in do with way to measure the quality of the air using a
laboratory the quality of the air with a method of automatic and take five locations
testing deployed in the area. Research in doing over two days represent one day
working day and one holiday. Parameter that measured is Sulfur Dioxide (SO2 ),
Nitrogen Dioxide (NO2), Carbon Dioxode (CO), Carbon Monoxide (CO2), Hydrogen
(H2), Hydrogen Sulphide (H2 S), and Chlorida (Cl2).
Standar quality ambient air obtained the bus station to the parameters of SO2
on working day is 151,93 g/m3 and holiday is 122,05 g/m3. To the parameters is
NO2 on working day is 119,01 g/m3 and holiday is 82,38 g/m3. To parameters CO
on working day is 21,01 g/m3 and holiday is 23,79 g/m3 as much as. To parameters
Cl2 on working day is 56,43 g/m3 and holiday is 53,16 g/m3. The results of research
the entire sample is still far below the standard quality ambient air in government
regulation No.40 years of 1999. While for pollution standard index on terminal area
on working days and holiday for SO2 draught parameters, NO2 in the category for
good and CO on working days and holiday in a category not healthy as on decision
No 107 Bapedal 1997. Seeing this condition proposed to andle the quality of the air
that may be can be done by protecting the environment terminal around.
Key Words : Air Quality, Terminal Malengkeri, Makassar City, Sulfur Dioxide,
Nitrogen Dioxide, Carbon Dioxode, Carbon Monoxide, Hydrogen, Hydrogen
Sulphide, Chlorida.

KATA PENGANTAR

Pertama-tama penulis menyampaikan syukur alhamdulillah kepada Allah


SWT atas semua rahmat dan ridho-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas akhir ini dengan judul Analisis Tingkat Pencemaran Udara Pada
Kawasan Terminal Malengkeri Makassar
Penyusunan tugas akhir ini dimaksudkan

untuk memenuhi salah satu

persyaratan menyelesaikan Program Pendidikan Strata Satudi Universitas


Hasanuddin Program Studi Lingkungan Jurusan Sipil, Makassar.
Dalam penulisan tugas akhir ini, penulis telah banyak mendapatkan
bantuan dari pihak-pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Ungkapan
terima kasih penulis sampaikan secara tulus, mengingat tanpa bantuan mereka,
penulis merasa kesulitan dan penyusunan tugas akhir ini tidak akan berjalan
sebagaimana

mestinya.

Oleh karenanya, pada kesempatan ini, penulis

menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat :


1. Bapak Dr. Ing Ir. Wahyu Haryadi Piarah, M.S., M.E., selaku Dekan
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin.
2. Bapak Dr. Ir.Muhammad Ramli, M.T. selaku Wakil Dekan I Fakultas
Teknik Universitas Hasanuddin, Ir.Anshar Suyuti, M.T. selaku Wakil
Dekan II Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin , Ir.Syamsu Asri, M.T.
selaku Wakil Dekan III Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin.

iii

3. Bapak Dr. Ir. Muhammad Arsyad Thaha, MT, selaku Ketua Jurusan Sipil
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
4. Bapak Ir. H. Achmad Bakri Muhiddin, MSc. Ph.D selaku Sekertaris
Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin.
5. Ibu Dr.Ir.Hj.Sumarni Hamid Aly, M.T. selaku Ketua Prodi Teknik
Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin.
6. Bapak Dr. Eng Muhammad Isran Ramli ST,MT selaku Dosen
Pembimbing I.
7. Ibu Dr. Eng Muralia Hustim, ST,MT selaku Dosen Pembimbing II.
8. Bapak dan Ibu Dosen beserta civitas akademik Fakultas Teknik Sipil
Universitas Hasanuddin Makassar.
9. Staf akademik Fakultas Teknik Sipil Universitas Hasanuddin Makassar.
10. Kedua Orang tua dan saudara saya yang senantiasa mendukung saya
dalam penyusunan tugas akhir.
11. Rekan-rekan mahasiswa angkatan 2010 Jurusan Teknik Sipil Fakultas
Teknik Universitas Hasanuddin yang senantiasa memberikan semangat
dan dorongan dalam penyelesaian tugas akhir ini.
12. Rekan-rekan dalam sesama tugas akhir pencemaran udara yang senantiasa
menjadi teman seperjuangan.
13. Teman terbaik Nana Haris yang setia mendengar keluh kesah dan
membantu dalam penyelesaian tugas akhir ini.
14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang turut
membantu dalam penyelesaian tugas akhir ini.
iv

Penulis mengakui bahwa dalam melakukan tugas akhir ini, terdapat


banyak kekurangan dan kelemahan yang terjadi. Oleh karena itu, kritik dan saran
dalam penyusunan tugas akhir ini sangat dibutuhkan oleh penulis demi kemajuan
dan perbaikannya, sekaligus untuk kebaikan penulis. Akhir kata, penulis
mendoakan agar penelitian tugas akhir ini dapat bermanfaat dan menjadi inspirasi
bagi para pembaca.

Makassar, April 2015

Penyusun

DAFTAR ISI
Lembar Judul........................................................................................................... i
Lembar Pengesahan.............................................................................................. ii
Kata Pengantar ......................................................................................................iii
Daftar Isi ................................................................................................................ vi
Daftar Tabel .........................................................................................................viii
Daftar Gambar ...................................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
I.1.

Latar Belakang.................................................................................... I-1

I.2. Rumusan Masalah .............................................................................. I-5


I.3.

Tujuan Penelitian................................................................................ I-6

I.4.

Manfaat Penelitian.............................................................................. I-6

I.5.

Batasan Masalah................................................................................. I-6

I.6. Sistematika Penulisan ........................................................................ 1-8


BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Udara.................................................................................................... II-1

2.1.1 Baku Mutu Udara Ambien ................................................................. II-3


2.1.2 Pencemaran Udara .............................................................................. II-6
2.1.3 Sumber Pencemar ............................................................................... II-7
2.1.4 Jenis Pencemar Udara........................................................................... II-10
2.1.5 Sifat-sifat Pencemaran Udara .............................................................. II-13
2.1.6 Komponen Pencemaran Udara ............................................................ II-14
2.1.7 klasifikasi Lokasi Pemantauan............................................................. II-23
2.2 Standar Pencemaran Udara .................................................................. II-35
2.2.1 Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) ......................................... II-35
2.2.2 Indeks Status Mutu Udara (ISMU)...................................................... II-41
2.3

Terminal ................................................................................................ II-42

2.3.1 Terminal Malengkeri ............................................................................ II-43


2.4 Penelitian Terdahulu............................................................................. II-44

vi

BAB III METODE PENELITIAN


3.1 Kerangka Penelitian............................................................................. III-1
3.2 Studi Pendahuluan .............................................................................. III-2
3.3 Persiapan Lokasi, Waktu, Alat dan Bahan ......................................... III-2
3.3.1 Pemilihan Lokasi Penelitian............................................................... III-2
3.3.2 Waktu Penelitian................................................................................. III-5
3.3.3 Alat dan Bahan Penelitian.................................................................. III-5
3.3.4 Tahapan Pengumpulan Data .............................................................. III-7
3.3.5 Tahap Pengolahan Data dan Analisis ................................................ III-12
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Tampilan Data ....................................................................................... IV-1
4.2 Jenis Polutan.......................................................................................... IV-1
4.3 Analisis dan Perhitungan Konsentrasi Polutan dalam Estimasi
Waktu ................................................................................................... IV-20
4.4 Analisis Perhitungan bedasarkan Indeks Standar Pencemaran
Udara (ISPU)........................................................................................ IV-25
4.5 Hasil perhitungan ISPU pada Kawasan Terminal Malengkeri
Makassar................................................................................................. IV-26
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan............................................................................................ V-1
5.2 Saran .................................................................................................... V-3
DAFTAR PUSTAKA

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Baku Mutu Udara Ambien Nasional ............................................... II-4


Tabel 2.2 Baku Mutu Gas Buang Kendaraan Bermotor .................................. II-5
Tabel 2.3 Metode Pemantauan Kualitas Udara Ambien Menggunakan
Peralata Manual................................................................................. II-29
Tabel 2.4 Parameter dan Periode Waktu Pengukuran ISPU............................ II-35
Tabel 2.5 Batas Indeks Standar Pencemaran Udara......................................... II-34
Tabel 2.6 Kategori Indeks Standar Pencemaran Udara dan
Penjelasannya .................................................................................... II-38
Tabel 2.7 Pengaruh Indeks Standar Pencemaran Udara untuk
Setiap Parameter Pencemar .............................................................. II-40
Tabel 4.1 Hasil Pengukuran Polutan dan Baku Mutu...................................... IV-18
Tabel 4.2 Pemaparan Waktu Standar Pencemar SO2 ....................................... IV-20
Tabel 4.3 Pemaparan Waktu Standar Pencemar NO2 ...................................... IV-21
Tabel 4.4 Pemaparan Waktu Standar Pencemar CO........................................ IV-23
Tabel 4.5 Pemaparan Waktu Standar Pencemar Cl2 ........................................ IV-24
Tabel 4.6 Hasil Indeks Standar Pencemaran Udara ......................................... IV-25
Tabel 4.7 Hasil Perhitungan ISPU pada Kawasan Terminal Malengkeri
Makassar ............................................................................................ IV-27

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kondisi Letusan Gunung Berapi .................................................. II-8


Gambar 2.2 Kondisi Kebakaran Hutan ............................................................. II-9
Gambar 2.3 Kondisi Buangan Asap Pabrik...................................................... II-9
Gambar 2.4 Kondisi Tempat Pembuangan Akhir ........................................... II-10
Gambar 2.5 Sumber Zat Pencemar Udara Ambien.......................................... II-12
Gambar 2.6 Mobil Polusi Udara........................................................................ II-31
Gambar 2.7 Terminal Malengkeri ..................................................................... II-43
Gambar 3.1 Bagan Diagram Alir Penelitian....................................................... III-1
Gambar 3.2 Lokasi Penelitian..........................................................................III-3
Gambar 3.3 Titik Pengukuran ........................................................................... III-4
Gambar 3.4 Alat dan Bahan Penelitian............................................................ III-6
Gambar 3.5 Lokasi Penempatan Alat Penelitian.............................................. III-9
Gambar 3.6 Tampilan Data................................................................................ III-10
Gambar 3.7 Flowchart Langkah pengambilan Data......................................... III-10
Gambar 3.8 Flowchart Pengolahan Data .......................................................... III-12
Gambar 4.1 Tampilan Data................................................................................ IV-1
Gambar 4.2 Grafik Polutan SO2 ........................................................................ IV-2
Gambar 4.3 Grafik Polutan NO2 ....................................................................... IV-5
Gambar 4.4 Grafik Polutan CO ......................................................................... IV-7
Gambar 4.5 Grafik Polutan CO2

............................................................. IV-10

Gambar 4.6 Grafik Polutan H2 ..IV-12


Gambar 4.7 Grafik Polutan H2 S ........................................................................IV-14
Gambar 4.8 Grafik Polutan Cl2 ............................................................ IV-16

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Data Penelitian


Lampiran 2 Pengaturan Pengambilan Data Program DEMS
Lampiran 3 Gambar Rencana dan Pengolahan Data
Lampiran 4 Perhitungan
Lampiran 5 Dokumentasi Penelitian

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Seiring dengan tingginya tingkat mobilisasi dan kebutuhan sarana
transportasi yang mudah, murah dan aman, maka tingkat penggunaan
kendaraan bermotor juga akan meningkat. Hal ini jelas berkaitan erat dengan
pencemaran udara. Udara yang berada di atmosfer mempunyai peran penting
setelah air dalam memberikan kehidupan dipermukaan bumi selain
memberikan oksigen, udara juga mengantarkan suara, bunyi-bunyian,
pendingin benda-benda yang panas, dan dapat pula menjadi media penyebaran
penyakit pada manusia. Pada dasarnya, komposisi udara normal terdiri atas
gas Nitrogen (N) 78,1%, oksigen (O) 20,93%, dan karbon dioksida (CO2)
0,03%, sementara selebihnya berupa gas helium, argon, dan lain-lain. Udara
juga mengandung uap air, debu, bakteri, spora dan sisa tumbuh-tumbuhan
(Chandra, 2006). Akibatnya, Permasalahan udara menyebabkan terjadinya
pencemaran udara yang sudah sangat sering terjadi.
Terjadinya pencemaran udara disebabkan karena adanya zat atau
komponen lain yang masuk kedalam udara ambien baik itu berasal dari
kegiatan manusia atau aktivitas lainnya sehingga mutu udara dapat turun
ketingkat tertentu hingga tidak memenuhi fungsi dari sebagaimana mestinya.

I-1

Sumber pencemaran udara dapat terjadi dimana - mana, baik itu berasal
dari sumber tidak bergerak seperti aktivitas industri, proses alam maupun
lainnya dan sumber yang bergerak yakni buangan emisi kendaraan bermotor.
Penyumbang terbesar dari pencemaran udara berasal dari sumber bergerak,
karena manusia memerlukan kendaraan untuk menunjang kehidupan sehari
hari. Peningkatan pemakaian kendaraan bermotor yang signifikan akan
membawa dampak meningkatnya pemakaian bahan bakar minyak dan dengan
sendirinya polusi udara dari emisi gas buang menjadi hal yang tidak dapat
terelakkan lagi.
Kendaraan bermotor telah lama menjadi salah satu sumber pencemar di
banyak kota besar di dunia. Gas - gas knalpot dari buangan kendaraan
bermotor setiap harinya dapat menimbulkan masalah serius di banyak negara.
Tak terkecuali Indonesia, yang jutaan kendaraannya berbahan bakar bensin
sehingga menjadi sumber pencemar udara terbesar di beberapa kota melebihi
industri dan rumah tangga. Menurut (Setyowidagdo, 2000) 70% total emisi
yang dibuang keudara berasal dari gas buang kendaraan bermotor. Sumber
pencemar dari kendaraan bermotor ini akan mengeluarkan zat zat berbahaya
seperti Oksida Nitrogen (NOx), Hidrokarbon (HC), dan Karbon Monoksida
(COx). Kendaraan bermotor menyumbang hamper 71-89% hidrokarbon, 3473% NOx, dan hampir seluruh karbon monoksida (CO) diudara.

I-2

Data dari Kementrian Lingkungan Hidup (KLH) tahun 2010 menyebutkan


polusi udara dari kendaraan bermotor bensin menyumbang 70% karbon
monoksida (CO), 100% plumbum (Pb), 60% hidro karbon (HC) dan 60%
oksida nitrogen (NOx). Bahkan beberapa daerah yang tinggi kepadatan lalu
lintasnya menunjukkan bahan pencemar seperti Pb, ozon (O) dan CO
melebihi ambang batas yang telah ditetapkan.
Data analisis kualitas udara ambient kota Makassar menujukkan bahwa
kadar CO sekitar 5710 m/Nm3 - 6044 m/Nm3, ozon sekitar 216,3 m/Nm3
267,7 m/Nm3, NO2 sekitar 148,3 m/Nm3, SO2 sekitar 60,3 m/Nm3 63,7
m/Nm3, debu (partikulat) sekitar 702 m/Nm3. Data diatas menunjukkan
bahwa umumnya Kota Makassar masih memenuhi standar baku mutu
terkecuali debu (Susilawati dll, 2009).
Menurut Dinas Perhubungan Kota Makassar, setiap tahunnya jumlah
angka kendaraan di Makassar mengalami peningkatan sekitar 2-5%. Hingga
Januari 2014, total jumlah kendaraan roda dua dan roda empat berkisar antara
8 ribu hingga 10 ribu unit dimana dari segi presentase jumlah kendaraan
pribadi

mencapai

70%

sedangkan

kendaraan

umum

30%.

(Dinas

Perhubungan, 2014)
Dengan tingginya tingkat penggunaan kendaraan bermotor, tidak
terkecuali angkutan umum baik luar maupun dalam provinsi yang melayani
trayek angkutan kota dalam provinsi (AKDP), angkutan kota (ANGKOT) dan
angkutan desa (ANGKUDES) dengan jumah armada 3.275 unit kendaraan
I-3

jenis Mobil Penumpang Umum (MPU) dengan perbandingan persentase 29%


jenis kendaraan umum dan 71% kendaraan pribadi. Bila ditinjau dari aspek
penumpang,

total penumpang

untuk

kedatangan

keberangkatan 914/hari (Awal Rahmat, 2013)

1.390/hari dan

maka jumlah penumpang

akan berbanding lurus dengan banyaknya jumlah kendaraan. Dengan


demikian, penggunaan kendaraan bermotor dikawasan terminal juga akan
mengalami peningkatan yang berakibat pencemaran udara akan semakin
meningkat.
Terminal merupakan sebuah prasarana transportasi jalan untuk keperluan
menaik turunkan penumpang, perpindahan intra dan atau antar moda
transportasi serta mengatur kedatangan dan pemberangkatan kendaraan
umum. Dengan banyaknya aktivitas dalam kawasan terminal, maka perlu
dilakukan pemantauan kualitas udara untuk mengetahui tercemar atau
tidaknya kawasan yang akan diukur tersebut.
Salah satu terminal yang padat dengan aktivitas adalah Terminal
Malengkeri Makassar yang terletak di Jalan Sultan Alaudin dengan luas lahan
26.151 m2, melayani 12 trayek yaitu AKDP, ANGKOT, dan ANGKUDES
dengan total armada 3.257 unit kendaraan jenis Mobil Penumpang Umum
(MPU).
Sistem pemantauan udara dari sisi tehnik pengambilan sampel dapat
dibagi menjadi dua jenis yaitu metode manual dan metode otomatis. Metode
manual sudah sangat umum digunakan pada banyak penelitian terdahulu
I-4

dikarenakan alat yang digunakan sangat mudah didapatkan, berbanding


terbalik dengan penggunaan alat otomatis yang alatnya sangat jarang
dijumpai. Metode otomatis memiliki kelebihan dibandingkan metode manual.
Selain waktu yang diperlukan untuk pengambilan data relatif lebih singkat,
pengukuran juga dapat dilakukan dibeberapa titik sehingga data yang
diperoleh lebih banyak dibandingkan dengan metode manual yang
memerlukan waktu yang lama untuk mengeluarkan hasil data karena harus
melalui pengujian laboratorium terlebih dahulu.
Salah satu kegiatan dalam pengendalian pencemaran udara adalah
pemantauan kualitas udara ambien. Pemantauan kualitas udara memiliki
peranan yang sangat penting dalam menentukan tercemar atau tidaknya udara
pada lokasi pengukuran dengan cara membandingkan hasil pengukuran ke
dalam Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU).
Berdasarkan latar belakang diatas, maka pada penelitian ini akan
membahas mengenai kaitan pencemaran udara yang terjadi dikawasan
terminal di Makassar. Melihat dari kondisi tersebut, maka saya tertarik
mengadakan penelitian sebagai Tugas Akhir dengan judul : Studi Tingkat
Kualitas Udara Pada Kawasan Terminal Mallengkeri Makassar.
1.2

Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan
beberapa permasalahan yaitu :

I-5

a. Bagaimana konsentrasi polutan pada kawasan Terminal Malengkeri di


Makassar?
b. Bagaimana kualitas udara pada kawasan Terminal Malengkeri di
Makassar berdasarkan Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU)?
1.3

Tujuan Penelitian
Setelah peneliti menguraikan latar belakang dan rumusan masalah, maka
tujuan penelitian ini untuk :
a. Menganalisis konsentrasi polutan pada kawasan Terminal Malengkeri
di Makassar.
b. Menganalisis tingkat pencemaran udara dengan menggunakan Baku
Mutu Udara Ambien dan Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU)
dikawasan Terminal Malengkeri di Makassar.

1.4

Manfaat Penelitian
Manfaat yang didapatkan dari penelitian ini adalah :
a. Untuk memberikan gambaran tingkat kualitas udara dikawasan
Terminal Malengkeri di Makassar.
b. Untuk menambah wawasm/an mengenai tingkat kualitas udara di
kawasan Terminal Malengkeri di Makassar.
c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan referensi bagi
peneliti berikutnya

I-6

1.5

Batasan Masalah
Untuk menghindari pembahasan yang meluas dari rumusan masalah maka
penulis memberikan batasan masalah. Adapun batasan-batasan masalah yang
diangkat diantaranya :
a. Pengambilan lokasi sampel penelitian dilakukan di kawasan Terminal
Mallengkeri Makassar sebanyak 5 (lima) titik pengukuran lokasi yaitu
lokasi pertama daerah warung makan dalam terminal, lokasi kedua
gerbang keluar ke jalan mallengkeri, lokasi ketiga gerbang masuk dari
arah jalan mallengkeri, lokasi keempat parkiran dalam kawasan
terminal, lokasi kelima gerbang keluar ke jalan sultan alauddin.
b. Pengambilan sampel dilakukan selama 2 hari mewakili hari kerja dan
hari libur dimana penelitian hari kerja dilakukan pada tanggal 20
Februari 2015 dan penelitian hari libur pada tanggal 29 Maret 2015
dengan pengukuran dilapangan selama satu jam tiap titik pengukuran
dan di estimasikan ke waktu pemaparan standar.
c. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah pemantauan tingkat
kualitas udara dengan pengukuran otomatis
d. Metode dalam pengolahan data menggunakan metode perhitungan
Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU)
e. Parameter udara yang diukur meliputi Sulfur Dioksida (SO2), Nitrogen
Dioksida (NO2), Kabon Monoksida (CO), Karbon Dioksida (CO2),
Klorida (Cl2), Hidrogen (H2) dan Hidrogen Sulfida (H2 S).
I-7

f. Penelitian ini tidak membahas faktor meteorologi seperti suhu,


kelembaban, arah angin, dan jumlah kendaraan.
g. Data hasil penelitian merupakan kondisi pada saat data penelitian
diambil dan tidak relevan digunakan untuk penelitian selanjutnya.
1.6

Sistematika Penulisan
Penulisan laporan tugas akhir ini terdiri dari beberapa bab, dimana masing
masing bab membahas masalah tersendiri, selanjutnya sistematika laporan ini
sebagai berikut :
BAB I.

PENDAHULUAN
Bab 1 ini membahas tentang latar belakang penelitian, perumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah dan
sistematika penulisan.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


Bab 2 ini membahas tentang suatu landasan teori dari suatu
penelitian tertentu atau karya ilmiah sering juga disebut sebagai
studi literatur atau tinjauan pustaka
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
Bab 3 ini membahas tentang bagan diagram alir penelitian, studi
pendahuluan, lokasi dan waktu penelitian, bahan dan peralatan
penelitian, persiapan dan tahapan pengumpulan dan pengambilan
data, dan tahap pengolahan dan analisis data.

I-8

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


Bab 4 ini menjelaskan hasil dan pembahasan akhir penelitian tugas
akhir. Hal tersebut menjelaskan antara lain deskripsi kondisi objek
dan permasalahnnya, uraian aktivitass, dan evaluasi penelitain
tugasa akhir serta penjadwalan saat penelitian tugas akhir
BAB V. PENUTUP
Bab 5 ini berisi hasil data analisis yang telah dilakukan pada bab
sebelumnya yang merupakan kesimpulan dari hasil analisis data
yang telah dilakukan. Setelah itu pula terdapat saran atau
rekomendasi yang akan diberikan kepada pihak yang terkait
sehubungan dengan isi dari tugas akhir ini .

I-9

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.

Udara
Udara adalah suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan yang
mengelilingi bumi. Komposisi campuran gas tersebut tidak selalu konstan.
Kualitas dari udara yang telah berubah komposisinya dari komposisi udara
alamiahnya adalah udara yang sudah tercemar sehingga tidak dapat
menyangga kehidupan. Udara merupakan komponen kehidupan yang sangat
penting untuk kelangsungan hidup manusia maupun makhluk hidup lainnya
seperti tumbuhan dan hewan (Fardiaz, 1992)
Menurut Darmono (2006), apabila kita menghirup udara dalam dalam, sekitar 99% dari udara yang kita hirup adalah gas nitrogen dan
oksigen. Kita juga menghirup gas lain dalam jumlah yang sangat sedikit. Pada
beberapa hasil penelitian dilaporkan bahwa diantara gas yang sangta sedikit
tersebut diidentifikasi sebagai gas pencemar. Didaerah perkotaan yang ramai,
gas pencemar berasal dari asap kendaraan, gas buangan pabrik, pembangkit
tenaga listrik, asap rokok, larutan pembersih dan sebagainya yang
berhubungan erat dengan aktifitas manusia.
Gas pencemar tersebut dalam kandungan tertentu dapat menyebabkan
kerusakan pada jaringan paru manusia atau hewan, tanaman, bangunan, dan
bahan lainnya. Perubahan kandungan bahan kimia dalam atmosfer bumi

II - 1

karena polusi udara akan dapat juga mengubah iklim local, regional dan
global sehingga menaikkan jumlah radiasi sinar ultraviolet dari matahari ke
permukaan bumi.
Udara ambien adalah udara bebas dipermukaan bumi yang berada pada
lapisan troposfir yang dibutuhkan dan dapat mempengaruhi kesehatan
manusia, makhluk hidup serta unsur lingkungan hidup lainnya. Kualitas udara
ambien ini sendiri merupakan tahap awal dalam memahami dampak negatif
dari cemaran udara terhadap lingkungan .
Pengukuran kualitas udara ambien bertujuan untuk mengetahui
konsentrasi zat pencemar yang ada diudara. Data hasil pengukuran tersebut
sangat diperlukan untuk berbagai kepentingan, diantaranya untuk mengetahui
tingkat pencemaran udara disuatu daerah atau untuk menilai keberhasilan
program pengendalian pencemaran udara yang sedang dijalankan. Untuk
mendapatkan hasil perhitungan yang valid, maka dari mulai pengambilan
contoh udara (sampling) sampai dengan analisis dilaboratorium harus
menggunakan peralatan, prosedur dan operasional (teknisi, laboran, analis dan
chemist) yang dapat dipertanggungjawabkan.
Mutu udara ambien adalah kadar zat, energi atau komponen lain yang
ada di udara bebas. Status mutu udara ambien adalah keadaan mutu udara
disuatu tempat pada saat dilakukan inventarisasi. Baku mutu udara ambien
adalah ukuran batas atau kadar zat, energi atau komponen yang ada atau yang

II - 2

seharusnya ada atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam


udara ambien.
2.1.1

Baku Mutu Udara Ambien


Baku mutu udara ambien adalah ukuran batas atau kadar zat, energi,
dan atau komponen yang ada atau yang seharusnya ada dan/atau unsur
pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam udara ambien.
Standar baku mutu primer ditetapkan untuk melindungi kesehatan
publik, termasuk melindungi populasi sensitif seperti penderita asma, anakanak, dan orang berusia lanjut sedangkan standar baku mutu sekunder
ditetapkan untuk menjaga kesejahteraan kehidupan publik seperti menghindari
terjadinya penurunan visibilitas, kerusakan bangunan, dan kematian hewan
serta tumbuh-tumbuhan.
Untuk satuan nilai baku mutu, hampir seluruhnya menggunakan
g/Nm3. Huruf N sebelum satuan volume mengindikasikan bahwa volume
yang dimaksud adalah volume gas pada keadaan normal yakni pada
temperatur 25C dan tekanan 1 atm. Semakin kecilnya nilai baku mutu
menunjukkan bahwa semakin berbahayanya parameter tersebut bagi
lingkungan kesehatan. Emisi adalah zat, energi dan atau komponen lain yang
dihasilkan dari suatu kegiatan yang masuk dan atau dimasukkannya ke dalam
udara ambien yang mempunyai dan atau tidak mempunyai potensi sebagai
unsur pencemar. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2.1.
dibawah ini :

II - 3

Tabel 2.1 Baku Mutu Udara Ambien Nasional


Parameter

Waktu
Pengukuran

Baku Mutu

Metode Analisis

Peralatan

SO2
(Sulfur
dioksida)

1 jam
24 jam
1 thn

900 g/Nm3
365 g/Nm3
60 g/Nm3

Pararosanilin

Spektrofotometer

CO
(Karbon
Monoksida)

1 jam
24 jam
1 thn

30.000 g/Nm3
10.000 g/Nm3
-

NDIR

NDIR Analyzer

NO2
(Nitrogen
Dioksida)

1 jam
24 jam
1 thn

400 g/Nm3
150 g/Nm3
100 g/Nm3

Saltzman

Spektrofotometer

O3
(Oksidan)

1 jam
1 thn

235 g/Nm3
50 g/Nm3

Chemiluminescent

Spektrofotometer

3 jam

160 g/Nm3

Flame Ionization

Gas
Chromatogarfi

24 jam

150 g/Nm3

Gravimetric

Hi Vol

24 jam
1 thn

65 g/Nm3
15 g/Nm3

Gravimetric
Gravimetric

Hi - Vol
Hi Vol

No

5
6

HC
(Hidro Karbon)
PM 10
(Partikel < 10
um )
PM2,5 (*)
(Partikel < 2,5
um )

TSP
(Debu)

24 jam
1 thn

230 g/Nm3
90 g/Nm3

Gravimetric

Hi Vol

Pb
(Timah Hitam)

24 jam
1 thn

2 g/Nm3
1 g/Nm3

Gravimetric
Ekstrak
Pengabuan

Hi - Vol
AAS

Gravimetric

Cannister

Impinger atau
Countinous
Analyzer

Dustfall
(Debu Jatuh)

30 hari

10 Ton/km2 /Bulan
(Pemukiman)
20 Ton/km2 /Bulan
(Industri)

10

Total Fluorides
(as F)

24 jam
90 hari

3 g/Nm3
0,5 g/Nm3

Spesific Ion
Electrode

11

Fluor Indeks

30 hari

40 g/cm2 dari
kertas limed filter

Colourimetric

12

Khlorine &
Khlorine
Dioksida

24 jam

150 g/Nm3

Spesific Ion
Electrode

Impinger atau
Countinous
Analyzer

30 hari

1 mg SO3 /100 cm3


dari Lead
Peroksida

Colourimetric

Lead Peroxida
Candle

13

Sulphat Indeks

Limed Filter
Paper

Sumber : PP No 41 Tahun 1999

II - 4

Adapun nilai baku mutu, apabila nilai satuannya dalam ppm, maka
perlu dikonversi ke g/m3 agar dapat langsung dibandingkan ke standar baku
mutu udara ambien. Berdasarkan perhitungan Laboratorium Pencemaran
Udara di ITS menggunakan rumus pada persamaan 2.1 berikut ini :
g/m3 = ppm 1000 (

) ...............................................................(2.1)

Dimana:
P
: tekanan udara (1 atm)
M
: Berat molekul/senyawa
R
: Konstanta gas universal (0.0821)
T
: Temperatur absolut (K)
Semua baku mutu dihitung dalam kondisi ruang (1 atm 25C)
Emisi adalah zat, energi dan atau komponen lain yang dihasilkan dari
suatu kegiatan yang masuk dan atau dimasukkannya ke dalam udara ambien
yang mempunyai dan atau tidak mempunyai potensi sebagai unsur pencemar.
Emisi kendaraan bermotor mengandung berbagai senyawa kimia.
Tabel 2.2. Baku Mutu Gas Buang Kendaraan Bermotor
No

Jenis Kendaraan
Bermotor

Mobil Penumpang

Mobil Barang

Mobil Bus

Sepeda Motor

Jenis Bahan
Bakar
Bensin/Premix
Solar
BBM 2 Tak
Gas
Bensin/Premix
Solar
Gas
Bensin/Premix
Solar
Gas
Bensin/Premix
BBM 2 Tak

Baku Mutu Udara Emisi


CO
NO
HC
% volume
ppm
ppm
4,50
1200
1200
4,00
1200
1200
4,50
1200
1200
3,00
4,50
1200
1200
4,00
1200
1200
3,00
4,50
1200
1200
4,00
1200
1200
3,00
4,50
2500
2300
4,50
3000
2800

Asap
40
20
40
40
-

Sumber: Permen LH No. 23 Tahun 2013

II - 5

Komposisi dari kandungan senyawa kimianya tergantung dari kondisi


mengemudi, jenis mesin, alat pengendali emisi bahan bakar, suhu operasi dan
faktor lain yang semuanya ini membuat pola emisi menjadi rumit. Baku mutu
emisi gas buang kendaraan bermotor dapat dilihat pada Tabel 2.2 diatas.
Pada saat pengukuran dilapangan, waktu pengukuran yang dibutuhkan
untuk pengambilan data terkadang tidak sesuai dengan waktu pengukuran
yang tertera pada

baku mutu. Hal ini dapat diantisipasi dengan

mengestimasikan waktu pengukuran dilapangan dengan waktu pengukuran


sesuai dengan baku mutu. Berdasarkan Academia Education dalam penelitian
kualitas udara di IPB, untuk persamaaan estimasi pengukuran atau waktu
pemaparan standar menggunakan persamaan 2.2 sebagai berikut :
C2 = C1(t1/t2)0.185 ......(2.2)
Dimana :
C1
= Konsentrasi sesaat (g/m3 )
C2
= Konsentrasi standar (g/m3)
t1
= Waktu pemaparan sesaat (menit)
t2
= Waktu pemaparan standar (menit)
2.1.2

Pencemaran Udara
Pencemaran udara adalah salah satu komponen yang mempengaruhi
pencemaran lingkungan. Pencemaran lingkungan adalah masuknya atau
dimasukkannya mahkluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam
lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai
tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan tidak berfungsi sesuai
peruntukkannya.

II - 6

Pengertian pencemaran udara berdasarkan Undang-Undang Nomor 23


tahun 1997 pasal 1 ayat 12 mengenai Pencemaran Lingkungan yaitu
pencemaran yang disebabkan oleh aktivitas manusia seperti pencemaran yang
berasal dari pabrik, kendaraan bermotor, pembakaran sampah, sisa pertanian
dan peristiwa alam seperti kebakaran hutan, letusan gunung api yang
mengeluarkan debu, gas dan awan panas.
Menurut Peraturan Pemerintah RI nomor 41 tahun 1999 tentang
Pengendalian Pencemaran Udara, pencemaran udara adalah masuknya atau
dimasukkannya zat, energi dan komponen lain ke dalam udara ambien oleh
kegiatan manusia, sehingga mutu udara turun sampai ke tingkat tertentu yang
menyebabkan udara ambien tidak dapat memenuhi fungsinya.
Sedangkan menurut Undang Undang No. 27 tahun 1997 tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup, zat pencemar udara adalah sesuatu yang
berwujud zat atau komponen lain yang dapat menurunkan kualitas lingkungan
yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi
sesuai dengan peruntukkannya.
2.1.3 Sumber - Sumber Pencemaran Udara
Sumber pencemar di udara dapat digolongkan menjadi dua kegiatan
yaitu kegiatan yang bersifat alami (natural) dan kegiatan antropogenik
sebagai berikut :
a) Sumber alamiah (natural)
1. Akibat Letusan Gunung Berapi

II - 7

Salah satu gas pencemar yang dihasilkan oleh gunung berapi


adalah SOx.

Gambar kondisi letusan gunung berapi dapat

dilihat pada Gambar 2.1. dibawah ini :

Sumber : Andi Hidayat, 2010

Gambar 2.1 Kondisi Letusan Gunung Berapi


2. Akibat Kebakaran Hutan
Ada beberapa bahan polutan dari pembakaran yang dapat
mencemari udara, diantaranya adalah bahan polutan primer,
seperti: hidrokarbon dan karbon oksida, senyawa sulphur
oksida, senyawa nitrogen oksida dan nitrogen dioksida.
Adapun polutan berbentuk partikel adalah asap berupa partikel
karbon yang sangat halus bercampur dengan debu hasil dari
proses pemecahan suatu bahan. Gambar kebakaran hutan dapat
dilihat pada Gambar 2.2 dibawah ini :

II - 8

Sumber : Hanin Mazaya, 2010

Gambar 2.2 Kondisi Kebakaran Hutan


b) Sumber Antropogenik
Sumber antropogenik ini biasanya berhubungan dengan proses
pembakaran berbagai jenis bahan bakar, diantaranya :
1. Sumber tidak bergerak (stationary source), termasuk asap
industri manufaktur, hasil pembakaran insinerator, furnace dan
berbagai tipe peralatan pembakaran dengan bahan bakar.
Gambar Buangan asap pabrik dapa dilihat pada Gambar 2.3
dibawah ini :

Sumber : Sinta Mawarni, 2012

Gambar 2.3 Kondisi Buangan Asap Pabrik


II - 9

2. Sumber

bergerak

(mobilesource),

termasuk

kendaraan

bermotor, pesawat dan kapal laut.


3. Asap dari pengunaan cat,hairspray dan jenis pelarut lainnya.
4. Gas yang dihasilkan dari proses pembuangan akhir di TPA,
yang umumnya adalah gas Metan. Gas metan ini memang tidak
bersifat racun (toxic) tetapi gas ini termasuk gas yang mudah
menyala (flammable) dan dapat membentuk senyawa yang
bersifat mudah meledak (explosive) jika bereaksi dengan udara.
Adapun gambar Kondisi tempat pembuangan akhir sampah
dapat dilihat pada Gambar 2.4 dibawah ini :

Sumber : Arif Fajar Setiadi, 2012

Gambar 2.4 Kondisi Tempat Pembuangan Akhir


2.1.4 Jenis Pencemar Udara
Menurut Sunu, 2001 ada beberapa jenis pencemaran udara yaitu :
1. Gas, adalah uap yang dihasilkan dari zat padat atau zat cair karena
dipanaskan atau menguap sendiri. Contohnya: CO2, CO, SOx, NOx.

II - 10

2. Partikel, adalah suatu bentuk pencemaran udara yang berasal dari zarahzarah kecil yang terdispersi ke udara, baik berupa padatan, cairan, maupun
padatan dan cairan secara bersama-sama. Contohnya: debu, asap, kabut,
dan lain-lain.
Pencemaran udara berdasarkan tempat dan sumbernya dapat dibagi dua yaitu :
1. Pencemaran udara bebas (Outdoor air pollution), sumber pencemaran
udara bebas alamiah berasal dari letusan gunung berapi, pembusukan, dan
lain-lainnya. Kegiatan manusia, misalnya berasal dari kegiatan industri,
rumah tangga, asap keendaraan, dan lain sebagainya.
2. Pencemaran udara dalam ruangan (Indoor air pollution), berupa
pencemaran udara didalam ruangan yang berasal dari pemukiman,
perkantoran ataupun gedung tinggi. Sumber dari pencemaran udara
ruangan berasal dari assap rokok, pembakaran asap dapur, bahan baku
ruangan, kendaraan bermotor, dan lain-lainnya yang dibatasi oleh ruangan
yang menghassilkan unssur-unsur polutan ke atmosfer sebagai berikut:
kabut asam, oksida nitrogen, karbon monoksida, partikel padat, gas-gas
asam, seng, air raksa dan asap
Berdasarkan jenisnya, zat pencemar diudara ambien dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu :
1. Zat Pencemar Primer
Zat pencemar primer dapat didefinisikan sebagai zat pencemar yang
terbentuk pada sumber emisinya, seperti partikulat, NOx, CO dan SO2.

II - 11

Polutan udara primer mencakup 90% dari jumlah polutan udara


seluruhnya. Sumber polusi yang utama berasal dari transportasi,
dimana hamper 60% dari polutan yang dihasilkan terdiri dari karbon
monoksida dan sekitar 15% terdiri dari hidrokarbon. Sumber - sumber
polusi lainnya misalnya pembakaran, proses industri, pembuangan
limbah dan lainnya. Polutan yang utama adalah karbon monoksida
yang dapat mencapai hampir setengah dari seluruh polutan udara yang
ada.
2. Zat Pencemar Sekunder
Zat pencemar sekunder merupakan zat pencemar yang terbentuk
diatmosfer yang merupakan produk dari reaksi kimia beberapa zat
pencemar, seperti NO2, O3, Peroxy Acetyl Nitrate (PAN), H2 SO4 dan
HNO3. Adapun gambar dari sumber - sumber zat pencemar udara
ambien dapat dilihat pada Gambar 2.5 dibawah ini :

Sumber : Wikipedia, 2014

Gambar 2.5 Sumber Zat Pencemar Udara Ambien

II - 12

2.1.5

Sifat sifat Pencemar Udara


Sifat-sifat pencemaran udara dapat dibedakan menjadi dua, yaitu bersifat
kualitatif dan kuantitatif
1. Bersifat kualitatif, yaitu terdiri dari unsur-unsur yang secara alamiah
telah terdapat dalam alam tetapi jumlahnya bertambah sedemikian
banyaknya sehingga mengadakanpencemaran lingkungan. Hal ini bisa
terjadi akibat bencana alam, perbuatan manusiadan lain-lain. Contoh
polutan misalnya unsur karbon, nitrogen, fosfor dan lain-lain.
2. Bersifat kuantitatif, yaitu terdiri dari unsur-unsur yang terjadi akibat
berlangsungnya persenyawaanyang dibuat secara sintetis seperti:
pestisida,

detergen

dan

lain-lain.Umumnya

polusi lingkungan

ditujukan kepada faktor-faktor fisik seperti polusi suara, radiasi, suhu,


penerangan, dan faktor-faktor kimia melalui debu, uap,gas, larutan,
awan, kabut.
Standar tentang batas-batas pencemar udara secara kuantitatif diatur dalam
Baku mutu udara Ambien dan Baku mutu emisi. Baku mutu udara ambien
mengatur batas kadar yang diperbolehkan bagi zat atau bahan pencemar
terdapat diudara namun tidak menimbulkan gangguan terhadap makhluk
hidup, tumbuh-tumbuhan atau benda. Di samping baku mutu udara ambien,
juga diatur batas kadar yang diperbolehkan bagi zat atau bahan pencemar
untuk dikeluarkan dari sumber pencemaran ke udara sehingga tidak

II - 13

mengakibatkan dilampauinya baku mutu udara ambien. Standar ini disebut


dengan baku mutu emisi.
2.1.6 Komponen Pencemaran Udara

Sulfur Dioksida (SO 2)


Sulfur dioksida (SO2 ) mempunyai karakteristik gas yang tidak berwarna,
berbau tajam, bersifat korosif (penyebab karat), beracun karena selalu
mengikat oksigen untuk mencapai kestabilan fasa gasnya dan tidak
mudah terbakar diudara. Gas SO2 juga mudah larut dalam air membentuk
asam sulfat. Diudara gas SO2 ini selalu terbentuk dalam jumlah besar.
Jumlah SO2 yang terbentuk bervariasi mulai dari 1 sampai 10% dari total
SOx. Mekanisme pembentukan SO2 dapat dituliskan dengan reaksi
seperti berikut
S + O2

SO2

Secara global, senyawa - senyawa belerang dalam jumlah cukup besar


masuk ke atmosfer melalui aktifitas manusia sekitar 100 juta metric ton
setiap tahunnya, terutama sebagai SO2 dari pembakaran batu bara dan gas
buangan pembakaran bensin. Jumlah yang cukup besar dari senyawa
belerang juga dihasilkan oleh kegiatan gunung berapi dalam bentuk H2S,
proses perombakan bahan organik, dan reduksi sulfat secara biologis.
Kadar sulfur dioksida yang tinggi diudara telah diketahui dapat
mengakibatkan kerusakan bangunan. Namun meskipun kadar SO2
rendah, kerusakan bangunan masih terjadi. Hal ini dapat diakibatkan

II - 14

meningkatnya konsentrasi ozon dan nitrogen di dalam lingkungan


perkotaan. Percobaan - percobaan yang telah dilakukan memperlihatkan
bahwa campuran pencemar - pencemar seperti ozon, nitrogen dioksida,
dan sulfur merusak batu lebih cepat dibandingkan dengan satu persatu
pencemar tersebut.
Pencemaran SO2 menimbulkan dampak terhadap manusia dan hewan
serta kerusakan pada tanaman yang terjadi pada kadar sebesar 0,5 ppm.
Pengaruh utama polutan SO2 terhadap manusia adalah iritasi sistem
pernafasan. SO2 dianggap pencemar yang berbahaya bagi kesehatan
terutama terhadap orang tua dan penderita yang mengalami penyakit
kronis pada sistem pernafasan kadiovaskulor.
Individu dengan gejala penyakit tersebut sangat sensitif terhadap kontak
dengan SO2, meskipun dengan kadar yang relatif rendah. Walaupun SO2
yang dihasilkan oleh aktivitas manusia hanya merupakan bagian kecil
dari SO2 yang ada di atmosfer, namun gas ini memberikan pengaruh
serius karena dapat langsung meracuni makhluk sekitarnya. Selain itu,
sulfur dioksida juga berbahaya bagi tanaman. Adanya gas ini pada
konsentrasi tinggi dapat membunuh jaringan pada daun, pinggiran daun
dan daerah diantara tulang - tulang daun rusak. Kerusakan juga dialami
oleh yang berbahan dasar seperti batu kapur, batu pualam dan dolomit.
Efek dari kerusakan ini akan tampak pada penampilan, integritas struktur,
dan umur dari gedung tersebut.

II - 15

Nitrogen Dioksida (NO 2)


Nitrogen dioksida (NO2) adalah kelompok gas nitrogen yang terdapat
diatmosfer dan merupakan gas yang paling banyak diketahui sebagai
bahan pencemar udara. Gas ini berwarna coklat kemerahan dan berbau
tajam. Proses pembentukan NO2 merupakan reaksi antara nitrogen dan
oksigen di udara sehingga membentuk NO, yang bereaksi lebih lanjut
dengan lebih banyak oksigen membentuk NO2. Dimana udara ini terdiri
dari 80% volume nitrogen dan 20% volume oksigen.
Pembentukan NO2 yang lambat ini disebabkan kecepatan reaksi sangat
dipengaruhi oleh suhu dan konsentrasi NO. Reaksi pembentukan NO2
berlangsung lebih lambat pada suhu yang lebih tinggi.
Pada suhu 1100C jumlah NO2 yang terbentuk biasanya kurang dari
0,5% dari total NOx. Kecepatan reaksi pembentukan NO2 dipengaruhi
oleh konsentrasi oksigen dan kuadrat dari konsentrasi NO. Hal ini berarti
jika konsentrasi NO bertambah menjadi dua kalinya maka kecepatan
reaksi akan naik menjadi empat kalinya, dan jika konsentrasi NO
berkurang menjadi setengahnya, NO yang dikeluarkan ke udara luar
bersama - sama dengan gas buangan lainnya akan mengalami
pendinginan secara cepat dan terencerkan sebanyak 100 kalinya.
Nitrogen dioksida (NO2) merupakan suatu gas yang berbahaya bagi
manusia. Penelitian menunjukkan bahwa NO2 empat kali lebih baracun
daripada NO. Namun selama ini belum pernah dilaporkan terjadinya

II - 16

keracunan NO yang mengakibatkan kematian. Pada udara ambien


normal, NO2 dapat bersifat racun bagi paru - paru dan dapat
menyebabkan kekejangan serta kelumpuhan pada system saraf.

Karbon Monoksida (CO)


Karbon monoksida (CO) adalah suatu komponen tidak berasa, tidak
berbau dan tidak berwarna yang terdapat dalam bentuk gas pada suhu
diatas -192C. Komponen ini mempunyai berat sebesar 96,5% dari berat
air dan tidak larut didalam air. Karbon monoksida yang terdapat dialam
terbentuk dari salah satu proses sebagai berikut :
1. Pembakaran tidak lengkap terhadap karbon atau komponen
yang mengandung karbon
2. Reaksi antara karbon dioksida dengan komponen yang
mengandung karbon pada suhu tinggi
3. Pada suhu tinggi, karbon dioksida terurai menjadi karbon
monoksida dan oksigen
Secara alamiah CO diporduksi oleh hydrozoa (siphonophores), suatu
makhluk laut juga oleh reaksi - reaksi kimia yang terjadi di dalam
atmosfer. Oksidasi tidak lengkap terhadap karbon atau komponen yang
mengandung karbon terjadi jika jumlah oksigen yang tersedia kurang dari
jumlah yang dibutuhkan untuk pembakaran sempurna dimana dihasilkan
karbon dioksida. Pembentukan karbon monoksida hanya terjadi jika
reaktan yang ada terdiri dari karbon dan oksigen murni. Jika yang terjadi

II - 17

adalah pembakaran komponen yang mengandung karbon diudara,


prosesnya lebih kompleks dan terdiri dari beberapa tahap reaksi.
Pada kondisi dimana jumlah oksigen cukup untuk melakukan
pembakaran lengkap terhadap karbon kadang - kadang terbentuk juga
CO. Keadaan ini disebabkan pada suhu tinggi CO2 akan terdisosiasi
menjadi CO dan O.
Dampak keracunan CO ini ternyata sangat berbahaya bagi orang yang
telah menderita gangguan pada otot jantung atau sirkulasi darah periferal
yang parah. Dampak dari CO bervariasi tergantung dari status kesehatan
seseorang pada saat terpapar. Pada beberapa orang yang berbadan gemuk
dapat mentolerir paparan CO sampai kadar HbCO dalam darahnya
mencapai 40 % dalam waktu singkat. Tetapi seseorang yang menderita
sakit jantung atau paru-paru akan menjadi lebih parah apabila kadar
HbCO dalam darahnya sebesar 510 %. Pengaruh CO dalam kadar tinggi
terhadap sistem syaraf pusat dan sistem kardiovaskular juga telah banyak
diketahui. Walaupun kadar CO yang tinggi dapat menyebabkan
perubahan tekanan darah, meningkatkan denyut jantung, ritme jantung
menjadi abnormal gagal jantung, dan kerusakan pembuluh darah
periferal, tidak banyak didapatkan data tentang pengaruh paparan CO
kadar rendah terhadap sistem kardiovaskular. Namun tidak cukup bukti
yang menyatakan bahwa karbon monoksida menyebabkan penyakit
jantung atau paru-paru, tetapi jelas bahwa CO mampu mengganggu

II - 18

transport oksigen ke seluruh tubuh yang dapat berakibat serius


padaseseorang yang telah menderita sakit jantung atau paru-paru.

Karbon Dioksida (CO2)


Sebagaimana gas CO, maka gas karbon dioksida juga mempunyai sifat
tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak merangsang. Gas CO2 merupakan
hasil pembakaran sempurna bahan bakar minyak bumi maupun batu bara.
Dengan semakin banyaknya jumlah kendaraan bermotor dan semakin
banyaknya jumlah pabrik, berarti meningkat pula jumlah atau kadar CO2
diudara. Keberadaan CO2 yang berlebihan diudara memang tidak
berakibat langsung pada manusia, sebagaimana CO. Akan tetapi
berlebihan kandungan CO2 menyebabkan sinar inframerah dari matahari
diserap oleh bumi dan benda-benda disekitarnya. Kelebihan sinar
inframerah ini tidak dapat kembali ke atmosfer karena terhalang oleh
lapisan CO2 yang ada di atmosfer. Akibatnya suhu di bumi menjadi
semakin panas. Hal ini menyebabkan suhu di bumi, baik siang maupun
malam hari tidak menunjukkan perbedaan yang berarti atau bahkan dapat
dikatakan sama. Akibat yang ditimbulkan oleh berlebihnya kadar CO2 di
udara ini dikenal sebagai efek rumah kaca atau green house effect.

Klorin (Cl2)
Senyawa klorin yang mengandung klor yang dapat mereduksi atau
mengkonversi zat inert atau zat aktif dalam air, yang termasuk senyawa
klorin adalah asam hipoklorit (HOCL) dan garam hipoklorit (OCL). Gas

II - 19

Klorin (Cl2) adalh gas berwarna hijau dengan bau sangat menyengat.
Berat jenis gas klorin 2,47 kali berat udara dan 20 kali berat gas hidrogen
klorida yang toksik.
Klorin sangat potensial untuk terjadinya penyakit dikerongkongan,
hidung dan saluran kerongkongan didekat paru paru. Akibat-akibat akut
untuk jangka pendek : pengaruh 250 ppm selama 30 menit kemungkinan
besar berakibat fatal bagi dewasa. Terjadinya iritasi tinggi waktu gas itu
dihirup dan dapat menyebabkan kulit dan mata terbakar. Zat klorin hanya
bagus apabila digunakan sebagai pemutih. Penelitian membuktikan
bahaya klorin yang dapat merusak vitamin B, C dan E dalam tubuh.
Apabila bereeaksi dengan asam dari tumbuhan yang membusuk akan
membentuk trihalomethans (THMs) yang bersifat karsinogen. Ini
merupakan penyebab dari berbagai penyakit seperti lever, ginjal,
pernafasan, tensi darah rendah dan cacat lahir. Juga menyebabkan
pengendapan kolestrol dalam darah dan stroke.

Hidrogen Sulfida (H 2S)


Hidrogen Sulfida (H2 S) adalah gas yang tidak berwarna, beracun,
mudah terbakar dan berbau seperti telur busuk. Gas ini dapat timbul dari
aktivitas biologis ketika bakteri mengurai bahan organik dalam keadaan
tanpa oksigen (aktivitas anaerobik), seperti di rawa dan saluran
pembuangan kotoran. Gas ini juga muncul pada gas yang timbul dari
aktivitas gunung berapi dan gas alam. Gas hidorgen sulfida (H2S) adalah

II - 20

gas yang sangat beracun dan dapat melumpuhkan sistem pernafasan serta
dapat mematikan dalam beberapa menit. Dalam jumlah sedikitpun gas
H2 S sangat berbahaya bagi kesehatan.
Hidrogen sulfida terbentuk dari proses penguraian bahan-bahan
organik oleh bakteri. Maka dari itu H2 S terdapat dalam minyak dan gas
bumi, selokan, air yang tergenang misalnya rawa-rawa dan juga terbentuk
pada proses-proses industri maupun proses biologi lain. Adapun
karakteristik hidrogen sulfida antara lain :

Sangat beracun dan mematikan

Tidak berwarna

Lebih berat dari udara sehingga cenderung berkumpul dan


diam pada daerah yang rendah

Dapat terbakar dengan nyala api berwarna biru dan hasil


pembakarannya gas sulfur dioksida (SO2) yang merupakan gas
beracun

Sangat korosif mengakibatkan berkarat pada logam tertentu,


dan

Pada konsetrasi yang rendah berbau seperti telur busuk dan


dapat melumpuhkan indera penciuman manusia.

Hidrogen (H 2)
Dalam kondisi normal, hidrogen merupakan gas yang tidak berbau dan
tidak berwarna yang dibentuk oeh molekul diatomik, H2. Atom inti
II - 21

hidrogen dibentuk dengan satu unsur muatan pisitif dan satu electron.
Nomor atom hidrogen adalah 1 dan berat atomnya 1,00797g/mol.
Hidrogen merupakan salah satu unsur utama dalam air dan semua bahan
organik serta tersebar luas tidak hanya di bumi tetapi juga di seluruh alam
semesta.
Penggunaan paling penting dari hidrogen adalah unsur sintesis
ammonia. Hidrogen juga digunakan salam proses penyulingan bahan
bakar seperti dalam proses hydrocracking dan penghilangan belerang.
Sejumlah besar hidrogen digunakan pula dalam hidrogenasi katalitik
minyak nabati tak jenuh untuk mendapatkan lemak padat. Hidrogenesi
digunakan dalam pembuatan produk kimia organik. Sejumlah besar
hidrogen digunakan sebagai bahan bakar roket yang dikombinasikan
dengan oksigen dan fluor. Hidrogen dapat dibakar dalam mesin
pembakar internal. Sel bahan bakar hidrogen merupakan alternative bagi
mesin bakar konvensional.
Konsentrasi tinggi gas ini dapat memicu lingkungan menjadi
kekurangan oksigen. Individu yang berada dalam kondisi seperti itu
mungkin mengalami gejala yang meliputi sakit kepala, dering ditelinga,
pusing, mengantuk, pingsan, mual, muntah dan depresi. Kulit korban
mungkin berwarna biru karena kekurangan oksigen. Dalam kasus parah,
kematian

mungkin

terjadi.

Selain

itu,

hidrogen

diperkirakan

II - 22

menyebabkan mutagenisitas embryotoxicity, serta teratogenik atau


toksisitas reproduksi.
Hidrogen merupakan pembentuk 0,15% kerak bumi dan merupakan
unsur utama air. Hidrogen terjadi secara alami di atmosfer. Gas tersebut
akan hilang dengan cepat di daerah yang berventilasi baik. Tidak ada
dampak khusus hidrogen pada lingkungan. Hewan mungkin akan
kesulitan bernafas saat berada di lingkungan dengan konsentrasi hidrogen
tinggi. Sedangkan pada kehidupan air, belum ditemukan bukti efek
negatif hidrogen.
2.1.7

Klasifikasi Lokasi Pemantauan


Terdapat dua prinsip umum penempatan stasiun pemantau kualitas
udara, yaitu pada daerah di mana terdapat reseptor yang akan terkena dampak
dan pada daerah di mana diperkirakan terdapat sumber dan konsentrasi
pencemar yang tinggi. Karena dampak dan karakteristik sumber setiap polutan
berbeda-beda, sehingga parameter yang dipantau di setiap lokasi dapat
berbeda-beda. Dengan kata lain, tergantung pada karakteristik sumber dan
pertimbangan lain seperti kondisi topografi, meteorologi dan tataguna lahan.
Jenis lokasi pemantauan dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Pusat kota, yang merepresentasikan pajanan tipikal terhadap
populasi akibat kegiatan di pusat kota (contoh: daerah
perbelanjaan, perdagangan dan jasa serta daerah publik).

II - 23

2. Latar kota (urban background), suatu lokasi di daerah


perkotaan yang terletak cukup jauh dari sumber pencemar
sehingga tidak terkena pengaruh langsung dan dapat secara
umum

merepresentasikan

kondisi

latar

kualitas

udara

perkotaan (contoh: daerah pemukiman).


3. Sub urban, misalnya lokasi yang berada pada daerah
pemukiman yang terletak di pinggir kota.
4. Tepi jalan (roadside), lokasi pengukuran pada jarak 1 - 5 meter
dari pinggir jalan raya.
5. Sisi jalan (kerbside), lokasi pengukuran pada jarak 1 meter dari
jalan raya.
6. Industri, lokasi di mana kegiatan industri menjadi sumber yang
dominan terhadap total beban polutan.
7. Pedesaan (rural), lokasi pemantauan di wilayah pedesaan
dengan kepadatan penduduk yang rendah dan berjarak sejauh
mungkin dari lokasi sumber pencemar seperti jalan, industri
dan daerah padat penduduk.
8. Lainnya, pemantauan yang mengarah kepada sumber pencemar
tertentu seperti rumah sakit dan TPA.
Kriteria penentuan lokasi pengambilan sampel (contoh uji) kualitas udara
ambien mengacu pada SNI No. 19-7119.6-2005, sedangkan pemantauan
kualitas udara roadside mengacu pada SNI No. 19-7119.9-2005.

II - 24

Penentuan Lokasi Pengambilan Sampel Pemantauan Kualitas


Udara Ambien (SNI No. 19-7119.6-2005)
Titik

pemantauan

kualitas

udara

ambien

ditetapkan

dengan

mempertimbangakn sebagai berikut :


a) faktor meteorologi (arah dan kecepatan angin)
b) faktor geografi seperti tofografi, dan
c) tata guna lahan
kriteria berikut ini dapat dipakai dalam pemantauan suatu lokasi
pemantauan kualitas udara ambien :
a) area dengan konsentrasi pencemar yang tinggi. Daerah
yang didahulukan untuk dipantau hendaknya daerah daerah dengan konsentrasi pencemar yang tinggi. Satu atau
lebih stasiun pemantau mungkin dibutuhkan disekitar
daerah yang emisinya besar
b) area dengan kepadatan penduduk tinggi. Daerah - daerah
dengan kepadatn penduduk yang tinggi, terutama ketika
terjadi pencemaran yang berat
c) di daerah sekitar lokasi penelitian yang diperuntukkan
untuk kawasan studi maka stasiun pengambil contoh uji
perlu ditempatkan disekeliling daerah/kawasan

II - 25

d) di daerah proyeksi. Untuk menentukan efek akibat


perkembangan mendatang dilingkungannya, stasiun perlu
juga ditempatkan didaerah - daerah yang diproyeksikan
e) mewakili seluruh wilayah studi. Informasi kualitas udara
diseluruh wilayah studi harus diperoleh agar kualitas udara
diseluruh wilayah dapat dipantau (dievaluasi)
Adapun syarat pemilihan lokasi pengambilan contoh uji adalah
sebagai berikut :
a) hindari tempat yang dapat merubah konsentrasi akibat
adanya absorpsi atau adsorpsi (seperti dekata dengan
gunung-gunung dan pohon-pohonan)hindari tempat dimana
pengganguan kimia terhadap bahan pencemar yang akan
diukur dapat terjadi
b) hindari tempat

dimana

penggangguan

fisika

dapat

menghasilkan suatu hasil yang menggangu pada hasil


mengukur debu (partikulat matter) tidak boleh dekat
dengan incinerator baik domestik maupun komersial,
gannguan listrik terhadap peralatan pengambilan contoh uji
dari jaringan listirk bertegangan tinggi
c) letakkan peralatan didaerah dengan gedung/bangunan yang
rendah dan saling berjauhan

II - 26

d) apabila pemantauan bersifat kontinyu, maka pemilhan


lokasi

harus

mempertimbangkan

perubahan

kondisi

peruntukan pada masa datang


Metode Pemantauan Pengambilan Sampel di Udara
Menurut Lampiran VI Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 12
Tahun 2010, metode pemantauan kualitas udara ambien secara garis
besar terdiri dari dua yaitu metode manual dan otomatis. Metode
manual dilakukan dengan cara pengambilan sampel udara terlebih
dahulu lalu dianalisis di laboratorium. Metode manual ini dibedakan
lagi menjadi metode passive dan aktif. Perbedaan ini didasarkan pada
ada tidaknya pompa untuk mengambil sampel udara. Metode otomatis
dilakukan dengan menggunakan alat yang dapat mengukur kualitas
udara secara langsung sekaligus menyimpan datanya.
a) Metode otomatis
Pemantau kualitas udara otomatis terdiri dari Stasiun
Pemantau Kualitas Udara (SPKU) permanen (fixed station)
dan bergerak (mobile station).
1) SPKU permanen dipasang di lokasi tertentu, dan
mengukur kualitas udara ambien secara kontinyu 24
jam secara terus menerus.

II - 27

2) SPKU bergerak dipasang di lokasi tertentu, dan

mengukur kualitas udara ambien minimal 7 (tujuh)


hari secara terus menerus.
b) Metode manual
Pendekatan yang dilakukan dalam pengambilan sampel
secara manual untuk mendapatkan data rata-rata jam
ataupun harian adalah sebagai berikut.
1) Parameter SO2, NO2 dan CO
Untuk mendapatkan data/nilai 1 (satu) jam,
pengukuran dapat dilakukan pada salah satu interval
waktu seperti dibawah ini. Durasi pengukuran di
setiap interval adalah satu jam.
a) Interval waktu 06.00 09.00 (pagi)
b) Interval waktu 12.00 14.00 (siang)
c) Interval waktu 16.00 18.00 (malam)
Untuk

mendapatkan

data/nilai

harian

(24

jam)

dilakukan perata-rataan aritmatik dari 4 kali hasil


pemantauan (pagi, siang, sore, malam) dengan interval
waktu seperti dibawah ini. Masing-masing interval
waktu diukur 1 (satu) jam. Interval waktu pengukuran
adalah :

II - 28

a) Interval waktu 06.00 10.00 (pagi)


b) Interval waktu 10.00 14.00 (siang)
c) Interval waktu 14.00 18.00 (sore)
d) Interval waktu 18.00 22.00 (malam)
2) Parameter TSP (debu)
Pemantauan dilakukan selama 24 jam terus menerus
Metode pemantauan kualitas udara ambien dapat dilihat pada Tabel
2.3 berikut ini :
Tabel 2.3. Metode Pemantauan Kualitas Udara Ambien Menggunakan
Peralatan Manual
No.

Parameter

Metode

Keterangan

Sulfur Dioksida (SO 2 )

Pararosilin

SNI No. 19-7119.7.2005

Nitrogen Dioksida (NO 2 )

Saltzman

SNI No. 19-7119.2.2005

Karbon Monoksida (CO)

NDIR

SNI No. 19-7117.10.2005

Oxidant / O 3

Neutral Buffer
Kalim Iodida
(NBKI)

SNI No. 19-7119.8.2005

Total Suspended Partikulat


(TSP)/ debu

Gravimetri

SNI No. 19-7119.3.2005

Sumber : Lampiran VI Permen LH No. 12 Tahun 2010

3) Parameter O3
Untuk mendapatkan data/nilai 1 (satu) jam,
pengukuran dilakukan selama satu jam pada
interval waktu antara pukul 11.00 14.00

II - 29

Metode DEMS (Digital Emmision Monitoring System)


Salah satu alat yang dapat digunakan untuk sistem pemantauan
sistem bergerak adalah mobil pengukuran polusi udara yang
dilengkapi dengan Logger seri MM900. Dialog 900/EMS adalah suatu
software yang menyediakan fasilitas lengkap untuk melengkapi fungsi
logger, termasuk konfigurasi, pengumpulan data, dan penyajian data.
Software yang dilengkapi dengan Environmental Monitoring Station
(Dialog EMS) tidak mempunyai semua fasilitas dari Dialog 900 yang
lebih lengkap. Dialog dirancang untuk bekerja pada suatu komputer
IBM atau yang kompatibel.
Software dialog 900/EMS kompatibel dengan semua versi logger
MM900 dan MM950 di atas firmware versi 1.04. Di dalam petunjuk
manual mungkin hanya tersedia untuk logger MM900, namun alat
logger MM950 bekerja dengan cara yang sama. Logger MM900 dan
MM950 dengan firmware versi 1 dikenal dengan nama alat logger
Mark I dan alat dengan firmware versi 2. dikenal dengan nama alat
logger Mark II. Dialog akan secara otomatis mendeteksi alat logger
mana yang tersambung dan mengubah perintahnya hingga sesuai.
Beberapa fungsi dialog yang telah digambarkan mungkin hanya
tersedia ketika menggunakan logger Mark II.
Dirancang dengan aplikasi lingkungan dalam gagasannya, dari logger
data dan software menghasilkaalat yang bermanfaat, fleksibel, dan

II - 30

mudah untuk di gunakan dalam mengumpulkan dan mengelola data.


Adapun mobil polusi udara dapat dilihat pada Gambar 2.6 dibawah ini

Sumber : Dokumentasi, 2015

Gambar 2.6 Mobil Polusi Udara


1. Configuration the system (pengaturan sistem)
-

Menetapkan Pengaturan Alat Logger


Keistimewaan penting yang terdapat pada alat
MM900

adalah

kemampuannya

untuk

mengkompres data menjadi informasi dari suatu


channel. Selain basic data, nilai rata-rata dari
suatu periode, nilai maksimal dari suatu
periode, nilai minimum dari suatu periode dan
nilai total dari suatu periode semuanya dapat di
baca. Karena itu, alat ini memungkinkan untuk;
contohnya, menghitung satu channel input yang

II - 31

sama dalam rata-rata tiap 1 jam, nilai maksimal


dalam 24 jam dan nilai minimal 24 jam.
Untuk

mencapainya,

memisahkan

tugas

alat

pindai

MM900
dan

tugas

telah
catat.

Pengaturan pindai menjelaskan bagaimana dan


kapan tepatnya tiap channel mengambil data,
sedangkan pengaturan tugas catat menjelaskan
bagaimana dan kapan data di rekam oleh alat
MM900. Data dapat di ambil dalam beberapa cara :
1. Data dicatat dalam waktu yang sama
2. Data yang dicatat dalam jangka waktu yang
sama selama alaram berbunyi
3. Data dicatat sebagai respon suatu kejadian
4. Data dicatat pada waktu tertentu dalam satu
hari
Cara pengambilan data dapat diatur dengan beberapa cara
yaitu :
1. Basic Data, berguna untuk data yang muncul dari
pembacaan terakhir oleh channel.
2. Maximum Data, berguna untuk data yang nilai
maksimal di baca oleh channel dalam suatu interval
waktu.

II - 32

3. Minimum Data berguna untuk data yang nilai


minimum di baca oleh channel dalam suatu interval
suatu.
4. Mean Data, berguna untu data yang nilai rataratanya di baca oleh channel dalam suatu interval
waktu.
5. Total Data, berguna untuk data yang nilai total di
baca oleh channel dalam suatu interval waktu.
- Jenis Pembacaan Data
Alat MM900 dapat membaca data dalam berbagai cara. Pilih
menu Log Data Type dan tekan enter untuk melihat daftar jenis
pembacaan data. Gunakan kursor untuk memilih jenis
pembacaan yang di inginkan. Sebagai catatan, beberapa log
channel dapat digunakan untuk menyimpan data dari channel
yang sama dengan cara pembacaan yang berbeda.
- Pembacaan Cara Basic
Pembacaan cara basic membaca data nilai terkini dari channel.
Sebab channel akan membaca data sesuai dengan interval
waktu yang di tentukan. Catatan : jika channel berbentuk
digital jumlah atau frekuensi data yang di ukur berdasarkan
waktu pengambilan data terakhir. Jika hanya menggunakan
jenis pembacaan basic untuk scan channel tertentu maka jarak

II - 33

waktu channel membaca data harus di atur sama dengan log


interval. Membaca dengan waktu yang lebih cepat akan
menghabiskan banyak daya baterai.
- Nilai Maksimum pada Log Interval
Memilih jenis ini akan membuat alat MM900 membaca nilai
maksimum dari scan channel, seperti pada nilai pembacaan
channel menurut log interval sebelumnya. Untuk channel
digital ini akan membaca nilai frekuensi atau jumlah
maksimum yang di hitung pada scan channel menurut waktu
tertentu.
- Nilai Minimum pada Log Interval
Memilih jenis ini akan membuat alat MM900 membaca nilai
minimum dari scan channel, seperti pada nilai pembacaan
channel menurut log interval sebelumnya. Untuk channel
digital ini akan membaca nilai frekuensi atau jumlah minimum
yang di hitung pada scan channel menurut waktu tertentu.
- Nilai rata-rata pada Log Interval
Memilih jenis ini akan membuat alat MM900 membaca nilai
rata-rata dari scan channel, seperti

pada nilai pembacaan

channel menurut log interval sebelumnya. Untuk channel


digital ini akan membaca nilai frekuensi atau jumlah rata-rata
yang di hitung pada scan channel menurut waktu tertentu.

II - 34

- Nilai Total pada Log Interval


Memilih jenis ini akan membuat alat MM900 membaca nilai
total dari semua sample yang di ambil oleh scan channel
menurut log interval sebelumnya. Jangan menggunakan jenis
ini untuk channel digital sebab data tidak dapat di proses.
- Kalibrasi alat
Semua sensor yang tersedia untuk penggunaan dengan stasiun
pemantauan lingkungan dikalibrasi sebelum pengiriman maka
dari itu tidak dibutuhkan kalibrasi sebelum digunakan karena
sifat dasar dari banyak sensor yang digunakan dengan stasiun
pemantauan lingkungan sebagai contoh sensor radiasi solar
padat, kecepatan angin, mekanik elektro dan sensor arah angin.
Sensor sensor ini tidak membutuhkan kalibrasi rutin dan akan
berfungsi dengan baik selama beberapa tahun.
Namun ada dua tipe sensor yang membutuhkan kalibrasi rutin
yaitu sensor kelembaban relatif dan sensor udara. Sensor
kelembaban relatif dapat dikalibrasi dengan menggunakan
peralatan kalibrasi sensor kelembaban relatif dengan kode 507248. Sistem ini sangat gampang dan dapat digunakan beberapa
kali. Interval kalibrasi yang direkomendasikan untuk sensor
kelembaban relatif adalah 3 bulan setelah pengiriman dan
kemudian setiap 6 bulan setelahnya.

II - 35

Catatan : sensor kelembaban relatif, sensor udara harusnya


dikalibrasi secara rutin untuk menjaga respon akurat. Sensor
dapat dikalibrasi dengan menggunakan janga waktu udara yang
disesuaikan (udara dari gas yang diketahui konsentrasinya)
yang dimana akan tersedia dari pemasok gas khusus karena
sensor udara bersifat kimia elektro sehingga sensor memiliki
waktu yang terbatas yang disebabkan oleh penurunan kualitas
sensor setelah 2 hingga 3 tahun penggunaan normal sensor
sebaiknya diganti.
2.2

Standar Pencemaran Udara

2.2.1. Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU)


Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) adalah angka yan tidak
mempunyai mempunyai satuan yang menggambarkan kondisi kualitas udara
dilokasi dan waktu tertentu yang didasarkan kepada dampak terhadap
kesehatan manusia, nilai estetika dan makhluk lainnya. . Kualitas udara
disampaikan kepada masyarakat dalam bentuk indeks standar pencemaran
udara atau yang disingkat ISPU. Adapun parameter waktu pengukuran dapat
dilihat pada Tabel 2.4 dibawah ini :
ISPU adalah laporan kualitas udara kepada masyarakat untuk
menerangkan seberapa bersih atau tercemarnya kualitas udara kita dan
bagaimana dampaknya terhadap kesehatan kita setelah menghirup udara
tersebut selama beberapa jam atau hari

II - 36

Tabel 2.4. Parameter dan periode waktu pengukuran ISPU


No

Parameter

Pengukuran waktu

Partikulat

24 jam (periode pengukuran rata-rata)

Sulfur dioksida

24 jam (periode pengukuran rata-rata)

Karbon monoksida

8 jam (periode pengukuran rata-rata)

Nitrogen dioksida

1 jam (periode pengukuran rata-rata)

Ozon

1 jam (periode pengukuran rata-rata)

Sumber : Kep. BAPEDAL No. 107 Tahun 1997

Penetapan ISPU ini mempertimbangkan tingkat mutu udara terhadap


kesehatan manusia, hewan, tumbuhan, bangunan dan nilai estetika.
Dalam Lampiran I Keputusan BAPEDAL No. 107 Tahun 1997
ditentukan masing - masing waktu pengukuran sesuai parameter Indeks
Standar Pencemaran Udara (ISPU) dapat dilihat pada Tabel 2.4 diatas.
Berdasarkan Keputusan Badan Pengendalian Dampak Lingkungan
(Bapedal) Nomor KEP-107/Kabapedal/11/1997, penyampaian ISPU kepada
masyarakat dapat dilakukan melalui media massa dan elektronika serta
paparan peraga di tempat - tempat umum. ISPU ditetapkan berdasarkan 5
pencemar utama, yaitu Karbon monoksida (CO), Sulfur dioksida (SO2 ),
Nitrogen dioksida(NO2), Ozon permukaan (O3), dan partikel debu (PM10).
Sebelum parameter pencemar udara diolah secara matematis dan
grafik di Indeks Standar Pencemar Udara, terlebih dahulu kita ketahui dalam
pengolahan data tersebut apa yang dibutuhkan dan yang digunakan untuk
menentukan hasil dari Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU). Untuk

II - 37

mengetahui hasil Indeks Standar Pencemaran Udara kita harus mengetahui


batas Indeks Standar Pencemaran Udara dalam SI, karena batas Indeks
tersebut digunakan dalam perhitungan matematis Indeks Standar Pencemaran
Udara dapat dilihat pada Tabel 2.5 dibawah ini :
Tabel 2.5. Batas Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU)
ISPU
24 jam PM10 24 jam SO2 8 jam CO 1 jam O3
g/m3
g/m3
g/m3
g/m3
50
50
80
5
120
100
150
365
10
253
200
350
800
17
400
300
420
1600
34
800
400
500
2100
46
1000
500
600
2620
57,5
1200
Sumber : Kep. BAPEDAL No. 107 Tahun 1997

1 jam NO2
g/m3
1130
2260
3000
3750

Dengan adanya nilai batas ISPU maka rumus perhitungannya dapat


dilihat pada persamaan 2.3 berikut ini :
Konsentrasi nyata ambien (Xx) ppm, mg/m3 dll. Angka nyata ISPU (I)
I=

(Xx-Xb) + Ib (2.3)
Dimana :
I
= ISPU terhitung
Ia
= ISPU batas atas
Ib
= ISPU batas bawah
Xa
= Ambien batas atas
Xb
= Ambien batas bawah
Xx
= Kadar Ambien nyata hasil pengukuran
Berdasarkan batas indeks standar pencemaran udara dalam penentuan

Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU), dapat diketahui apakah suatu


lokasi penelitian berada pada Standar Indeks Pencemaran Udara atau tidak,

II - 38

adapun Tabel 2.6 yang digunakan dalam penentuan Indeks Standar


Pencemaran Udara (ISPU) pada lokasi penelitian adalah sebagai berikut :
Tabel 2.6 Kategori Indeks Standar Pencemar Udara dan Penjelasannya
Kategori
Rentang
Penjelasan
0 50
Baik
(Hijau)

51 100
Sedang
(Biru)

101 199
Tidak Sehat
(Kuning)

Sangat Tidak
Sehat

200 299
(Merah)
300 lebih

Berbahaya
(Hitam)

Tingkat kualitas udara yang memberikan


efek bagi kesehatan, manusia atau hewan
dan tidak berpengaruh pada tumbuhan,
bangunan atau nilai estetika
Tingkat Kualitas udara yang tidak
berpengaruh pada kesehatan,manusia
atau hewan tetapi berpengaruh pada
tumbuhan yang sensitif dan nilai estetika
Tingkat kualitas udara yang bersifat
merugikan pada manusia atau kelompok
hewan yang sensitif atau tidak bisa
menimbulkan kerusakan pada tumbuhan
ataupun nilai estetika.
Tingkat kualitas udara yang dapat
merugikan kesehatan pada sejumlah
segmen populasi yang terpapar
Tingkat Kualitas udara berbahaya yang
secara umum dapat merugikan kesehatan
yang serius pada populasi

Sumber :Kep. BAPEDAL No. 107 Tahun 1997

Agar lebih mudah dipahami ISPU dapat dibayangkan seperti penggaris


angka 1 hingga 1000. Semakin tinggi nilai ISPU maka semakin tinggi tingkat
pencemaran dan semakin berbahaya dampaknya terhadap kesehatan. Sebagai
contoh, ISPU 30 menunjukkan kualitas udara baik dan tidak ada dampak yang
berbahaya terhadap kesehatan. Ketika kondisi ISPU di bawah 100 dipandang
tidak berbahaya terhadap masyarakat secara umum. Namun ketika ISPU

II - 39

beranjak melebihi 100 maka pertama-tama kelompok masyarakat yang


sensitif seperti penderita asma dan anak-anak serta orang dewasa yang aktif di
luar ruangan, akan paling awal merasakan dampak kualitas udara yang tidak
sehat. Sejalan dengan meningkatnya ISPU maka akan semakin banyak yang
merasakan dampak, hingga akhirnya seluruh masyarakat akan menderita
karena dampak kesehatan yang terjadi.
Nilai ISPU menunjukkan apakah lokasi yang dijadikan titik
pengukuran masih masuk dalam kategori aman, sedang, tidak sehat, sangat
tidak sehat dan berbahaya. Apabila masih dalam kategori aman maka kita
tetap harus menjaga kualitas udaranya namun apabila masuk dalam kategori
berbahaya maka perlu dilakukan langkah penanggulangan agar udara bisa
berfungsi sebagaimana mestinya.
Adapun nilai ISPU yang telah diketahui, kita dapat membandingkan
dengan pengaruh indeks standar pencemaran udara. Pada tabel tersebut kita
dapat mengetahui parameter tersebut termasuk dalam kategori tercemar atau
tidak.

II - 40

Tabel 2.7 Pengaruh Indeks Standar Pencemaran Udara untuk setiap


parameter pencemar
Kategori

Rentang

Karbon
Monoksida

Nitrogen
Dioksida

Ozon

Sulfur Dioksida

Partikulat

Sedikit
berbau

Luka pada
beberapa
spesies
tumbuhan
akibat
kombinasi
dengan
SO2
(selama 4
jam)

Luka pada
beberapa
spesies
tumbuhan
akibat
kombinasi
dengan O3
(selama 4 jam)

Tidak ada
efek

Luka pada
beberapa
spesies
tumbuhan

Terjadi
penurunan
pada jarak
pandang

Baik

(0-50)
Hijau

Tidak Ada
Efek

Sedang

(51-100)
Biru

Perubahan
kimia dara tapi
tidak
terdeteksi

Berbau

Luka pada
beberapa
spesies
tumbuhan

Peningkatan
pada
kardiovaskular
pada perokok
yang sakit
jantung

Bau dan
kehilangan
warna.
Peningkatan
reaktivitas
pembuluh
tenggorokan
pada
penderita
asma

Penurunan
kemampua
n pada atlit
yang
berlatih
keras

Bau,
meningkatnya
kerusakan
tanaman

Jarak
pandang
turun dan
terjadi
pengotoran
debu
dimanamana

Meningkatn
ya
sensitivitas
pasien yang
berpenyakit
asam dan
bronchitis

Olahraga
ringan
mengakiba
tkan
pengaruh
pernafasan
pada
pasien
yang
berpenyaki
t paru paru
kronis

Meningkatnya
sensivitas pada
pasien
berpenyakit
asma dan
bronchitis

Meningkatn
ya
sensivitas
pada pasien
berpenyakit
asma dan
bronchitis

Tidak
Sehat

(101-199)
Kuning

Sangat
Tidak
Sehat

(200-299)
Merah

Berbahaya

(300-lebih)
Hitam

Meningkatnya
kardiovaskular
pada orang
yang bukan
perokok yang
berpenyakit
jantung dan
akan tampak
beberapa
kelemahan
yang terlihat
secara nyata

Tingkat yang berbahaya bagi semua populasi yang terpapar

Sumber: Surat Keputusan Indeks Standar Pencemaran Udara

II - 41

Untuk mengetahui apakah dari masing-masing parameter bisa dikatakan


tercemar atau tidak, sehingga kita dapat menilai suatu parameter tersebut
berdasarkan Tabel 2.7 Pengaruh Indeks Standar Pencemaran Udara
berdasarkan Parameter masing-masing.
2.2.2. Indeks Status Mutu Udara (ISMU)
Dalam ketentuan Pasal 6 ayat (1) PP. No. 41 Tahun 1999) dinyatakan
bahwa status mutu udara ambien ditetapkan berdasarkan inventarisasi
dan/atau penelitian terhadap mutu udara ambien, potensi sumber pencemar
udara, kondisi meteorologis dan geografis, serta tata guna tanah, sedangkan
ayat (3) dinyatakan bahwa gubernur menetapkan status mutu udara ambien
daerah. Hal ini diperkuat dalam Lampiran H Peraturan Pemerintah Nomor 38
Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota
(selanjutnya disebut PP. No. 38 Tahun 2007) dinyatakan bahwa gubernur
berwenang menetapkan status mutu udara ambien daerah.
Status mutu udara daerah dikategorikan dalam udara tercemar dan
udara tidak tercemar. Berdasarkan ketentuan Pasal 7 PP. No. 41 Tahun 1999
dinyatakan bahwa apabila status mutu udara tercemar, gubernur wajib
melakukan penanggulangan dan pemulihan mutu udara ambien. Apabila
status mutu udara tidak tercemar, gubernur wajib mempertahankan dan
meningkatkan kualitas udara ambien.

II - 42

Manfaat penetapan status mutu udara daerah adalah sebagai acuan


dalam menetapkan strategi dan rencana aksi dalam mengelola kualitas udara
ambien sehingga diharapkan program pengendalian pencemaran udara yang
dilakukan lebih terfokus dan tepat sasaran.
2.3

Terminal
Terminal merupakan titik dimana penumpang dan barang masuk atau
keluar dari sistem jaringan transportasi. Ditinjau dari sistem jaringan
transportasi secara keseluruhan, terminal merupakan simpul utama dalam
jaringan dimana sekumpulan lintasan rute secara keseluruhan bertemu.
Dengan demikian terminal merupakan komponen utama dalam sistem
jaringan transportasi jalan yang mempunyai peran dan fungsi yang sangat
penting. Terminal bukan saja merupakan komponen fungsional utama dari
sistem, tetapi juga sering merupakan prasarana dimana titik kemacetan
mungkin terjadi.
Fungsi utama terminal dapat ditinjau dari tiga unsur yang terkait, yaitu
penumpang, pemerintah dan operator angkutan umum. Fungsifungsi tersebut
adalah sebagai berikut :
a.

Fungsi terminal bagi penumpang adalah mempermudah perpindahan


dari satu moda ke moda lainnya atau dengan kata lain untuk
mempercepat arus penumpang menuju daerah tujuan dengan
memperhatikan segi keamanan dan kenyamanan, tersedianya fasilitas
terminal dan informasi serta fasilitas parkir kendaraan pribadi

II - 43

b.

Fungsi terminal bagi pemerintah adalah perencanaan dan manajemen


lalu

lintas serta pengendalian arus

kendaraan

umum untuk

menghindari kemacetan sekaligus sebagai sumber pendapatan daerah.


c.

Fungsi terminal bagi operator angkutan umum adalah untuk


pengaturan operasi bus, penyediaan fasilitas istirahat dan informasi
bagi awak bus dan sebagai fasilitas pangkalan.

2.3.1

Terminal Mallengkeri
Terminal Malengkeri Makassar merupakan terminal penumpang tipe
B yang berlokasi di Jalan Sultan Alaudin dengan luas lahan 26.151 m2,
melayani 12 trayek yaitu AKDP, ANGKOT, dan ANGKUDES dengan total
armada 3.257 unit kendaraan jenis Mobil Penumpang Umum (MPU).
Berikut ini gambaran lokasi terminal mallengkeri makassar sebagai berikut :

Sumber : Salmiah La Suma, 2012

Gambar 2.7 Lokasi Terminal Mallengkeri Makassar

II - 44

Beberapa fasilitas yang dimiliki Terminal Malengkeri Makassar antara lain :


a. Kantor
b. Menara pengawas
c. Ruang parkir AKDP
d. Ruang parkir ANGKOT/ANGKUDES
e. Ruang tunggu penumpang AKDP
f. Kios
g. Mushallah
h. Toilet umum
2.4

Studi Pendahuluan
Dalam penelitian ini penulis memaparkan dua penelitian terdahulu yang
relevan dengan permasalahan yang akan diteliti tentang pengaruh tingkat
kualitas udara pada kawasan terminal mallengkeri Makassar.
Nurdin Zakariah dan lain - lain (2013) dalam jurnalnya Analisis
Pencemaran Udara (SO2 ) Keluhan Iritasi Tenggorokan dan Gangguan
Kesehatan Iritasi Mata Pada Pedagang Makanan di Sekitar Terminal
Joyoboyo Surabaya memaparkan bahwa kontribusi terbesar polusi udara
adalah substansi kendaraan pribadi. Substansi yang dimaksud adalah sulfur
oksida (SOX). Diterminal Joyoboyo Surabaya terdapat transportasi kendaraan
bermotor yang bersumber dari pengeluaran gas SO2 dan gas lainnya. Adapun
tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari polusi udara yang ada dengan

II - 45

kejadian iritasi dalam tenggorokan dan iritasi mata dalam makanan pedagang
di sekitar terminal Joyoboyo Surabaya. Metode penelitian ini menggunakan
merode observasional dengan rancang bangun crossectional. Penelitian ini
dilaksanakan dengan cara wawancara dan dilakukan pada pagi, siang dan sore
hari. Adapun hasil penelitian secara keseluruhan didapatkan pedagang
makanan disekitar terminal Joyoboyo Surabaya yang mengalami keluhan
kesehatan berupa iritasi tenggorokan adalah sebesar 88,3% dan tidak
mengalami adalah sebesar 11,7%.
Andi Susilawaty dan lain lain (2009) dalam jurnalnya Analisis
Kualitas Udara Ambien Kota Makassar memaparkan bahwa seiring dengan
tingginya laju pertumbuhan penduduk, maka perkembangan transportasi akan
melaju pesat tidak terkecuali di Kota Makassar. Penelitian ini bertujuan untuk
Mengetahui sejauh mana gas - gas dan debu pencemar yang ada di wilayah
Makassar. Terdapat 5 titik pemantauan yang mewakili semua kegiatan dalam
wilayah Kota Makassar seperti permukiman, kawasan industri, daerah padat
lalu lintas, serta peruntukan lain yang telah ditetapkan. Parameter parameter
yang diperiksa adalah Karbon monoksida, Ozon, Nitrogen dioksida, Sulfur
dioksida, dan debu (pertikulat). Berdasarkan hasil pengukuran udara pada
beberapa titik dan waktu pengukuran di wilayah Kota Makassar,
menunjukkan bahwa dari 5 parameter yang diukur, umumnya udara kota
Makassar masih memenuhi standar baku mutu sesuai dengan PP RI No 14
Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemar Udara kecuali debu.

II - 46

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Kerangka Penelitian
Skema penelitian yang akan dilakukan dapat dilihat pada kerangka
penelitian sebagaimana yang dijelaskan pada Gambar 3.1 berikut ini :

Gambar 3.1. Bagan Diagram Alir Penelitian

III-1

3.2 Studi Pendahuluan


Studi pendahuluan diawali oleh studi literatur untuk melengkapi dan
mendukung data-data yang dihasilkan dari penelitian lapangan, dalam studi
literatur ini diperoleh teori-teori, rumus-rumus, dan prinsip-prinsip yang akan
digunakan dalam penelitian. Studi literatur ini dapat menjadi pedoman dalam
melakukan penelitian. Literatur yang digunakan terkait dengan ruang lingkup
tingkat kualitas udara.
Observasi awal yaitu dengan survei lapangan pada kawasan sekitar
terminal mallengkeri sebagai acuan untuk melakukan pemilihan lokasi
penelitian.
Setelah melakukan observasi awal, selanjutnya mengidentifikasi jenis
peralatan apa saja yang akan digunakan untuk melakukan penelitian mengenai
tingkat kualitas udara di kawasan terminal.
3.3 Persiapan Lokasi, Waktu, Alat dan Bahan
Persiapan penelitian meliputi pemilihan lokasi penelitian, dan penentuan
waktu penelitian.
3.3.1

Pemilihan Lokasi Penelitian


Setelah melakukan survei lapangan pada saat survei pendahuluan,
maka pemilihan lokasi di Terminal Malengkeri Makassar didasarkan
pada rute terminal ini yang menuju selatan kota, seperti Kabupaten
Takalar, Jeneponto dan Bulukumba yang mana kita ketahui bersama
bahwa rute tersebut tidak pernah sepi dari hiruk piruk aktivitas
III-2

kendaraan yang menghubungkan dengan Kota Makasaar. Padatnya


kendaraan yang melakukan aktivitas di sekitar terminal baik mobil
pribadi, angkutan umum maupun motor berkaitan erat dengan fungsi
terminal yang menjadi tempat untuk menaik turunkan penumpang.
Sehingga pemilihan lokasi ini bertujuan untuk mengetahui kualitas
udara pada daerah studi ini. Identifikasi pemilihan lokasi dilakukan
dengan cara melihat langsung lokasi yang akan dijadikan daerah studi.
Adapun lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.2 dibawah ini :

Sumber : Google maps, 2015


Gambar 3.2 Lokasi Penelitian
Dalam penentuan lokasi titik pengujian, pemilihan lokasi didasarkan
atas area dengan konsentrasi pencemaran yang tinggi mengacu pada
SNI No. 19-7119.6-2005 sehingga diperoleh 5 titik pengujian yang
masing - masing titik mewakili kepadatan kendaraan dan banyaknya

III-3

aktivitas yang dapat mencemari udara. Adapun lokasi titik pengukuran


dapat dilihat pada Gambar 3.3 dibawah ini :

Sumber : Wikimapia 2015

Gambar 3.3 Titik Pengukuran


Keterangan Gambar :
Titik 1 : Daerah warung makan
Titik 2 : Gerbang keluar arah jalan Malengkeri
Titik 3 : Gerbang masuk dari arah jalan Malengkeri
Titik 4 : Parkiran Terminal
Titik 5 : Gerbang keluar arah jalan sultan alaudin
Dimana pada titik 1 daerah lokasi penelitian hanya terdiri dari warung
makan yang tersedia dalam terminal. Pada titik 2 daerah lokasi penelitian
terdiri dari gerbang keluar terminal yang berbatasan langsung dengan jalan
Malengkeri dan terdapat beberapa warung makan dan gedung Dinas
Perhubungan. Pada titik 3 daerah lokasi penelitian terdiri dari gerbang

III-4

masuk terminal yang berbatasan langsung dengan jalan Malengkeri dan


terdapat beberapa warung makan dan gedung Dinas Perhubungan. Pada titik
4 daerah lokasi penelitian hanya terdiri dari parkiran dalam terminal dan
bersebelahan dengan daerah warung makan serta pada titik 5 daerah lokasi
penelitian terdiri dari gerbang keluar terminal yang berbatasan langsung
dengan jalan Sultan Alaudin dan terdapat warung makan serta rumah
penduduk.
3.3.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan selama 2 (satu) hari mewakili hari kerja dan
hari libur dimana hari kerja penelitian pada tanggal 20 Februari 2015
dan hari libur penelitian pada tanggal 29 Maret 2015 dengan rincian
waktu tiap titik sebagai berikut :

3.3.3

a.

Waktu titik 1 : 09.25 Wita - 10.20 Wita (pagi hari)

b.

Waktu titik 2 : 11.03 Wita 11.58 Wita (siang hari)

c.

Waktu titik 3 : 13.13 Wita 14.08 Wita (siang hari)

d.

Waktu titik 4 : 14.34 Wita 15.29 Wita (sore hari)

e.

Waktu titik 5 : 16.04 Wita 16.59 Wita (sore hari)

Alat dan Bahan Penelitian


Adapun alat dan bahan yang akan digunakan dalam penelitian kualitas
udara yaitu Mobil Laboratorium Kualitas Udara untuk mengukur
tingkat kualitas udara dilokasi penelitian; 7 (Tujuh) sensor komponen
yaitu Hidrogen (H2), Hidrogen Sulfida (H2 S), Nitrogen Dioksida
III-5

(NO2), Sulfur Dioksida (SO2), Karbon Dioksida (CO2), Karbon


Monoksida (CO) dan Klorin (Cl2); Alat perekam data untuk merekam
data hasil pembacaan sensor; Laptop yang dilengkapi program DEMS;
Aplikasi wikimapia; Ponsel (Stopwatch) untuk mengetahui waktu
pengukuran; Kamera untuk dokumentasi pada saat penelitian
berlangsung; Berikut gambar alat dapat dilihat pada Gambar 3.4
berikut ini :

(a)

(b)

(d)

(e)

(c)

(f)

(g)

Sumber : dokumetasi, 2015

Gambar 3.4. Alat dan Bahan


Keterangan gambar:
a. Mobil Unit Laboratorium Kualitas Udara adalah alat yang digunakan
dalam pengukuran atau pengujian kualitas udara dilapangan

III-6

b. Sensor 7 komponen udara yaitu Hidrogen (H2), Hidrogen Sulfida


(H2 S), Nitrogen Dioksida (NO2), Sulfur Dioksida (SO2 ), Karbon
Dioksida (CO2), Karbon Monoksida (CO) dan Klorin (Cl2)
c. Alat perekam data untuk merekam data hasil pembacaan sensor
d. Laptop untuk logger, termasuk konfigurasi, pengumpulan data, dan
penyajian data.
e. Aplikasi Wikimapia untuk menentukan titik pengukuran
f. Stopwatch, untuk mengetahui waktu pengukuran
g. Kamera, untuk dokumentasi pada saat servei berlangsung
3.3.4

Tahapan Pengumpulan Data


a.

Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini, adalah data primer
dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari
obsevasi serta pengambilan gambar dan dokumentasi.
Adapun data primer yang didapat dalam penelitian ini berupa,
yaitu:
-

Penelitian lapangan, yaitu penelitian yang dilakukan dengan


meninjau langsung kondisi, objek, dan lokasi yang akan diteliti
sehingga kita dapat secara langsung mengumpulkan data
primer yang didapat secara langsung dari lapangan baik dengan
survey lapangan maupun wawancara.

Penelitian kepustakaan, merupakan suatu metode yang


dilakukan untuk mendapatkan pengetahuan dan landasan
teoritis dalam menganalisis data dan permasalahan melalui

III-7

karya tulis dan sumber sumber lainnya sebagai bahan


pertimbangan dalam penulisan tugas akhir ini. Penelitian
kepustakaan dilakukan dengan cara mencari referensi di
internet, buku serta penelitian terdahulu mengenai Studi
Tingkat Kualitas Udara di Kawasan Terminal Mallengkeri
Makassar.
-

Dokumentasi yaitu pengambilan data menggunakan media


kamera sebagai alat pengambilan gambar.

b.

Metode Pengambilan Data


Pengukuran tingkat kualitas udara yang dilakukan hanya 1 kali
pada masing - masing titik pengukuran. Penelitian dilakukan pada
hari kerja dan hari libur. Pengukuran dilakukan di 5 titik pengujian
yaitu (a) warung makan dalam terminal (b) gerbang keluar ke arah
jalan malengkeri (c) gerbang masuk dari arah jalan malengkeri (d)
parkiran dalam terminal dan (e) gerbang keluar kearah jalan sultan
alaudin. Pada penelitian ini diambil 5 titik pengujian yang
mewakili daerah yang konsentrasi pencemaran tinggi dan
dilakukan dari pagi hingga sore hari selama 1 jam tiap titik
pengujian.
Proses pengukuran dilakukan dengan meletakkan alat mobil
unit laboratorium udara di titik pengukuran lalu alat di atur setiap 1

III-8

(satu) data terbaca pada menit ke 5 dengan interval waktu 5 menit


tiap data sehingga dalam 1 jam dapat menghasilkan 12 data. Pada
alat penelitian yang digunakan, interval waktu dapat disesuaikan
dengan kebutuhan. Alat ini dapat membaca data dengan interval
tiap detik, menit hingga jam. Tetapi yang perlu diketahui, interval
waktu tidak mempengaruhi hasil karena akan diestimasikan sesuai
dengan waktu pengukuran yang sebenarnya. Pada penelitian ini,
peneliti mengambil interval waktu 5 menit tiap data karena hanya
ingin melihat fluktuasi data pembacaan selama 1 jam. Adapaun
posisi alat pada saat penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.5
dibawah ini

(a)

(b)

(d)

(c)

(e)

Gambar 3.5 Lokasi Penempatan Alat Penelitian


III-9

Keterangan Gambar :
Titik 1 (a) : Daerah warung makan
Titik 2 (b) : Gerbang keluar arah jalan Malengkeri
Titik 3 (c) : Gerbang masuk dari arah jalan Malengkeri
Titik 4 (d) : Parkiran Terminal
Titik 5 (e) : Gerbang keluar arah jalan sultan alaudin
Adapun tampilan data secara lengkap pada monitor alat dapat dilihat pada
Gambar 3.6 dibawah ini :

Sumber : Dokumentasi, 2015

Gambar 3.6 Tampilan Data


Langkah - langkah pengaturan alat dalam program Digital Emmision
Monitoring System (DEMS) dapat dilihat selengkapnya pada Gambar 3.7
dibawah ini :
Pilih program DEMS dalam desktop komputer

III-10

A
Pilih log data channels dari menu configure
dan kemudian pilih edit log data channel.

Ketika pertama kali mulai, pilih Recall Config


dari menu Manage, system akan merecall
configuration sub-menu dari tampilan saat ini
dengan mengubah nama file MOBILE.CFG.

Setelah mengatur configuration, pilih Start


Logging dari menu Manage.

Pembacaan akan terbaca secara otomatis sesuai


dengan interval waktu yang telah ditentukan

Ketika sensor bekerja, data dapat dilihat pada


menu monitor dan memilih view data untuk
melihat tampilan data

Setelah pengambilan data telah selesai,


kemudian klik
stop
logging
untuk
menghentikan pembacaan sensor sehingga
pembacaan dapat terhenti.

III-11

A
Kemudian pilih menu collect data agar data
yang telah terkumpul dalam bentuk format
.DAT dapat diubah menjadi nama file sesuai
yang diinginkan.

Setelah itu pilih menu process, kemudian pilih


transfel file untuk mengkonversi file .DAT
menjadi file .WKS (Worksheet).

Buka file Worksheet kemudian Save As


dalam bentuk .XLS (Microsoft Excel).

Gambar 3.7 Flowchart Langkah Pengambilan Data


3.3.5

Tahapan Pengolahan Data dan Analisis


Data-data yang dikumpulkan pada penelitian akan dianalisis dalam
kerangka model yang menjadi target utama dalam penelitian ini.

Pengolahan data dimulai dengan mengurutkan data hasil pembacaan program


DEMS (Digital Emission Monitoring System) pada mobil laboratorium udara.

Melakukan tabulasi data

III-12

A
Mendeskripsikan data pengukuran untuk melihat hasil pembacaan H2 , H2 S,
SO 2, NO2 , CO2 , CO dan Cl2

Menganalisis hasil pengukuran parameter dengan menghitung estimasi


waktu dilapangan ke waktu standar ISPU kemudian menganalisis hasilnya
dengan membandingkan ISPU

Gambar 3.8 Flowcart Pengolahan Data


Terdapat tiga kegiatan utama yang yang dilakukan dalam tahapan
analisis data, yaitu kegiatan komplikasi dan tabulasi dan analisis
tingkat kualitas udara. Proses pengolahan data dilihat pada Gambar 3.8
diatas.
Pada tahap komplikasi dan tabulasi data, kemudian data-data
hasil penelitian lapangan ditabulasi dan dikomplikasi dalam bentuk
tabel dan grafis. Komplikasi dan tabulasi data ini dilakukan dengan
menggunakan Microsoft Excel di komputer. Selanjutnya, dilakukan
kegiatan analisis data evaluasi data untuk menentukan pengelompokan
data dalam tahap mendapatkan titik-titik yang tercemar atau tidak
berdasarkan ISPU.

III-13

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1

Tampilan Data
Proses pengukuran dilakukan dengan meletakkan alat mobil polusi udara
ditempat titik pengukuran lalu pembacaan alat di atur setiap 1 data
dihasilkan dari pembacaan pada menit ke 5 sehingga 1 jam menghasilkan
12 data. Berikut ini hasil data yang ditampilkan dapat dilihat pada Gambar
4.1 dibawah ini :

Gambar 4.1 Tampilan Data


4.2

Jenis Polutan
Hasil pemantauan kualitas udara yang dilakukan pada 5 titik pengukuran
sebagaimana disebutkan pada bagian sebelumnya adalah sebagai berikut :
a. Polutan Sulfur Dioksida (SO2)
Hasil pemantauan kualitas udara pada polutan SO2 pada hari kerja dan
hari liburdapat dilihat pada Gambar 4.2 dibawah ini :

IV-1

Bahw
a hasil pengukuran masih jauh dibawah baku mutu yang ditetapkan
pemerintah.
(Titik 1)

(Titik2)

(Titik 3)

(Titik 4)

(Titik 5)
Sumber : Hasil Penelitian, 2015

Gambar 4.2 Grafik Polutan Sulfur Dioksida(SO2)


Dari hasil pengukuran polutan SO2 menunjukkan bahwa pada hari
kerja secara rata-rata kadar SO2adalah pada titik 1 sebesar 162,63
g/m3, titik 2 sebesar 169,92 g/m3, pada titik 3 sebesar 148,99 g/m3,
titik 4 sebesar 130,77 g/m3dan pada titik 5 sebesar 147,35 g/m3

IV-2

dengan rata-rata tertinggi pada titik 2 dan terendah pada titik 4.


Pembacaan maksimum terjadi pada titik ke 2 tepatnya pembacaan
pukul 11.38 siang dengan kadar polutan antara 180-210 g/m3dan nilai
minimum di titik ke 5 pembacaan pukul 16.24 sore dengan kadar
polutan antara 120-150 g/m3. Bila dibandingkan dengan standar baku
mutu udara ambien maka semua titik pengukuran masih dibawah
standar baku mutu dengan nilai standar 900 g/m3. Pengamatan
langsung pada saat pengukuran dilapangan menunjukkan bahwa
kondisi terminal dalam keadaan ramai dengan aktivitas kendaraan
baik kendaraan umum maupun kendaraan pribadi. Namun dari hasil
pengukuran disemua titik menunjukkan bahwa kualitas udara SO2
dikawasan terminal Malengkeri masih jauh dibawah standar baku mutu
yang telah ditetapkan.
Sedangkan pada hari libur secara rata-rata kadar SO2 adalah pada titik
1 sebesar 78,28 g/m3, titik 2 sebesar 160,17 g/m3, pada titik 3
sebesar 144,39 g/m3, titik 4 sebesar 114,08 g/m3dan pada titik 5
sebesar 113,33 g/m3dengan rata-rata tertinggi pada titik 2 dan
terendah pada titik 1. Pembacaan maksimum terjadi pada titik ke 3
tepatnya pembacaan pukul 13.33 siang dengan kadar polutan antara
180-210 g/m3dan nilai minimum di titik ke 5 pembacaan pukul 16.04
sore dengan kadar polutan antara 0-30 g/m3. Bila dibandingkan
dengan standar baku mutu udara ambien maka semua titik pengukuran
masih dibawah standar baku mutu dengan nilai standar 900 g/m3.

IV-3

Pengamatan langsung pada saat pengukuran dilapangan menunjukkan


bahwa kondisi terminal dalam keadaan

ramai dengan aktivitas

kendaraan baik kendaraan umum maupun kendaraan pribadi. Namun


dari hasil pengukuran disemua titik menunjukkan bahwa kualitas udara
SO2 dikawasan terminal Malengkeri masih jauh dibawah standar baku
mutu yang telah ditetapkan.
b. polutan Nitrogen Dioksida (NO2)
Hasil pemantauan kulitas udara pada polutan NO2 pada hari kerja dan
hari libur adalah sebagai berikut :
Dari hasil pengukuran polutan NO2 menunjukkan bahwa pada hari
kerja secara rata-rata kadar NO2 adalah pada titik 1 sebesar 142 g/m3,
titik 2 sebesar 136,81 g/m3, pada titik 3 sebesar 113,58 g/m3, titik 4
sebesar 101,07 g/m3dan pada titik 5 sebesar 101,58 g/m3 dengan
rata-rata tertinggi pada titik 1 dan terendah pada titik 4. Data hasil
pengukuran dapat dilihat pada Gambar 4.3 dibawah ini.
Pembacaan maksimum terjadi pada titik ke 1 tepatnya pembacaan
pukul 9.50 pagi dengan kadar polutan antara 160-200 g/m3dan nilai
minimum di titik ke 5 pembacaan pukul 10.20 pagi dengan kadar
polutan antara 80-120 g/m3.Bila dibandingkan dengan standar baku
mutu udara ambien maka semua titik pengukuran masih dibawah
standar baku mutu dengan nilai standar 400 g/m3.

IV-4

(Titik 1)

(Titik 2)

(Titik 3)

(Titik 4)

(Titik 5)
Sumber :HasilPenelitian, 2015

Gambar 4.3 Grafik Polutan Nitrogen Dioksida (NO2)


Pengamatan langsung menunjukkan bahwa pada saat pengukuran
dilapangan, kondisi terminal dalam keadaan ramai dengan aktivitas
kendaraan baik kendaraan umum maupun kendaraan pribadi. Namun

IV-5

dari hasil pengukuran disemua titik menunjukkan kualitas udara NO2


dikawasan terminal Malengkeri masih dalam keadaan aman dari segi
baku mutu udara ambien.
Sedangkan pada hari libur secara rata-rata kadar NO2 adalah pada titik 1
sebesar 55,71g/m3, titik 2 sebesar 115,12 g/m3, pada titik 3 sebesar
87,64 g/m3, titik 4 sebesar 65,09 g/m3dan pada titik 5 sebesar 88,35
g/m3 dengan rata-rata tertinggi pada titik 2 dan terendah pada titik1.
Pembacaan maksimum terjadi pada titik ke 4 tepatnya pembacaan pukul
14.49 siang dengan kadar polutan antara 120-260 g/m3dan nilai
minimum di titik ke 4 pembacaan pukul 15.14 sore dengan kadar
polutan antara 0-40 g/m3. Bila dibandingkan dengan standar baku
mutu udara ambien maka semua titik pengukuran masih dibawah
standar baku mutu dengan nilai standar 400 g/m3.
Pengamatan langsung menunjukkan bahwa pada saat pengukuran
dilapangan, kondisi terminal dalam keadaan ramai dengan aktivitas
kendaraan baik kendaraan umum maupun kendaraan pribadi. Namun
dari hasil pengukuran disemua titik menunjukkan kualitas udara NO2
dikawasan terminal Malengkeri masih dalam keadaan aman dari segi
baku mutu udara ambien.
c. Polutan Karbon Monoksida (CO)
Hasil pemantauan kualitas udara pada polutan CO pada hari kerja dan
hari libur adalah sebagai berikut :

IV-6

(Titik 1)

(Titik2)

(Titik 3)

(Titik 4)

(Titik 5)
Sumber : Hasil Penelitian, 2015

Gambar 4.4 Grafik Polutan Karbon Monoksida (CO)


Dari hasil pengukuran polutan CO menunjukkan bahwa pada hari kerja
secara rata-rata kadar CO adalah pada titik 1 sebesar 5,02 g/m3, titik 2
sebesar 9,45 g/m3, pada titik 3 sebesar 25,48 g/m3, titik 4 sebesar
32,83 g/m3dan pada titik 5 sebesar 32,27 g/m3 dengan rata-rata
tertinggi pada titik 4 dan terendah pada titik 1. Pembacaan maksimum
terjadi pada titik ke 5 tepatnya pembacaan pukul 16.44 sore dengan

IV-7

kadar polutan antara 60-70 g/m3 dan nilai minimum 0 g/m3 terdapat
pada titik 1 dan 2 dengan waktu yang berbeda. Bila dibandingkan
dengan standar baku mutu udara ambien maka semua titik pengukuran
masih dibawah standar baku mutu dengan nilai standar 30,000 g/m3.
Pengamatan langsung pada saat pengukuran dilapangan menunjukkan
bahwa kondisi terminal dalam keadaan

ramai dengan aktivitas

kendaraan baik kendaraan umum maupun kendaraan pribadi. Namun


dari hasil pengukuran disemua titik menunjukkan kualitas udara CO
dikawasan terminal Malengkeri masih dalam keadaan aman dari segi
baku mutu udara ambien. Hasil pembacaan dapat dilihat pada Gambar
4.4 diatas.
Sedangkan pada hari libur secara rata-rata kadar CO adalah pada titik 1
sebesar 10,99 g/m3, titik 2 sebesar 22,40 g/m3, pada titik 3 sebesar
26,78 g/m3, titik 4 sebesar 33,90 g/m3dan pada titik 5 sebesar 24,87
g/m3 dengan rata-rata tertinggi pada titik 4 dan terendah pada titik 1.
Pembacaan maksimum terjadi pada titik ke 4 tepatnya pembacaan pukul
15.19 sore dengan kadar polutan antara 30-40 g/m3 dan nilai minimum
terjadi pada titik ke 1 tepatnya pembacaan 09.25 pagi dengan kadar
polutan antara 0-10 g/m3. Bila dibandingkan dengan standar baku
mutu udara ambien maka semua titik pengukuran masih dibawah
standar baku mutu dengan nilai standar 30,000 g/m3. Pengamatan
langsung pada saat pengukuran dilapangan menunjukkan bahwa kondisi
terminal dalam keadaan

ramai dengan aktivitas kendaraan baik

IV-8

kendaraan umum maupun kendaraan pribadi. Namun dari hasil


pengukuran disemua titik menunjukkan kualitas udara CO dikawasan
terminal Malengkeri masih dalam keadaan aman dari segi baku mutu
udara ambien.
d. Polutan Karbon Dioksida (CO2)
Hasil pemantauan kulitas udara pada polutan CO2 pada hari kerja dan
hari liburdapat dilihat pada Gambar 4.5 dibawah ini :
Dari hasil pengukuran polutan CO2 pada hari kerja menunjukkan
bahwa kadar CO2 disemua titik pengukuran adalah 0 g/m3. Hal ini
dapat disebabkan oleh alat sensor hanya mengukur polutan yang lewat
disekitar sensor sedangkan sensor tersebut berada diatas mobil yang
ketinggiannya sekitar 2 meter sehingga buangan kendaraan bermotor
yang diharapkan dapat terbaca oleh sensor tidak bekeja sebagaimana
yang diharapkan. Disamping itu pula, arah angin juga menentukan
terbaca atau tidaknya polutan yang diukur. Apabila arah angin
berlawan dengan sensor atau sensor berada dalam posisi dimana arah
angin tidak menuju kearah tersebut sehingga memungkinkan sensor
tidak menangkap polutan yang diukur sedangkan peneliti tidak
mengukur arah angin. Disini letak kekurangan penelitian ini.Pada
penelitian ini pula, tiap satu data terbaca pada menit ke 5 yang
memungkinkan pada menit ke 5 tersebut sensor tidak menangkap
polutan tetapi sebelum atau setelah menit ke 5, sensor dapat membaca
polutan tetapi alat tidak merekam. CO2 juga dihasilkan dari

IV-9

pembakaran sempurna bahan bakar minyak, sehingga pada saat


pengukuran mungkin saja aktivitas yang menggunakan bahan bakar
minyak tidak terjadi pembakaran yang sempurna yang mengakibatkan
tidak terjadi pembentukan CO2 sehingga sensor tidak menangkap
polutan.

(Titik 1)

(Titik 2)

(Titik 3)

(Titik 4)

(Titik 5)
Sumber : Hasil Penelitian, 2015

Gambar 4.5 Grafik Polutan Karbon Dioksida (CO2)

IV-10

Sedangkan pada hari libur secara rata-rata kadar CO2 adalah pada titik
1 sebesar 1,49 g/m3, titik 2 sebesar 2,24 g/m3, pada titik 3 sebesar
1,19 g/m3, titik 4 sebesar 1,34 g/m3 dan pada titik 5 sebesar 2,54
g/m3 dengan rata-rata tertinggi pada titik 5 dan terendah pada titik 1
dan 3. Pembacaan maksimum terjadi pada titik ke 3 tepatnya
pembacaan pukul 13.13 siang dengan kadar polutan antara 6-8 g/m3
dan nilai minimum adalah 0 g/m3 dan terjadi di semua titik
pengukuran. Pengamatan langsung pada saat pengukuran dilapangan
menunjukkan bahwa kondisi terminal dalam keadaan ramai dengan
aktivitas kendaraan baik kendaraan umum maupun kendaraan pribadi.
Polutan CO2 tidak bisa dibandingkan langsung dengan baku mutu
udara ambien karena polutan ini tidak terdapat dalam baku mutu.
e. Polutan Hidrogen (H2)
Hasil pemantauan kulitas udara pada polutan H2 pada hari kerja dan
hari libur dapat lihat pada Gambar 4.6 dibawah ini :
Dari hasil pengukuran polutan H2 pada hari kerja menunjukkan bahwa
secara rata-rata kadar H2 adalah pada titik 1 sebesar 3,95 g/m3, titik 2
sebesar 2,68 g/m3, pada titik 3 sebesar 2,27 g/m3, titik 4 sebesar
1,38 g/m3dan pada titik 5 sebesar 0,69 g/m3 dengan rata-rata
tertinggi pada titik 1 dan terendah pada titik 5. Pembacaan maksimum
terjadi pada titik ke 1 dan 2 tepatnya pembacaan pukul 09.30 pagi dan
11.03 siang dengan kadar polutan antara 9-12 g/m3 dan nilai

IV-11

minimum terdapat dibeberapa titik dan waktu yang berbeda dengan


pembacaan 0 g/m3.

(Titik 1)

(Titik 2)

(Titik 3)

(Titik 4)

(Titik 5)
Sumber : Hasil Penelitian, 2015

Gambar 4.6 Grafik Polutan Hidrogen (H2)


Polutan H2 tidak bisa dibandingkan langsung dengan baku mutu udara
ambien karena polutan ini tidak terdapat dalam baku mutu.

IV-12

Sedangkan pada hari libur secara rata-rata kadar H2 adalah pada titik 1
sebesar 3,25 g/m3, titik 2 sebesar 8,73 g/m3, pada titik 3 sebesar
2,84 g/m3, titik 4 sebesar 1,84 g/m3dan pada titik 5 sebesar 3,08
g/m3 dengan rata-rata tertinggi pada titik 2 dan terendah pada titik 5.
Pembacaan maksimum terjadi pada titik ke 2 tepatnya pembacaan
pukul 11.53 siang dengan kadar polutan antara 18-21 g/m3dan nilai
minimum terdapat dibeberapa titik dan waktu yang berbeda dengan
pembacaan 0 g/m3. Polutan H2 tidak bisa dibandingkan langsung
dengan baku mutu udara ambien karena polutan ini tidak terdapat
dalam baku mutu.
f. Polutan Hidrogen Sulfida (H2S)
Hasil pemantauan kulitas udara pada polutan H2S pada hari kerja dan
hari libur adalah sebagai berikut :
Dari hasil pengukuran polutan H2S pada hari kerja menunjukkan
bahwa secara rata-rata kadar H2S adalah pada titik 1 sebesar 87,96
g/m3, titik 2 sebesar 76,91 g/m3, pada titik 3 sebesar 66,20 g/m3,
titik 4 sebesar 67,61 g/m3dan pada titik 5 sebesar 72,29 g/m3 dengan
rata-rata tertinggi pada titik 1 dan terendah pada titik 3. Pembacaan
maksimum terjadi pada titik ke 5 tepatnya pembacaan pukul 16.44 sore
dengan kadar polutan antara 120-140 g/m3dan nilai minimum
terdapat dibeberapa titik ke 2 tepatnya pembacaan 11.03 siang dengan
kadar polutan antara 40-60 g/m3. Polutan H2S tidak bisa
dibandingkan langsung dengan baku mutu udara ambien karena

IV-13

polutan ini tidak terdapat dalam baku mutu. Secara lengkap dapat
dlihat pada Grafik 4.7 dibawah ini :

(Titik 1)

(Titik 2)

(Titik 3)

(Titik 4)

(Titik 5)

Sumber : Hasil Penelitian, 2015

Gambar 4.7 Grafik Polutan Hidrogen Sulfida(H2S)

IV-14

Sedangkan untuk hari libur secara rata-rata kadar H2S adalah pada titik
1 sebesar 35,98 g/m3, titik 2 sebesar 46,26 g/m3, pada titik 3 sebesar
67,95 g/m3, titik 4 sebesar 52,54 g/m3dan pada titik 5 sebesar 63,36
g/m3 dengan rata-rata tertinggi pada titik 3 dan terendah pada titik 1.
Pembacaan maksimum terjadi pada titik ke 2 tepatnya pembacaan pukul
11.38 siang dengan kadar polutan antara 80-100 g/m3dan nilai
minimum terdapat dibeberapa titik ke 1 tepatnya pembacaan 09.30 pagi
dengan kadar polutan antara 0-20 g/m3. Polutan H2S tidak bisa
dibandingkan langsung dengan baku mutu udara ambien karena polutan
ini tidak terdapat dalam baku mutu
g. Polutan Klorida (Cl2)
Hasil pemantauan kulitas udara pada polutan Cl2 pada hari kerja dan
hari libur adalah sebagai berikut :
Dari hasil pengukuran polutan Cl2 pada hari kerja menunjukkan bahwa
secara rata-rata kadar Cl2 adalah pada titik 1 sebesar 141,28 g/m3, titik
2 sebesar 111,60 g/m3, pada titik 3 sebesar 97,70 g/m3, titik 4 sebesar
75,81 g/m3 dan pada titik 5 sebesar 81,59 g/m3 dengan rata-rata
tertinggi pada titik 1 dan terendah pada titik 4. Hasil pengukuran dapat
dilihat pada Gambar 4.8 dibawah. Pembacaan maksimum terjadi pada
titik ke 5 tepatnya pembacaan pukul 16.44 sore dengan kadar polutan
antara 200-250 g/m3 dan nilai minimum terdapat pada titik ke 4
tepatnya pembacaan pukul 14.44 siang dengan kadar polutan antara 50100 g/m3.

IV-15

(Titik 1)

(Titik 2)

(Titik 3)

(Titik 4)

(Titik 5)
Sumber : Hasil Penelitian, 2015

Gambar 4.8 Grafik Polutan Klorida (Cl2)


Polutan Cl2 terdapat pada baku mutu akan tetapi waktu pemaparannya
tidak sesuai dengan waktu pengukuran dilapangan sehingga hasilnya
harus

diestimasikan

ke waktu

pemaparan

sebenarnya dengan

menggunakan rumus pada persamaan 2.2. Pada baku mutu, waktu

IV-16

pengukuran Cl2 adalah 24 jam sedangkan waktu pengukuran dilapangan


selama 1 jam. Setelah diestimasikan ke waktu pemaparan sebenarnya
dari 1 jam ke 24 jam maka hasil pengukuran disemua titik masih
dibawah standar baku mutu udara ambien yang telah ditetapkan.
Sedangkan pada hari libur secara rata-rata kadar Cl2 adalah pada titik 1
sebesar 70,40 g/m3, titik 2 sebesar 77,07 g/m3, pada titik 3 sebesar
101,69 g/m3, titik 4 sebesar 112,54 g/m3dan pada titik 5 sebesar
116,87 g/m3 dengan rata-rata tertinggi pada titik 5 dan terendah pada
titik 1. Pembacaan maksimum terjadi pada titik ke 3 tepatnya
pembacaan pukul 13.13 siang dengan kadar polutan antara 150-200
g/m3 dan nilai minimum terdapat pada titik ke 1 tepatnya pembacaan
pukul 10.20 pagi dengan kadar polutan antara 0-50 g/m3. Polutan Cl2
terdapat pada baku mutu akan tetapi waktu pemaparannya tidak sesuai
dengan waktu pengukuran dilapangan sehingga hasilnya harus
diestimasikan ke waktu pemaparan sebenarnya dengan menggunakan
rumus pada persamaan 2.2. Pada baku mutu, waktu pengukuran Cl2
adalah 24 jam sedangkan waktu pengukuran dilapangan selama 1 jam.
Setelah diestimasikan ke waktu pemaparan sebenarnya dari 1 jam ke 24
jam maka hasil pengukuran disemua titik masih dibawah standar baku
mutu udara ambien yang telah ditetapkan.
Setelah kita membahas kondisi polutan pencemaran ditiap titik
pengukuran, baik Sulfur Dioksida (SO2), Nitrogen Dioksida (NO2),
Karbon Monoksida (CO), Karbon Dioksida (CO2), Hidrogen (H2),

IV-17

Hidrogen Sulfida (H2S) dan Klorida (Cl2). Secara lengkap hasil


pengukuran dan baku mutu dapat dilihat pada Tabel 4.1 dibawah ini
Tabel 4.1 Hasil Pengukuran Polutan dengan Baku Mutu Udara Ambien Pada Hari Kerja
Waktu
Waktu
Baku
RataTitik
Hasil
No Parameter
Pengukuran Pengukuran
Mutu
rata
Pengujian
(g/m3)
Baku Mutu
Lapangan
(g/m3)
(g/m3)
Titik 1
162.63
Sulfur
Titik 2
169.92
1
Dioksida
1 Jam
1 Jam
900
151.93
Titik 3
148.99
(SO2)
Titik 4
130.77
Titik 5
147.35
Titik 1
142
Nitrogen
Titik 2
136.81
2
Dioksida
1 Jam
1 Jam
400
119.01
Titik 3
113.58
(NO2)
Titik 4
101.07
Titik 5
101.58
Titik 1
5.02
Titik
2
9.45
Karbon
3 Monoksida
Titik 3
1 Jam
1 Jam
30.000
25.48
21.01
(CO)
Titik 4
32.83
Titik 5
32.27
Titik 1
0
Titik 2
0
Karbon
4
Dioksida
Titik 3
0
0
(CO2)
Titik 4
0
Titik 5
0
Titik 1
3.95
Titik 2
2.68
Hidrogen
5
Titik 3
2.27
2.19
(H2)
Titik 4
1.38
Titik 5
0.69
Titik 1
87.96
Titik 2
76.91
Hidrogen
6
Sulfida
Titik 3
66.20
74.19
(H2S)
Titik 4
67.61
Titik 5
72.29
Titik 1
78.47
Titik 2
61.99
Klorida
7
Titik 3
1 Jam
24 Jam
150
54.27
56.43
(Cl2)
Titik 4
42.11
Titik 5
45.32
Sumber : Hasil Penelitian, 2015

IV-18

Kategori
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman

Aman
Aman
Aman
Aman
Aman

Adapun hasil pengukuran pada hari libur secara lengkap dapat dilihat pada Tabel
4.2 dibawah ini :
Tabel 4.2 Hasil Pengukuran Polutan dengan Baku Mutu Udara Ambien Pada Hari Libur
Waktu
Waktu
Baku
RataTitik
Hasil
No Parameter
Pengukuran Pengukuran
Mutu
rata
Pengujian
(g/m3)
Baku Mutu
Lapangan
(g/m3)
(g/m3)
Titik 1
78.28
Sulfur
Titik 2
160.17
1
Dioksida
1 Jam
1 Jam
900
122.05
Titik 3
144.39
(SO2)
Titik 4
114.08
Titik 5
113.33
Titik 1
55.71
Nitrogen
Titik 2
115.12
2
Dioksida
1 Jam
1 Jam
400
82.38
Titik 3
87.64
(NO2)
Titik 4
65.09
Titik 5
88.35
Titik 1
10.99
Titik
2
22.40
Karbon
3 Monoksida
Titik 3
1 Jam
1 Jam
30.000
26.78
23.79
(CO)
Titik 4
33.90
Titik 5
24.87
Titik 1
1.49
Titik 2
2.24
Karbon
4
Dioksida
Titik 3
1.19
1.76
(CO2)
Titik 4
1.34
Titik 5
2.54
Titik 1
3.25
Titik 2
8.73
Hidrogen
5
Titik 3
2.84
3.95
(H2)
Titik 4
1.84
Titik 5
3.08
Titik 1
35.98
Titik 2
46.26
Hidrogen
6
Sulfida
Titik 3
67.95
53.22
(H2S)
Titik 4
52.54
Titik 5
63.36
Titik 1
39.10
Titik 2
42.81
Klorida
7
Titik 3
1 Jam
24 Jam
150
56.48
53.16
(Cl2)
Titik 4
62.51
Titik 5
64.91
Sumber :HasilPenelitian, 2015

IV-19

Kategori
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman

Aman
Aman
Aman
Aman
Aman

4.3

Analisis dan perhitungan konsentrasi polutan dalam estimasi


waktu
Dalam perhitungan estimasi waktu, polutan yang dihitung hanya tiga
yaitu Sulfur Dioksida(SO2), Nitrogen Dioksida (NO2), dan Karbon
Monoksida (CO) karena hanya ketiga parameter tersebut yang terdapat
dalam ISPU. Hasil perhitungan menggunakan persamaan 2.2 dalam
estimasi waktu standar ISPU adalah sebagai berikut :
a. Polutan Sulfur Dioksida (SO2) dalam estimasi waktu standar
Berdasarkan persamaan 2.2 yang mana menentukan estimasi waktu
yang ditentukan dalam pemaparan waktu standar polutan SO2
menggunakan waktu estimasi selama 24 jam yang selengkapnya
dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut ini :
Tabel 4.3 Pemaparan Waktu Standar Parameter SO2 pada hari kerja
Waktu
Titik Penelitian
(jam)
1
2
3
4
5
3
3
3
3
1 jam
162.63g/m 169.92g/m 148.99g/m 130.77g/m 147.35g/m3
24 jam
90.33g/m3
94.38g/m3 82.76g/m3 72.64g/m3 81.85g/m3
Sumber : Hasil Penelitian, 2015

Dari hasil perhitungan diatas, pemaparan waktu standar pada


polutan SO2 pada hari kerja menunjukkan adanya penurunan
konsentrasi SO2 dimasing - masing titik setelah diestimasikan ke
waktu pengukuran sebenarnya yakni dari waktu 1 jam ke 24 jam
dengan pembacaan tertinggi pada titik 2 yaitu 94,38g/m3dan
terendah pada titik 4 yaitu 72,64g/m3.
Adapun untuk hari libur dapat dilihat pada Tabel 4.4 dibawah ini :

IV-20

Tabel 4.4 Pemaparan Waktu Standar Parameter SO2 pada hari libur
Waktu
Titik Penelitian
(jam)
1
2
3
4
5
3
3
3
3
1 jam
78.28 g/m
160.17g/m 144.39g/m 114.08g/m 113.33g/m3
24 jam
43.48 g/m3 88.97 g/m3 80.20 g/m3 63.37 g/m3 62.95 g/m3
Sumber : Hasil Penelitian, 2015

Dari hasil perhitungan diatas, pemaparan waktu standar pada


polutan SO2 pada hari libur menunjukkan adanya penurunan
konsentrasi SO2 dimasing - masing titik setelah diestimasikan ke
waktu pengukuran sebenarnya yakni dari waktu 1 jam ke 24 jam
dengan pembacaan tertinggi pada titik 2 yaitu 88,97 g/m3 dan
terendah pada titik 1 yaitu 43,48g/m3.
b. Polutan Nitrogen Dioksida (NO2) dalam estimasi waktu standar
Berdasarkan persamaan 2.2 yang mana menentukan estimasi waktu
yang ditentukan dalam pemaparan waktu standar polutan NO2
menggunakan waktu estimasi selama 1 jam yang selengkapnya
dapat dilihat pada Tabel 4.5 berikut ini :
Tabel 4.5 Pemaparan Waktu Standar Polutan NO2 pada hari kerja
Titik Penelitian
Waktu
1
2
3
4
(jam)
142
136.81
113.58
101.07
1 jam
g/m3
g/m3
g/m3
g/m3
142
136.81
113.58
101.07
1 jam
g/m3
g/m3
g/m3
g/m3
Sumber : Hasil Penelitian, 2015

Dari hasil perhitungan diatas, pemaparan waktu standar pada


polutan NO2 pada hari kerja menunjukkan bahwa tidak ada
perubahan konsentrasi dimasing - masing titik karena dalam baku
mutu udara ambien waktu standar untuk polutan NO2 sama dengan

IV-21

5
101.58
g/m3
101.58
g/m3

waktu pengukuran dilapangan yakni 1 jam. Pembacaan tetinggi


pada titik 1 yaitu 142 g/m3dan pembacaan terendah pada titik 4
yaitu 101,07 g/m3.
Adapun untuk hari libur dapat dilihat pada Tabel 4.6 dibawah ini :
Tabel 4.6 Pemaparan Waktu Standar Polutan NO2 pada hari libur
Titik Penelitian
Waktu
(jam)
1
2
3
4
5
3
3
3
3
1 jam
55.71g/m
115.12g/m 87.64g/m 65.09g/m 88.35g/m3
1 jam
55.71g/m3 115.12g/m3 87.64g/m3 65.09g/m3 88.35g/m3
Sumber : Hasil Penelitian, 2015

Dari hasil perhitungan diatas, pemaparan waktu standar pada


polutan NO2 pada hari libur menunjukkan bahwa tidak ada
perubahan konsentrasi dimasing - masing titik karena dalam baku
mutu udara ambien waktu standar untuk polutan NO2 sama dengan
waktu pengukuran dilapangan yakni 1 jam. Pembacaan tetinggi
pada titik 2 yaitu 115,12 g/m3dan pembacaan terendah pada titik
4 yaitu 65.09g/m3.
c. Polutan Karbon Monoksida (CO) dalam estimasi waktu standar
Berdasarkan persamaan 2.2 yang mana menentukan estimasi waktu
yang ditentukan dalam pemaparan waktu standar polutan CO
menggunakan waktu estimasi selama 8 jam yang selengkapnya
dapat dilihat pada Tabel 4.7 berikut ini
Tabel 4.7 Pemaparan Waktu Standar Polutan CO pada hari kerja
Titik Penelitian
Waktu
(jam)
1
2
3
4
3
3
3
1 jam
5.02 g/m
9.45 g/m
25.48 g/m
32.83 g/m3
8 jam
3.42 g/m3 6.43 g/m3 17.34 g/m3 22.34 g/m3
Sumber : Hasil Penelitian, 2015.

IV-22

5
32.27 g/m3
21.96 g/m3

Dari hasil perhitungan diatas, pemaparan waktu standar pada


polutan CO pada hari kerja menunjukkan adanya penurunan
konsentrasi CO dimasing - masing titik setelah diestimasikan ke
waktu pengukuran sebenarnya yakni dari waktu 1 jam ke 8 jam.
Pembacaan tertinggi pada titik 4 yaitu 22,34 g/m3 dan pembacaan
terendah pada titik 1 yaitu 3,42 g/m3.
Adapun untuk hari libur dapat dilihat pada Tabel 4.8 dibawah ini :
Tabel 4.8 Pemaparan Waktu Standar Polutan CO pada hari libur
Titik Penelitian
Waktu
(jam)
1
2
3
4
3
3
3
1 jam
10.99g/m
22.40g/m
26.78g/m
33.90g/m3
8 jam
7.48g/m3 15.24g/m3 18.22g/m3
23.07g/m3
Sumber : Hasil Penelitian, 2015.

Dari hasil perhitungan diatas, pemaparan waktu standar pada


polutan CO pada hari libur menunjukkan adanya penurunan
konsentrasi CO dimasing - masing titik setelah diestimasikan ke
waktu pengukuran sebenarnya yakni dari waktu 1 jam ke 8 jam.
Pembacaan tertinggi pada titik 4 yaitu 23,07g/m3dan pembacaan
terendah pada titik 1 yaitu 7,48g/m3.
d. Polutan Klorida (Cl2) dalam estimasi waktu standar
Berdasarkan persamaan 2.2 yang mana menentukan estimasi waktu
yang ditentukan dalam pemaparan waktu standar polutan Cl2
menggunakan waktu estimasi selama 24 jam yang selengkapnya
dapat dilihat pada Tabel 4.9 berikut ini :

IV-23

5
24.87g/m3
16.92g/m3

Tabel 4.9 Pemaparan Waktu Standar Polutan Cl2 pada hari kerja
Waktu
Titik Penelitian
(jam)
1
2
3
4
3
3
3
1 jam
141.28 g/m
111.6g/m
97.70g/m
75.81g/m3
24 jam
78.47g/m3
61.99g/m3
54.27g/m3
42.11g/m3

5
81.59g/m3
45.32g/m3

Sumber : Hasil Penelitian, 2015.

Dari hasil perhitungan diatas, pemaparan waktu standar pada


polutan Cl2 pada hari kerja menunjukkan adanya penurunan
konsentrasi Cl2 dimasing - masing titik setelah diestimasikan ke
waktu pengukuran sebenarnya yakni dari waktu 1 jam ke 24 jam.
Pembacaan tertinggi pada titik 1 yaitu 78,47g/m3dan pembacaan
terendah pada titik 4 yaitu 42,11g/m3.
Adapun untuk hari libur dapat dilihat pada Tabel 4.10 dibawah ini :
Tabel 4.10 Pemaparan Waktu Standar Polutan Cl2 pada hari libur
Waktu
Titik Penelitian
(jam)
1
2
3
4
3
3
3
1 jam
70.40 g/m
77.07g/m
101.69g/m 112.54 g/m3
24 jam
39.10g/m3 42.81g/m3
56.48 g/m3
62.51 g/m3
Sumber : Hasil Penelitian, 2015.

Dari hasil perhitungan diatas, pemaparan waktu standar pada


polutan Cl2 pada hari libur menunjukkan adanya penurunan
konsentrasi Cl2 dimasing - masing titik setelah diestimasikan ke
waktu pengukuran sebenarnya yakni dari waktu 1 jam ke 24 jam.
Pembacaan tertinggi pada titik 5 yaitu 64,91g/m3 dan pembacaan
terendah pada titik 1yaitu 39,10 g/m3.

IV-24

5
116.87g/m3
64.91 g/m3

4.4

Analisis perhitungan berdasarkan Indeks Standar Pencemaran


Udara (ISPU)
Berdasarkan Tabel 2.5 Batas ISPU, maka peneliti dapat
menghitung nilai ISPU dengan menggunakan persamaan 2.3 untuk
mengetahui tingkat pencemaran suatu polutan. Dalam ISPU hanya
terdapat tiga jenis polutan yang diukur dilapangan antara lain Sulfur
Dioksida(SO2), Nitrogen Dioksida (NO2), dan Karbon Monoksida
(CO). Selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.11 dibawah ini :

Tabel 4.11 Hasil Indeks Standar Pencemaran Udara


Rata - Estimasi Nilai
Nama
Titik
rata
waktu
ISPU
Polutan
Penelitian
(g/m3) (g/m3) (g/m3)
Titik 1
162.63
90.33
51.81
Titik 2
169.92
94.38
52.52
Sulfur
Dioksida
Titik 3
148.99
82.76
50.48
(SO2)
Titik 4
130.77
72.64
45.40
Titik 5
147.35
81.85
50.32
Titik 1
142
142
25.13
Titik
2
136.81
136.81
24.21
Nitrogen
Dioksida
Titik 3
113.58 113.58
20.10
(NO2)
Titik 4
101.07 101.07
17.88
Titik 5
101.58 101.58
17.97
Titik 1
5.02
3.42
34.23
Titik 2
9.45
6.43
64.34
Karbon
Monoksida
Titik 3
25.48
17.34
202.02
(CO)
Titik 4
32.83
22.34
231.44
Titik 5
32.27
21.96
229.21

pada hari kerja


Rentang

Kategori

51-100
51-100
51-100
0-50
51-100
0-50
0-50
0-50
0-50
0-50
0-50
51-100
200-299
200-299
200-299

Sedang
Sedang
Sedang
Baik
Sedang
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Sedang
Sangat Tidak Sehat
Sangat Tidak Sehat
Sangat Tidak Sehat

Sumber : Hasil Penelitian, 2015

Dari hasil yang diperoleh, dapat dijelaskan bahwa pada hari kerja kadar
polutan SO2 hanya pada titik 4 yang masuk dalam kategori baik,
selebihnya berada pada kategori sedang. Kadar polutan NO2 disemua
titik pengukuran masih dalam kategori baik sedangkan pada polutan CO

IV-25

bervariasi, pada titik 1 berada dalam kategori baik, titik 2 dalam


kategori sedang dan selebihnya berada pada kategori sangat tidak sehat.
Adapun untuk hari libur dapat dilihat pada Tabel 4.12 dibawah ini :
Tabel 4.12 Hasil Indeks Standar Pencemaran Udara
Rata - Estimasi Nilai
Nama
Titik
rata
waktu
ISPU
Polutan
Penelitian
3
3
(g/m ) (g/m ) (g/m3)
Titik 1
78.28
43.48
27.17
Titik 2
160.17
88.97
51.57
Sulfur
Dioksida
Titik 3
144.39
80.20
50.03
(SO2)
Titik 4
114.08
63.37
39.60
Titik 5
113.33
62.95
39.34
Titik 1
55.71
55.71
9.86
Titik 2
115.12 115.12
20.37
Nitrogen
Dioksida
Titik 3
87.64
87.64
15.51
(NO2)
Titik 4
65.09
65.09
11.52
Titik 5
88.35
88.35
15.63
Titik 1
10.99
7.48
74.82
Titik 2
22.40
15.24
174.98
Karbon
Monoksida
Titik 3
26.78
18.22
207.23
(CO)
Titik 4
33.90
23.07
235.73
Titik 5
24.87
16.92
198.99

pada hari libur


Rentang

Kategori

0-50
51-100
51-100
0-50
0-50
0-50
0-50
0-50
0-50
0-50
51-100
101-199
200-299
200-299
101-199

Baik
Sedang
Sedang
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Sedang
TidakSehat
Sangat Tidak Sehat
Sangat Tidak Sehat
TidakSehat

Sumber : Hasil Penelitian, 2015

Dari hasil yang diperoleh, dapat dijelaskan bahwa pada hari libur
kadar polutan SO2 pada titik 2 dan 3 masuk dalam kategori sedang,
selebihnya berada dalam kategori baik. Kadar polutan NO2 disemua
titik pengukuran masih dalam kategori baik sedangkan pada polutan CO
bervariasi, pada titik 1 berada dalam kategori sedang, titik 2 dan 5
dalam kategori tidak sehat dan selebihnya berada pada kategori sangat
tidak sehat.
4.5

Hasil ISPU Kawasan Terminal Malengkeri Makassar


Berdasarkan perhitungan ISPU pada kawasan Terminal Malengkeri,
hasil rata-rata polutan Sulfur Dioksida (SO2), Nitrogen Dioksida (NO2),
IV-26

dan Karbon Monoksida (CO) disetiap titik pengukuran dapat dilihat


pada Tabel 4.13 dibawah ini :
Tabel 4.13 Hasil ISPU Kawasan Terminal Malelengkeri hari kerja
No
Parameter
HasilISPU(g/m3) Rentang
Kategori
Sulfur Dioksida
1
50.10
0-50
Baik
(SO2)
Nitrogen
2
21.06
0-50
Baik
Dioksida (NO2)
Karbon
3
152.25
101-199
Tidak Sehat
Monoksida (CO)
Sumber : Hasil Penelitian, 2015

Dari hasil diatas, dapat disimpulkan bahwa pada Kawasan Terminal


Malengkeri Makassar pada hari kerja kadar polutan SO2 dan NO2 masih
dalam kategori baik sedangkan untuk polutan CO berada dalam
kategori tidak sehat. Salah satu yang mengakibatkan polutan CO masuk
dalam kategori tidak sehat karena banyaknya aktivitas kendaraan
bermotor dikawasan terminal serta asap dari pembakaran makanan
dalam kawasan terminal.
Sedangkan hasil ISPU Kawasan Terminal untuk hari libur dapat dilihat
pada Tabel 4.14 dibawah ini :
Tabel 4.14 Hasil ISPU Kawasan Terminal Malelengkeri hari libur
No
Parameter
HasilISPU(g/m3) Rentang
Kategori
Sulfur Dioksida
1
41.54
0-50
Baik
(SO2)
Nitrogen
2
14.58
0-50
Baik
Dioksida (NO2)
Karbon
3
178.35
101-199
Tidak Sehat
Monoksida (CO)
Sumber : Hasil Penelitian, 2015

Dari hasil diatas, dapat disimpulkan bahwa pada Kawasan Terminal


Malengkeri Makassar pada hari libur kadar polutan SO2 dan NO2 masih

IV-27

dalam kategori baik sedangkan untuk polutan CO berada dalam


kategori tidak sehat. Salah satu yang mengakibatkan polutan CO masuk
dalam kategori tidak sehat karena banyaknya aktivitas kendaraan
bermotor dikawasan terminal serta asap dari pembakaran makanan
dalam kawasan terminal.

IV-28

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1

Kesimpulan
Beberapa kesimpulan yang dapat diperoleh dari hasil survei dan analisis
terhadap Pencemaran Udara pada Kawasan Terminal Malengkeri
Makassar adalah sebagai berikut :
1. Konsentrasi

polutan

di

sekitar

kawasan

Terminal

Malengkeri

menggunakan metode otomatis pada hari kerja adalah rata-rata untuk


polutan Sulfur Dioksida (SO2) senilai 151,93 g/m3, polutan Nitrogen
Dioksida (NO2) senilai 119,01 g/m3, polutan Karbon Monoksida (CO)
senilai 21,01 g/m3, polutan Karbon Dioksida (CO2) senilai 0 g/m3,
polutan Hidrogen (H2) senilai 2,19 g/m3, polutan Hidrogen Sulfida (H2S)
senilai 74,19 g/m3, polutan Klorida (Cl2) 56,43 g/m3. Apabila
dibandingkan dengan baku mutu udara ambien, maka hanya empat polutan
yang dapat dibandingkan yakni SO2, NO2, CO, dan Cl2 yang masingmasing polutan masih berada dibawah standar baku mutu untuk waktu
pengukuran 1 jam terkecuali Cl2 diestimasikan ke 24 jam. Standar baku
mutu untuk pengukuran 1 jam polutan SO2 senilai 900 g/m3, polutan
NO2 senilai 400 g/m3, polutan CO senilai 30,000 g/m3 dan polutan Cl2
untuk waktu pengukuran 24 jam senilai 150 g/m3. Sedangkan untuk hari

V-1

libur adalah rata-rata untuk polutan Sulfur Dioksida (SO2) senilai 122,05
g/m3, polutan Nitrogen Dioksida (NO2) senilai 82,38 g/m3, polutan
Karbon Monoksida (CO) senilai 23,79 g/m3, polutan Karbon Dioksida
(CO2) senilai 1,76 g/m3, polutan Hidrogen (H2) senilai 3,95g/m3,
polutan Hidrogen Sulfida (H2S) senilai 53,22 g/m3, polutan Klorida (Cl2)
53,16 g/m3. Apabila dibandingkan dengan baku mutu udara ambien,
maka hanya empat polutan yang dapat dibandingkan yakni SO2, NO2, CO,
dan Cl2 yang masing-masing polutan masih berada dibawah standar baku
mutu untuk waktu pengukuran 1 jam terkecuali Cl2 diestimasikan ke 24
jam. Standar baku mutu untuk pengukuran 1 jam polutan SO2 senilai 900
g/m3, polutan NO2 senilai 400 g/m3, polutan CO senilai 30,000 g/m3
dan polutan Cl2 untuk waktu pengukuran 24 jam senilai 150 g/m3
2. Nilai Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) untuk kawasan Terminal
Malengkeri Makassar pada hari kerja untuk jenis polutan Sulfur Dioksida
(SO2), dan Nitorgen Dioksida (NO2) tergolong baik sedangkan untuk
polutan Karbon Monoksida (CO) tergolong dalam kategori tidak sehat
sedangkan pada hari libur untuk jenis polutan Sulfur Dioksida (SO2), dan
Nitorgen Dioksida (NO2) tergolong baik sedangkan untuk polutan Karbon
Monoksida (CO) tergolong dalam kategori tidak sehat. Karbon Monoksida
(CO) tergolong dalam kategori tidak sehat dapat disebabkan oleh
banyaknya aktivitas kendaraan bermotor di kawasan terminal serta asap
dari pembakaran makanan dari daerah warung makan dalam terminal

V-2

5.2
1.

Saran
Pada penelitian selanjutnya sebaiknya pada saat pengukuran, peneliti dapat
mengukur faktor meteorologi yang lebih spesifik karena berpengaruh
terhadap pengukuran udara ambien.

2.

Penelitian selanjutnya diharapkan peneliti dapat membandingkan hasil


pengukuran udara ambien secara otomatis dan secara manual di
laboratorium.

3.

Pada penelitian selanjutnya diharapkan peneliti menghitung jumlah


kendaraan bermotor yang melintas disekitar kawasan penelitian.

4.

Dimohon kepada Pegawai di Kawasan Terminal agar menjaga lingkungan


agar udaranya tetap bersih.

V-3

DAFTAR PUSTAKA

______,1999. Peraturan Pemerintah No. 41 tahun 1999 Tentang Pengendalian


Pencemaran Udara. Badan Pengendalian Lingkungan Hidup
Chandra, Ratno. 2006. Analisis Konsentrasi dan Komposisi Kimia Partikulat
Matter (PM10) di Udara Ambien Kota Padang pada Siang dan Malam Hari.
Tesis. Padang. Universitas Andalas
Darmono, 2006. Lingkungan Hidup dan Pencemaran : Hubungan dengan
toksiologi senyawa logam. Jakarta. Universitas Indonesia Press
Dinas Perhubungan Kota Makassar, 2014. Data Jumlah Kendaraan Bermotor
Kota Makassar. Pemerintah Kota Makassar. Makassar
Fardiaz, Srikandi. 1992. Polusi Udara dan Air. Penerbit Kanisius. Yogyakarta
Hadiance, Awal Rahmat. 2013. Evaluasi Pengembangan Terminal Penumpang
Tipe B (Studi Kasus Terminal Malengkeri Makassar). Tesis. Yogyakarta.
Universitas Gadjah Mada
Keputusan Badan Pengendalian Lingkungan Dampak Lingkungan No KEP107/Kabapedal/11/1997
Kusminingrum, Nani dan Gunawan, G. 2008. Polusi Udara Akibat Kendaraan
Bermotor di Jalan Perkotaan Pulau Jawa dan Bali. Jurnal. Bandung. Pusat
Litbang Jalan dan Jembatan
Mardatillah, Desira. 2014. Analisis Tingkat Pencemaran Udara Pada Kawasan
Perkantoran di Kota Makassar. Skripsi. Makassar. Universitas Hasanuddin
Prociding dan Presentasi Pencemaran Udara : Definisi, Konsentrasi, Kasus
kasus dan Regulasi Institut Teknologi Surabaya
Standar Nasional Indonesia (SNI). 2005. No 19-7119.6-2005 Penentuan Lokasi
Pengambilan Sampel Pemantauan Kualitas Udaara Ambien.

Sunu, P. 2001. Melindungi Lingkungan dengan Menerapkan ISO 14001. PT.


Grasindo. Jakarta
Suparwoko dan Firdaus, Feris. 2007. Profil Pencemaran Udara Kawasan
Perkotaan Yogyakarta. Jurnal. Yogyakarta. Universitas Islam Indonesia
Susilawaty, Andi dan La Ane, Ruslan. 2009. Analisis Kualitas Udara Ambien
Kota Makassar. Jurnal. Makassar. Fakultas Kesehatan Masyarakat,
Universitas Hasanuddin
Wibawa, Aditya,dkk Penentuan kosentrasi oksida pada udara ambien dengan
metode neutral buffer kalium iodida (NBKI). Insitute Pertanian Bogor.
www.Academia Education.com

Zakariah, Nurdin dan Azizah, R. 2013. Analisis Pencemaran Udara (SO2)


Keluhan Iritasi Tenggorokan dan Keluhan Kesehatan Iritasi Mata pada
Pedagang Makanan di Sekitar Terminal Joyoboyo Surabaya. Jurnal.
Surabaya. Universitas Airlangga

LAMPIRAN 1
DATA PENELITIAN

DATA PENELITIAN
TITIK 1 untuk satuan ppm
Time
9:25
9:30
9:35
9:40
9:45
9:50
9:55
10:00
10:05

H2
10,7422
13,6719
3,418
6,3477
4,3945
2,4414
2,9297
1,9531
3,418

Time
9:25
9:30
9:35
9:40
9:45
9:50
9:55
10:00
10:05

H2S
53,7109
48,3398
66,4063
66,4063
57,6172
57,1289
67,3828
78,125
57,6172

Time
9:25
9:30
9:35
9:40
9:45
9:50
9:55
10:00
10:05

NO2
72,7539
73,3887
77,7344
70,1172
93,6035
93,75
79,834
69,5313
73,3887

Time
9:25
9:30
9:35
9:40
9:45
9:50
9:55
10:00
10:05

SO2
64,1602
65,918
65,918
64,7461
66,4551
62,3535
58,8379
54,4434
65,5762

Time
9:25
9:30
9:35
9:40
9:45
9:50
9:55
10:00
10:05

CO2
0
0
0
0
0
0
0
0
0

Time
9:25
9:30
9:35
9:40
9:45
9:50
9:55
10:00
10:05

CO
0
0
0
0
0
2,9297
4,3945
18,0664
6,8359

Time
9:25
9:30
9:35
9:40
9:45
9:50
9:55
10:00
10:05

Cl2
56,348
46,387
43,311
54,297
42,334
44,385
57,031
41,504
39,355

10:10
10:15
10:20

1,9531
3,418
2,9297

10:10
10:15
10:20

72,2656
53,7109
79,1016

10:10
10:15
10:20

72,4121
63,5742
66,2598

10:10
10:15
10:20

58,6426
58,5449
60,4492

10:10
10:15
10:20

0
0
0

10:10
10:15
10:20

7,8125
3,9063
8,7891

10:10
10:15
10:20

52,344
42,09
65,576

TITIK 1 untuk satuan g/m3


Time
9:25
9:30
9:35
9:40
9:45
9:50
9:55
10:00
10:05

H2
8,851213
11,26519
2,816318
5,230292
3,620921
2,011632
2,413975
1,609289
2,816318

Time
9:25
9:30
9:35
9:40
9:45
9:50
9:55
10:00
10:05

H2S
74,8174
67,33564
92,50164
92,50164
80,25874
79,57855
93,86187
108,8254
80,25874

Time
9:25
9:30
9:35
9:40
9:45
9:50
9:55
10:00
10:05

NO2
136,7901
137,9836
146,1543
131,8326
175,991
176,2665
150,1019
130,7311
137,9836

Time
9:25
9:30
9:35
9:40
9:45
9:50
9:55
10:00
10:05

SO2
167,8364
172,4347
172,4347
169,3691
173,8397
163,1103
153,9139
142,4183
171,5406

Time
9:25
9:30
9:35
9:40
9:45
9:50
9:55
10:00
10:05

CO2
0
0
0
0
0
0
0
0
0

Time
9:25
9:30
9:35
9:40
9:45
9:50
9:55
10:00
10:05

CO
0
0
0
0
0
3,352909
5,029306
20,67618
7,823378

Time
9:25
9:30
9:35
9:40
9:45
9:50
9:55
10:00
10:05

Cl2
163,3152
134,4449
125,5296
157,3707
122,698
128,6424
165,2947
120,2924
114,0638

10:10
10:15
10:20

1,609289
2,816318
2,413975

10:10
10:15
10:20

100,6634
74,8174
110,1858

10:10
10:15
10:20

136,1475
119,5307
124,5801

10:10
10:15
10:20

153,403
153,1474
158,1288

10:10
10:15
10:20

0
0
0

10:10
10:15
10:20

8,941052
4,470583
10,05873

10:10
10:15
10:20

151,7103
121,9908
190,061

TITIK 2 untuk satuan ppm


Time
11:03
11:08
11:13
11:18
11:23
11:28
11:33
11:38
11:43
11:48
11:53

H2
13,6719
4,3945
3,418
2,9297
2,9297
2,9297
0
3,418
3,418
0,9766
0,4883

Time
11:03
11:08
11:13
11:18
11:23
11:28
11:33
11:38
11:43
11:48
11:53

H2S
37,5977
39,0625
47,3633
60,0586
65,4297
64,9414
57,1289
50,7813
52,7344
54,6875
55,6641

Time
11:03
11:08
11:13
11:18
11:23
11:28
11:33
11:38
11:43
11:48
11:53

NO2
69,1406
92,6758
86,5234
69,9219
77,3926
67,6758
73,816
62,6953
62,8906
92,6758
56,4453

Time
11:03
11:08
11:13
11:18
11:23
11:28
11:33
11:38
11:43
11:48
11:53

SO2
60,791
67,1875
68,7988
62,1582
61,6211
63,0859
67,4216
78,125
55,4688
62,3047
75,5859

Time
11:03
11:08
11:13
11:18
11:23
11:28
11:33
11:38
11:43
11:48
11:53

CO2
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

Time
11:03
11:08
11:13
11:18
11:23
11:28
11:33
11:38
11:43
11:48
11:53

CO
0
0
0
0
0,9766
9,7656
0,9766
13,1836
22,4609
19,043
14,1602

Time
11:03
11:08
11:13
11:18
11:23
11:28
11:33
11:38
11:43
11:48
11:53

Cl2
40,674
40,479
40,82
50,732
41,748
37,305
37,354
36,523
30,078
44,092
28,711

TITIK 2 untuk satuan g/m3


Time
11:03
11:08
11:13
11:18
11:23
11:28
11:33
11:38
11:43
11:48
11:53
11:58

H2
11,26519
3,620921
2,816318
2,413975
2,413975
2,413975
0
2,816318
2,816318
0,804686
0,402343
0,402343

Time
11:03
11:08
11:13
11:18
11:23
11:28
11:33
11:38
11:43
11:48
11:53
11:58

H2S
52,37228
54,41269
65,97541
83,65952
91,14127
90,46109
79,57855
70,73657
73,45717
76,17777
77,53814
107,465

Time
11:03
11:08
11:13
11:18
11:23
11:28
11:33
11:38
11:43
11:48
11:53
11:58

NO2
129,9965
174,2468
162,6792
131,4654
145,5117
127,2424
138,787
117,8782
118,2454
174,2468
106,1271
115,3076

Time
11:03
11:08
11:13
11:18
11:23
11:28
11:33
11:38
11:43
11:48
11:53
11:58

SO2
159,023
175,7555
179,9705
162,5994
161,1944
165,0262
176,3679
204,3669
145,1006
162,9826
197,7249
148,9324

Time
11:03
11:08
11:13
11:18
11:23
11:28
11:33
11:38
11:43
11:48
11:53
11:58

CO2
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

Time
11:03
11:08
11:13
11:18
11:23
11:28
11:33
11:38
11:43
11:48
11:53
11:58

CO
0
0
0
0
1,117674
11,17629
1,117674
15,08803
25,70548
21,79385
16,20571
21,23501

Time
11:03
11:08
11:13
11:18
11:23
11:28
11:33
11:38
11:43
11:48
11:53
11:58

Cl2
117,8867
117,3216
118,3099
147,0382
120,9995
108,1223
108,2643
105,8558
87,17602
127,7932
83,214
97,22453

TITIK 3 untuk satuan ppm


Time
13:13

H2
7,8125

Time
13:13

H2S
48,3398

Time
13:13

NO2
62,0605

Time
13:13

SO2
56,4941

Time
13:13

CO2
0

Time
13:13

CO
7,8125

Time
13:13

Cl2
35,596

13:18
13:23
13:28
13:33
13:38
13:43
13:48
13:53
13:58
14:03
14:08

5,3711
4,3945
3,9063
0,9766
0
0
0
3,9063
1,9531
2,4414
2,4414

13:18
13:23
13:28
13:33
13:38
13:43
13:48
13:53
13:58
14:03
14:08

45,4102
48,3398
50,7813
49,8047
47,3633
47,3633
52,7344
46,3867
45,8984
44,4336
43,457

13:18
13:23
13:28
13:33
13:38
13:43
13:48
13:53
13:58
14:03
14:08

62,0117
65,8691
61,5723
60,2539
54,5898
69,043
69,5801
56,3965
60,9375
50,7324
51,9043

13:18
13:23
13:28
13:33
13:38
13:43
13:48
13:53
13:58
14:03
14:08

59,668
58,473
55,0781
55,7617
71,2891
50,3418
52,2461
58,1055
52,1484
65,5762
48,291

13:18
13:23
13:28
13:33
13:38
13:43
13:48
13:53
13:58
14:03
14:08

0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

13:18
13:23
13:28
13:33
13:38
13:43
13:48
13:53
13:58
14:03
14:08

12,6953
15,1367
19,043
31,7383
23,9258
22,4609
24,9023
24,9023
27,932
28,8086
27,832

13:18
13:23
13:28
13:33
13:38
13:43
13:48
13:53
13:58
14:03
14:08

33,545
32,031
33,496
32,324
31,543
43,506
43,604
29,932
35,596
26,416
26,953

TITIK 3 untuk satuan g/m3


Time
13:13

H2
6,437238

Time
13:13

H2S
67,33564

Time
13:13

NO2
116,6846

Time
13:13

SO2
147,7827

Time
13:13

CO2
0

Time
13:13

CO
8,941052

Time
13:13

Cl2
103,169

13:18
13:23
13:28
13:33
13:38
13:43
13:48
13:53
13:58
14:03
14:08

4,425607
3,620921
3,21866
0,804686
0
0
0
3,21866
1,609289
2,011632
2,011632

13:18
13:23
13:28
13:33
13:38
13:43
13:48
13:53
13:58
14:03
14:08

63,25481
67,33564
70,73657
69,3762
65,97541
65,97541
73,45717
64,61504
63,93486
61,89444
60,53407

13:18
13:23
13:28
13:33
13:38
13:43
13:48
13:53
13:58
14:03
14:08

116,5929
123,8455
115,7667
113,2879
102,6384
129,813
130,8228
106,0353
114,5732
95,38582
97,5892

13:18
13:23
13:28
13:33
13:38
13:43
13:48
13:53
13:58
14:03
14:08

156,0853
152,9593
144,0786
145,8668
186,4849
131,6889
136,6704
151,998
136,4148
171,5406
126,3243

13:18
13:23
13:28
13:33
13:38
13:43
13:48
13:53
13:58
14:03
14:08

0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

13:18
13:23
13:28
13:33
13:38
13:43
13:48
13:53
13:58
14:03
14:08

14,5292
17,32327
21,79385
36,32305
27,38199
25,70548
28,49955
28,49955
31,96691
32,97014
31,85246

13:18
13:23
13:28
13:33
13:38
13:43
13:48
13:53
13:58
14:03
14:08

97,22453
92,83646
97,08251
93,68567
91,42207
126,0948
126,3788
86,75286
103,169
76,56233
78,11873

TITIK 4 untuk satuan ppm


Time
14:34
14:39
14:44
14:49
14:54
14:59
15:04
15:09
15:14
15:19
15:24
15:29

H2
2,9297
2,1414
1,9531
3,9063
3,418
2,9297
0,4883
0
0
0,9766
0,4883
0,9766

Time
14:34
14:39
14:44
14:49
14:54
14:59
15:04
15:09
15:14
15:19
15:24
15:29

H2S
46,3867
51,7578
48,8281
47,3633
47,8516
45,4102
51,2695
51,7578
45,4102
55,1758
45,4102
45,8984

Time
14:34
14:39
14:44
14:49
14:54
14:59
15:04
15:09
15:14
15:19
15:24
15:29

NO2
49,2676
53,8086
55,8105
52,6855
49,8047
56,0547
52,7344
58,7891
54,6387
55,4688
51,1719
54,8828

Time
14:34
14:39
14:44
14:49
14:54
14:59
15:04
15:09
15:14
15:19
15:24
15:29

SO2
47,4609
48,6816
50,1953
47,168
52,4902
49,6094
51,2207
47,168
61,2793
47,6074
49,8047
47,2168

Time
14:34
14:39
14:44
14:49
14:54
14:59
15:04
15:09
15:14
15:19
15:24
15:29

CO2
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

Time
14:34
14:39
14:44
14:49
14:54
14:59
15:04
15:09
15:14
15:19
15:24
15:29

CO
24,9023
25,8789
22,4609
21,9727
25,3906
26,3672
27,832
42,9688
29,2969
41,5039
28,8086
26,8555

Time
14:34
14:39
14:44
14:49
14:54
14:59
15:04
15:09
15:14
15:19
15:24
15:29

Cl2
28,223
24,902
19,092
24,268
25,439
25,928
28,955
29,199
35,01
29,736
21,582
21,582

TITIK 4 untuk satuan g/m3


Time
14:34
14:39
14:44
14:49
14:54
14:59
15:04
15:09
15:14
15:19
15:24
15:29

H2
2,413975
1,764442
1,609289
3,21866
2,816318
2,413975
0,402343
0
0
0,804686
0,402343
0,804686

Time
14:34
14:39
14:44
14:49
14:54
14:59
15:04
15:09
15:14
15:19
15:24
15:29

H2S
64,61504
72,0968
68,01583
65,97541
66,6556
63,25481
71,41661
72,0968
63,25481
76,85795
63,25481
63,93486

Time
14:34
14:39
14:44
14:49
14:54
14:59
15:04
15:09
15:14
15:19
15:24
15:29

NO2
92,63174
101,1696
104,9335
99,05799
93,64158
105,3927
99,14993
110,5338
102,7304
104,2911
96,21216
103,1893

Time
14:34
14:39
14:44
14:49
14:54
14:59
15:04
15:09
15:14
15:19
15:24
15:29

SO2
124,1528
127,346
131,3057
123,3866
137,3089
129,7731
133,988
123,3866
160,3003
124,536
130,2839
123,5143

Time
14:34
14:39
14:44
14:49
14:54
14:59
15:04
15:09
15:14
15:19
15:24
15:29

CO2
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

Time
14:34
14:39
14:44
14:49
14:54
14:59
15:04
15:09
15:14
15:19
15:24
15:29

CO
28,49955
29,61723
25,70548
25,14676
29,05839
30,17607
31,85246
49,17585
33,52898
47,49933
32,97014
30,7349

Time
14:34
14:39
14:44
14:49
14:54
14:59
15:04
15:09
15:14
15:19
15:24
15:29

Cl2
81,79961
72,17425
55,33495
70,33671
73,73066
75,14794
83,92119
84,62838
101,4706
86,18479
62,55179
62,55179

TITIK 5 untuk satuan ppm


Time
16:04
16:09
16:14
16:19
16:24
16:29
16:34
16:39
16:44
16:49
16:54
16:59

H2
1,9531
1,4648
2,4414
0
0,9766
0
0
0,9766
0,8203
0,4883
0
0,9766

Time
16:04
16:09
16:14
16:19
16:24
16:29
16:34
16:39
16:44
16:49
16:54
16:59

H2S
47,3633
49,8047
44,9219
46,875
45,8984
49,3164
48,8281
49,8047
96,6797
47,8516
47,1289
48,3398

Time
16:04
16:09
16:14
16:19
16:24
16:29
16:34
16:39
16:44
16:49
16:54
16:59

NO2
47,0215
51,2207
50,6348
55,4199
49,4629
50,1953
51,8066
53,0273
85,0586
47,9004
59,6191
46,9727

Time
16:04
16:09
16:14
16:19
16:24
16:29
16:34
16:39
16:44
16:49
16:54
16:59

SO2
57,8613
53,2227
72,7539
57,6172
46,3379
58,3008
54,9805
50,0977
73,9258
46,9727
52,2949
51,6113

Time
16:04
16:09
16:14
16:19
16:24
16:29
16:34
16:39
16:44
16:49
16:54
16:59

CO2
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

Time
16:04
16:09
16:14
16:19
16:24
16:29
16:34
16:39
16:44
16:49
16:54
16:59

CO
21,9727
24,4141
23,9258
25,8789
23,9258
26,8555
26,3672
23,4375
56,1523
26,8555
29,7852
28,8086

Time
16:04
16:09
16:14
16:19
16:24
16:29
16:34
16:39
16:44
16:49
16:54
16:59

Cl2
26,123
24,707
26,27
23,779
23,047
25,977
23,633
21,973
70,215
22,119
27,051
22,949

TITIK 5 untuk satuan g/m3


Time
16:04
16:09
16:14
16:19
16:24
16:29
16:34
16:39
16:44
16:49
16:54
16:59

H2
1,609289
1,206946
2,011632
0
0,804686
0
0
0,804686
0,6759
0,402343
0
0,804686

Time
16:04
16:09
16:14
16:19
16:24
16:29
16:34
16:39
16:44
16:49
16:54
16:59

H2S
65,97541
69,3762
62,57463
65,29523
63,93486
68,69601
68,01583
69,3762
134,6714
66,6556
65,6489
67,33564

Time
16:04
16:09
16:14
16:19
16:24
16:29
16:34
16:39
16:44
16:49
16:54
16:59

NO2
88,40868
96,30391
95,20232
104,1991
92,99894
94,37598
97,4055
99,70064
159,9251
90,06116
112,0944
88,31692

Time
16:04
16:09
16:14
16:19
16:24
16:29
16:34
16:39
16:44
16:49
16:54
16:59

SO2
151,3592
139,2251
190,3167
150,7206
121,2151
152,5089
143,8233
131,0504
193,3822
122,8757
136,798
135,0098

Time
16:04
16:09
16:14
16:19
16:24
16:29
16:34
16:39
16:44
16:49
16:54
16:59

CO2
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

Time
16:04
16:09
16:14
16:19
16:24
16:29
16:34
16:39
16:44
16:49
16:54
16:59

CO
25,14676
27,94083
27,38199
29,61723
27,38199
30,7349
30,17607
26,82316
64,26376
30,7349
34,08781
32,97014

Time
16:04
16:09
16:14
16:19
16:24
16:29
16:34
16:39
16:44
16:49
16:54
16:59

Cl2
75,71312
71,60908
76,13917
68,91943
66,79785
75,28996
68,49627
63,68504
203,5063
64,1082
78,40277
66,51381

LAMPIRAN 2
PENGATURAN PENGAMBILAN
DATA PROGRAM DEMS

PENGATURAN DALAM PROGRAM DEMS (DIGITAL EMMISION MONITORING SYSTEM)

Saat program DEMS


dioperasikan,
pilih
Operation kemudian pilih
Advanced
Dialog
mengatur konfigurasi alat.

mulai
menu
menu
untuk

Setelah data terkumpul lalu masuk


ke menu Manage, pilih Stop
Logging untuk untuk menghentikan
pembacaan
sensor.
Sehingga
pembacaan sensor selesai.

Masuk menu Collect lalu pilih Collect Data


untuk mengubah format data yang telah
terkumpul kedalam format .DAT lalu diubah
dengan mengganti nama file sesuai dengan
yang diinginkan.

Kemudian pilih menu Edit Log


Data Channel untuk mengatur
waktu interval pengukuran sesuai
yang dibutuhkan.

Dalam menu Edit Log Data


Channel ini lalu interval waktu
dapat diatur dengan interval 1s, 5s,
10s, 30s, 1min, 5min, 10min, 30
min, 1h, 2h, 4h, 12h, dan 24h.

Keluar dari menu Advanced


Dialog kemudian pilih menu
Manage dan pilih menu Recall
Config.

Pada menu Recall Config. maka


sistem akan menrecall Configuration
sub menu dan tampilan yang saat ini
dengan
mengubah nama file

Data kemudian akan ditampilkan


sesuai interval waktu yang diatur

Keluar dari menu Manage kemudian


masuk di menu Monitor lalu pilih
View Data untuk melihat data hasil
pembacaan sensor alat

Pilih menu Start Logging untuk


memulai pembacaan alat, lalu pilih
Immediate Start untuk membaca
data secara terkini.

Setelah mengubah nama nama file,


lalu tekan enter dan akan muncul
tampilan perintah, pilih Yes untuk
merecall configuration dan No
untuk membatalkan.

Setelah data dicollect lalu ubah nama


file sesuai yang diinginkan dan pilih
start save untuk menyimpan file
.DAT ke komputer.

Keluar dari menu Collect lalu pilih


menu Process, pilih Transfer File
untuk mengkonversi file .DAT
menjadi file .WKS (worksheet).

Pemberian nama file .WKS harus


sama dengan nama file .DAT

Setelah itu pilih start transfer untuk


menyimpan file .WKS ke komputer.

LAMPIRAN 3
GAMBAR RENCANA DAN
PENGOLAHAN DATA

GAMBAR RENCANA DAN PENGOLAHAN DATA


SENSOR MOBIL
(MOBILE LAB)
Perekam data

SUMBER
POLUTAN
H2, H2S, CO2, CO, SO2, NO2, Cl2

PROGRAM
DEMS
Menghasilkan Grafik

DATA TERSIMPAN

Data Hasil

DATA HASIL &


GRAFIK

TABEL HASIL
BAKU MUTU

TABEL HASIL ISPU

TABEL HASIL KAWASAN

Tampilan Data

LAMPIRAN 4
PERHITUNGAN

PERHITUNGAN
Koversi Satuan ppm ke g/m3
Diketahui SO2 56,49 ppm
g/m3 = ppm 1000 (
Dimana:
P
M
R
T

: tekanan udara (1 atm)


: Berat molekul/senyawa
: Konstanta gas universal (0.0821)
: Temperatur absolut (K)

g/m3 = 56,49 1000 (g.L/g.m3) (1 atm 0,064 g/mol 0,0821 (L.atm/mol.K) 298K
g/m3 = 56,49 g/m3 (0,064/24,46)
g/m3 = 147,78 g/m3

Estimasi Waktu Pengukuran


Diketahui Konsentrasi sesaat 148,99 g/m3
C2 = C1(t1/t2)0.185
Dimana :
C1
C2
t1
t2

= Konsentrasi sesaat (g/m3)


= Konsentrasi standar (g/m3)
= Waktu pemaparan sesaat (menit)
= Waktu pemaparan standar (menit)

C2 = 148,99 g/m3 (60 mnt/1440 menit) 0.185


C2 = 148,99 g/m3 (0,04167) 0.185
C2 = 82,76 g/m3

Perhitungan ISPU
Diketahui Kadar ambien nyata hasil pengukuran SO2 = 82,76 g/m3
I=

(Xx-Xb) + Ib

Dimana :
I
Ia
Ib
Xa
Xb
Xx

= ISPU terhitung
= ISPU batas atas
= ISPU batas bawah
= Ambien batas atas
= Ambien batas bawah
= Kadar Ambien nyata hasil pengukuran

I = (100 50) / (365-80). (82,76 80) + 50


I = (0,175). (2,76) + 50
I = 50,48 g/m3

LAMPIRAN 5
DOKUMENTASI PENELITIAN

DOKUMENTASI PENELITIAN

Anda mungkin juga menyukai