Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

HUBUNGAN ANTARA TUJUAN PEMBELAJARAN DENGAN DESAIN


PEMBELAJARAN

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas dosen mata kuliah desain pembelajaran
Dosen : Dr. Ch. Ismaniani, M.Pd

Disusun Oleh:
Adrie Satrio, S.Pd (14707251027)
Azizah, S.Pd (14707251029)
Ence Surahman, S.Pd (14707251039)
Galih Widiatmojo, S.Pd (14707251026)

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2015

KATA PENGANTAR

Segala puji beserta syukur kita panjatkan kekhadirat Tuhan Yang Maha
Kuasa, yang dengan nikmat-Nya, makalah yang berjudul Hubungan Antara
Tujuan

Pembelajaran

dengan

Desain

Pembelajaran

ini

tersaji

untuk

dipresentasikan dan bisa dibaca oleh para pembaca yang budiman.


Dalam makalah ini, tim penyusun mencoba menggali dan memaparkan
penjelasan tentang konsep dasar tujuan pembelajaran, meliputi definisi, manfaat
dan taksonomi tujuan pembelajaran, kemudian konsep dasar desain pembelajaran
meliputi defisini, model-model yang populer dan pembasan tentang hubungan
tujuan pembelajaran dengan desain pembelaran meliputi pemaparan tentang
urgensi, manfaat dan contoh pemilihan desain pembelajaran yang sesuai (padu)
dengan tujuan pembelajaran.
Demikian pengantar dari penyusun, semoga makalah singkat ini
bermanfaat khususnya bagi kami yang sedang kuliah desain pembelajaran
umumnya bagi semua pembaca makalah ini.

Yogyakarta, 7 Maret 2015

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ 1


DAFTAR ISI ....................................................................................................................... 2
BAB I .................................................................................................................................. 3
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 3
A.

Latar Balakang ........................................................................................................ 3

B.

Rumusan Masalah ................................................................................................... 5

C.

Tujuan Penulisan ..................................................................................................... 5

BAB II................................................................................................................................. 6
HUBUNGAN ANTARA TUJUAN PEMBELAJARAN DENGAN DESAIN
PEMBELAJARAN ............................................................................................................. 6
Konsep Dasar Tujuan Pembelajaran ....................................................................... 6

A.
1.

Definisi Tujuan Pembelajaran ............................................................................ 6

2.

Manfaat dari Tujuan Pembelajaran ..................................................................... 8

3.

Taksonomi Tujuan Pembelajaran...................................................................... 10


Konsep Dasar Desain Pembelajaran ..................................................................... 21

B.
1.

Definisi desain pembelajaran ............................................................................ 21

2.

Model desain yang populer ............................................................................... 23


Hubungan Antara Tujuan Pembelajaran dengan Desain Pembelajaran ................ 24

C.
1.

Urgensi memahami tujuan dan desain pembelajaran ........................................ 24

2.

Manfaat memahami tujuan dan desain pembelajaran secara simultan ............. 25

3.

Memilih desain yang sesuai (padu) dengan tujuan pembelajaran ..................... 26

BAB III ............................................................................................................................. 27


PENUTUP ........................................................................................................................ 27
3.1 Simpulan ................................................................................................................ 27
3.2

Saran ................................................................................................................. 28

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 29

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Balakang
Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri,

dan

menjadi

warga

negara

yang

demokratis

serta

bertanggungjawab (UU Sisdiknas No 20 tahun 2003 pasal 3).


Guna mencapai tujuan pendidikan nasional tersebut maka semua
elemen yang terlibat didalamnya khususnya pasa pendidikan formal sudah
semestinya memahami hakikat dan prinsip-prinsip dasar berkaitan dengan
8 standar yang telah ditetapkan undang-undang.

Salah satu standar

penting dari 8 standar pendidikan tersebut adalah standar proses.


Di dalam standar proses pembelajaran, elemen yang penting untuk
memahaminya secara mendalam salah satunya adalah guru yang
melaksanakan tugas pendidikan dan pembelajaran. Guru sebagai pendidik
dan pengajar idealnya memahami betul bagaimana menurunkan tujuan
pendidikan nasional, tujuan institusional pendidikan dan tujuan mata
pelajaran dalam bentuk kegiatan pembelajaran yang dilaksanakannya.
Terlebih ketika dipahami bahwa pembelajaran sebagai suatu sistem
yang terdiri dari beberapa komponen penting di dalamnya, maka guru
benar-benar harus memahami bagaimana memadukan semua komponen

tersebut. Dua komponen diantaranya adalah komponen tujuan dan desain


pembelajaran yang kemudian diturunkan ke dalam aktivitas pemilihan
metode, media, bahan ajar yang akan digunakan untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Sebagaimana yang terlihat dalam gambar dibawah ini.

Gambar 1.1 Komponen-komponen pembelajaran


Setiap guru menginginkan proses pembelajaran yang dilakukan
terlaksana dengan efektif dan efesien. Hal ini dapat diwujud apabila
sebelum pembelajaran dilaksanakan, guru terlebih dahulu membuat
perencanaan atau rancangan program pembelajaran yang disebut dengan
istilah desain pembelajaran.
Desain pembelajaran merupakan rancangan pembelajaran yang
disusun oleh guru dengan tujuan agar proses pembelajaran yang akan
dilaksanakan dapat berjalan secara efektif dan efesien dalam upaya
mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkannya.

Untuk mewujudkan hal tersebut, tentu

di dalam desain

pembelajaran harus tertulis tujuan pembelajaran, karena tanpa tujuan


pembelajaran yang jelas, proses pembelajaran yang akan berlangsung
tanpa terarah. Sehingga materi yang disampaikan memungkinkan susah
dipahami oleh peserta didik.

B. Rumusan Masalah
Dilihat dari latar belakang diatas, rumusan masalah makalah ini
adalah sebagai berikut,
1. Bagaimana konsep dasar tujuan pembelajaran?
2. Bagaimana konsep dasar desain pembelajaran?
3. Bagimana hubungan antara tujuan pembelajaran dengan desain
pembelajaran?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini, yaitu.
1. Untuk mengetahui bagaimana konsep dasar tujuan pembelajaran.
2. Untuk mengetahui bagaimana konsep dasar desain pembelajaran.
3.

Untuk mengetahui dan mampu menerapkan tentang hubungan


tujuan pembelajaran dengan desain pembelajaran.

BAB II
HUBUNGAN ANTARA TUJUAN PEMBELAJARAN DENGAN DESAIN
PEMBELAJARAN
A. Konsep Dasar Tujuan Pembelajaran
1. Definisi Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran merupakan salah satu komponen yang perlu
dicantumkan dalam sebuah desain pembelajaran. Sebab, kegiatan-kegiatan
yang dilaksanakan dalam proses pembelajaran semuanya menganrah
kepada ketercapaiannya tujuan pembelajaran.
Sebelum disahkan kurikulum berbasi kompetensi, yaitu sejak
diberlakukannya kurikulum 1975, kurikulum 1984 dan kurikulum 1994,
tujuan pembelajaran dikenal dengan istilah tujuan instruksionak khusus.
Jika dikaji lebih jauh kedua istilah ini sama yaitu keduanya sama-sama
merupakan pernyataan untuk menggambarkan apa yang akan pesrta didik
mampu lakukan setelah menyelesaikan satu unit pembelajaran.
Yaumi (2013) mengemukakan bahwa tujuan pembelajaran khusus
dipahami sebagai deskripsi dari suatu kinerja yang diinginkan untuk
mampu ditunjukkan oleh peserta didik sebelum guru, dosen, atau
instruktur menganggap mereka berkomputen. Tujuan pembelajaran khusus
menjelaskan hasil yang diinginkan, daripada proses itu sendiri. Yaumi
(2013) mengutip dari Theacher and Education Defelopment of Unifersity
of New Mexico yang mengemukakan tentang definisi tujuan pembelajaran
khusus, yaitu tujuan pembelajaran khusus adalah pernyataan hasil yang

secara khusus menangkap bagaimana pengetahuan, keterampilan, sikap


yang harus peserta didik dapat tunjukkan dalam mengikuti pembelajaran.
Yaumi (2013) juga mengutip dari Gordon yang menyatakan bahwa,
instructional objective describe the skills, knowledge, abilities or attitudes
students should prosess or demonstraste after they complete the training.
Dari beberapa definisi tersebut Yaumi menyimpulkan bahwa tujuan
pembelajaran khusus merupakan pernyataan khusus yang mencangkup
pengetahuan, kenterampilan dan sikap berdasarkan standar tertentu yang
hendak dicapai.
Adapun isi dari tujuan pembelajaran adalah Atwi (2012)
kompetensi yang diharapkan dicapai peserta didik setela menyelesaikan
proses pembelajaran. kompetensi itu berbentuk kinerja atau unjuk kerja
yang baik dalam bidang kehidupan atau pekerjaan. Kinerja yang baik itu
dicapai berkat kemampuan menerapkan pengetahuan, keterampilan, dan
sikap perilaku. Bila digambarkan dalam bentuk bagan hubungan antara
kompetensi, kemampuan, dan pengetahuan itu tampak sebagai berikut:

Kompetensi ditunjukan
dengan kinerja yang
minimal baik

Kapabilitas atau
kemampuan sebagai
hasil penerapan
pengetahuan,
keterampilan, dan sikap
perilaku

Perubahan pengetahuan,
keterampilan dan sikap
perilaku.

Kompetensi dicapai sebagai hasil


penggunaan kapabilitas atau kemampuan
dalam pemecahan masalah aktual.

Kapabilitas atau kemampuan disebut


kompetensi dasar yang diperoleh sebagai
hasil perpaduan bakat, pengalaman, dan
pendidikan. Ia menjadi dasar untuk
mencapai kompetensi.

Diperoleh sebagai hasil belajar dari


pengalaman dan pendidikan serta menjadi
dasar untuk mencapai kapabilitas &
kompetensi, disebut juga kompetensi dasar.

Gambar 2.1 Hubungan antara kompetensi, kemampuan atau kapabilitas


dengan perubahan pengetahuan, keterampilan, dan sikap

2. Manfaat dari Tujuan Pembelajaran


Berbicara tentang tujuan pembelajaran, terutama tentang perlu
tidaknya tujuan pembelajaran dituliskan dan disampaikan diawal kegiatan
pembelajaran para ahli berbeda pendapat. Ada ahli yang berpendapat
ketika tujuan pembelajaran diharuskan dibuat dari awal ketika merangcang
kegiatan pembelajaran maka hal tersebut akan menyebabkan pendidikan
terikat, kehilangan kebebasan untuk berkreasi dalam mengelola kegiatan
pendidikan. Kegiatan pembelajaran menjadi kaku, tidak fleksibel, apalagi
penentuan tujuan pembelaran itu harus diikuti dengan pengukuran hasil
belajar untuk menjawab pertanyaan tentang keberhasilan pengajar dalam

melaksanakan tugasnya. Kegiatan pembelajaran menjadi kehilangan


makna manusiawi baik dilihat dari sisi pengajar maupun peserta didik.
(Atwi, 2014;145). Adapun para ahli yang sepakat perlunya dirumuskan
tujuan pembelajaran berargumen bahwa:
1. Pengajar dan peserta didik perlu mengetahui dan menyepakati
arah dari pengajaran sejak awal kegiatan pembelajaran agar
persepsi, harapan dan motivasi mereka sama dalam menjalani
seluruh proses pembelajaran.
2. Tanpa kejelasan rumusan tujuan pembelajaran, kegiatankegiatan pembelajaran berjalan tanpa arah, dan tanpa patokan
apakah kegiatan tersebut pada akhirnya dapat dinilai sukses
atau gagal. Bahkan pengajar tidak memiliki patokan dalam
memberikan penilaian kepada peserta didik. Dan perserta didik
bisa mempertanyakan kriteria penentuan nilai yang dilakukan
oleh gurunya.
Kendati kedua polemik tersebut berlangsung tidak singkat, namun
hal itu membuka lebar para ahli untuk mencari landasan teoritis mengapa
tujuan perlu ditentukan dari awal atau tidak. Yang kemudian pada
akhirnya muncul konsep taksonomi tujuan pendidikan yang dipelopori
oleh Bloom dan kawan-kawan pada tahun 1956. Sebagai suatu inovasi,
konsep taksonomi tujuan pendidikan Bloom sendiri bukan tanpa
penolakan dari sejumlah pakar yang tidak sepakat.

Hamzah, Nina dan Satria mengemukakan bahwa keuntungan yang


dapat diperoleh melalui penuangan tujuan pembelajaran tersebut adalah
sebagai berikut:
a. Waktu mengajar dapat dialokasikan dan dimanfaatkan secara tepat
b. Pokok bahasan dapat dibuat seimbang sehingga tidak ada materi
pelajaran yang dibahas terlalu mendalam atau terlalu sedikit.
c. Guru dapat menetapkan berapa banyak materi pelajaran yang
dapat/sebaiknya disajikan dalam setiap jam pelajaran.
d. Guru dapat menetapkan urutan dan rangkaian materi pembelajaran
secara tepat, artinya perletakan masing-masing materi pelajaran
akan memudahkan siswa dalam mempelajari isi pelajaran.
e. Guru dapat dengan mudah menetapkan dan mempersiapkan
strategi belajar mengajar yang paling cocok dan menarik.
f. Guru dapat dengan mudah mempersiapkan berbagai keperluan
peralatan maupun bahan dalam keperluan belajar.
g. Guru dapat dengan mudah mengukur keberhasilan siswa dalam
belajar.
h. Guru dapat menjamin bahwa hasil belajarnya akan lebih baik
daripada dengan hasil belajar tanpa tujuan yang jelas.

3. Taksonomi Tujuan Pembelajaran


Tujuan dari pembelajaran adalah mengembangkan kemampuan,
keterampilan dan sikap yang ada pada peserta didik. Atwi (2012) menulis
dalam bukunya yang dikutip dari Bloom (1956) yang menyatakan bahwa

10

tujuan pendidikan/pembelajaran diklasifikasikan menjadi tiga kawasan,


yaitu:
a. Kawasan kognitif
Kawasan kognitif merupakan kawasan yang berkaitan
dengan ingatan atau pengenalan terhadap pengetahuan dan
pengembangan kemampuan intelektual dan keterampilan berpikir.
Wilayah kognitif ini terdiri atas 6 tingkatan yang secara hierarkis
berurut dari yang paling rendah (pengetahuan) sampai ke yang
paling tinggi (evaluasi).
Berikut bagan taksonomi tujuan pendidikan dalam kawasan
kognitif menurut Bloom (1956) sebagaimana bagan berikut ini:

Pengetahuan

Pemahaman

Penerapan

Analisis

Sintesis

Bagan 2.2 Taksonomi Bloom pada Kawasan Kognitif


Secara singkat enam tingkatan tersebut adalah sebagai berikut:
Pengetahuan
Yang dimaksud mengingat yaitu perilaku-perilaku yang
berfokus

pada

mengingat

atau

menghafal,

seperti

mengingat peristiwa, menghafal rumus, menghafal isi


peraturan perundangan, dan lain-lain.
Contoh:

11

Evaluasi

Siswa

dapat

menyebutkan

kembali

bangun-bangun

geometris yang berdimensi tiga.


Pemahaman
Pemahaman

yaitu

perilaku

yang

berkaitan

dengan

menerjemahkan, menafsirkan, menyimpulkan konsep yang


diungkapkan kembali dengan gaya bahasanya sendiri.
Contoh:
Siswa dapat menjelaskan dengan kata-katanya sendiri
tentang

perbedaan

bangun-bangun

geometri

yang

berdimensi dua dan berdimensi tiga.


Penerapan
Penerapan merupakan kemampuan dalam penggunaan
konsep atau ide, prinsip, teori, prosedur, atau metode yang
telah dipahami oleh peserta didik dalam menyelesaikan
masalah atau melakukan suatu pekerjaan.
Contoh:
Siswa dapat menentukan salah satu sudut dari suatu segitiga
jika diketahui sudut-sudut lainnya.
Analisis
Analisis merupakan kemampuan peserta didik dalam
mendeskripsikan bagian-bagian yang lebih terinci dan
menjelaskan keterkaitan atau hubungan antar bagianbagiain tersebut.

12

Contoh:
Siswa dapat mengolah data mentah melalui statistika
sehingga dapat diperoleh nilai range, inteval kelas, panjang
kelas, rata-rata, dan standar deviasinya.
Sintesis
Sintesis yaitu kemampuat atau keterampilan siswa dalam
menyatukan bagian-bagian secara terintergrasi menjadi
suatu bentuk tertentu yang semula belum ada.
Contoh:
Siswa dapat menyusun rencana belajar masing-masing
sesuai dengan kebijakan yang berlaku disekolah.
Evaluasi
Evaluasi merupakan kemampuan dalam membuat perkiraan
atau keputusan yang tepat berdasarkan kriteria atau
pengetahuan miliknya.
Contoh:
Siswa dapat menilai unsur kepadatan isi, cangkupan materi,
kualitas analisis, dan gaya bahasa yang dipakai oleh
seorang penulis makalah tertentu.
Untuk memudahkan guru dalam membedakan tingkatan proses
kegnitif dalam diri siswa, Atwi (2014;151) memberikan tabel daftar kerja
aktivitas berpikir dalam kawasan kognitif yang bisa dilihat secara
operasional.

13

Taksonomi
Perilaku
Pengetahuan

Pemahaman

Penerapan

Kemampuan
internal
Mengetahui
misalnya ;
istilah
fakta
aturan
urutan
metode
menerjemahkan
menafsirkan
memperkirakan
menentukan
dll
memecahkan
masalah
membuat bagan
atau grafik
dll

Analisis

mengenali
kesalahan
membedakan
menganalisis
dll

Sintesis

menghasilkan
menyusun
dll

Evaluasi

menilai
berdasarkan
norma internal
menilai
berdasarkan
norma eksternal
dll

Kata-kata kerja operasional


Mengidentifikasi nama pahlawan
Menyebutkan tahun kejadian
Menunjukan urutan angka ganjil
Memberi nama seekor binatang
Menyusun daftar nama pasien
Menggarisbawahi istilah penting
Menjodohkan nama peristiwa dan waktu
Menjelaskan konsep metode deduktif
Menguraikan sintaks metode induktif
Merumuskan hasil diskusi
Merangkum isi mata pelajaran
dll
Membuktikan keefektifan penggunaan dua alat
yang berbeda untuk menyelesaikan masalah
Menghasilkan perbedaan hasil perhitungan
statistika
Dll
Menyisihkan komponen-komponen negatif
dari sekelompok komponen yang ada
Menghubungkan berbagai variabel yang
mempengaruhi secara positif keefektifan
organisasi
Dll
Mengkategorikan berbagai tanaman obatobatan
Mengombinasikan faktor pendukung dengan
kesempatan dalam memecahkan masalah
Menyusun kembali onderdil sepeda motor
sampai berfungsi dengan baik
Dll
Menyajikan/mempersentasikan hasil penilaian
responden terhadap kegiatan pembelajaran
Memperbandingkan
kualitas
bahan
pembelajaran
Memberikan argumentasi tentang kegagalan
pemerintah dalam mengatasi kemacetan
Menafsirkan dampak kurikulum 2013 terhadap
kepribadian bangsa
Menguraikan kelebihan dan kekurangan suatu
metode pembelajaran untuk pemecahan
masalah pembelajaran
Dll

14

b. Kawasan Afektif
Wilayah afektif merupakan suatu domain yang berkaitan
dengan sikap, nilai-nilai interest, apresiasi (penghargaan) dan
penyesuaian perasaan sosial. Tingkatan afektif terdiri atas lima
tahapan berikut ini :

Pemberian
Respons

Penerimaan

Pemberian nilai

Pengorganisasian

Bagan 2.3 Taksonomi Bloom kawasan Afektif.


Adapun penjelasannya sebagai sebagai berikut:

Kemauan menerima
Kemauan

menerima

merupakan

keinginan

untuk

memperhatikan suatu gejala atau rancangan tertentu. Seperti


keinginan membaca buku, mendengar musik, atau bergaul dengan
orang yang mempunyai ras berbeda.

Kemauan menanggapi
Kemauan menanggapi merupakan kegiatan yang menunjuk

pada partisipasi aktif dalam kegiatan tertentu. Contohnya seperti


menyelesaikan tugas terstruktur, menaati peraturan, mengikuti
diskusi kelas, menyelesaikan tugas dilaboratorium atau menolong
orang lain.

Berkeyakinan

15

Karakterisasi

Berkeyakinan dalam hal ini berkaitan dengan kemauan


menerima sistem nilai tertentu pada diri individu seperti
menunjukkan

kepercayaan

terhadap

sesuatu,

apresiasi

(penghargaan) terhadap sesuatu, sikap ilmiah, atau kesungguhan


(komitmen) untuk melakukan suatu kehidupan sosial.

Penerapan karya
Penerapan karya berkenaan dengan penerimaan terhadap

berbagai sistem nilai yang berbeda-beda berdasarkan pada suatu


sistem nilai yang lebih tinggi. Sebagai contoh menyadari
pentingnya

keselarasan

antara

hak

dan

tanggung

jawab,

bertanggung jawab terhadap hal yang telah dilakukan, memahami


menerima kelebihan dan kekurangan diri sendiri atau menyadari
peranan perencanaan dalam memecahkan suatu permasalahan.

Ketekunan dan Ketelitian


Sikap ketekunan dan ketelitian merupakan tingkatan afeksi

yang tertinggi. Pada taraf ini, individu yang sudah memiliki sistem
nilai, selalu menyelaraskan perilakunya sesuai sistem nilai yang
dipegangnya. Seperti bersikap objektif terhadap segala hal.

Contoh penjelasan dalam bentuk tabel berikut:

16

Jenjang
Taksonomi
Penerimaan

Kemampuan
internal
Menunjukan
Mengakui

Kata-kata kerja operasional


Menanyakan
Mengikuti
Membantu menawarkan diri
Menyambut, menolong, dll
Mematuhi peraturan
Dalam diskusi, dalam kelompok, di lab,
dll
Menunjukan
Melaksanakan
Menyatakan pendapat
Mengikuti
Mengusulka dll
Merumuskan
Berpegangan kepada
Mengintegrasikan
Menghubungkan

Pemberian
respon

Mematuhi
Ikut serta secara
aktif
Penilaian
Menerima
suatu
nilai
Menyepakati
Mengharagai
dll
Pengorganisasian Membentuk sistem
nilai
Bertanggungjawab,
menangkap relasi
antara nilai
Mengintegrasi nilai
Karakteristisasi
Menunjukan
Bertindak,
menyatakan,
kepercayaan
diri, memperlihatkan,
memprakterkan,
disiplin
pribadi, melayani, mengundurkan diri. Dll
kesadaran,
mempertimbangkan,
dll

17

c. Wilayah Psikomotor
Wilayah psikomotor mencangkup tujuan yang berkaitan
dengan ketrampilan (skill) dan bersifat manual (motorik)
sebagaiman kedua wilayah yang lain, wilayah ini juga memiliki
berbagai tingkatan. Urutan tingkatan yang paling sederhana sampai
ke yang paling kompleks (tertinggi) adalah sebagai berikut:

Persepsi

Gerakan
terbimbing

Kesiapan

Gerakan
terbiasa

Gerakan
kompleks

Penyesuaian
pola gerakan

Kreativitas

Bagan 2.4 Taksonomi Bloom kawasan Psikomotorik

Penjelasannya sebagai berikut;

Persepsi
Persepsi

berkenaan

dengan

penggunaan

indra

dalam

melakukan kegiatan. Sebagai contoh, mengenal kerusakan mesin


dari suara deru mesin yang sumbang atau menghubungkan suara
musik dengan tarian tertentu.

Kesiapan melakukan kegiatan


Kesiapan berkenaan dengan melakukan suatu kegiatan.

Termasuk didalamnya kesiapan mental, kesiapan fisik, atau


kesiapan emosi untuk melakuan suatu tindakan.

Mekanisme
Mekanisme dalam wilayah psikomotorik berkenaan dengan

penampilan respon yang sudah dipelajari dan sudah menjadi

18

kebiasaan sehingga gerakan yang ditampilkan menunjukkan suatu


kemahiran. Seperti menulis halus, menari atau mengatur/menata
laboratorium.

Respon terbimbing
Respon terbimbing seperti meniru (imitasi) atau mengikuti,

mengulangi perbuatan yang diperintahkan atau ditunjukkan oleh


orang lain, melakukan kegiatan coba-coba (trial and error).

Kemahiran
Kemahiran adalah penampilan gerak motorik dengan

ketrampilan penuh. Kemahiran yang dipertunjukkan biasanya


cepat, dengan hasil yang baik, tetapi menggunakan sedikit tenaga.
Seperti keterampilan menyetir kendaraan bermotor.

Adaptasi
Adaptasi biasanya berkenaan dengan keterampilan yang

sudah berkembang pada diri individu sehingga yang bersangkutan


mampu memodifikasi (membuat perubahan) pada pola gerakan
sesuai dengan situasi dan kondisi tertentu. Hal ini terlihat seperti
pada orang yang bermain tenis, pola-pola gerakan disesuaikan
dengan kebutuhan pemain lawan.
Organisasi
Organisasi menunjukan pada penciptaan pola gerakan baru untuk
disesuaikan dengan situasi atau masalah tertentu. Biasanya hal ini dapat

19

dilakukan oleh orang yang sudah mempunyai keterampilan tinggi, seperti


menciptakan model pakaian, komposisi musik atau menciptakan tarian.

20

Jenjang
Taksonomi
Persepsi

Kemampuan
Kata-kata kerja operasional
Internal
Menafsirkan
Memilih,
membedakan,
rangsangan
menyisihkan, menunjukan,
Mendiskriminasikan mengidentifikasikan,
menghubungkan,
Kesiapan
Berkonsentrasi
Memulai,
mengawali,
Menyiapkan diri
bereaksi,
mempersiapkan,
memprakarsai, menanggapi,
mempertunjukan, dll
Gerakan
Meniru contoh
Mempraktikan, memainkan,
terbimbing
mengikuti,
mengerjakan,
membuat,
mencoba,
memperlihatkan, memasang,
membongkar, dll
Gerakan
Berketerampilan
Mengoperasional
terbiasa
Berpegang
pada Membangun,
memasang,
pola
membongkar, memperbaiki,
melaksanakan,
menyusun,
memainkan, menangani, dll
Gerakan
Berketerampilan
kompleks
secara
lancar,
luwes, supel, gesit,
lincah, dll
Penyesuaian Menyesuaikan diri
Mengubah,
mengadaptasi,
pola
bervariasi
mengatur kembali, membuat
gerakan
variasi, dll
Kreativitas
Menciptakan yang Merancang,
menyusun,
baru, berinisiatif
menciptakan,
mendesain,
mengombinasikan, mengatur,
merencanakan, dll

B. Konsep Dasar Desain Pembelajaran


1. Definisi desain pembelajaran
Ada beberapa kata terkait dengan kata 'Instruction'. Yang paling
umum yaitu intructional science, intructional technology, and intructional
design. Menurut Mukopadhyay (2001) intructional science menyediakan
konstruk teoritis untuk proses pembelajaran'. Instructional Technology

21

adalah aspek terapan dari Instructional science berdasarkan Instructional


design '.
Makna Instructional design ditandai dengan kata 'desain' sendiri.
Desain telah diklaim sebagai ilmu dengan sendirinya. (Van Patten, 1989).
Dalam bahasa awam, 'Instructional design berarti rencana tindakan dengan
tujuan'.

Desain pembelajaran sebagai kesatuan yang terpisah, yang

terpisah dari pembelajaran sains dan teknologi. Instructional design adalah


disiplin belajar dan telah berkembang selama empat puluh tahun terakhir
sebagai sebuah ilmu. Ini adalah profesi baru yang diturunkan dari bidang
komunikasi, psikologi, media dan lain-lain untuk membentuk teori sendiri.
Berbagai penulis telah menetapkan definisi desain instructional. Beberapa
definisi instructional design sebagaimana berikut ini.
Menurut McAdrle (Madhu, 2003) Instructional design berarti
menggunakan proses yang sistematis untuk memahami masalah kinerja
manusia, mencari tahu apa yang harus dilakukan tentang hal itu dan
kemudian melakukan sesuatu tentang hal itu.
Sementara menurut Richey (Madhu, 2003) instructional design
adalah ilmu menciptakan spesifikasi rinci untuk pengembangan, evaluasi
dan pemeliharaan situasi yang memfasilitasi belajar.
Briggs (Madhu, 2003) berpendapat bahwa instructional design
adalah seluruh proses analisis kebutuhan dan tujuan serta pengembangan
sistem pengiriman untuk memenuhi kebutuhan belajar.

22

Dengan kata lain, desain pembelajaran adalah perangkat pedagogik


atau pengajaran yang membuat instruksi serta materi pembelajaran lebih
menarik, efektif dan efisien.
2. Model desain yang populer
Madhu (2003:33) meramu beberapa model desain pembelajaran yang
populer yang bisa menjadi rujukan dalam menyusun rancangan
pembelajaran. Sebagaimana yang tertera dalam tabel berikut ini:
Model desain intruksional
Gagne-Briggs Model

David Merrill

Dick and Carey

Hannafin and Peck

Keterangan
Untuk merancang pembelajaran
Mengkategorikan hasil belajar
Mengatur aktivitas pembelajaran untuk setiap
jenis hasil belajar
Ada sembilan kegiatan pembelajaran
kegiatan adalah sesuatu yang disesuaikan
dengan jenis hasil akhir yang akan dicapai
Model disesuaikan dengan Instruksi Berbasis
Web
Model David Merrill (Komponen Display
Theory) didasarkan pada asumsi-asumsi berikut
Kelas yang berbeda dari hasil pembelajaran
memerlukan prosedur yang berbeda untuk
mengajar dan penilaian
Mengajar konsep individu
Mengklasifikasikan tujuan pada dua dimensi
pembelajaran format memberikan arah
pengajaran siswa.
Model ini
Menggunakan pendekatan sistem untuk
merancang pembelajaran
mengidentifikasi tujuan pembelajaran pada
awal dan berakhir dengan evaluasi sumatif
berlaku untuk K-12 untuk bisnis pada
pemerintah
Model ini memilili 3 fase
Membutuhkan pengkajian yang dilakukan
pada tahap pertama
Kedua adalah tahap desain
pembelajaran
dikembangkan
dan

23

diimplementasikan pada tahap terakhir


Semua tahapan melibatkan proses evaluasi dan
revisi
Model ini
Termasuk strategi untuk memilih dan
termasuk media dalam pembelajaran
Cocok untuk pendidikan tinggi

Gerlach and Ely

C. Hubungan

Antara

Tujuan

Pembelajaran

dengan

Desain

Pembelajaran
1. Urgensi memahami tujuan dan desain pembelajaran
Memahami tujuan dan desain pembelajaran merupakan hal
mendasar yang harus dikuasai oleh para pendidik. Karena penentuan
tujuan dan desain pembelajaran merupakan bagian dari langkahlangkah dalam menyusun rancangan sistem pembelajaran yang akan
dilakukan oleh pendidik.
Ketidaktahuan pendidik dalam mengombinasikan antara tujuan
dengan desain pembelajaran akan berdampak pada kurang terarahnya
proses dan kegiatan pembelajaran, kurang jelasnya tujuan yang hendak
dicapai, kurang maksimalnya pemilihan bahan ajar dan media yang
digunakan. Serta hilangnya ruh inti dari kegiatan pembelajaran yang
dilaksanakan.
Kecakapan pendidik dalam mengombinasikan tentang tujuan
dengan desain pembelajaran meliputi dua dimensi baik dimensi yang
lahir, maupun batin, artinya baik pada dimensi randangan konseptual
maupun implementasi aktual yang praktis dan konkrit dalam kegiatan
pembelajaran.

24

Dengan begitu desain pembelajaran yang dikembangkan oleh


pendidik agar dikemas seefektif mungkin untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
menghilangkan

Pendidik

akan

meminimalisir

rancangan-rancangan

yang

bahkan
tidak

idealnya

mendukung

pencapain tujuan pembelajaran maupun akan menghambat percepatan


pencapaian tujuan yang diharapkan.

2. Manfaat memahami tujuan dan desain pembelajaran secara


simultan
Beberapa manfaat memahami tujuan dan desain pembelajaran
diantaranya:
1. Konsistensi arah dan upaya pencapaian tujuan pembelajaran, baik
tujuan umum maupun kompetensi inti.
2. Terjadinya proses pembelajaran yang efektif, karena rancangan
yang dibuat sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.
3. Memudahkan pendidik, pengawas bahkan peserta didik dalam
rangka melaksanakan kegiatan pembelajaran untuk mencapai
tujuan yang diharapkan
4. Terjadinya proses belajar yang bermakna, karena semua upaya dan
faktor pendukung yang digunakan selama proses pembelajaran
berlangsung dengan sangat efektif.

25

3. Memilih desain yang sesuai (padu) dengan tujuan pembelajaran


Adapun hal-hal yang harus diperhatikan oleh pendidik dalam
mengemas desain pembelajaran yang seiraham dengan tujuan
pembelajaran diantaranya:
1. Pendidik harus menentukan tujuan pembelajaran yang hendak
dicapainya dengan kriteria dan indikator yang jelas terukur.
2. Pendidik menyiapkan beberapa model desain pembelajaran yang
relavan dengan tujuan yang sudah ditentukan
3. Pendidik memilih salah satu model desain yang akan digunakan
dalam merancang pembelajaran yang sesuai dengan tujuan yan
sudah ditetapkannya.
4. Pendidik mencancang dan mendeskripsikan dengan jelas desain
pembelajaran yang akan dilakukannya
5. Pendidik

memilih

dan

menentukan

komponen-komponen

pendukung desain pembelajannya, baik pemilihan media, bahan


ajar, sarana, alat, lingkungan dan lain sebagainya secara efektif
untuk mempercepat pencapaian tujuan pembelajaran.

26

BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Penentuan tujuan pembelajaran adalah langkah pertama yang harus
dilakukan oleh seorang pendidik maupun perancang kegiatan pembelajaran.
Tujuan pembelajaran merupakan salah satu komponen pembelajaran. Tujuan
pembelajaran akan tercapai dengan baik apabila didukung dengan kecermatan
analisis pendidik dalam memilih dan menentukan model, media, bahan ajar, alat
dan lingkungan pembelajaran.
Desain pembelajaran berperan sangat besar dalam mensukseskan tujuan
pembelajaran, baik tujuan umum maupun tujuan khusus yang ingin dicapai oleh
pendidik. Maka dari itu kemampuan memilih, merancang dan mengembangkan
desain yang efektif merupakan hal penting bagi pendidik.
Beberapa langkah dalam memilih dan menentukan desain yang padu
dengan tujuan pembelajaran diantaranya (1) menentukan tujuan pembelajaran, (2)
pemunculan beberapa alternatif desain pembelajaran, (3) menentukan model
desain yang akan digunakan, (4) merancang dan mengembangkan model desain
yang sudah dipilih, (5) memilih dan menentukan komponen pendukung model
desain yang dipilih.

27

3.2

Saran
Pemahaman

pendidik

tentang

hubungan

antara

tujuan

pembelajaran dengan desain pembelajaran merupakan kebutuhan prinsip


dalam pengembangan sistem pembelajaran yang berkualitas untuk
menghasilkan tujuan yang sesuai dengan harapan. Untuk itu, setiap calon
pendidik selayaknya memahami secara mendalam tentang hubungan
antara tujuan dengan desain pembelajaran.

28

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Z. (2013). Evaluasi Pembelajaran, Prinsip Teknik Prosedur. Bandung : PT


Rosda Karya.
KEMP, Jerrold E. 1994. Proses Perancangan Pengajaran. Diterjemahkan oleh:
Asril Marjohan. Bandung : Penerbit ITB.
Redi. (2003). Educational Multimedia, a Handbook for Teacher and Develloper.
New Delhi : Cemca.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003. Sistem Pendidikan
Nasional. Jakarta.
Yaumi, Muhammad. 2013. Prinsip-Prinsip Desain Pembelajaran Disesuaikan
dengan Kurikulum 2013. Jakarta: Kencana

29

Anda mungkin juga menyukai