Anda di halaman 1dari 15

Gangguan pada Mekanisme Pendengaran yang Menyebabkan Penurunan Fungsi

Pendengaran
Laotesa Rammang/102015144
Fakultas Kedokteran - Universitas Kristen Krida Wacana, Jalan Arjuna Utara Nomor 6, Kebon
Jeruk Jakarta Barat 11510
email : laotesa_r@yahoo.com
Abstrak
Indera pendengar dan keseimbangan terdapat di dalam telinga. Telinga manusia terdiri atas tiga
bagian, yaitu telinga luar, yang menerima gelombang suara, telinga tengah, dimana gelombang
suara dipindahkan dari udara ke tulang dan oleh tulang ke telinga dalam, telinga dalam, dimana
getaran ini diubah menjadi impuls saraf spesifik yang berjalan melalui nervus akustikus ke
susunan saraf pusat. Untuk memeriksa pendengaran diperlukan pemeriksaan hantaran melalui
udara dan melalui tulang dengan memakai garpu tala atau audiometer nada murni. Ada dua jenis
ganguan pendengaran yagn pertama yaitu ganguan konduktif adalah ganguan hantaran seperti
berlubangnya membran timpan, mengersnya persendian antra tulang-tulang pendengaran dan
ganguan perseptif yaitu saraf

dan yang kedua adalah ganguan karena rusaknya saraf

pendengaran
Kata kunci: pendengaran, suara, telinga.
Abstract
Auditory and balance contained in the ear . The human ear consists of three parts, the outer ear ,
which receives sound waves , the middle ear , where sound waves transferred from the air to the
bone and the bone to the inner ear , the inner ear , where the vibration is converted into nerve
impulses specific running through nerve acoustic to the central nervous system . To check the
examination required hearing conduction through the air and through the bone using a tuning
fork or a pure tone audiometer . There are two types of hearing disorders that yagn first
conductive disorders are di sorders such as perforation of the membrane conductivity timpan ,
mengersnya joints as between the ossicles and perceptive disorders are nervous and the second is
due to damage to the auditory nerve disorder
Keywords : hearing, voice , ears

[Type text]

Page 1

Pendahuluan
Anatomi, fisiologi dan histologi adalah modal utama untuk memahami fungsi telinga.
Pada akhirnya adalah untuk memahami penatalaksanaan telinga dan keseimbangan. Fungsi
keseimbangan kita adalah lebih mendasar dan lebih penting dari fungsi pendengaran. Suatu
organisme dapat bertahan tanpa pendengaran, tapi tidak dapat bertahan tanpa keseimbangan
dengan lingkungannya. Karena itu mekanisme keseimbangan sebagai bagian dari orientasi
organism terhadap lingkungan berkembang lebih dahulu dari pendengaran. Telinga mengandung
banyak vestibulum dari keseimbangan, namun orientasi kita terhadap lingkungan juga ditentukan
oleh kedua mata kita dan alat perasa pada tendo dalam. Jadi telinga adalah organ pendengaran
dan keseimbangan.1
Secara anatomi telinga dibagi menjadi tiga bagian: telinga luar, tengah dan dalam.
Telinga tengah dan luar berkembang dari alat brankial. Telinga dalam seluruhnya berasal dari
plakoda otika. Dengan demikian suatu bagian dapat mengalami kelainan congenital sementara
bagian lain bekembang normal.1
Struktur Makroskopik Alat Pendengaran
Telinga adalah bagian panca indra untuk pendengaran dan keseimbangan. Terletak di sisi
kepala. Telinga terdiri dari 3 bagian, yaitu telinga luar (auris externa), telinga tengah (auris
media), dan telinga dalam (auris interna).2
Telinga luar atau auris externa terdiri dari daun telinga (auricula), liang telinga (meatus
acusticus externus), dan dibatasi oleh gendang telinga atau membrana tympani. Auricula
dibentuk oleh tulang rawan elastin yang melekat erat dengan kulit, tanpa lapisan subcutis.
Auricula ini berbentuk seperti cekungan dengan bagian terdalam dinamakan concha dan
pinggiran bebasnya dinamakan helix. Pada concha terdapat lubang masuk liang telinga (meatus
acusticus externus). Liang telinga ini melengkung ke depan sehingga untuk dapat melihat
gendang telinga, daun telinga perlu ditarik ke belakang (untuk meluruskan liang ini). (lihat
gambar 1).

[Type text]

Page 2

Gambar 1. External Ear Anatomy2


Liang telinga yang panjangnya sekitar 2-3 cm mempunyai lapisan epitel dengan bulu
halus disertai kelenjar keringat dan lemak (sebum) yang menghasilkan cerumen (wax). Bagian
luar liang telinga dibentuk oleh tulang rawan sehingga bersifat mobile, sedangkan bagian dalam
dibentuk oleh tulang tengkorak.2
Membrana tympani mempunyai posisi miring menghadap ke bawah. Bentuknya tidak
rata, tetapi menyerupai kerucut dengan diameter sekitar 10 mm. bagian tengahnya dinamakan
umbo merupakan kedudukan tulang pendengaran (os maleus). Membrana ini terdiri dari bagian
keras (pars tensa) yang merupakan bagian terbesar dan bagian lunak (pars flaccida) di bagian
atas. Pada keadaan normal, penyinaran pada membrana ini akan memberikan pantulan berupa
gambaran segitiga di bagian depan bawah dengan puncak pada tonjolan umbo.2
Ruang telinga tengah atau auris media terdapat di sebelah dalam membrana tympani
dengan ukuran sekitar 3-6 mm. dindingnya dibatasi oleh gendang telinga (membrana tympani)
beserta tulang di sebelah atas dan bawahnya.
Ke arah depan rongga ini mempunyai saluran yang berhubungan dengan kerongkongan
(nasopharynx), yaitu melalui tuba auditivia atau tuba eustachii. Saluran ini perlu untuk
menyesuaikan tekanan di dalam ruangan itu dengan tekanan udara luar. Penyesuaian tekanan itu
dilakukan melalui gerakan menelan ludah jika seseorang merasa telinganya tidak nyaman. Pada
orang pilek, terutama pada anak-anak, saluran ini sering tersumbat sehingga para pederita sering
didapat keluhan telinga penuh. Telinga yang penuh itu jika dibiarkan akan dapat menyebabkan

[Type text]

Page 3

infeksi dan penyakit otitis media. Akibat telinga yang terinfeksi yang menghasilkan nanah,
gendang telinga akan pecah jika nanah sudah terlalu banyak terkumpul.2
Ke belakang rongga ini berhubungan dengan rongga dalam tulang yang dinamakan
cellulae mastoidea, yaitu rongga yang berisi udara. Nanah yang banyak pada penderita otitis
media dapat juga mengalir ke sini sehingga didapati infeksi pada tulang yang dinamakan
mastoiditis.2
Dinding dalam auris media berbatasan dengan tulang pembatas telinga dalam. Pada
tulang ini terlihat penonjolan akibat keberadaan bangunan untuk penerima rangsang
keseimbangan bernama canalis semicircularis. Selain itu, terdapat tempat lekat tulang
pendengaran yaitu tulang sangurdi (os stapes). Di bawahnya terdapat lubang bulat (foramen
rotundum) yang tertutup membrana mucosa yang penting untuk memelihara keseimbangan
tekanan diruang telinga dalam. Selain itu, terdapat juga penonjolan akibat rumah siput (cochlea)
penerima rangsang pendengaran di telinga dalam. Getaran suara yang diterima membrana
tympani diteruskan melalui tulang pendengaran di telinga tengah, yaitu os maleus (tukul), incus
(landasan), dan stapes (sanggurdi). Selanjutnya, tulang ini meneruskan getaran suara pada cairan
endolymph dan setelah melalui reseptor pendengaran getaran dinetralkan kembali melalui
getaran membran pada foramen rotundum.2
Rongga telinga dalam dibatasi sekelilingnya oleh tulang tengkorak. Di dalamnya terdapat
sistem keseimbangan (vestibular) yang terdiri dari 3 saluran setengah lingkaran (canalis
semicircularis) bersama bagian bernama sacculus dan utriculus. Selain itu, terdapat pula organ
pendengaran yang terdiri dari cochlea. Cochlea ini menyerupai rumah siput dengan permukaan
dalam yang berbentuk spiral.2
Tuba auditiva (tuba eustachii) terdiri dari bagian tulang dan bagian tulang rawan (dua
pertiga depan), dengan penyempitan pada tempat peralihannya. Pada bayi dan anak kecil, saluran
ini pendek (10 mm) dan lurus, pada orang dewasa panjangnya sekitar 30-40 mmdan
melengkung. Pada posisi berbaring, tuba ini pada bayi dan anak kecil berkedudukan tegak lurus
sehingga memudahkan masuknya lendir (dan infeksi) dari sekitar hidung ke tuba ini. Keadaan ini
memudahkan terjadinya infeksi rongga telinga tengah pada bayi dan anak kecil (otitis media
acuta).(lihat gambar 2)

[Type text]

Page 4

Gambar 2. Ear Anatomy3


Struktur Mikroskopis Alat Pendengaran.
Telinga adalah organ sensoris yang sensitif menerima dan mengubah suara menjadi impuls saraf
yang dinterpretasi di pusat auditori otak.
Secara mikroskopik telinga dibagi menjadi 3 bagian :
Telinga luar terdiri dari helix / daun telinga dan Meatus akustikus externus. Dibatasi oleh
suatu membran yang tipis disebut membrana timpani
Helix / aurikula (daun telinga) terdiri dari tulang rawan elastin yang berkelok- kelok
dilapisi kulit.Disini terdapat kelenjar sebasea dan kelenjar keringat.Pada jaringan subkutan
terdapat otot skelet.Lobulus- tulang rawan tidak ada dan terdapat jaringan lemak.
Meatus akustikus eksternus ( liang telinga luar ). Saluran yang terbentang antara aurikula
sampai ke membrana timpani,panjang kira - kira 2,5 cm. MAE terbagi 2 bagian 1/3 luar
dasarnya tulang rawan elastin dan 2/3 dalam dasarnya tulang temporal. Pada kulit MAE terdapat
rambut halus, kelenjar sebasea, kelenjar seruminosa ( merupakan modifikasi kelenjar keringat
menjadi kelenjar apokrin ). Kelenjar seruminosa bercampur kelenjar sebasea menghasilkan
serumen yang berguna mencegah serangga masuk,bersifat bakterisid.Serumen berwarna
kecoklatan.Jadi rambut halus dan serumen sebagai protektif.
[Type text]

Page 5

Telinga tengah terdiri dari kavum timpani, tuba eusthachii, dan ruang mastoid. Kavum
timpani

berisi

udara,

pada

tulang

yang

memisahkan

kavum

timpani

dan

telinga dalam terdapat 2 celah fenestra ovalis ( oval window ) dan fenestra rotundum ( round
window ). Terdapat tulang tulang pendengaran ( ossikula auditorius ) yaitu Malleus, incus
,stapes ( duduk diatas fenestra ovalis dan fenestra rotundum ) Otot otot skelet --- m.tensor
timpani&m.stapedius serta saraf.
Tuba eustachii terdiri dari epitel selapis gepeng berangsur berubah menjadi epitel selapis
kubis atau epitel selapis silindris + silia dan akan terbuka saat menelan,sehingga tekanan udara
telinga tengah seimbang dengan tekanan udara luar. Fungsi menyamakan tekanan telinga tengah
dengan tekanan udara luar. Perbedaan tekanan anatar telinga tengah dan udara luar, dapat
mengurangi daya hantar telinga pada getaran bunyi
Telinga

dalam

terdapat

alat

penengaran

dan

alat

keseibangan

Telinga dalam terdiri dari labirin tulang vestibulim dan kokhlea ( berisi cairan primitif), labirin
membrnosa organ corti (berisi caiiran endolimf).3
Nervus Vestibulocochlealis
Nervus vestibulocochlearis keluar dari peralihan pons menjadi medulla oblongata dan
memasuki meatus acusticus internus bersama nervus facialis. Di sini nervus facialis VII terpecah
menjadi nervus vestibularis dan nervus cochlearis (lihat gambar 3). Serabut vestibular yang
berhubungan dengan keseimbangan, adalah akson yang berasal dari neuron dalam ganglion
vestbulare; ujung-ujung perifer memasuki macula utriculi, macula sacculi, dan ampulla ductus
semicircularis. Serabut koklear yang berhubungan dengan indera pendengar , adalah akson yang
berasal dari neuron dalam ganglion spirale; ujung perifer memasuki organ spirale corti.4

Gambar 3. Nervus Vestibulocohlearis4


Meskipun nervus vestibularis dan nervus cochlearis pada hakekatnya bersifat mandiri,
kerusakan perifer seringkali menyebabkan gangguan klinis serempak karena hubungan yang
[Type text]

Page 6

amat erat antara kedua saraf tersebut. Karena itu, kerusakan nervus craniales VIII dapat
menyebabkan tinitus (bunyi dering atau dengung dalam telinga), vertigo (kehilangan
keseimbangan), dan gangguan atau kehilangan pendengaran. Kerusakan sentral pada nervus
craniales VIII dapat terjadi entah pada bagian koklear atau bagian vestibular.4
Ada dua macam ketulian yaitu ketulian konduktif dan ketulian sensorineural. Ketulian
konduktif berhubungan dengan auris externa atau auris media (misalnya, disebabkan oleh otitis
media (peradangan auris media). Ketulian sensorineural yang disebabkan oleh penyakit pada
cochlea atau pada lintasan dari cochlea ke cerebrum. Neuroma akustik, tumor sel schwann yang
bersifat jinak dan tumbuh lambat, berawal sekeliling nervus vestibularis di dalam meatus
acusticus internus; gejala dini gangguan ini adalah kehilangan pendengaran.4
Proses Pendengaran
Gelombang Bunyi
Tipe Gelombang bunyi adalah gelombang longitudinal. Pada gelombang longitudinal,
getaran partikel media adalah sama arahnya dengan arah gerak gelombang. Gelombang bergerak
membentuk serangkaian kompresi dan ekspansi.
Gelombang

bunyi

pada

gendang

akan

mengakibatkan

peregangan

(ekspansi)

pemampatan (kompresi) udara, yang akan menghasilkan gelombang longitudinal yang ke luar
dari udara. Gelombang bunyi (compressional waves) yang menyebabkan sebuah sumber
bervibrasi dan mampu menghasilkan sebuah sensasi dalam sistem audio disebut gelombang
bunyi.5
Ciri-ciri gel bunyi merupakan gelombang longitudinal, gelombang elastik, dan getaran
yang dapat didengar.
Jenis-Jenis Bunyi : Bunyi infrasonik (sub sonik) < 20 Hz
Bunyi sonik 20 Hz 1600 Hz
Bunyi ultrasonik 16.000 Hz 20.000 Hz
Frekuensi getaran bunyi yang dapat merangsang telinga manusia berkisar antara 20
1600 Hz. Telinga manusia paling peka terhadap bunyi dengan frekuensi sekitar 1000 Hz. Hal ini
sangat menguntungkan, karena frekuensi ucapan-ucapan manusia berkisar sekitar frekuensi
tersebut, yaitu antara 300 3500 Hz ( daerah frekuensi bicara). Umur meningkat maka kepekaan
telinga terhadap bunyi menurun dan menurunnya daya dengar telinga pada usia lanjut.5

[Type text]

Page 7

Suara adalah sensasi yang timbul apabila getaran longitudinal molekul di lingkungan
eksternal, yaitu fase pemadatan dan pelonggaran molekul yang terjadi berselang-seling,
mengenai membran timpani. Plot gerakan-gerakan ini sebagai perubahan tekanan di membran
timpani per satuan waktu adalah serangkaian gelombang, dan gerakan semacam itu dalam
lingkungan secara umum disebut gelombang suara. Gelombang berjalan melalui udara dengan
kecepatan sekitar 344 m/det pada 200 C setinggi permukaan laut. Kecepatan suara meningkat
seiring suhu dan ketinggian.5
Gelombang suara dikumpulkan oleh telinga luar dan disalurkan sepanjang saluran telinga
ke gendang telinga. Dampak memukul suara gendang telinga menciptakan getaran yang
menyebabkan tiga tulang di telinga tengah - maleus, inkus, dan stapes (martil, landasan dan
sanggurdi) - untuk bergerak. Terkecil, stapes, cocok ke jendela oval antara telinga tengah dan
dalam. Ketika jendela oval bergetar, cairan di telinga dalam mengirimkan getaran ke organ
pendengaran, disebut koklea.5
Pusat ini menerjemahkan impuls ke otak suara bisa mengenali. Setelah getaran memukul
gendang telinga, reaksi berantai adalah berangkat. gendang telinga yang lebih kecil dan lebih
tipis daripada kuku di jari kelingkingnya, mengirimkan getaran ke tiga tulang terkecil dalam
tubuh.5 Pertama palu, kemudian landasan, dan akhirnya, sanggurdi. sanggurdi yang melewati
mereka getaran sepanjang bak melingkar di telinga bagian dalam yang disebut koklea. Di dalam
koklea terdapat ribuan ujung saraf rambut seperti, silia. Ketika Cochlea bergetar, gerakan silia.
Otak akan dikirim pesan-pesan ini (diterjemahkan dari getaran oleh silia) melalui saraf
pendengaran. Otak kemudian menerjemahkan semua itu dan memberitahu anda apa yang anda
dengar.5
Cara kerja telinga adalah sebagai berikut.
Getara suara > daun telinga > saluran telinga > gendang telinga > tiga tulang pendengaran >
rumah siput > sel-sel rambut dalam organ korti > sel saraf audiotori > otak.5
Pemeriksaan pendengaran
Pemeriksaan pendengaran dapat dilakukan dengan audiometer dan garpu penala.

[Type text]

Page 8

Test Rinne
Tujuan melakukan tes Rinne adalah untuk membandingkan atara hantaran tulang dengan
hantaran udara pada satu telinga pasien.
(+)Bila op masih mendengar dengugan secara hanataran aerotympani .
(-) Bila op tidak lagi mendegara dengungn secara hantaran aerotympanal.
Garpu tala digetarkan pada frekuensi 256,512,1024 Hz, kemudian tangkai garpu tala yang
bergetar itu ditempatkan secara berganti-gantian pada processus mastoideus dan inci dari
meatus acusticus externus sampai bunyi getarannya tidak terdengar lagi pada salah satu posisi
tersebut. Bila konduksi udara lebih besar daripada konduksi tulang ( uji Rinne positif), hal
tersebut menunjukkan pendengaran normal atau tuli sensorineural. Bila konduksi tulang lebih
besar daripada konduksi udara (uji Rinne negatif), hal tersebut menunjukkan tuli konduktif.6
Test Weber
Tujuan kita melakukan tes weber adalah untuk membandingkan hantaran tulang antara
kedua telinga pasien.
(-) Op mendengar dengungan bunyi penala sama kuat di kedua telinganya
Untuk menimbulkan lateralisasi buatan tutuplah salah 1 telinga OP dgn kapas dan ulangi lagi
pemerisaannya.
(+) dengungan bunyi penala pada salah 1 telinga lebih kuat suaranya.
Tangkai garpu tala yang bervibrasi ditempatkan pada verteks atau garis tengah dahi. Bila
suara terdengar paling jelas pada telinga yang ditutup, gangguan mungkin bersifat konduktif.
Bila terdengar paling jelas pada telinga yang tidak ditutup, gangguan mungkin bersifat
sensorineural.6
Test Schwabach
Tujuan dari pemerikasaan Membandingkan daya transport melalui tulang mastoid antara
pemeriksa (normal) dengan pasienTangkai garpu tala yang bergetar ditempatkan secara
bergantian pada processus mastoideus pasien dan pemeriksa (yang pendengarannya normal)
sampai tidak lagi terdengar lebih lama oleh salah seorang darinya. Hasilnya dinyatakan sebagai
Schwabach memanjang, bila terdengar lebih lama oleh pasien (menunjukkan gangguan
pendengaran konduktif), sebagai schwabach memendek atau berkurang, bila terdengar lebih
lama oleh pemeriksa (menunjukkan gangguan pendengaran sensorineural) dan sebagai
schwabach normal, bila terdengar untuk waktu yang sama oleh kedua pihak.
[Type text]

Page 9

Gangguan Umum Alat Pendengaran


Ada dua jenis ganguan pendengaran yang pertama yaitu ganguan konduktif adalah
ganguan hantaran seperti berlubangnya membran timpani, mengersnya persendian antra tulangtulang pendengaran dan yang kedua yaitu ganguan perseptif yang disebabkan karena rusaknya
saraf pendengaran.
Penurunan fungsi dari organ tubuh yang terjadi pada proses menua disebut juga sebagai
proses degeneratif. Organ pendengaran juga tidak luput dari perubahan yang terjadi pada proses
degeneratif. Seringkali timbulnya gangguan pendengaran pada usia lanjut dianggap sebagai suatu
hal yang wajar saja dan membuat penderitanya tidak berobat atau mencari tahu penyebab
gangguan tersebut. Jenis ketullian yang dialami pada kelompok usia lanjut umumnya
dikarenakan adanya kerusakan pada saraf sehingga disebut juga sebagai tuli saraf, namun juga
dapat berupa tuli yang terjadi karena adanya gangguan hantaran udara (tuli konduksi) atau
campuran dari kedua jenis tuli tersebut.6
Selain mengenai saraf, proses degenerasi juga terjadi pada bagian telinga yang lain antara
lain berupa berkurangnya elastisitas dan bertambah besarnya ukuran daun telinga, atrofi dan
bertambah kakunya liang telinga, penumpukan serumen (kotoran tellinga), penebalan dan
kekakuan gendang telinga dan kekakuan sendi tulang-tulang pendengaran. Selain itu kelenjar
pada telinga yang menghasilkan serumen (sejenis cairan minyak) juga mengalami degenerasi
sehingga serumen tersebut menjadi kering dan menggumpal (serumen prop) yang menyumbat
liang telingga yang tampak sebagai kotoran telingga yang sulit dihilangkan . Gangguangangguan pada telingga tersebut akan menyebabkan penderitanya mengalami gangguan
pendengaran akibat adanya perubahan hantaran udara atau yang disebut sebagai tuli konduktif.6
Tuli saraf pada usia lanjut atau yang dalam dunia medis dikenal sebagai presbikusis
merupakan gangguan pendengaran yang paling sering dialami pada usia lanjut dan biasanya
terjadi pada usia lebih dari 60 tahun dan perjalan penyakitnya lebih cepat pada laki-laki
dibandingkan perempuan. Selain karena prosses degeneratif pada organ pendengaran timbulnya
gangguan ini didasari oleh berbagai faktor (multifaktor) antara lain faktor-faktor herediter
(keturunan), kekakuan pembuluh darah, metabolisme, infeksi, bising, pola makan, gaya hidup.
Proses degeneratif yang terjadi pada organ pendengaran mengakibatkan berubahnya struktur dari
rumah siput (koklea) dan saraf pendengaran (N. Auditorius). Perubahan struktur tersebut antara
lain berupa mengecilnya (atrofi) dan degenerasi pada sel-sel rambut penunjang pada organ corti
[Type text]

Page 10

yang disertai dengan perubahan pendarahan pada struktur tersebut. Selain itu juga terjadi
pengurangan jumlah dan ukuran dari saraf. Kelainan pada struktur tersebut menyebabkan
penderitanya berkurang pendengarannya terutama pada nada frekuensi tinggi (frekuensi 1000 Hz
atau lebih).6
Gangguan pendengaran tersebut terjadi secara perlahan-lahan dan semakin memburuk
(progresif), dan terjadi pada kedua telinga. Awal terjadinya gangguan pendengaran tersebut tidak
diketahui secara pasti. Namun jika kita menelusuri lebih lanjut maka penderitanya akan
mengeluhkan adanya kesulitan dalam memahamii pembicaraan walaupun tetap dapat mendengar
pembicaraan yang didengarnya terutama bila diucapkan dengan cepat di tempat dengan latar
belakang yang yang riuh sehingga sering disebut sebagai coctail party deafness. Bila intensitas
suara ditinggikan akan timbul rasa nyeri di telinga yang disebabkan adanya faktor kelelahan
saraf.6
Fungsi Alat Pendengaran
Telinga adalah alat indra yang memiliki fungsi untuk mendengar suara yang ada di sekitar
kita.Telinga merupakan indra pendengaran yang menerima rangsang berupa suara (fonoreseptor).
Selain berungsi sebagai indra pendengaran, telinga juga sebagai alat keseimbangan. Telinga
tersusun atas telinga bagian luar, telinga bagian dalam, telinga bagian tengah.7
Indra pendengar adalah telinga yang terdiri dari :
Telinga bagian luar yaitu daun telinga, lubang telinga dan liang pendengaran
Telinga bagian tengah terdiri dari gendang telinga, 3 tulang pendengar ( martil, landasan dan
sanggurdi) dan saluran eustachius.
Telinga bagian dalam terdiri dari alat keseimbangan tubuh, tiga saluran setengah lingkaran,
tingkap jorong, tingkap bundar dan rumah siput (koklea)
Fungsi bagian-bagian indra pendengar :
Daun telinga, lubang telinga dan liang pendengaran berfungsi menangkap dan mengumpulkan
gelombang bunyi.
Gendang telinga berfungsi menerima rangsang bunyi dan meneruskannya ke bagian yang lebih
dalam.
Tiga tulang pendengaran ( tulang martil, landasan dan sanggurdi) berfungsi memperkuat getaran
dan meneruskannya ke koklea atau rumah siput.
Tingkap jorong, tingkap bundar, tiga saluran setengah lingkaran dan koklea (rumah siput)
[Type text]

Page 11

berfungsi mengubah impuls dan diteruskan ke otak. Tga saluran setengah lingkaran juga
berfungsi menjaga keseimbangan tubuh.
Saluran eustachius menghubungkan rongga mulut dengan telinga bagian luar.7

Gambar 4. Anatomi telinga.7


Pembahasan kasus
Seorang perempuan, usia 60 tahun mengeluh sejak kurang lebih 2 minggu yang lalu pendengaran
telinga kiri terasa kurang jelas dibandingkan dengan telinga kanan. Kemudian ia berobat ke
Puskesmas, oleh dokter Puskesmas dilakukan test ketajaman pendengaran telinga kiri dengan
garpu penala dengan hasil sebagai berikut : Test Rinne : ( +) , Weber: lateralisasi ( + ) ke kanan ,
Schwabach : memendek. Kemudian ia disarankan ke dokter THT untuk pemeriksaan penaganan
lebih lanjut.
Pada kasus ini, seorang perempuan yang berusia 60 tahun mengalami gangguan
pendengaran. Hal itu terjadi karena adanya faktor usia sehingga pendengarannya berkurang.
Ketika dilakukan tes cara Rinne hasilnya positif, berari konduksi tulang lebih kecil dari pada
konduksi udara (uji Rinne normal). Kemudian dilakukan cara Weber dan hasilnya positif, itu
berarti dengungan bunyi penala pada salah satu telinga lebih kuat suaranya. Lalu dilakukan tes
cara Swachbach, dan hasilnya adalah memendek (menunjukan gangguan pendengaran).

[Type text]

Page 12

Kesimpulan
Setelah melakukan pembuktian hipotesa, dapat ditunjukkan bahwa hipotesa tersebut
benar. Hipotesa tersebut adalah Gangguan ketajaman pendengaran pada seseorang dapat
disebabkan oleh ganguan mekanisme pendengaran dan organ yang terkait. Penurunan fungsi
dari organ tubuh yang terjadi pada proses menua disebut juga sebagai proses degeneratif. Organ
pendengaran juga tidak luput dari perubahan yang terjadi pada proses degeneratif. Jenis ketullian
yang dialami pada kelompok usia lanjut umumnya dikarenakan adanya kerusakan pada saraf
sehingga disebut juga sebagai tuli saraf, namun juga dapat berupa tuli yang terjadi karena adanya
gangguan hantaran udara (tuli konduksif). Proses degeneratif yang terjadi pada organ
pendengaran mengakibatkan berubahnya struktur dari rumah siput (koklea) dan saraf
pendengaran (N. Auditorius).

[Type text]

Page 13

DaftarPustaka
1

Moore KL, Agur AMR. Laksman H,alih bahasa. Anatomi klinis dasar. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC; 2002. hal 401-8

Snell RS. Sugiharto L,alih bahasa. Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2006. hal 782-92

Sherwood L. Fisiologi Manusia. Edisi 6.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2011. hal
176-88

Moore KL, Agur AMR. Essential clinical anatomy.USA: Lippincott Williams & Wilkins;
2002. hal 457-9.

Ganong WF. Alih bahasa; M. Djauhari Widjaya K. [et all]. Buku ajar fisiologi kedokteran.
Edisi 20. Jakarta: EGC: 2001. hal76-88.

Soepardi

A.Efiaty,

Iskandar

N.H.

Buka

ajar

ilmu

kesehatan

telinga-hidung-

tenggorok.Jakarta:Fakultas Kedokteran Indonesia EGC; 2003. hal 134-140


7

Sloane E.Anatomi dan fisiologi utnuk pemula.Jakarta:EGC; 2003. hal 189-195

[Type text]

Page 14

[Type text]

Page 15

Anda mungkin juga menyukai