Topik
Kelompok
: A11
Tgl. Praktikum
Pembimbing
Penyusun :
NO.
1.
2.
3.
4.
NAMA
ADRIANI SARI FADILLAH
AISYAH RACHMADANI P.G
HALIDA DWI PRAMESTI
FRIDANIYANTI KHUSNUL K.
NIM
021511133048
021511133049
021511133050
021511133051
Pada akhir praktikum ini, kami dapat memanipulasi resin akrilik aktivasi
kimia dengan cara yang tepat sebagai bahan denture base dan dapat membedakan
manipulasi resin akrilik aktivasi kimia yang digunakan sebagai denture base dan
sebagai bahan reparasi.
2. CARA KERJA
2.1 BAHAN
1. Bubuk polimer dan cairan monomer ( Pro Base )
2. Bubuk polimer dan cairan monomer ( Hillon )
3. Cairan CMS (Could Mould Seal)
4. Malam perekat
2.2 ALAT
1. Pot porselin / mixing jar
2. Pipet ukur
3. Timbangan
4. Pisau malam
5. Plastik selopan
6. Kuvet logam
7. Press kuvet
8. Kuas
9. Bur dan mata bur
2.3 Cara Kerja
2.3.1 Resin akrilik aktivasi kimia sebagai bahan denture base
1. Pengisian cetakan (mould) dengan adonan resin akrilik (packing).
2. Bahan resin akrilik dan peralatan untuk packing disiapkan.
10. Kuvet dibuka, kertas selopan diangkat, dan kelebihan resin akrilik
dipotong dengan menggunakan pisau malam tepat pada tepi
cetakan.
13. Pada pengepresan terakhir tidak menggunakan kertas selopan,
kuvet atas, dan bawah harus rapat kemudian dipindahkan pada
pres masing-masing.
11. Setelah di press kurang lebih 25 menit, sampel dapat diambil dari
cetakan.
2.3.2 Resin akrilik aktivasi kimia sebagai bahan reparasi dengan teknik
salt and pepper
1. Bahan resin akrilik berupa cairan monomer dan bubuk polimer
(Hillon) disiapkan.
Gambar 9. Bahan dan alat disiapkan
3. Permukaan
mould
dan
sekitarnya
diolesi
dengan
CMS
Gambar 11. Pemberian monomer dan polimer dengan teknik salt and pepper
2.3.3. Resin akrilik aktivasi kimia sebagai bahan reparasi dengan teknik wet
packing
1. Bahan resin akrilik berupa cairan monomer dan bubuk polimer
(Hillon) disiapkan.
dan
sekitarnya
dilapisi
dengan
CMS
3. HASIL PRAKTIKUM
3.1 PERCOBAAN 1
Resin akrilik sebagai denture base
1. Aturan pabrik, fase dough : 3-4 menit dalam suhu 23C
a. Percobaan 1 : fase dough tercapai pada menit ke 3.05 dalam suhu
26,9C
b. Percobaan 2 : fase dough tercapai pada menit ke 3.17 dalam suhu
26,9C
2. Aturan pabrik, working time : 2 menit
a. Hasil akhir percobaan 1 :
Setelah di press hidrolik, kelebihan resin akrilik dapat dipotong.
b. Hasil akhir percobaan 2 :
Setelah di press hidrolik, kelebihan resin akrilik tidak dapat
dipotong.
Gambar 16. Hasil manipulasi resin akriik aktivasi kimia sebagai bahan denture base
3.2. PERCOBAAN 2
Resin akrilik sebagai bahan reparasi
- Teknik Salt and Pepper
Pada teknik ini, cairan monomer langsung diberikan terlebih dahulu
pada akrilik kemudian bubuk dituangkan ke atas monomer sedikit demi
sedikit hingga cairan terserap seluruhnya pada bubuk, kemudian diberi
cairan lagi, diberi bubuk lagi, begitu seterusnya sampai bagian yang
patah telah tertutupi adonan resin akrilik. Untuk pengaplikasian polimer
dan monomer yang diberikan secara bergantian digunakan pisau malam
agar adonan resin akrilik tepat memenuhi fraktur tujuan. Setelah itu
direndamkan ke dalam bowl yang berisi air.
Gambar 17. Hasil manipulasi resin akriik aktivasi kimia sebagai bahan reparasi dengan
teknik salt and pepper
Gambar 18. Hasil manipulasi resin akriik aktivasi kimia sebagai bahanreparasi dengan
teknik wet packing
4. TINJAUAN PUSTAKA
Resin akrilik merupakan polimer yang sering digunakan pada bidang
kedokteran gigi, terutama dalam pembuatan basis gigi tiruan dan basis piranti
orthodontik lepasan. Berdasarkan polimerisasinya ada tiga jenis resin akrilik,
yaitu cold cured, heat cured, dan light cured. Bahan basis gigi tiruan yang
sering digunakan adalah polimetil metakrilat, resin akrilik jenis heat cured
(Larasati DM, Firsty KN, Yogiartono,2012,p.3-9)
Tabel 1. Komposisi resin akrilik
kekurangan
perubahan warna karena lama pemakaian (David, Munadziroh E,2005,p.3640). Selain itu, bahan ini juga mepunyai sifat porus yang merupakan tempat
ideal untuk pengendapan sisa makanan sehingga mokroorganisme dapat
tumbuh dan berkembang biak. (Sugianitri,2011)
Salah satu sifat khas dari resin akrilik Cold Cured Acrylic adalah
terbentuknya monomer sisa yang tinggi. Monomer sisa merupakan hasil
sampingan dari resin akrilik. Monomer sisa dihasilkan karena reaksi polimer
dengan monomer yang tidak dapat berlangsung secara sempurna. Proses
polimerisasi yang singkat tersebut akan menyebabkan proses
polimerisasi
panas.
Penambahan
working
time
dapat
dilakukan
dengan
Adanya monomer sisa harus dihindari karena monomer sisa dapat terlepas
dari denture dan mengiritasi jaringan mulut dan akan sitotoksik. Monomer sisa
akan berfungsi sebagai plasticizer dan menyebabkan akrilik menjadi lebih lemah
dan flexible. Gejala-gejala yang dapat ditimbulkan karena adanya monomer sisa
adalah efek rasa terbakar, odem, rasa gatal, pembengkakan dan eritema pada
mukosa rongga mulut dan rasa tidak nyaman pada pemakai gigi tiruan. (McCabe,
2008, p.117)
Resin cold cured mempunyai sifat-sifat mekanis yang rendah. Pengerutan
setelah mengeras (5-8%) dan koefisien pemuaian oleh panas yang tinggi (7-8 kali
dibanding gigi) juga menimbulkan masalah pada bahan ini. Sehingga, cara yang
terbaik untuk melakukan reparasi bagian yang patah dari akrilik adalah dengan
memasukkan campuran monomer dan polimer sedikit demi sedikit ke dalam
bagian yang patah. Tujuannnya adalah adonan yang sedikit demi sedikit akan
membasahi struktur akrilik lebih baik daripada sekaligus dimasukkan, dan
diharapkan retensi mekanisnya ke dinding kavitas juga lebih baik. Dasar dari
teknik penambalan sedikit demi sedikit adalah untuk mengompensasi pengerutan
yang terjadi pada saat pengerasan.
Bahan cold cured tidak sekuat heat cured; transverse strength bahan ini
kira-kira 80% dari bahan heat cured. Ini mungkin berkaitan dengan berat
molekulnya yang lebih rendah. Mengenai sifat-sifat rheologinya; bahan heat
cured juga lebih baik dari cold cured karena bahan cold cured menunjukkan
distorsi yang lebih besar dalam pemakaian. Pada pengukuran creep bahan poly
(polymethyl methacrylate), polimer heat cured mempunyai deformasi awal yang
lebih kecil, juga lebih sedikit creep, dan lebih cepat kembali dibandingkan dengan
bahan cold cured. Stabilitas warna bahan cold cured lebih buruk jika
dibandingkan dengan heat cured, bila dipakai aktivator amina tertier dapat terjadi
penguningan setelah beberapa lama.
Berdasarkan sifat-sifat dari resin akrilik cold cured dapat terlihat jika
denture base akan lebih baik jika digunakan resin akrilik heat cured, karena
kekuatan resin akrilik cold cured lebih rendah dari bahan akrilik heat cured,
sehingga kekuatan base tidak maksimal, selain itu resin akrilik cold cured ini
menghasilkan monomer sisa yang tinggi sehingga tidak biokompatibilitas untuk
pasien dan harganya lebih mahal daripada heat cured. Namun, jika denture base
diperlukan dalam waktu cepat, resin akrilik cold cured dapat digunakan tetapi
hasil manipulasi resin akrilik cold cured tersebut harus direndam kedalam air
terlebih dahulu untuk mengurangi monomer sisa yang cukup tinggi. Dari uraian
tersebut terlihat bahwa resin akrilik cold cured dan heat cured memiliki beberapa
perbedaan.
Tabel 2. Perbedaan resin akrilik cold cured dan heat cured
No
Perbedaan
Cold cured
Heat Cured
Working time
Lebih cepat
Lebih lama
Cara aktivasi
Aktivasi kimia
Aktivasi panas
Kekerasan
Rendah
Tinggi
Sisa monomer
Lebih banyak
Lebih sedikit
Kemudahan deflasking
Lebih mudah
Lebih sukar
Harga
Lebih mahal
Lebih murah
Mechanical properties
Lebih sukar
Fase dough
Lebih cepat
Lebih lama
Perubahan warna
Perubahan warma
6.
buruk
10
Lebih mudah
KESIMPULAN
Pada percobaan pertama dilakukan manipulasi resin akrilik aktivasi kimia
sebagai bahan denture base. Hasil yang didapatkan dari manipulasi resin akrilik
cold cured adalah, teknik manipulasi ini
pembuatannya cukup singkat jika dibandingkan dengan resin akrilik heat cured,
tetapi memiliki beberapa kelemahan antara lain, monomer sisa yang tinggi
sehingga beracun (toksik), harga lebih mahal, warna dapat berubah, dan kekuatan
yang lebih rendah.
Pada percobaan kedua dilakukan manipulasi resin akrilik sebagai bahan
reparasi dengan metode wet packing dan salt and pepper. Cara yang terbaik untuk
melakukan reparasi bagian yang patah dari akrilik adalah dengan memasukkan
campuran monomer dan polimer sedikit demi sedikit ke dalam bagian yang patah
atau disebut metode salt and pepper.
7. DAFTAR PUSTAKA
Larasati DM, Firsty KN, Yogiartono M. 2012. Efectiveness of ellagic acid that
contains in strawberry for acrylic discoloration. J. Asia Pasifik
Dent.Students; Jun:3(3): 3-9.
McCabe, J.F., dkk. 2008. Applied Dental Materials. 9th Ed.
Blackwell:Munksgaard. p.113, 116-117.
Noort RV. 2007. Introduction to dental materials. 3rd ed. Toronto: Mosby Elsevier.
p.213,215.
Sugianitri NK.2011.Ekstrak biji buah pinang (Aecha Catechu.L) dapat
menghambat pertumbuhan koloni Candida Albicans secara in vitro pada
esin akilik heat cured [Tesis]: Univesitas Udayana.
Yuliati A. Viabilitas sel fibroblas BHK_21 pada pemukaan resin akrilik rapid
heat cured. Maj. Ked. Gigi (Dent.J); 2005 Apr-Jun: 38(2): 68-72.
Yuliati A,Harijanto E. 2015. Resin Akrilik.Buku Ajar Ilmu Material Kedokteran
Gigi I.p.145-155.