Anda di halaman 1dari 27

PEMBELAJARAN INOVATIF 1

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

Disusun Oleh :
Kelompok 2
1.
2.
3.
4.

Dina May Mahareni


Ririn Nurjannah
Choirunisa Firda Haryanti
Luluk Budi Lestari

(14030174002)
(14030174008)
(14030174031)
(14030174048)

Kelas 2014 A
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN MATEMATIKA
2016

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmatnya kepada kami,
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas paper Pembelajaran Inovatif I dengan baik dan tepat
waktu.
Adapun penulisan laporan ini ditujukan untuk memenuhi kewajiban kami sebagai
mahasiswa/mahasiswi dalam melengkapi salah satu tugas mata kuliah Pembelajaran Inovatif I.
Paper ini berisikan penjelasan Model Pembelajaran Kooperatif dalam kelas. Tak lupa kami
ucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Dr. Pradnyo Wijayanti, M. Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah Pembelajaran
Inovatif I Prodi Pendidikan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Universitas Negeri Surabaya.
2. Ibu Ika Kurniasari, S.Pd., M. Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah Pembelajaran
Inovatif I Prodi Pendidikan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Universitas Negeri Surabaya.
3. Bapak dan Ibu orang tua penulis, yang telah membesarkan dan mendidik, serta
memberikan dukungan dan doa kepada penulis.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan baik dari segi materi,
bahasa mupun penyajiannya. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
kami harapkan. Semoga dengan adanya laporan ini dapat menambah wawasan dan bermanfaat
bagi kami pada khususnya dan bagi pambaca pada umumnya.

Surabaya, 16 Maret 2016

`Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR_________________________________________________________2
DAFTAR ISI________________________________________________________________3
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF____________________________________4
A. Landasan Teori_____________________________________________________________4
B. Fase-Fase Model Pembelajaran Kooperatif_______________________________7
C. Pengelolaan Kelas_________________________________________________________9
D. Asesmen/Penilaian_______________________________________________________14
E. Variasi dalam Model Pembelajaran Kooperatif_________________________15
a.
b.

F.

Think Pair Share (TPS)_____________________________________________________________20


Numbered Head Together (NHT)___________________________________________________22

Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif___________22

DAFTAR PUSTAKA_______________________________________________________24

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF


A. Landasan Teori
Cooperative Learning berasal dari kata cooperative yang berarti
mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu
satu sama lain sebagai satu kelompok atau satu tim. Pembelajaran
kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai
anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam
menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok
harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami
materi pelajaran. Menggunakan pembelajaran kooperatif merubah peran
guru dari peran yang berpusat pada guru ke pengelolaan siswa dalam
kelompok-kelompok

kecil.

Menurut

teori

konstruktivis,

tugas

guru

(pendidik) adalah memfasilitasi agar proses pembentukan (konstruksi)


pengetahuan pada diri sendiri tiap-tiap siswa terjadi secara optimal.
Menurut

Johnson

&

Johnson

(1994)

menyatakan

bahwa

pembelajaran kooperatif merupakan kegiatan mengerjakan sesuatu


bersama-sama dengan saling membantu satu sama lain sebagai satu tim
untuk mencapai tujuan bersama. Pembelajaran kooperatif disusun dalam
sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa
dengan

pengalaman

sikap

kepemimpinan

dalam

membuat

suatu

keputusan di kelompok serta memberikan kesempatan kepada siswa


untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama dengan siswa yang
berbeda latar belakangnya.
Tujuan utama pembelajaran kooperataif adalah agar peserta didik
dapat belajar seacara berkelompok bersama teman-temannya dengan
cara saling menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada
orang lain untuk mengemukakan gagasannya dengan menyampaikan
secara berkelompok. Tiga konsep sentral karakteristik pembelajaran
kooperatif menurut Slavin (1995) adalah :
1. Penghargaan Kelompok
4

Pembelajaran kooperatif menggunakan tujuan -tujuan kelompok


untuk memperoleh penghargaan kelompok. Penghargaan kelompok
diperoleh jika kelompok mencapai skor di atas kriteria yang ditentukan.
Keberhasilan kelompok didasarkan pada penampilan individu sebagai
anggota kelompok dalam menciptakan hubungan antar personal yang
saling mendukung, saling membantu, dan saling peduli.
2. Pertanggungjawaban individu
Keberhasilan kelompok tergantung dari pembelajaran individu dari
semua

anggota

menitikberatkan

kelompok.

pada

aktivitas

Pertanggungjawaban
anggota

kelompok

tersebut

yang

saling

membantu dalam belajar. Adanya pertanggungjawaban secara individu


juga menjadikan setiap anggota siap untuk menghadapi tes dan tugas
-tugas lainnya secara mandiri tanpa bantuan teman sekelompoknya.
3. Kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan
Pembelajaran kooperatif menggunakan metode skoring yang
mencakup nilai perkembangan berdasarkan peningkatan prestasi yang
diperoleh siswa dari yang terdahulu. Dengan menggunakan metode
skoring ini setiap siswa baik yang berprestasi rendah, sedang, atau
tinggi

sama-sama

memperoleh

kesempatan

untuk

berhasil

dan

melakukan yang terbaik bagi kelompoknya.


Dukungan Teoritis
1. John Dewey
John Dewey (1916) dalam karyanya yang berjudul Democracy
and Education mengungkapkan bahwa guru harus menciptakan
lingkungan belajar yang ditandai oleh prosedur-prosedur yang ilmiah
dan

melibatkan

siswa

dalam

inquiry

(penyelidikan).

Prosedur-

prosedur yang dimaksud menekankan pada kelompok-kelompok kecil


siswa yang mengatasi masalah dengan mencari sendiri jawabannya
dan mempelajari melalui interaksi-interaksi dengan teman-temannya
(kooperatif).
5

2. Teori Ausubel
David Ausubel (19966) mengatakan bahwa bahan pelajaran yang
dipelajari harus bermakna, yang merupakan suatu proses mengaitkan
informasi baru ke konsep-konsep relevan yang terdapat dalam
struktur kognitif seseorang. Struktur kognitif dapat berupa faktafakta, informasi-informasi, konsep-konsep yang dipelajari dan diingat
oleh

siswa.

Pembelajaran

bermakna

terjadi

bila

siswa

menghubungkan pengetahuan baru ke dalam pengetahuan yang


sudah
didapat sebelumnya. Oleh karena itu, siswa harus mampu
mengaitkan konsep baru dengan konsep yang ada.
Menurut

Ausubel,

kekuatan

dan

kebermaknaan

proses

pemecahan masalah terletak pada kemampuan pelajar dalam


mengambil peran pada kelompoknya.
3. Teori Piaget
Bila merujuk pada teori Piaget, usia anak pada jenjang SMP (1215 tahun) dan SMA mengalami perubahan perkembangan pemikiran
dari konkret ke operasional formal, dimana siswa sudah mulai mampu
berpikir secara abstrak. Oleh karena itu pembelajaran lebih merujuk
pada kegiatan pemecahan masalah, meneliti atau menemukan
(Semiawan, 1990). Hal tersebut dilakukan untuk meningkatkan
proses pemikiran siswa ke jenjang pemikiran yang lebih tinggi lagi
yang diperlukan dalam pemecahan masalah yang lebih kompleks.
Dengan demikian siswa harus lebih banyak diberi kesempatan untuk
melakukan eksperimen dengan objek fisik

yang ditunjang dengan

interaksi antar teman sebaya. Sehingga implikasi dari teori Piaget


dalam pembelajran kooperatif memungkinkan siswa banyak bertukar
pendapat melalui diskusi dalam suatu kelompok.
4. Teori Vygotsky
Vygotsky

mengatakan

bahwa

pengetahuan

terbina

dari

penyelasian masalah dalam interaksi sosial. Salah satu teori yang


6

mendasari pembelajaran kooperatif adalah Pemagangan Kognitif,


yang mengacu pada proses dimana seseorang yang sedang belajar
mengenai pengetahuan baru dimana orang tersebut membutuhkan
orang lain yang lebih ahli atau yang lebih berpengalaman, seperti
guru, pakar, orang dewasa yang lebih tua atau teman sebaya yang
telah menguasai suatu pengetahuan. Hal ini memungkinkan siswa
untuk

terlibat

dalam

suatu

kelompok

pembelajran

kooperatuf

heterogen dimana siswa yang lebih pandai membantu siswa yang


kurang pandai dalam menyelesaikan permaslahan kompleks dalam
kelompok tersebut.
Menurut Ibrahim, et al. (2000), pembelajaran kooperatif bertujuan :
1. Meningkatkan Prestasi Akademik
Hal ini dapat menguntungkan bagi siswa yang berprestasi rendah dan sedang,
karena dengan adanya cooperative learning siswa yang berprestasi tinggi dapat
mengajari teman-temannya yang berprestasi rendah dan sedang, sedangkan siswa yang
berprestasi tinggi juga akan mendapat nilai lebih karena mereka bertindak sebagi tutor.
Sehingga dalam kelompok yang heterogen, mereka dapat bekerja sama dengan baik.
2. Penerimaan terhadap perbedaan individu
Toleransi dan penerimaan terhadap keanekaragaman perbedaan dimana
cooperative learning memberikan kesempatan kepada siswa-siswa dengan latar
belakang dan kondisi yang beragam untuk bekerja secara interdependensi pada tugas
yang sama dan melalui penggunaan struktur reward kooperatif siswa dapat belajar
untuk saling menghargai.
3. Pengembangan keterampilan social
Pembelajaran kelompok mampu mengajarkan keterampilan sosial siswa (kerja
sama, menghargai pendapat orang lain, berkolaborasi) yang perl dimiliki siswa untuk
hidup dalam kehidupan social.
Berikut adalah ciri-ciri dari pembelajaran kooperatif, antara lain :
Setiap anggota memiliki peran
Terjadi hubungan interaksi langsung diantara siswa

Setiap anggota kelompok bertanggungjawab atas belajarnya dan juga teman-teman

sekelompoknya
Guru membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan interpersonal kelompok
Guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan

B. Fase-Fase Model Pembelajaran Kooperatif


Pembelajaran kooperatif dimulai dengan guru menginformasikan tujuan-tujuan dari
pembelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar. Fase ini diikuti oleh dengan penyajian
informasi. Kemudian guru mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok dan
dilanjutkan langkah-langkah di mana siswa di bawah bimbingan guru bekerja bersama sama
untuk menyelesaikan tugas-tugas yang saling bergantung. Fase selanjutnya adalah penyajian
produk akhir kelompok atau mengetes apa yang telah dipelajari siswa dan pengenalan
kelompok dan usaha-usaha individu. Kemudian fase terakhir dari pembelajaran kooperatif
yaitu memberikan penghargaan kepada siswa dari hasil belajar yang telah dilakukan.
Keenam fase dalam model pembelajaran kooperatif dapat dijelaskan secara detail
seperti berikut.
1. Fase 1 : Menyampaikan Tujuan dan Memotivasi Siswa
Untuk memulai pembelajaran guru harus menjelaskan tujuan dan sikap serta
keterampilan sosial yang ingin dicapai dan diperhatikan siswa selama pembelajaran. Hal
ini harus dilakukan oleh guru, karena dengan demikian siswa tahu dan memahami apa
yang harus dilakukan selama proses pembelajaran.
2. Fase 2 : Menyajikan Informasi
Dalam menyampaikan materi, guru tidak menjelaskan secara detail karena
pemahaman dan pendalaman materi itu nantinya akan dilakukan siswa ketika belajar
secara berkelompok. Guru hanya menyampaikan pokok-pokok materi dengan tujuan siswa
mempunyai wawasan atau pandangan yang mendasar tentang materi yang diajarkan. Pada
saat guru selesai menjelaskan materi, maka langkah yang harus dilakukan berikutnya
adalah menggali pengetahuan dan pemahaman siswa tentang materi pelajaran berdasarkan
penjelasan guru melalui tanya jawab. Hal ini dimaksudkan untuk kesiapan belajar siswa.
3. Fase 3 : Mengorganisasikan Siswa ke dalam Kelompok Kooperatif

Pada fase ini guru memberikan penjelasan kepada peserta didik tentang tata cara
pembentukan kelompok. Kegiatan ini dilakukan sambil menjelaskan tugas yang harus
dilakukan siswa dalam kelompoknya masing-masing. Dalam tahap ini guru harus
menjelaskan bahwa siswa harus saling kerja sama dalam kelompok. Tiap siswa harus
berkontribusi dalam pengerjaan tugas kelompok tersebut agar pembelajaran yang
dilakukan secara berkelompok berjalan efektif.
4. Fase 4 : Membimbing Kelompok Belajar
Pada saat siswa belajar secara berkelompok guru mengarahkan dan membimbing
siswa baik secara individu maupun secara kelompok dalam mengerjakan tugas yang
diberikan oleh guru. Guru dapat memberikan bantuan berupa petunjuk, pengarahan, atau
meminta beberapa siswa mengulangi hal yang sudah dijelaskan. Pemberian pujian dan
kritikan yang membangun dari guru kepada siswa merupakan aspek penting yang harus
diperhatikan guru saat siswa bekerja dalam kelompoknya. Karena pemberian pujian dan
kritikan yang membangun dari guru dapat meningkatkan motivasi siswa dalam
penyelesaian tugas yang diberikan.
5. Fase 5 : Evaluasi
Guru memberikan kesempatan kepada siswa dari masing-masing kelompok untuk
mempresentasikan hasil kerjanya. Pada saat diskusi di kelas, guru bertindak sebagai
moderator. Hal ini dimaksudkan untuk mengarahkan dan mengoreksi pengertian dan
pemahaman siswa terhadap materi atau hasil kerja yang telah dilakukan. Setelah siswa
mempresentasikan hasil kerjanya maka guru harus mengajak siswa untuk melakukan
refleksi diri terhadap proses jalannya pembelajaran dengan tujuan untuk memperbaiki
kelemahan-kelemahan atau sikap serta perilaku menyimpang yang dilakukan selama
pembelajaran. Di samping itu, guru juga memberikan beberapa penekanan terhadap nilai,
sikap, dan perilaku sosial yang harus dikembangkan dan dilatih siswa.
6. Fase 6 : Memberikan Penghargaan
Dalam tahap ini guru memberikan penghargaan kepada siswa baik usaha yang
telah dilakukan maupun hasil belajar individu maupun kelompok.
C. Pengelolaan Kelas
Pengaturan kelas yang baik merupakan langkah pertama yang efektif untuk mengatur
pengalaman belajar siswa secara keseluruhan. Oleh karena itu, dibutuhkan kemauan dan
kemampuan serta kreatifitas guru dalam mengelolah lingkungan kelas. Peranan guru dalam
9

pelaksanaan pembelajaran kooperatif adalah sebagai fasilitator, mediator, director-motivator,


dan evaluator.
1. Guru Sebagai Fasilitator
Sebagai fasilitator seorang guru harus memiliki sikap-sikap sebagai barikut:
a. Mampu menciptakan suasana kelas yang nyaman dan menyenangkan
b. Membantu dan mendorong siswa untuk mengungkapkan dan menjelaskan keinginan
dan pembicaraannya baik secara individual dan kelompok
c. Membantu kegiatan-kegiatan dan menyediakan sumber atau peralatan serta
membantu kelancaran belajar
d. Membina siswa agar setiap orang merupakan sumber belajar yang bermanfaat bagi
yang lainnya
e. Menjelaskan tujuan kegiatan pada kelompok dan mengatur penyebaran dalam
pertukaran pendapat

2. Guru Sebagai Mediator


Sebagai mediator guru berperan sebagai penghubung dalam menjebatani mengaitkan
materi pembelajaran yang sedang dibahas melalui pembelajaran kooperatif dengan
permasalahan yang nyata ditemukan di lapangan. Peran ini sangat penting dalam
menciptakan pembelajaran bermakna (meaningful learning), yaitu istilah yang
dikemukakan Ausubel untuk menunjukkan bahan yang dipelajari memiliki kaitan makna
dan wawasan dengan apa yang sudah dimiliki siswa sehingga mengubah apa yang
menjadi milik siswa
3. Guru Sebagai Director-Motivator

10

Sebagai director-motivator guru berperan dalam membimbing serta mengerahkan


jalannya diskusi, membantu kelancaran diskusi tapi tidak memberikan jawaban. Selain itu
juga menjadi pemberi semangat pada siswa untuk aktif berpartisipasi. Peran ini sangat
penting dalam rangka memberikan semangat dan mendorong belajar kepada siswa dalam
mengembangkan keberanian siswa baik dalam mengembangkan keahlian dalam
bekerjasama yang meliputi mendengarkan dengan seksama, mengembangkan rasa
empati,

maupun berkomunikasi

saat bertanya,

mengemukakan

pendapat

atau

menyampaikan permasalahannya.
4. Guru Sebagai Evaluator
Sebagai evaluator guru berperan dalam menilai kegiatan belajar mengajar yang
sedang berlangsung. Penilaian ini tidak hanya pada hasil, tapi lebih ditekankan pada
proses pembelajarannya. Penilaian dilakukan baik secara perorangan maupun kelompok.
Alat yang digunakan dalam evaluasi selain bentuk tes sebagai alat pengumpul data juga
berbentuk catatan observasi guru untuk melihat kegiatan siswa di kelas.
Dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif diperlukan strategi. Strategi tersebut dapat
mempermudah proses pembelajaran kooperatif. Strategi tersebut antara lain:
1. Pengaturan Ruang
Dalam pengaturan kelas, diperlukan kreatifitas guru dalam menempatkan dan
membentuk kondisi kelas yang baik. Guru harus merencanakan terlebih dahulu,
mengenai bentuk pengaturan kelas yang akan digunakan. Perencanaan itu menjauhkan
proses pembelajaran dari pemborosan waktu. Guru harus dapat menata ruangan yang
senyaman mungkin untuk siswa dalam proses pembelajaran.

Pola Pengaturan Tempat Duduk Model Cluster


Pengaturan tempat duduk model cluster merupakan pengaturan tempat duduk
pembelajaran kooperatif, guru dapat meminta siswa untuk memindahkan kursi-kursi
mereka untuk persentasi langsung dan demonstrasi sehingga seluruh siswa akan
menghadap ke arah guru.

11

Tempat duduk cluster 6 anggota

12

13

Tempat duduk cluster

Pola Pengaturan Tempat Duduk Model Swing


Pengaturan tempat duduk model swing merupakan pengaturan tempat duduk
pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Lynn Newsome, seorang guru
membaca pada Howard Country, Maryland (MAACIE, 1990). Di dalam kelas, mejameja disusun dalam suatu formasi swing. Menurut Newsome, formasi ini untuk
memungkinkan guru menjaga kontak mata dengan seluruh siswa, dan ruangan kelas
tampak longgar.

14

15

2. Prosedur Bicara dan Pergerakan


Ketika kegaduhan mulai muncul dalam proses pembelajaran, maka guru bisa
memberikan suatu peringatan pada setiap kelompok untuk tidak bicara dengan keras
keras. Selain itu, guru juga dapat menyuruh setiap anggota kelompok dapat berinteraksi
dengan menggunakan catatan. Cara tersebut dapat mengatasi masalah kegaduhan ketika
penggunaan model kooperatif.
3. Tanda Perhatian Kelompok
Tanda dapat digunakan guru sebagai cara memberikan stimulus kepada siswa,
selanjutnya guru juga dapat menilai respon yang diberikan oleh siswa.
4. Mendorong Interdependensi Kelompok
Dalam model kooperatif, kerjasama sangat diperlukan dalam menyelesaikan setiap
tugas. Dengan interdependensi, maka kinerja dalam kelompok menjadi meningkat.
5. Pertanggungjawaban Individual
Walaupun model kooperatif cenderung berkelompok, tetapi pertanggung jawaban
setiap individu juga dinilai. Pertanggung jawaban tersebutjuga mempunyai nilai
tersendiri. Jadi, ketika pelaksanaan pembelajaran kooperatif, setiap individu harus
berusaha memberikan hasil pemikirannya.
a. Pertanggungjawaban individual dalam konteks sebuah tugas berbasis kelompok
mungkin

dapat

ditingkatkan

dalam

beberapa

cara

16

Mengharuskan para siswa menjalankan bagian dari tugas kelompok yang dapat
teridentifikasi.
b. Meminta kelompok mengumpulkan sebuah daftar yang mengidentifikasi kontribusi
setiap siswa terhadap produk akhir.
c. Meminta para siswa mengumpulkan pekerjaan individual bersama dengan produk
kelompok.
d. Mengharuskan para siswa menyimpan sebuah catatan harian mengenai pekerjaan
individual mereka dalam buku catatan spiral.
e. Biarkan para siswa mengetahui bahwa ketika kelompok mereka melaporkan ke seisi
kelas, setiap siswa sebaiknya bersiap-siap menjelaskan pekerjaannya.
f. Mintalah para siswa terpilih melaporkan secara individual mengenai kerja kelompok
mereka.
6. Mengawasi Pekerjaan dan Perilaku Siswa
Pemantauan terhadap pelaksanaan model kooperatif dapat dilakukan dengan cara
berkeliling kelompok. Pemantauan ini bertujuan untuk melihat hasil kinerja setiap
individu dalam kelompok.
7. Intervensi untuk Kelompok
Intervensi juga berhubungan dengan pemantauan terhadap proses kerjasama dalam
kelompok. Ketika guru melakukan intervensi, maka guru dapat memberikan suatu solusi
apabial ada kelompok yang menagalami kesulitan.
8. Kemampuan Kerja Kelompok Efektif
Kemampuan ini meliputi keterampilan sosial, keterampilan menjelaskan, dan
keterampilam memimpin
D. Asesmen/Penilaian
Sistem evaluasi didasarkan pada kriteria tertentu. Penekanannya biasanya terletak pada
pembelajaran dan kemajuan akademik setiap siswa, bisa pula difokuskan pada setiap
kelompok, semua siswa, ataupun sekolah. Nurhadi (Isjoni, 2009) mengemukakan bahwa
pembelajaran kooperatif memuat elemen-elemen yang saling terkait di dalamnya,
diantaranya adalah saling ketergantungan positif, interaksi tatap muka, akuntabilitas
individual, keterampilan untuk menjalin hubungan antar pribadi atau keterampilan sosial
yang sengaja diajarkan. Keempat elemen tersebut tidak bisa dipisahkan dalam pembelajaran

17

kooperatif karena sangat mempengaruhi kesuksesan dari pembelajaran koperatif sendiri.


Berikut adalah komponen-komponen yang dinilai dalam pembelajran kooperatif
a. Pencapaian Kesuksesan Secara Individual
Cara yang dapat dilakukan sebagai guru untuk mengukur kesuksesan belajar
siswa secara individual setelah mengikuti pembelajaran kooperatif adalah dengan
memberikan tes formatif, atau dengan memberikan kuis yang harus dikerjakan secara
mandiri (individual) tanpa kerjasama dengan anggota kelompoknya. Selain itu guru
juga dapat memberikan tugas lain, tetapi pada intinya, semua harus dikerjakan secara
individual.
b. Pencapaian Kesusksesan Kelompok (Group)
Kesuksesan kelompok dapat diukur dan dievaluasi melalui hal-hal yang telah
berhasil dicapai oleh kelompok, Seperti penyelesaian tugas yang diberikan kepada
mereka, dsb. Apakah tugas yang diberikan dapat diselesaikan? Apakah hasil kerja
kelompok akurat sebagaimana yang guru harapkan, atau masih ada kekurangankekurangan dan kesalahan? Nah, hal-hal semacam inilah yang menjadi bahan untuk
mengevaluasi kinerja kelompok.
c. Penguasaan Keterampilan-Keterampilan Kooperatif
Penguasaan siswa terhadap keterampilan-keterampilan kooperatif dapat dilihat
saat anda melakukan observasi proses pembelajaran. Selain berfungsi mengecek
penguasaan keterampilan-keterampilan kooperatif, observasi proses pembelajaran
sebenarnya juga baik untuk memicu siawa untuk menggunakan keterampilanketerampilan tersebut. Guru tentu masih ingat ,untuk melakukan pengamatan guru
menggunakan lembar observasi dalam bentuk ceklis agar dapat dilakukan dengan
mudah dan efisien. Guru

cukup mendata frekuensi keterampilan-keterampilan

kooperatif apa yang ditunjukkan oleh siswa pada saat mereka sedang bekerja dalam
kelompok. Beberapa komponen keterampilan kooperatif adalah toleransi, menerima
keragaman, dan pengembangkan keterampilan sosial. Keterampilan social terdiri

18

dari kecakapan berkomunikasi, kecakapan bekerja kooperatif dan kolaboratif, serta


solidaritas.
E. Variasi dalam Model Pembelajaran Kooperatif
Walaupun prinsip dasar pembelajaran kooperatif tidak berubah, terdapat beberapa variasi
dalam model pembelajaran kooperatif, yaitu :
1. Student Teams Achivement Division (STAD)
Pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) yang
dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin
(dalam Slavin, 1995) merupakan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan
merupakan pembelajaran kooperatif yang cocok digunakan oleh guru yang baru mulai
menggunakan pembelajaran kooperatif.
Student Team Achievement Divisions (STAD) adalah salah satu tipe
pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Siswa ditempatkan dalam tim belajar
beranggotakan 4-5 orang yang merupakan campuran menurut tingkat kinerjanya, jenis
kelamin dan suku. Guru menyajikan pelajaran kemudian siswa bekerja dalam tim untuk
memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya
seluruh siswa dikenai kuis tentang materi itu dengan catatan, saat kuis mereka tidak boleh
saling membantu.
Model Pembelajaran Koperatif tipe STAD merupakan pendekatan Cooperative
Learning yang menekankan pada aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling
memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai
prestasi yang maksimal. Guru yang menggunakan STAD mengajukan informasi
akademik baru kepada siswa setiap minggu mengunakan presentasi Verbal atau teks.
Pembelajaran kooperatif tipe STAD ini juga membutuhkan persiapan yang matang
sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Persiapan-persiapan tersebut antara lain:
a. Perangkat pembelajarn
Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran perlu dipersiapkan perangkat
pembelajarannya, yang meliputi Rencana Pembelajaran (RP), Buku Siswa, Lembar
Kerja Siswa (LKS) beserta lembar jawabannya.
19

b. Membentuk kelompok kooperatif


Menentukan anggota kelompok diusahakan agar kemampuan siswa dalam kelompok
adalah heterogen dan kemampuan antar satu kelompok dengan kelompok lainnya
relatif homogen. Apabila memungkinkan kelompok kooperatif perlu memperhatikan
ras, agama, jenis kelamin, dan latar belakang sosial. Apabila dalam kelas terdiri atas
ras dan latar belakang yag relatif sama maka pembentukan kelompok dapat
didasarkan pada prestasi akademik, yaitu:
1. Siswa dalam kelas terlebih dahulu dirangking sesuai kepandaian dalam mata
pelajaran. Tujuannya adalah untuk mengurutkan siswa sesuai kemampuannya
dan digunakan untuk mengelompokkan siswa dalam kelompok.
2. Menentukan tiga kelompok dalam kelas yaitu kelompok atas, kelompok
menengah, dan kelompok bawah. Kelompok atas sebanyak 25% dari seluruh
siswa yang diambil dari siswa yang rangking 1, kelompok menengah 50% dari
seluruh siswa yang diambil dari urutan setelah diambil kelompok atas, dan
kelompok bawah 25% dari seluh siswa yaitu terdiri atas siswa setelah diambil
kelompok atas dan kelompok menengah.
c. Menentukan skor awal
Skor awal dapat digunakan dalam kelas kooperatif adalah nilai ulangan
sebelumnya. Skor awal ini dapat berubah setelah ada kuis. Misalnya pada
pembelajarn lebih lanjut dan setelah diadakan tes, maka hasil tes masing-masing
individu dapat dijadikan skor awal.
d. Pengaturan tempat duduk
Pengaturan tempat duduk dalam kelas kooperatif perlu juga diatur dengan baik,
hal ini dilakukan untuk menunjang keberhasila pembelajaran kooperatif apabila tidak
ada pengaturan tempat duduk dapat menimbulkan kekacauan yang menyebabkan
gagalnya pembelajaran pada kelas kooperatif.
e. Kerja kelompok
Untuk mencegah adanya hambatan pada pembelajaran kooperatif tipe STAD,
terlebih dahulu diadakan latihan kerja sama kelompok. Hal ini bertujuan untuk jauh
mengenalkan masing-masing individu dalam kelompok.
Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD ini didasarkan pada langkahlangkah kooperatif yang terdiri atas enam langkah atau fase. Fase-fase dalam
pembelajaran kooperatif tipe STAD sebagai berikut:

20

Fase
Fase 1
Menyampaikan tujuan memotivasi siswa

Fase 2
Menyajikan / menyampaikan informasi

Fase 3
Mengorganisasikan siswa dalam kelompokkelompok belajar

Fase 4
Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Fase 5
Evaluasi

Fase 6
Memberikan penghargaan

Kegiatan Guru
Menyampaikan semua tujuan pembelajaran
yang ingin dicapai pada pembelajaran
tersebut dan memotivasi siswa belajar
Menyajikan informasi pada siswa dengan
jalan mendemontrasikan atau lewat bahan
bacaan
Menjelaskan kepada siswa bagaimana
caranya membentuk kelompok belajar dan
membantu setiap kelompok agar melakukan
transisi secara efisien
Membimbing kelompok-kelompok belajar
pada saat mereka mengerjakan tugas mereka
Mengevaluasi hasil belajar tentang materi
ynag telah diajarkan atau masing-masing
kelompok mempresentasikan hasil kerjanya
Mencari cara-cara untuk menghargai baik
upaya maupun hasil belajar individu atau
kelompok

Tahapan-tahapan yang dilakukan oleh guru untuk memberikan penghargaan atas


keberhasilan kelompok:
a. Menghitung skor individu
Berikut merupakan tabel skor perkembangan individu:
Nilai Tes
Lebih dari 10 poin di bawah skor awal
10 poin di bawah sampai 1 poin di bawah skor awal
Skor awal sampai 10 poin di atas skor awal
Lebih dari 10 poin di atas skor awal
Nilai sempurna (tanpa memperhatikan skor awal)

Skor Perkembangan
0 poin
10 poin
20 poin
30 poin
30 poin

b. Menghitung skor kelompok

21

Skor kelompok diperoleh dari rata-rata skor perkembangan. Yaitu dengan


menjumlahkan skor perkembangan setiap anggota kelompok kemudian dibagi
sejumlah anggota kelompok. Berikut tabel kategori tingkat penghargaan kelompok
Rata-rata tim
0 x 5
5 x 15
15
25

x 25
x 30

Predikat
Tim baik
Tim hebat
Tim super

2. Jigsaw
Pembelajaran kooperatif jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang
mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk
mencapai prestasi yang maksimal.
Langkah-Langkah Pembelajaran Jigsaw
a. Siswa dibagi atas beberapa kelompok (tiap kelompok 5-6 orang)
b. Materi pelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks yang telah dibagi
menjadi beberapa sub bab
c. Setiap anggota kelompok membaca sub bab yang ditugaskan dan bertanggung jawab
untuk mempelajarinya
d. Anggota dari kelompok lain yang telah mempelajari sub bab yang sama bertemu
dalam kelompok-kelompok ahli untuk mendiskusikannya.
e. Setiap anggota kelompok ahli setelah kembali ke kelompoknya bertugas mengajar
teman-temannya.
f. Pada pertemuan dan diskusi kelompok asal, siswa-siswa dikenai tagihan berupa kuis
individu.
Persyaratan yang Perlu Disiapkan Guru dalam Pembelajaran Jigsaw
a. Bahan kuis
b. Lembar kerja siswa
c. Rencana pembelajaran
Sistem Evaluasi Pembelajaran Jigsaw sama dengan Sistem Evaluasi Pembelajaran
STAD
3. Investigasi Kelompok
22

Investigasi Kelompok merupakan model pembelajaran kooperatif yang paling


kompleks dan paling sulit untuk diterapkan. Karena pendekatan ini memerlukan norma
dan struktur kelas yang lebih rumit daripada pendekatan yang berpusat pada guru.
Pendekatan ini melibatkan siswa dalam merencanakan topik-topik yang akan dipelajari.
Sharan (1984) membagi langkah-langkah dalam menerapkan metode ini adalah :
1. Pembentukan Kelompok
Guru membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok yang heterogen, dimana setiap
kelompok terdiri dari 4-5 siswa.
2. Pemilihan Topik
Siswa memilih sub-topik atau permasalahan tertentu dari materi yang diterangkan
oleh guru.
3. Impelentasi
Siswa menerapkan rencana yang telah mereka kembangkan dalam tahap 2. Kegiatan
pembelajaran hendaknya melibatkan ragam aktivitas dan keterampilan yang luas.
Guru secara ketat mengikuti kemajuan tiap kelompok dan menawarkan bantuan jika
diperlukan.
4. Analisis dan Sintesis
Siswa menganalisis dan mensintesis informasi yang diperoleh pada tahap ketiga dan
merencanakan bagaimana informasi tersebut diringkas dan disajikan dengan cara
yang menarik untuk dipresentasikan di depan kelas.
5. Presentasi Hasil Final
Beberapa atau semua kelompok menyajikan hasil penyelidikannya kepaa seluruh
kelas, dengan tujuan agar siswa yang lain saling terlibat satu sama lain dalam
pekerjaan temannya dan mencapai perspektif yang lebih luas tentang sebuah topic.
6. Evaluasi
Dalam hal kelompok-kelompk menangani aspek/materi yang berbeda dari topik yang
sama, siswa dan guru mengevaluasi tiap kontribusi kelompok terhadap kerja kelas
sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi yang dilakukan dapat berupa penilaian individu
atau kelompok.
Kelompok- kelompok menangani aspek yang berbeda dari topic yang sama,
siswa dan guru mengevaluasi tiap kontribusi kelompok terhadap kerja kelas sebagai
suatu keseluruhan. Evaluasi yang dilakukan dapat berupa penilaian individual atau
kelompok.
4. Pendekatan Struktural

23

a. Think Pair Share (TPS)


Strategi think-pair-share atau berpikir berpasangan berbagi adalah jenis
pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa.
Strategi think-pair-share ini berkembang dari penilitian belajar kooperatif dan waktu
tunggu. Pertama kali dikembangkan oleh Frang Lyman dan koleganya di Universitas
Maryland sesuai yang dikutip Arends (1997), menyatakan bahwa think-pair-share
merupakan suatu cara efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas.
Dengan asumsi bahwa diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas
secara keseluruhan, dan prosedur yang digunakan dalam think-pair-share dapat
memberi siswa lebih banyak waktu berpikir, untuk merespon saling membntu. Guru
memperkirakan hanya melengkapi penyajian singkat atau siswa membaca tugas, atau
situasi

yang

menjadi

tanda

tanya.

Sekarang

guru

menginginkan

siswa

mempertimbangkan lebih banyak apa yang telah dijelaskan dan dialami . Guru
memilih menggunakan think-pair-share untuk membandingkan Tanya jawab
kelompok keseluruhan.
Guru menggunakan fase berikut:
a. Langkah 1 : Berpikir (Thinking)
Guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan
pelajaran, dan meminta siswa menggunakan waktu beberapa menit untuk berpikir
sendiri jawaban atau masalah. Siswa membutuhkan penjelasan bahwa berbicara
atau menegerjakan bukan bagian berpikir.
b. Langkah 2 : Berpasangan (Pairing)
Selanjutnya guru meminta siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan apa yang
telah mereka peroleh. Interaksi selama waktu yang telah disediakan dapat
menyatukan jawaban jika suatu pertanyaan yang diajukan atau menyatakan
gagasan apabila suatu masalah khusus yang diidentifikasi. Secara normal guru
memberi waktu tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk berpasangan.
c. Langkah 3 : Berbagi (Sharing)
Pada langkah akhir, guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi dengan
keseluruhan kelas yang telah mereka bicarakan. Hal ini efektif untuk berkeliling
ruanagan dari pasangan ke pasangan dan melanjutkan sampai sekitar sebagian
pasangan mendapat kesempatan untuk melaporkan Arends, (1997) disadur
Tjokrodihardjo, (2003)

24

b. Numbered Head Together (NHT)


Numbered Head Together (NHT) adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif
yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif
terhadap struktur tradisional.
Langkah-Langkah Pembelajaran Numbered Head Together (NHT)
a. Fase 1 : Penomoran
Dalam fase ini guru membagi siswa ke dalam kelompok 3-5 orang dan kepada
setiap anggota kelompok diberi nomor 1 sampai 5.
b. Fase 2 : Mengajukan Pertanyaan
Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa.
c. Fase 3 : Berfikir Bersama
Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan meyakinkan
tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tim
d. Fase 4 : Menjawab
Guru memanngil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai
mengacungkan tangannya dan mencoba menjawab pertanyaan untuk seluruh
kelas.

F. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif


1. Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif
a. Melalui model pembelajaran kooperatif, siswa tidak terlalu menggantungkan pada
guru, tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berfikir sendiri, menemukan
informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa yang lain.
b. Model pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan, mengungkapkan
ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ideide orang lain.
c. Model pembelajaran kooperatif dapat membantu siswa untuk menhargai orang lain
dan menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan.
d. Model pembelajaran kooperatif dapat memberdayakan setiap siswa untuk lebih
bertanggung jawab dalam belajar.
e. Model pembelajaran kooperatif merupakan strategi yang cukup ampuh untuk
meningkatkan

prestasi

akademik

sekaligus

kemampuan

sosial,

termasuk

mengembangkan rasa harga diri, hubungan interpersonal yang positif dengan orang
lain, mengembangkan keterampilan, dan sikap positif terhadap sekolah.

25

f. Model pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk


menguji ide dan pemahaman sendiri, menerima umpan balik. Siswa dapat
memecahkan masalah tanpa takut membuat kesalahan, karena keputusan yang dibuat
adalah tanggung jawab kelompoknya.
g. Model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kemampuan siswa mengelola
informasi dan kemampuan belajar abs- trak menjadi nyata.
h. Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan motivasi dan
memberikan rangsangan berfikir. Hal ini berguna untuk pendidikan jangka panjang.
2. Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif
a. Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, di- samping itu memerlukan
lebih banyak tenaga, pemikiran, dan waktu.
b. Agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar maka dibutuhkan dukungan
fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai.
c. Selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada kecenderungan topik
permasalahan yang dibahas meluas sehingga banyak yang tidak sesuai dengan waktu
yang telah ditentukan.
d. Saat diskusi terkadang didominasi seseorang, hal ini meng-akibatkan siswa yang lain
menjadi pasif.
e. Bisa menjadi tempat mengobrol atau gosip. Hal ini terjadi jika anggota kelompok
tidak mempunyai kedisiplinan dalam belajar, seperti datang terlambat, mengobrol
atau bergosip membuat waktu berlalu begitu saja sehingga tujuan untuk belajar
menjadi sia-sia.

26

DAFTAR PUSTAKA

Isjoni. 2007. Cooperative Learning. Bandung: Alfabeta.


Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta:
Prestasi Pustaka.

27

Anda mungkin juga menyukai