Pendengaran
Laotesa Rammang/102015144
Fakultas Kedokteran - Universitas Kristen Krida Wacana, Jalan Arjuna Utara Nomor 6, Kebon
Jeruk Jakarta Barat 11510
email : laotesa_r@yahoo.com
Abstrak
Indera pendengar dan keseimbangan terdapat di dalam telinga. Telinga manusia terdiri atas tiga
bagian, yaitu telinga luar, yang menerima gelombang suara, telinga tengah, dimana gelombang
suara dipindahkan dari udara ke tulang dan oleh tulang ke telinga dalam, telinga dalam, dimana
getaran ini diubah menjadi impuls saraf spesifik yang berjalan melalui nervus akustikus ke
susunan saraf pusat. Untuk memeriksa pendengaran diperlukan pemeriksaan hantaran melalui
udara dan melalui tulang dengan memakai garpu tala atau audiometer nada murni. Ada dua jenis
ganguan pendengaran yagn pertama yaitu ganguan konduktif adalah ganguan hantaran seperti
berlubangnya membran timpan, mengersnya persendian antra tulang-tulang pendengaran dan
ganguan perseptif yaitu saraf
pendengaran
Kata kunci: pendengaran, suara, telinga.
Abstract
Auditory and balance contained in the ear . The human ear consists of three parts, the outer ear ,
which receives sound waves , the middle ear , where sound waves transferred from the air to the
bone and the bone to the inner ear , the inner ear , where the vibration is converted into nerve
impulses specific running through nerve acoustic to the central nervous system . To check the
examination required hearing conduction through the air and through the bone using a tuning
fork or a pure tone audiometer . There are two types of hearing disorders that yagn first
conductive disorders are di sorders such as perforation of the membrane conductivity timpan ,
mengersnya joints as between the ossicles and perceptive disorders are nervous and the second is
due to damage to the auditory nerve disorder
Keywords : hearing, voice , ears
[Type text]
Page 1
Pendahuluan
Anatomi, fisiologi dan histologi adalah modal utama untuk memahami fungsi telinga.
Pada akhirnya adalah untuk memahami penatalaksanaan telinga dan keseimbangan. Fungsi
keseimbangan kita adalah lebih mendasar dan lebih penting dari fungsi pendengaran. Suatu
organisme dapat bertahan tanpa pendengaran, tapi tidak dapat bertahan tanpa keseimbangan
dengan lingkungannya. Karena itu mekanisme keseimbangan sebagai bagian dari orientasi
organism terhadap lingkungan berkembang lebih dahulu dari pendengaran. Telinga mengandung
banyak vestibulum dari keseimbangan, namun orientasi kita terhadap lingkungan juga ditentukan
oleh kedua mata kita dan alat perasa pada tendo dalam. Jadi telinga adalah organ pendengaran
dan keseimbangan.1
Secara anatomi telinga dibagi menjadi tiga bagian: telinga luar, tengah dan dalam.
Telinga tengah dan luar berkembang dari alat brankial. Telinga dalam seluruhnya berasal dari
plakoda otika. Dengan demikian suatu bagian dapat mengalami kelainan congenital sementara
bagian lain bekembang normal.1
Struktur Makroskopik Alat Pendengaran
Telinga adalah bagian panca indra untuk pendengaran dan keseimbangan. Terletak di sisi
kepala. Telinga terdiri dari 3 bagian, yaitu telinga luar (auris externa), telinga tengah (auris
media), dan telinga dalam (auris interna).2
Telinga luar atau auris externa terdiri dari daun telinga (auricula), liang telinga (meatus
acusticus externus), dan dibatasi oleh gendang telinga atau membrana tympani. Auricula
dibentuk oleh tulang rawan elastin yang melekat erat dengan kulit, tanpa lapisan subcutis.
Auricula ini berbentuk seperti cekungan dengan bagian terdalam dinamakan concha dan
pinggiran bebasnya dinamakan helix. Pada concha terdapat lubang masuk liang telinga (meatus
acusticus externus). Liang telinga ini melengkung ke depan sehingga untuk dapat melihat
gendang telinga, daun telinga perlu ditarik ke belakang (untuk meluruskan liang ini). (lihat
gambar 1).
[Type text]
Page 2
[Type text]
Page 3
infeksi dan penyakit otitis media. Akibat telinga yang terinfeksi yang menghasilkan nanah,
gendang telinga akan pecah jika nanah sudah terlalu banyak terkumpul.2
Ke belakang rongga ini berhubungan dengan rongga dalam tulang yang dinamakan
cellulae mastoidea, yaitu rongga yang berisi udara. Nanah yang banyak pada penderita otitis
media dapat juga mengalir ke sini sehingga didapati infeksi pada tulang yang dinamakan
mastoiditis.2
Dinding dalam auris media berbatasan dengan tulang pembatas telinga dalam. Pada
tulang ini terlihat penonjolan akibat keberadaan bangunan untuk penerima rangsang
keseimbangan bernama canalis semicircularis. Selain itu, terdapat tempat lekat tulang
pendengaran yaitu tulang sangurdi (os stapes). Di bawahnya terdapat lubang bulat (foramen
rotundum) yang tertutup membrana mucosa yang penting untuk memelihara keseimbangan
tekanan diruang telinga dalam. Selain itu, terdapat juga penonjolan akibat rumah siput (cochlea)
penerima rangsang pendengaran di telinga dalam. Getaran suara yang diterima membrana
tympani diteruskan melalui tulang pendengaran di telinga tengah, yaitu os maleus (tukul), incus
(landasan), dan stapes (sanggurdi). Selanjutnya, tulang ini meneruskan getaran suara pada cairan
endolymph dan setelah melalui reseptor pendengaran getaran dinetralkan kembali melalui
getaran membran pada foramen rotundum.2
Rongga telinga dalam dibatasi sekelilingnya oleh tulang tengkorak. Di dalamnya terdapat
sistem keseimbangan (vestibular) yang terdiri dari 3 saluran setengah lingkaran (canalis
semicircularis) bersama bagian bernama sacculus dan utriculus. Selain itu, terdapat pula organ
pendengaran yang terdiri dari cochlea. Cochlea ini menyerupai rumah siput dengan permukaan
dalam yang berbentuk spiral.2
Tuba auditiva (tuba eustachii) terdiri dari bagian tulang dan bagian tulang rawan (dua
pertiga depan), dengan penyempitan pada tempat peralihannya. Pada bayi dan anak kecil, saluran
ini pendek (10 mm) dan lurus, pada orang dewasa panjangnya sekitar 30-40 mmdan
melengkung. Pada posisi berbaring, tuba ini pada bayi dan anak kecil berkedudukan tegak lurus
sehingga memudahkan masuknya lendir (dan infeksi) dari sekitar hidung ke tuba ini. Keadaan ini
memudahkan terjadinya infeksi rongga telinga tengah pada bayi dan anak kecil (otitis media
acuta).(lihat gambar 2)
[Type text]
Page 4
Page 5
Telinga tengah terdiri dari kavum timpani, tuba eusthachii, dan ruang mastoid. Kavum
timpani
berisi
udara,
pada
tulang
yang
memisahkan
kavum
timpani
dan
telinga dalam terdapat 2 celah fenestra ovalis ( oval window ) dan fenestra rotundum ( round
window ). Terdapat tulang tulang pendengaran ( ossikula auditorius ) yaitu Malleus, incus
,stapes ( duduk diatas fenestra ovalis dan fenestra rotundum ) Otot otot skelet --- m.tensor
timpani&m.stapedius serta saraf.
Tuba eustachii terdiri dari epitel selapis gepeng berangsur berubah menjadi epitel selapis
kubis atau epitel selapis silindris + silia dan akan terbuka saat menelan,sehingga tekanan udara
telinga tengah seimbang dengan tekanan udara luar. Fungsi menyamakan tekanan telinga tengah
dengan tekanan udara luar. Perbedaan tekanan anatar telinga tengah dan udara luar, dapat
mengurangi daya hantar telinga pada getaran bunyi
Telinga
dalam
terdapat
alat
penengaran
dan
alat
keseibangan
Telinga dalam terdiri dari labirin tulang vestibulim dan kokhlea ( berisi cairan primitif), labirin
membrnosa organ corti (berisi caiiran endolimf).3
Nervus Vestibulocochlealis
Nervus vestibulocochlearis keluar dari peralihan pons menjadi medulla oblongata dan
memasuki meatus acusticus internus bersama nervus facialis. Di sini nervus facialis VII terpecah
menjadi nervus vestibularis dan nervus cochlearis (lihat gambar 3). Serabut vestibular yang
berhubungan dengan keseimbangan, adalah akson yang berasal dari neuron dalam ganglion
vestbulare; ujung-ujung perifer memasuki macula utriculi, macula sacculi, dan ampulla ductus
semicircularis. Serabut koklear yang berhubungan dengan indera pendengar , adalah akson yang
berasal dari neuron dalam ganglion spirale; ujung perifer memasuki organ spirale corti.4
Page 6
amat erat antara kedua saraf tersebut. Karena itu, kerusakan nervus craniales VIII dapat
menyebabkan tinitus (bunyi dering atau dengung dalam telinga), vertigo (kehilangan
keseimbangan), dan gangguan atau kehilangan pendengaran. Kerusakan sentral pada nervus
craniales VIII dapat terjadi entah pada bagian koklear atau bagian vestibular.4
Ada dua macam ketulian yaitu ketulian konduktif dan ketulian sensorineural. Ketulian
konduktif berhubungan dengan auris externa atau auris media (misalnya, disebabkan oleh otitis
media (peradangan auris media). Ketulian sensorineural yang disebabkan oleh penyakit pada
cochlea atau pada lintasan dari cochlea ke cerebrum. Neuroma akustik, tumor sel schwann yang
bersifat jinak dan tumbuh lambat, berawal sekeliling nervus vestibularis di dalam meatus
acusticus internus; gejala dini gangguan ini adalah kehilangan pendengaran.4
Proses Pendengaran
Gelombang Bunyi
Tipe Gelombang bunyi adalah gelombang longitudinal. Pada gelombang longitudinal,
getaran partikel media adalah sama arahnya dengan arah gerak gelombang. Gelombang bergerak
membentuk serangkaian kompresi dan ekspansi.
Gelombang
bunyi
pada
gendang
akan
mengakibatkan
peregangan
(ekspansi)
pemampatan (kompresi) udara, yang akan menghasilkan gelombang longitudinal yang ke luar
dari udara. Gelombang bunyi (compressional waves) yang menyebabkan sebuah sumber
bervibrasi dan mampu menghasilkan sebuah sensasi dalam sistem audio disebut gelombang
bunyi.5
Ciri-ciri gel bunyi merupakan gelombang longitudinal, gelombang elastik, dan getaran
yang dapat didengar.
Jenis-Jenis Bunyi : Bunyi infrasonik (sub sonik) < 20 Hz
Bunyi sonik 20 Hz 1600 Hz
Bunyi ultrasonik 16.000 Hz 20.000 Hz
Frekuensi getaran bunyi yang dapat merangsang telinga manusia berkisar antara 20
1600 Hz. Telinga manusia paling peka terhadap bunyi dengan frekuensi sekitar 1000 Hz. Hal ini
sangat menguntungkan, karena frekuensi ucapan-ucapan manusia berkisar sekitar frekuensi
tersebut, yaitu antara 300 3500 Hz ( daerah frekuensi bicara). Umur meningkat maka kepekaan
telinga terhadap bunyi menurun dan menurunnya daya dengar telinga pada usia lanjut.5
[Type text]
Page 7
Suara adalah sensasi yang timbul apabila getaran longitudinal molekul di lingkungan
eksternal, yaitu fase pemadatan dan pelonggaran molekul yang terjadi berselang-seling,
mengenai membran timpani. Plot gerakan-gerakan ini sebagai perubahan tekanan di membran
timpani per satuan waktu adalah serangkaian gelombang, dan gerakan semacam itu dalam
lingkungan secara umum disebut gelombang suara. Gelombang berjalan melalui udara dengan
kecepatan sekitar 344 m/det pada 200 C setinggi permukaan laut. Kecepatan suara meningkat
seiring suhu dan ketinggian.5
Gelombang suara dikumpulkan oleh telinga luar dan disalurkan sepanjang saluran telinga
ke gendang telinga. Dampak memukul suara gendang telinga menciptakan getaran yang
menyebabkan tiga tulang di telinga tengah - maleus, inkus, dan stapes (martil, landasan dan
sanggurdi) - untuk bergerak. Terkecil, stapes, cocok ke jendela oval antara telinga tengah dan
dalam. Ketika jendela oval bergetar, cairan di telinga dalam mengirimkan getaran ke organ
pendengaran, disebut koklea.5
Pusat ini menerjemahkan impuls ke otak suara bisa mengenali. Setelah getaran memukul
gendang telinga, reaksi berantai adalah berangkat. gendang telinga yang lebih kecil dan lebih
tipis daripada kuku di jari kelingkingnya, mengirimkan getaran ke tiga tulang terkecil dalam
tubuh.5 Pertama palu, kemudian landasan, dan akhirnya, sanggurdi. sanggurdi yang melewati
mereka getaran sepanjang bak melingkar di telinga bagian dalam yang disebut koklea. Di dalam
koklea terdapat ribuan ujung saraf rambut seperti, silia. Ketika Cochlea bergetar, gerakan silia.
Otak akan dikirim pesan-pesan ini (diterjemahkan dari getaran oleh silia) melalui saraf
pendengaran. Otak kemudian menerjemahkan semua itu dan memberitahu anda apa yang anda
dengar.5
Cara kerja telinga adalah sebagai berikut.
Getara suara > daun telinga > saluran telinga > gendang telinga > tiga tulang pendengaran >
rumah siput > sel-sel rambut dalam organ korti > sel saraf audiotori > otak.5
Pemeriksaan pendengaran
Pemeriksaan pendengaran dapat dilakukan dengan audiometer dan garpu penala.
[Type text]
Page 8
Test Rinne
Tujuan melakukan tes Rinne adalah untuk membandingkan atara hantaran tulang dengan
hantaran udara pada satu telinga pasien.
(+)Bila op masih mendengar dengugan secara hanataran aerotympani .
(-) Bila op tidak lagi mendegara dengungn secara hantaran aerotympanal.
Garpu tala digetarkan pada frekuensi 256,512,1024 Hz, kemudian tangkai garpu tala yang
bergetar itu ditempatkan secara berganti-gantian pada processus mastoideus dan inci dari
meatus acusticus externus sampai bunyi getarannya tidak terdengar lagi pada salah satu posisi
tersebut. Bila konduksi udara lebih besar daripada konduksi tulang ( uji Rinne positif), hal
tersebut menunjukkan pendengaran normal atau tuli sensorineural. Bila konduksi tulang lebih
besar daripada konduksi udara (uji Rinne negatif), hal tersebut menunjukkan tuli konduktif.6
Test Weber
Tujuan kita melakukan tes weber adalah untuk membandingkan hantaran tulang antara
kedua telinga pasien.
(-) Op mendengar dengungan bunyi penala sama kuat di kedua telinganya
Untuk menimbulkan lateralisasi buatan tutuplah salah 1 telinga OP dgn kapas dan ulangi lagi
pemerisaannya.
(+) dengungan bunyi penala pada salah 1 telinga lebih kuat suaranya.
Tangkai garpu tala yang bervibrasi ditempatkan pada verteks atau garis tengah dahi. Bila
suara terdengar paling jelas pada telinga yang ditutup, gangguan mungkin bersifat konduktif.
Bila terdengar paling jelas pada telinga yang tidak ditutup, gangguan mungkin bersifat
sensorineural.6
Test Schwabach
Tujuan dari pemerikasaan Membandingkan daya transport melalui tulang mastoid antara
pemeriksa (normal) dengan pasienTangkai garpu tala yang bergetar ditempatkan secara
bergantian pada processus mastoideus pasien dan pemeriksa (yang pendengarannya normal)
sampai tidak lagi terdengar lebih lama oleh salah seorang darinya. Hasilnya dinyatakan sebagai
Schwabach memanjang, bila terdengar lebih lama oleh pasien (menunjukkan gangguan
pendengaran konduktif), sebagai schwabach memendek atau berkurang, bila terdengar lebih
lama oleh pemeriksa (menunjukkan gangguan pendengaran sensorineural) dan sebagai
schwabach normal, bila terdengar untuk waktu yang sama oleh kedua pihak.
[Type text]
Page 9
Page 10
yang disertai dengan perubahan pendarahan pada struktur tersebut. Selain itu juga terjadi
pengurangan jumlah dan ukuran dari saraf. Kelainan pada struktur tersebut menyebabkan
penderitanya berkurang pendengarannya terutama pada nada frekuensi tinggi (frekuensi 1000 Hz
atau lebih).6
Gangguan pendengaran tersebut terjadi secara perlahan-lahan dan semakin memburuk
(progresif), dan terjadi pada kedua telinga. Awal terjadinya gangguan pendengaran tersebut tidak
diketahui secara pasti. Namun jika kita menelusuri lebih lanjut maka penderitanya akan
mengeluhkan adanya kesulitan dalam memahamii pembicaraan walaupun tetap dapat mendengar
pembicaraan yang didengarnya terutama bila diucapkan dengan cepat di tempat dengan latar
belakang yang yang riuh sehingga sering disebut sebagai coctail party deafness. Bila intensitas
suara ditinggikan akan timbul rasa nyeri di telinga yang disebabkan adanya faktor kelelahan
saraf.6
Fungsi Alat Pendengaran
Telinga adalah alat indra yang memiliki fungsi untuk mendengar suara yang ada di sekitar
kita.Telinga merupakan indra pendengaran yang menerima rangsang berupa suara (fonoreseptor).
Selain berungsi sebagai indra pendengaran, telinga juga sebagai alat keseimbangan. Telinga
tersusun atas telinga bagian luar, telinga bagian dalam, telinga bagian tengah.7
Indra pendengar adalah telinga yang terdiri dari :
Telinga bagian luar yaitu daun telinga, lubang telinga dan liang pendengaran
Telinga bagian tengah terdiri dari gendang telinga, 3 tulang pendengar ( martil, landasan dan
sanggurdi) dan saluran eustachius.
Telinga bagian dalam terdiri dari alat keseimbangan tubuh, tiga saluran setengah lingkaran,
tingkap jorong, tingkap bundar dan rumah siput (koklea)
Fungsi bagian-bagian indra pendengar :
Daun telinga, lubang telinga dan liang pendengaran berfungsi menangkap dan mengumpulkan
gelombang bunyi.
Gendang telinga berfungsi menerima rangsang bunyi dan meneruskannya ke bagian yang lebih
dalam.
Tiga tulang pendengaran ( tulang martil, landasan dan sanggurdi) berfungsi memperkuat getaran
dan meneruskannya ke koklea atau rumah siput.
Tingkap jorong, tingkap bundar, tiga saluran setengah lingkaran dan koklea (rumah siput)
[Type text]
Page 11
berfungsi mengubah impuls dan diteruskan ke otak. Tga saluran setengah lingkaran juga
berfungsi menjaga keseimbangan tubuh.
Saluran eustachius menghubungkan rongga mulut dengan telinga bagian luar.7
[Type text]
Page 12
Kesimpulan
Setelah melakukan pembuktian hipotesa, dapat ditunjukkan bahwa hipotesa tersebut
benar. Hipotesa tersebut adalah Gangguan ketajaman pendengaran pada seseorang dapat
disebabkan oleh ganguan mekanisme pendengaran dan organ yang terkait. Penurunan fungsi
dari organ tubuh yang terjadi pada proses menua disebut juga sebagai proses degeneratif. Organ
pendengaran juga tidak luput dari perubahan yang terjadi pada proses degeneratif. Jenis ketullian
yang dialami pada kelompok usia lanjut umumnya dikarenakan adanya kerusakan pada saraf
sehingga disebut juga sebagai tuli saraf, namun juga dapat berupa tuli yang terjadi karena adanya
gangguan hantaran udara (tuli konduksif). Proses degeneratif yang terjadi pada organ
pendengaran mengakibatkan berubahnya struktur dari rumah siput (koklea) dan saraf
pendengaran (N. Auditorius).
[Type text]
Page 13
DaftarPustaka
1
Moore KL, Agur AMR. Laksman H,alih bahasa. Anatomi klinis dasar. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC; 2002. hal 401-8
Snell RS. Sugiharto L,alih bahasa. Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2006. hal 782-92
Sherwood L. Fisiologi Manusia. Edisi 6.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2011. hal
176-88
Moore KL, Agur AMR. Essential clinical anatomy.USA: Lippincott Williams & Wilkins;
2002. hal 457-9.
Ganong WF. Alih bahasa; M. Djauhari Widjaya K. [et all]. Buku ajar fisiologi kedokteran.
Edisi 20. Jakarta: EGC: 2001. hal76-88.
Soepardi
A.Efiaty,
Iskandar
N.H.
Buka
ajar
ilmu
kesehatan
telinga-hidung-
[Type text]
Page 14
[Type text]
Page 15