Laporan Kasus Psikiatrik
Laporan Kasus Psikiatrik
SKIZOFRENIA PARANOID
(F20.0)
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn. Mu
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Umur
: 20 tahun ( 03-01-1995)
Agama
: Islam
Suku Bangsa
: Bugis
Status Pernikahan
: Belum menikah
Pekerjaan/Sekolah
: SMA
Alamat
Masuk RSKD Provinsi Sulawesi Selatan untuk yang kedua kalinya, pada
tanggal 09 Oktober 2015, diantar oleh keluarga pasien.
I.
RIWAYAT PENYAKIT :
Diperoleh melalui alloanamnesis :
Nama
: Ny.Mi
Pekerjaan
: Guru SD (PNS)
Pendidikan
: S1
Alamat
A. Keluhan Utama
Gelisah
B. Riwayat Gangguan Sekarang
1. Keluhan dan Gejala.
Seorang pasien laki-laki, 20 tahun dibawa oleh keluarga dengan
keluhan gelisah, yang dialami sejak 5 hari yang lalu. Dimana pasien sering
terlihat mondar-mandir, keluar masuk dari rumah ke rumah tetangga,
pasien juga terlihat selalu banyak bicara padahal pasien dulunya adalah
II.
STATUS MENTAL
A. Deskripsi Umum :
1. Penampilan
Seorang laki-laki menggunakan baju kaos berwarna hitam, celana
panjang jeans hitam, perawakan sesuai umur dan perawatan diri
kurang.
2. Kesadaran
Berubah.
3. Perilaku dan aktivitas psikomotor
Tenang
4. Verbalisasi
Pasien menjawab pertanyaan dengan spontan, lancar dan intonasi
biasa.
5. Sikap terhadap pemeriksa
Kooperatif.
B. Keadaan afektif, mood, empati :
1. Mood
: sulit dinilai
2. Afek
: restriktif
3. Empati
: tidak dapat dirabarasakan
C. Fungsi Intelektual :
1. Taraf pendidikan : Pengetahuan sesuai dengan taraf pendidikan pasien
2. Orientasi (waktu, tempat, dan orang)
Waktu
: Baik
Tempat
: Baik
Orang
: Baik
3. Daya ingat
Jangka panjang
: Baik
Jangka pendek
: Baik
Jangka segera
: Baik
4. Daya Konsentrasi
: Baik
5. Pikiran abstrak
: Baik
6. Bakat kreatif
: Menyanyi
7. Kemampuan menolong diri sendiri : Kurang
D. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi
:
Halusinasi auditorik (+), pasien mendengar suara yang menyuruhnya
bernyanyi.
2. Ilusi
: Tidak ada
3. Depersonalisasi : Tidak ada
4. Derealisasi
: Tidak ada
E. Proses berpikir
1. Arus pikir
Produktivitas
Kontinuitas
Hendaya bahasa
2. Isi pikiran
Pre okupasi
Gangguan isi pikir
: Cukup
: Relevan, Koheren
: Tidak ada
: Tidak ada
: Waham kebesaran (pasien yakin dirinya
adalah anak Jendral Yusuf dan memiliki banyak harta dan mengaku
dirinya Ariel Noah artis terkenal yang pandai bernyanyi).
F. Pengendalian Impuls
: Tidak Terganggu
G. Daya nilai
1. Norma sosial
: Terganggu
2. Uji daya nilai
: Terganggu
3. Penilaian realitas
: Terganggu
H. Tilikan (Insight)
: Derajat1 (pasien merasa dirinya tidak sakit
dan tidak memerlukan pengobatan).
I. Taraf dapat dipercaya
: Dapat dipercaya
III.
IV.
berupa pasien gelisah, yang dialami sejak 5 hari yang lalu. Keadaan ini
menimbulkan penderitaan (distress) dan hendaya (disability) bagi pasien pada
fungsi sosial, pekerjaan dan penggunaan waktu senggang sehingga dapat
disimpulkan bahwa pasien menderita gangguan jiwa, terdapat hendaya dalam
menilai realita berupa halusinasi dan waham yang dialami oleh pasien, sehingga
dikatakan pasien menderita gangguan jiwa psikotik. Pada pemeriksaan status
internus dan neurologis tidak di temukan adanya kelainan sehingga pasien dapat
dikatakan gangguan psikotik non organik.
6
VI.
DAFTAR MASALAH
1. Organobiologik
Tidak terdapat kelainan
ketidakseimbangan
spesifik,
neurotransmitter
namun
maka
diduga
pasien
terdapat
memerlukan
farmakoterapi.
2. Psikologi
Ditemukan adanya hendaya berat dalam menilai realita berupa halusinasi
auditorik dan waham kebesaran sehingga pasien memerlukan psikoterapi.
3. Sosiologik
Ditemukan adanya hendaya dalam bidang pekerjaan sehingga pasien
memerlukan sosioterapi.
VII.
PROGNOSIS
Prognosis : Dubia
- Faktor pendukung:
1. Dukungan orang tua dan keluarga untuk sembuh
2. Seorang mahasiswa yang berpendidikan, saat ini
sedang menjalani perukliahan di UIN Fakultas
-
bahasa arab
Faktor penghambat:
1. Tilikan 1 (pasien merasa dirinya tidak sakit dan
tidak memerlukan pengobatan).
2. Mengalami gangguan pada usia muda
3. Riwayat keluarga (paman mempunyai penyakit
yang sama).
dan
pengertian
kepada
pasien
tentang
FOLLOW UP
Memantau keadaan umum pasien dan perkembangan penyakitnya. Menilai
efektivitas terapi serta kemungkinan terjadinya efek samping yang tidak
diinginkan.
X.
PEMBAHASAN
Sebelum mendiagnosis Skizofrenia paranoid,sebelumnya didiagnosis dulu
Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas :
A.
Thought echo = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau
bergema
B.
-
C. Halusinasi auditorik :
-
perilaku pasien,atau
Mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri (diantara
Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas :
E. Halusinasi yang menetap dari panca-indera apa saja,apabila yang
disertai baik oleh waham yang mengambang maupun yang setengah
9
berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas,ataupun disertai oleh ideide berlebihan yang menetap,atau apabila terjadi setiap hari selama
berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus menerus.
F. Arus pikiran yang terputus atau yang mengalami sisipan yang berakibat
inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan, atau neologisme.
G.Perilaku katatonik seperti keadaan gaduh-gelisah,posisi tubuh
tertentu,atau fleksibilitas cerea,negativism,mutisme,dan stupor.
H. Gejala-gejala negatif seperti sikap sangat apatis,bicara yang jarang
dan respon emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya
mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya
kinerja sosial;tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak
disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika.
berubah
hampir
setiap
jenis,
tetapi
waham
10
Indikasi dibererikan Terapi pada skizofrenia akut dan kronik serta pada
kondisi psikosis yang lain, dengan gejala-gejala tambahan (seperti; halusinasi,
delusi, gangguan pola pikir, kecurigaan dan rasa permusuhan) dan atau dengan
gejala-gejala negatif yang terlihat nyata (seperti; blunted affect, menarik diri dari
lingkungan sosial dan emosional, sulit berbicara). Juga mengurangi gejala afektif
(seperti; depresi, perasaan bersalah dan cemas) yang berhubungan dengan
skizofrenia.
AUTOANAMNESIS
DM : Assalamualaikum. Perkenalkan saya dokter muda yang bertugas disini,nama
saya Delinar. Namanya siapa ?
P
: bapakku itu, masa tidak kau kenal bapakku. Orang paling kaya itu..
Kenapa ? (pasien menyanyi-menyanyi dengan ekspresif)
: iyalah dok, saya ini penyanyi. Ariel Noah (dengan begitu yakin)
11
: Nasuruhka menyanyi-menyanyi
DM : Apa lagi ? Kita dengar terus itu suara? apami kita bikin kalo nasuruhki itu
suara begitu ?
P
: tidak tauka perempuan atau laki laki, tapi sama terusji suaranya kudengar
(pasien menyanyi lagunya Ariel)
: ini banyak orang, ada dokter, itu orang itu orang saya ariel. (menunjuk
pasien lain).
: bukanlah.
Ada uangta dok? Kalo tidak ada sini saya kasiki, banyakji hartaku saya.
DM : mana bede?
P
: kutabungngi di bank.
12
21.1
eksistensi manusia selama ribuan tahun. Misalnya, opium telah digunakan untuk
tujuan pengobatan selama kurang lebih 3.500 tahun, mengacu pada ganja
(mariyuana) sebagai obat yang dapat ditemukan sebagai herbal Cina kuno, anggur
sering disebutkan dalam Alkitab, dan penduduk asli Belahan Barat merokok
tembakau dan mengunyah daun koka. Sebagaimana obat baru ditemukan dan jalur
pemberian baru dikembangkan, beberapa masalah baru terkait dengan
penggunaannya muncul. Gangguan penggunaan zat merupakan kondisi psikiatrik
yang rumit dan seperti gangguan psikiatrik lainnya, baik faktor biologis dan
keadaan lingkungan adalah signifikan secara etiologi.
Bab ini mencakup ketergantungan zat dan penyalahgunaan zat dengan
beberapa deskripsi fenomena klinis terkait dengan penggunaan 11 kelas agen
farmakologis: alkohol; amfetamin atau agen lain yang sama; kafein; ganja;
kokain; halusinogen; inhalansia; nikotin; opioid; phencyclidine (PCP) atau agen
serupa; dan kelompok yang mencakup obat penenang/sedatif, hipnotik, dan
anxiolytics. Kategori ke-12 mencakup berbagai agen tidak masuk dalam 11 kelas
yang ditunjukkan, seperti steroid anabolik dan nitrous oxide.
TERMINOLOGI
Berbagai istilah telah digunakan selama bertahun-tahun untuk merujuk
pada penyalahgunaan narkoba. Misalnya, istilah dependence telah ada dan
digunakan dalam satu dari dua cara ketika membahas gangguan penggunaan zat.
Pada behavioral dependence, aktivitas mencari zat dan bukti terkait dengan pola
penggunaan patologis ditekankan, sedangkan physical dependence mengacu pada
efek fisik (fisiologis) dari beberapa episode atau tahapan penggunaan zat.
Ketergantungan psikologis, juga disebut sebagai pembiasaan, ditandai dengan
13
keinginan terus menerus atau intermiten (yaitu, keinginan yang kuat) untuk zat
tersebut untuk menghindari keadaan dysphoric. Dependensi perilaku, fisik, dan
psikologis merupakan ciri khas dari gangguan penggunaan zat.
Sedikit terkait dengan ketergantungan atau dependence adalah addiction
(kecanduan) dan addict (pecandu). Kata addict mendapatkan konotasi peyoratif
yang mengabaikan konsep penyalahgunaan zat sebagai sebuah gangguan medis.
Addiction juga telah disepelekan dalam penggunaan populer, seperti dalam istilah
TV addiction dan money addiction, meski demikian istilah tersebut memiliki nilai.
Ada substrat neurdchemical dan neuroanatomical yang ditemukan di antara semua
kecanduan (addiction), apakah itu untuk zat atau perjudian, seks, mencuri, atau
makan. Berbagai kecanduan atau addiction ini mungkin memiliki efek yang sama
terhadap aktivitas wilayah spesifik dari otak, seperti daerah ventral tegmental,
locus ceruleus, dan nucleus accumbens.
Istilah Lain
Codependence. Istilah coaddiction dan, lebih umum, codependency atau
adalah digunakan untuk menunjuk pola perilaku anggota keluarga yang telah
secara signifikan dipengaruhi oleh penggunaan zat atau addiction anggota
keluarga yang lain. Istilah tersebut telah digunakan dalam berbagai cara dan tidak
ada kriteria yang ditetapkan untuk codependence yang ada.
Enabling. Enabling adalah salah satu karakteristik pertama, dan lebih
diterima dari codependence atau coaddiction. Kadang-kadang, anggota keluarga
merasa bahwa mereka memiliki sedikit atau tidak ada kontrol atas tindakan yang
memungkinkan (enabling). Entah karena tekanan sosial untuk melindungi dan
mendukung anggota keluarga atau karena interdependensi patologis, atau
keduanya, perilaku enabling biasanya menolak perubahan. Karakteristik lain dari
codependence termasuk keengganan (unwillingness) untuk menerima gagasan
addiction sebagai sebuah penyakit. Anggota keluarga terus bersikap seolah-olah
perilaku menggunakan zat adalah voluntary/sukarela dan disengaja (jika tidak
benar-benar jahat), dan pengguna lebih peduli untuk alkohol dan obat-obatan
14
EPIDEMIOLOGI
National Institute of Drug Abuse (NIDA) dan lembaga lainnya, seperti
National Survey of Drug Use and Health (NSDUH), melakukan survei berkala
terhadap penggunaan obat-obatan terlarang di Amerika Serikat. Pada 2012,
15
diperkirakan bahwa lebih dari 22 juta orang diatas usia 12 tahun (sekitar 10 persen
dari total penduduk AS) diklasifikasikan memiliki gangguan terkait zat. Dari
kelompok ini, hampir 15 juta adalah bergantung pada atau penyalahgunaan
alkohol (Gambar. 20.1-1).
Gambar 20.1-2 menunjukkan data survei persentase responden yang
melaporkan menggunakan berbagai obat-obatan. Pada tahun 2012, 669.000 orang
adalah ketergantungan atau penyalahgunaan heroin; 1,7 persen (4,3 juta) ganja;
0,4 persen (1 juta) kokain; dan 2 juta dikelompokkan ketergantungan atau
penyalahgunaan penghilang rasa sakit (pain relievers).
fisik.
Ketergantungan
fisik
menunjukkan keadaan
16
17
mungkin
menjadi
kecanduan
dibandingkan
mereka
yang
mulai
menggunakan pada usia lanjut. Ini berlaku pada semua zat penyalahgunaan, tetapi
terutama alkohol. Di antara orang dewasa berusia 21 atau lebih tua yang pertama
kali mencoba alkohol pada usia 14 atau lebih muda, 15 persen diklasifikasikan
sebagai pecandu alkohol dibandingkan dengan hanya 3 persen yang pertama kali
menggunakan alkohol pada usia 21 atau lebih tua.
18
telah menggunakan zat terlarang dalam satu tahun terakhir, yang memberi
kepercayaan terhadap pengamatan klinis bahwa pecandu cenderung burn out
seiring usia mereka.
19
antara dengan pembebasan bersyarat atau keluar dari penjara (34 persen vs 9
persen). Jumlah orang yang mengemudi di bawah pengaruh obat atau alkohol
berada pada penurunan tingkat ketergantungan. Persentase mengemudi dibawah
pengaruh alkohol menurun dari 14 persen pada tahun 2002 menjadi 11 persen
pada tahun 2010, dan mereka yang mengemudi di bawah pengaruh obat-obatan
menurun dari 5 persen menjadi 4 persen dalam periode yang sama. Sebuah survei
komprehensif penggunaan narkoba dan tren di Amerika Serikat tersedia di
www.samhsa.gov.
ETIOLOGI
Model gangguan penggunaan zat adalah hasil dari proses dimana banyak
faktor berinteraksi yang mempengaruhi perilaku menggunakan obat dan hilangnya
penghakiman terhadap keputusan tentang menggunakan obat yang diberikan.
Meskipun tindakan obat yang diberikan sangat penting dalam proses, tidak
diasumsikan bahwa semua orang menjadi tergantung pada obat yang sama
mengalami efeknya dengan cara yang sama atau termotivasi oleh sekumpulan
faktor yang sama. Selain itu, ditunjukkan bahwa faktor yang berbeda mungkin
lebih atau kurang penting pada berbagai tahap proses. Dengan demikian,
ketersediaan obat, penerimaan sosial, dan tekanan teman mungkin menjadi faktor
penentu utama dari eksperimen awal dengan obat tersebut, tapi faktor lain, seperti
kepribadian dan biologi individual, mungkin lebih penting dari bagaimana efek
obat yang diberikan diterima dan sejauh mana penggunaan obat berulang
menghasilkan pada central nervous system (CNS). Faktor lainnya, termasuk
tindakan tertentu pada obat tersebut, mungkin faktor penentu utama dari apakah
penggunaan narkoba berkembang menjadi ketergantungan obat, sedangkan yang
lain mungkin menjadi pengaruh penting pada kemungkinan bahwa penggunaan
narkoba (1) menyebabkan efek samping atau (2) keberhasilan pemulihan dari
ketergantungan.
20
21
Tabel 20.1-3. Penggunaan obat terlarang dalam periode sepanjang hidup, tahun
lalu, dan bulan lalu diantara orang usia 18 atau lebih tua, berdasarkan
karakteristik demografi: persentase, 2011 dan 2012
22
Faktor psikodinamik
Teori psikodinamik tentang penyalahgunaan zat menunjukkan berbagai
teori populer selama 100 tahun terakhir. Menurut teori klasik, penyalahgunaan zat
adalah setara dengan masturbasi (beberapa pengguna heroin menggambarkan
dorongan awal yang sama dengan orgasme seksual berkepanjangan), pertahanan
terhadap impuls cemas, atau manifestasi regresi oral (yaitu, ketergantungan).
Formulasi psikodinamik terkini menghubungkan penggunaan zat sebagai refleksi
dari fungsi ego yang terganggu (yaitu, ketidakmampuan untuk menghadapi
kenyataan). Sebagai bentuk pengobatan sendiri (self-medication), alkohol dapat
digunakan untuk mengontrol kepanikan, opioid untuk mengurangi kemarahan,
dan amfetamin untuk mengurangi depresi. Beberapa pecandu mengalami kesulitan
23
besar untuk mengenali keadaan emosional batin mereka, kondisi yang disebut
Alexythymia (yaitu, tidak mampu menemukan kata-kata untuk menggambarkan
perasaan mereka).
saraf hingga efek memperkuat dari obat tersebut. Pada akhirnya, perlengkapan
(jarum, botol, bungkus rokok) dan perilaku yang terkait dengan penggunaan
narkoba bisa menjadi reinforcer sekunder, serta isyarat sinyal ketersediaan zat
tersebut, dan dengan adanya itu, keinginan untuk mengalami efek meningkat.
Pengguna narkoba merespon rangsangan yang berhubungan dengan obat
dengan peningkatan aktivitas daerah limbik, termasuk amigdala dan anterior
cingulate anterior. Aktivasi terkait obat tersebut pada daerah limbik telah
ditunjukkan dengan berbagai obat, termasuk kokain, opioid, dan rokok (nikotin).
Yang menarik, daerah yang sama diaktifkan oleh rangsangan terkait kokain pada
pengguna kokain diaktifkan oleh rangsangan seksual baik kontrol normal dan
pengguna kokain.
Selain penguatan operan perilaku mencari obat dan menggunakan obat,
mekanisme pembelajaran lainnya mungkin berperan dalam ketergantungan dan
kambuh. Opioid dan fenomena penarikan alkohol dapat dikondisikan (dalam arti
Pavlov atau klasik) terhadap rangsangan lingkungan atau interoceptive. Untuk
waktu yang lama setelah penarikan (dari opioid, nikotin, atau alkohol), pecandu
yang terkena rangsangan lingkungan sebelumnya terkait dengan penggunaan
narkoba atau putus obat mungkin mengalami putus obat terkondisi, hasrat
keinginan terkondisi, atau keduanya. Rasa keinginan yang meningkat adalah
tidak selalu disertai oleh gejala putus obat (withdrawal). Nafsu keinginan yang
paling intens ditimbulkan oleh kondisi yang berhubungan dengan ketersediaan
atau penggunaan zat, seperti menonton orang lain menggunakan heroin atau
menyalakan rokok atau yang obat yang ditawarkan oleh seorang teman. Fenomena
belajar dan pengkondisian dapat ditimpakan pada setiap psychopathology yang
sudah ada sebelumnya, tetapi kesulitan-kesulitan yang ada sebelumnya tidak
diperlukan untuk pengembangan perilaku mencari zat yang diperkuat.
Faktor genetik
25
Polymorphism
(RFLP)
dalam
studi
penyalahgunaan
zat
dan
Faktor neurokimia
Reseptor dan Receptor System. Dengan pengecualian alkohol, para peneliti
telah mengidentifikasi neurotransmitter tertentu atau reseptor neurotransmitter
yang terlibat dengan banyak zat penyalahgunaan. Beberapa peneliti mendasarkan
penelitian mereka pada hipotesis tersebut. Opioid, misalnya, bereaksi pada
reseptor opioid. Seseorang dengan terlalu sedikit aktivitas opioid endogen
(misalnya, konsentrasi endorphin rendah) atau terlalu banyak aktivitas antagonis
opioid endogen mungkin beresiko untuk mengembangkan ketergantungan opioid.
Bahkan pada orang dengan fungsi reseptor endogen normal dan konsentrasi
neurotransmitter, penggunaan jangka panjang dari zat tertentu mungkin pada
akhirnya memodulasi sistem reseptor di otak sehingga kehadiran zat eksogen
diperlukan untuk mempertahankan homeostasis. Proses tingkat reseptor seperti itu
mungkin menjadi mekanisme untuk mengembangkan toleransi dalam sistem saraf
pusat atau CNS. Meskipun demikian, menunjukkan modulasi pelepasan
neurotransmitter dan fungsi reseptor neurotransmitter telah terbukti sulit, dan
penelitian terbaru berfokus pada efek dari zat terhadap second-messenger system
dan regulasi gen.
26
KOMORBIDITAS
Komorbiditas adalah terjadinya dua atau lebih gangguan kejiwaan pada
pasien tunggal pada waktu yang sama. Prevalensi tinggi lain dari gangguan
kejiwaan ditemukan di antara orang-orang yang mencari pengobatan alkohol,
kokain, atau ketergantungan opioid; beberapa penelitian telah menunjukkan
bahwa diatas 50 persen pecandu memiliki gangguan kejiwaan komorbid.
Meskipun pengguna opioid, kokain, dan alkohol dengan masalah kejiwaan saat ini
adalah lebih cenderung mencari pengobatan, mereka yang tidak mencari
pengobatan tidak selalu bebas dari masalah kejiwaan komorbiditas; orang tersebut
mungkin memiliki dukungan sosial yang memungkinkan mereka untuk
menyangkal dampak penggunaan narkoba yang dialami dalam hidup mereka. Dua
penelitian epidemiologi besar telah menunjukkan bahwa di antara sampel
representatif populasi, mereka yang memenuhi kriteria untuk alkohol atau
penyalahgunaan obat dan ketergantungan (tidak termasuk ketergantungan
tembakau) adalah juga jauh lebih mungkin memenuhi kriteria untuk gangguan
kejiwaan lainnya.
Dalam berbagai penelitian, berkisar 35 sampai 60 persen pasien dengan
penyalahgunaan zat atau ketergantungan zat juga memenuhi kriteria diagnostik
27
gangguan personalitas anti-sosial. Rentang ini bahkan lebih tinggi ketika peneliti
memasukkan orang-orang yang memenuhi semua kriteria diagnostik gangguan
personalitas antisosial, kecuali syarat bahwa gejala tersebut mulai pada usia dini.
Artinya, persentase yang tinggi dari pasien dengan penyalahgunaan zat atau
ketergantungan zat yang didiagnosa memiliki pola perilaku antisosial, apakah itu
ada sebelum penggunaan narkoba dimulai atau berkembang selama penggunaan
zat. Diagnosa pasien dengan penyalahgunaan zat atau ketergantungan zat yang
memiliki gangguan kepribadian antisosial cenderung menggunakan lebih banyak
zat ilegal, memiliki banyak psikopatologi; kurang puas dengan kehidupan mereka;
dan menjadi lebih impulsif, terisolasi, dan depresi dibandingkan pasien dengan
hanya gangguan personalitas anti-sosial.
Depresi dan Bunuh Diri. Gejala depresi adalah umum di antara orang-orang
yang didiagnosis dengan penyalahgunaan zat atau ketergantungan zat. Sekitar
sepertiga hingga setengah dari semua orang dengan penyalahgunaan opioid atau
ketergantungan opioid dan sekitar 40 persen dari mereka dengan penyalahgunaan
alkohol atau ketergantungan alkohol memenuhi kriteria gangguan depresi utama
kadang selama hidup mereka. Penggunaan narkoba juga merupakan faktor
pencetus utama bunuh diri. Orang yang menyalahgunakan zat sekitar 20 kali lebih
mungkin meninggal karena bunuh diri dibandingkan populasi umum. Sekitar 15
persen orang dengan penyalahgunaan alkohol atau ketergantungan alkohol telah
dilaporkan bunuh diri. Frekuensi bunuh diri ini adalah yang kedua setelah
frekuensi pasien dengan gangguan depresi mayor.
KLASIFIKASI DIAGNOSTIK
Ada empat kategori diagnostik utama dalam the Diagnostic and Statistival
Manual of Mental Disorder, edisi kelima (DSM-5): (1) Substance Use Disorder;
(2) Substance Intoxication; (3) Substance Withdrawal; dan (4) Zat-Induced Mental
Disorder.
28
29
b. zat yang sama (atau terkait erat) diambil untuk menghilangkan atau
menghindari gejala putus obat
6. Zat biasanya diambil dalam jumlah yang lebih besar atau periode yang
lebih lama dari yang dimaksudkan
7. Ada keinginan terus-menerus atau upaya yang tidak berhasil untuk
mengurangi atau mengontrol penggunaan zat
8. Banyak waktu yang dihabiskan dalam aktivitas yang diperlukan untuk
mendapatkan zat, menggunakan zat, atau pulih dari dampaknya
9. Aktivitas sosial, pekerjaan, rekreasi penting berkurang karena penggunaan
zat
10. Penggunaan zat dilanjutkan meskipun pengetahuan mengalami masalah
fisik atau psychological yang persisten atau berulang mungkin telah
disebabkan atau diperburuk oleh zat tersebut.
11. Rasa keinginan atau keinginan yang kuat atau dorongan untuk
menggunakan zat tertentu.
30
sindrom
spesifik
zat
karena
penghentian
(atau
kognitif)
mungkin
memiliki
dampak
terbaik
dari
perilaku
farmakoterapi)
dan
program-program
pengobatan.
Kebanyakan
program
dengan
masalah
zat
tersebut.
Program
pengobatan
terbaik
kombinasi
prosedur.
Kurangnya
terminologi
terstandar
untuk
Memilih Pengobatan
32
Tidak semua intervensi bis diterapkan untuk semua jenis penggunaan atau
ketergantungan zat, dan beberapa intervensi yang lebih koersif digunakan untuk
obat-obatan terlarang adalah tidak bisa digunakan untuk zat yang tersedia secara
legal, seperti tembakau. Perilaku adiktif tidak berubah secara tiba-tiba, tetapi
melalui serangkaian tahapan. Lima tahap dalam proses pentahapan ini telah
diusulkan: pra-kontemplasi, kontemplasi, persiapan, tindakan, dan pemeliharaan.
Untuk beberapa jenis adiksi atau kecanduan, aliansi terapeutik ditingkatkan ketika
pendekatan pengobatan disesuaikan dengan tahap kesiapan pasien untuk berubah.
Intervensi untuk beberapa gangguan penggunaan narkoba dapat memiliki agen
farmakologis tertentu sebagai sebuah komponen penting; misalnya, disulfiram,
naltrexone (ReVia), atau acamprosate untuk alkoholisme; metadon (Dolophine),
levomethadyl acetate (ORLAAM), atau buprenorphine (Buprenex) untuk
kecanduan heroin; nicotine delivery devices atau bupropion (Zyban) untuk
ketergantungan tembakau. Tidak semua intervensi mungkin berguna untuk
profesional perawatan kesehatan. Sebagai contoh, banyak pelanggar muda dengan
riwayat penggunaan narkoba atau ketergantungan kini diserahkan ke fasilitas
khusus (boot camp); program lain bagi pelanggar (dan kadang-kadang bagi
karyawan) hampir secara eksklusif dilakukan tes urin; dan kelompok ketiga yang
dibangun atas nilai agama atau re-dedikasi dalam sekte agama tertentu atau
denominasi. Berbeda dengan banyak penelitian menunjukkan beberapa nilai
intervensi singkat untuk merokok dan minum, beberapa studi terkontrol dilakukan
dari intervensi singkat mereka yang mencari pengobatan karena ketergantungan
obat-obatan terlarang.
Secara
umum,
intervensi
singkat
(misalnya,
beberapa
minggu
detoksifikasi, apakah dalam atau di luar rumah sakit) digunakan untuk orangorang yang sangat tergantung pada opioid terlarang memiliki efek terbatas pada
hasil yang diukur beberapa bulan kemudian. Pengurangan substansial penggunaan
obat terlarang, perilaku antisosial, dan distress kejiwaan diantara pasien
tergantung pada kokain atau heroin jauh lebih mungkin setelah pengobatan
berlangsung setidaknya 3 bulan. Seperti efek waktu perlakuan terlihat dalam
33
bentuk yang sangat berbeda, dari komunitas terapi residensial hingga program
pemeliharaan metadon rawat jalan. Meskipun beberapa pasien tampak
mendapatkan keuntungan dari beberapa hari atau minggu pengobatan, persentase
yang besar dari pengguna obat-obatan terlarang drop out (atau turun) dari
perlakuan sebelum mereka mencapai manfaat yang signifikan.
Beberapa varians dalam hasil pengobatan dapat dikaitkan dengan
perbedaan karakteristik pasien yang memasuki pengobatan dan oleh peristiwa dan
kondisi setelah pengobatan. Program-program berdasarkan prinsip filosofis yang
sama dan menggunakan apa yang tampaknya menjadi prosedur terapi adalah
efektivitasnya sangat bervariasi. Beberapa perbedaan antara program yang
tampaknya sama menunjukkan jangkauan dan intensitas layanan yang ditawarkan.
Program dengan staf profesional terlatih yang menyediakan layanan lebih
komprehensif kepada pasien dengan banyak kesulitan psikiatrik adalah lebih
mungkin bisa mempertahankan pasien dalam pengobatan dan membantu mereka
melakukan perubahan positif. Perbedaan keterampilan konselor individu dan
profesional dapat sangat mempengaruhi hasil.
Generalisasi seperti ini mengenai program melayani pengguna narkoba
mungkin tidak berlaku untuk program yang berurusan dengan orang-orang yang
mencari pengobatan untuk alkohol, tembakau, atau bahkan ganja yang dipersulit
oleh penggunaan berat obat-obatan terlarang. Dalam kasus tersebut, jangka waktu
yang relatif singkat dari konseling individu atau kelompok dapat menghasilkan
pengurangan yang berlangsung lama dalam penggunaan narkoba. Hasil biasanya
dipertimbangkan dalam program yang terkait dengan obat-obatan terlarang yang
biasanya mencakup langkah-langkah dari fungsi sosial, pekerjaan, dan kegiatan
kriminal, serta penurunan perilaku menggunakan obat.
Pengobatan Komorbiditas
Pengobatan sakit parah secara mental (terutama orang-orang dengan
skizofrenia dan gangguan skizoafektif) adalah juga orang yang tergantung obat
34
35
menunjukkan bahwa masalah ini terus ada, paling tidak sebagian, karena
kegagalan moral dan bukan sebagai gangguan medis.
LAPSUS
SKIZOFRENIA PARANOID
36
Oleh :
R AD I N A
C111 11 901
Pembimbing
dr. Ismariani Mandan
Supervisor
Dr. dr. H.M Faisal Idrus, Sp.KJ (K)
DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU PSIKIATRI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
HALAMAN PENGESAHAN
: R AD I N A
Nim
: C 111 11 901
37
Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian ilmu Psikiatri
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.
Supervisor
Pembimbing
38