Luka bakar adalah luka yang terjadi akibat sentuhan permukaan tubuh dengan benda-benda yang
menghasilkan panas (api secara langsung maupun tidak langsung, pajanan suhu tinggi dari
matahari, listrik, maupun bahan kimia, air, dll) atau zat-zat yang bersifat membakar (asam kuat,
basa kuat).1
EPIDEMIOLOGI
Sekitar 2 juta orang menderita luka bakar di Amerika Serikat, tiap tahun, dengan 100 ribu yang
dirawat di rumah sakit dan 20 ribu yang perlu di rawat di pusat perawatan luka bakar. Kematian
akibat luka bakar berkurang sejak 1920, dan sekarang ini penderita luka bakar lebih dari 50%
pada daerah permukaan tubuh memiliki cukup kemungkinan untuk bertahan apabila dirawat
dengan tepat.
Insiden puncak luka bakar pada orang dewasa muda terdapat pada umur 20-29 tahun, diikuti
dengan anak umur 9 tahun atau lebih muda. Luka bakar jarang terjadi pada umur 80 tahun ke
atas.
Sekitar 80% luka bakar terjadi di rumah. Pada anak di bawah umur 3 tahun penyebab luka bakar
paling umum adalah kecelakaan jatuh pada kepala. Pada umur 3-14 tahun, penyebab paling
sering adalah dari nyala api yang membakar baju. Dari umur 15-60 tahun, luka bakar paling
sering disebabkan oleh kecelakaan industri. Setelah umur 60 tahun, luka bakar biasanya terjadi
karena kebakaran di rumah akibat rokok yang membakar tempat tidur atau berhubungan dengan
lupa mental.
Angka mortalitas luka bakar sudah banyak berkurang bersama dengan kemajuan dalam
perawatan luka bakar. 2
PENYEBAB LUKA BAKAR
Penyebab luka bakar yang tersering adalah terbakar api langsung yang dapat dipicu atau
diperparah dengan adanya cairan yang mudah terbakar seperti bensin, gas kompor, cairan dari
pemantik api yang akan menyebabkan luka bakar pada seluruh atau sebagian tebal kulit. Pada
anak, kurang lebih 60% luka bakar disebabkan oleh air panas yang terjadi pada kecelakaan
rumah tangga, dan umumnya merupakan luka bakar superficial, tetetapi dapat juga mengenai
seluruh ketebalan kulit (derajat 3)1
PATOFISIOLOGI LUKA BAKAR
Luka bakar suhu pada tubuh terjadi baik karena konduksi panas langsung atau radiasi
elektromagnetik. Derajat luka bakar berhubungan dengan beberapa faktor, termasuk konduksi
jaringan yang terkena, waktu kontak dengan sumber tenaga panas, dan pigmentasi permukaan.
Saraf dan pembuluh darah merupakan struktur yang kurang tahan terhadap konduksi panas,
sedangkan tulang paling tahan. Jaringan lain memiliki konduksi sedang. 2
Sumber-sumber radiasi elektromagnetik meliputi sinar x, gelombang mikro, sinar ultraviolet, dan
cahaya tampak. Radiasi ini dapat merusak jaringan baik dengan panas (gelombang mikro) atau
ionisasi (sinar x).
Sel-sel dapat menahan temperatur sampai 44oC tanpa kerusakan bermakna. Antara 44oC dan
51oC, kecepatan kerusakan jaringan berlipat ganda untuk setiap derajat kenaikan temperatur dan
waktu penyinaran yang terbatas yang dapat ditoleransi. Diatas 51oC, protein terdenaturasi dan
kecepatan kerusakan jaringan sangat hebat. Temperatur diatas 70 oC menyebabkan kerusakan
selular yang sangat cepat dan hanya periode penyinaran sangat singkat yang dapat ditahan. Pada
rentang panas yang lebih rendah, tubuh dapat mengeluarkan tenaga panas dengan perubahan
sirkulasi, tetapi pada rentang panas lebih tinggi, hal ini tidak efektif.
Luka bakar terbentuk dari beberapa daerah, dimulai dengan daerah koagulasi jaringan pada titik
kerusakan maksimal. Mengelilingi daerah koagulasi terdapat daerah stasis yang ditandai dengan
aliran darah yang cepat dan terdiri dari sel-sel yang masih dapat diselamatkan. Di sekeliling
daerah stasis terletak daerah hiperemia, tempat sel kurang rusak dan dapat sembuh sempurna.
Dengan pengeringan atau infeksi, sel pada daerah stasis dapat hilang dan luka dengan kedalaman
tidak penuh diubah menjadi kedalaman penuh. Salah satu tujuan perawatan luka bakar adalah
menghindari hilangnya kedua daerah luar ini.
Luka bakar secara klasik, dibagi atas derahat satu, dua, dan tiga. Luka derajat satu hanya
mengenai epidermis luar dan tampak sebagai hiperemia dan eritema. Luka derajat dua mengenai
lapisan epidermis yang lebih dalam dan sebagian dermis serta disertai lepuh dan atau edema dan
basah. Luka derajat tiga mengenai semua lapisan epidermis dan demis serta biasanya tampak
sebagai luka kering, seringkali dengan vena koagulasi yang terbayang melalui permukaan kulit.
Kedalaman luka tidak hanya tergantung pada tipe agen bakar dan saat kontaknya, tetapi juga
terhadap ketebalan kulit di daerah luka dan penyediaan darahnya. Daerah-daerah berkulit tebal
membutuhkan kontak lebih lama terhadap sumber panas untuk mendapat luka seluruh ketebalan
kulit daripada daerah berkulit lebih tipis. Kulit pasien lanjut usia dan bayi lebih tipis pada semua
daerah daripada kelompok umur lain, serta merupakan faktor pertimbangan penting untuk
menentukan kedalaman luka bakar pada pasien.
Respon Metabolisme terhadap Luka Bakar
Luka bakar tidak hanya berpengaruh terhadap kulit dan jaringan subkutis, tetapi juga
memiliki efek primer atau sekunder pada setiap sistem tubuh di dekatnya. Efek ini berhubungan
langsung dengan kedalaman dan luas luka.2
Ada peningkatan permeabilitas kapiler pada daerah luka bakar yang berhubungan dengan
faktor-faktor yang belum seluruhnya jelas. Tetapi, sudah terbukti bahwa hilangnya integritas
kapiler ini meluas ke seluruh tubuh pada penderita luka bakar, melebihi 25-30% dari seluruh
daerah permukaan tubuh. Oleh karena itu, luka bakar yang lebih besar menyebabkan transudasi
cairan isotonik dan protein yang besar ke ruang ekstrakapsular yang mengakibatkan
berkurangnya volume plasma sirkulasi. Efek segera adalah pembentukan edema, dengan
berkurangnya curah jantung dan kenaikan ketahanan vaskular perifer. Setelah terjadinya luka
integritas kapiler kembali, umumnya setelah 12 jam, dan makin cepat setelah 18-24 jam.
Sejumlah peningkatan permebailitas kapiler dapat terlihat 3 minggu setelah luka.
Hemolisis eritrosit terjadi pada daerah luka yang bervariasi bergantung pada kedalam dan
luas luka. Umumnya hanya mengenai sejumlah kecil masa eritrosit, tetapi jaringan parut luka
bakar yang lama hilang dapat mengurangi hematokrit. Efek yang lebih nyata pada sebagian besar
pasien adalah berkurangnya rentang hidup eritrosit yang berkurang 30% dari normal.
Curah jantung juga berkurang 30% dari normal pada luka bakar yang mengenai 50% atau
lebih permukaan tubuh. Dengan resusitasi cairan, akan segera kembali normal, tetapi pada pasien
yang tidak dirawat, pemulihan jantung menjadi normal terjadi setelah 36 jam. Setelah itu fungsi
jantung meningkat melebihi normal dan tetap untuk waktu yang lama. Penyebab berkurangnya
fungsi miokardium yang sebenarnya belum jelas, tetapi mungkin disebabkan olth faktor plasma
yang cukup besar pada luka bakar yang mengenai daerah permukaan tubuh lebih dari 40% (Total
Body Surface Area/TBSA).
Ketidak normalan fungsi ginjal terutama berhubungan dengan perubahan volume
sirkulasi plasma dan curah jantung. Walaupun penurunan aliran plasma ginjal yang lama dapat
menimbulkan curah yang tinggi atau kegagalan ginjal oligouria pada penderita luka bakar,
resusitasi cairan yang tepat waktu dan cukup besar dapat menghilangkan keadaan ini.
Selain kehilangan cairan yang merupakan keadaan sekunder dari hilangnya integritas
kapiler, penderita luka bakar juga mengalami kenaikan penguapan air. Selama 48 jam pertama,
kehilangan terutama disebabkan oleh eksudat pada permukaan luka. Daerah kehilangan seluruh
ketebalan kulit mula-mula kering, dan kurang mengalami penguapan air, tetapi dengan
melunaknya eskar, penguapan air meningkat dengan cepat. Pada luka bakar seluruh ketebalan
kulit yang luas, penguapan dapat mencapai 6-8 liter perhari. Kehilangan ini dapat ditentukan
dengan rumus :
(25+persentase luka TBSA) x luas seluruh permukaan tubuh (m2) = ml kehilangan air perjam
Perubahan fungsi paru sebanding dengan besar luka. Penderita luka bakar paru akan
mengalami perubahan yang besar dan bukan karena perubahan sistemik kulit.
Plasma dan unsur sel tubuh juga terlihat tidak normal. Perubahan pada plasma meliputi
kenaikan enzim hati, berkurangnya protein dan albumin serum, serta perubahan produk lemak.
Keadaan ini berhubungan langsung dengan keparahan luka. Berkurangnya albumin serum sangat
nyata dan tetap ada sampai luka tertutup. Jumlah leukosit menignkat segera pada penderita luka
bakar dan mungkin tetap menignkat selama waktu yang lama. Penurunan jumlah leukosit yang
tiba-tiba menggantikan kenaikan yang ada, menandai timbulnya sepsis. Leukotaksis dan
fagositosis terbukti berkurang pada penderita luka bakar.
Meliputi seluruh kedalaman kulit dan mungkin subkutis, atau organ yang lebih dalam.
Tidak ada lagi elemen epitel hidup tersisa yang memungkinkan penyembuhan dari dasar
luka, biasanya diikuti dengan terbentuknya eskar yang merupakan jaringan nekrosis
akibat denaturasi protein jaringan kulit. Akan tampak retak-retak atau kulit tampak
terkoagulasi, sering dengan bayangan thrombosis vena melalui kulit. Luka dengan
seluruh ketebalan kulit tidak nyeri bila disentuh atau ditusuk jarum.2
a.
b.
c.
d.
Luka bakar derajat II 25% pada dewasa atau 20% pada anak
Luka bakar derajat III 10%
Luka bakar pada mata, telinga, wajah, tangan, kaki, perineum, sendi.
Semua trauma inhalasi, trauma elektrik, penyakit yang bersamaan, usia ekstrim, dan
yang berisiko.
e. Terdapat komplikasi pada saluran nafas, jantung, patah tulang, kerusakan soft tissue
yang luas
2. Sedang (Moderate injury)
a. Luka bakar derajat II 15 25% pada dewasa dan 10-20% pada anak
b. Luka bakar derajat III <10% kecuali pada muka, tangan dan kaki
c. Tanpa trauma elektrik, trauma inhalasi, pasien resiko tinggi ( usia lanjut, penyakit lain
yang bersamaan)
3. Ringan (Minor injury)
a. Luka bakar derajat II <15% pada dewasa atau < 10% pada anak
b. Luka bakat derajat III <2% tidak termasuk mata, telinga, wajah, tangan, kaki,
perineum, sendi)
c. Tanpa trauma elektrik, trauma inhalasi, pasien resiko tinggi ( usia lanjut, penyakit lain
yang bersamaan)
Indikasi Rawat Inap pada Luka Bakar:
1. Luka bakar grade II pada dewasa > 15% dan pada anak > 10%
2. Luka bakar grade III > 2%
3. Luka bakar mengenai daerah yang penting seperti muka dan leher, genitalia dan ekstremitas
Catatan : derajat I tidak diperhitungkan
Tujuan utama dari resusitasi cairan adalah untuk menjaga dan mengembalikan perfusi jaringan
tanpa menimbulkan edema. Kehilangan cairan terbesar adalah pada 4 jam pertama terjadinya
luka dan akumulasi maksimum edema adalah pada 24 jam pertama setelah luka bakar. Prinsip
dari pemberian cairan pertama kali adalah pemberian garam ekstraseluler dan air yang hilang
pada jaringan yang terbakar, dan sel-sel tubuh. Pemberian cairan paling popular adalah dengan
Ringer laktat untuk 48 jam setelah terkena luka bakar. Output urin yang adekuat adalah 0.5
sampai 1.5mL/kgBB/jam.
Formula yang terkenal untuk resusitasi cairan adalah formula Parkland (Baxter) :
24 jam pertama.Cairan Ringer laktat : 4ml x BB x %luka bakar
contohnya pria dengan berat 80 kg dengan luas luka bakar 25 % membutuhkan cairan : (25) X
(80 kg) X (4 ml) = 8000 ml dalam 24 jam pertama
jumlah cairan 4000 ml diberikan dalam 8 jam
jumlah cairan sisanya 4000 ml diberikan dalam 16 jam berikutnya.
Cara lain adalah cara Evans :
l. Luas luka bakar dalam % x berat badan dalam kg = jumlah NaCl / 24 jam
2. Luas luka bakar dalam % x berat badan dalam kg =jumah plasma / 24 jam
(no 1 dan 2 pengganti cairan yang hilang akibat oedem. Plasma untuk mengganti plasma
yang keluar dari pembuluh dan meninggikan tekanan osmosis hingga mengurangi
perembesan keluar dan menarik kembali cairan yang telah keluar)
3. 2000 cc Dextrose 5% / 24 jam (untuk mengganti cairan yang hilang akibat
penguapan)
Separuh dari jumlah cairan 1+2+3 diberikan dalam 8 jam pertama, sisanya diberikan dalam 16
jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah jumlah cairan pada hari pertama. Dan hari
ketiga diberikan setengah jumlah cairan hari kedua.
PERAWATAN LUKA BAKAR
Setelah keadaan umum membaik dan telah dilakukan resusitasi cairan dilakukan perawatan luka.
Perawatan tergantung pada karakteristik dan ukuran dari luka. Tujuan dari semua perawatan luka
bakar agar luka segera sembuh rasa sakit yang minimal.Setelah luka dibersihkan dan di
debridement, luka ditutup. Penutupan luka ini memiliki beberapa fungsi: pertama dengan
penutupan luka akan melindungi luka dari kerusakan epitel dan meminimalkan timbulnya koloni
bakteri atau jamur. Kedua, luka harus benar-benar tertutup untuk mencegah evaporasi pasien
tidak hipotermi. Ketiga, penutupan luka diusahakan semaksimal mungkin agar pasien merasa
nyaman dan meminimalkan timbulnya rasa sakit
Pilihan penutupan luka sesuai dengan derajat luka bakar.
Luka bakar derajat I, merupakan luka ringan dengan sedikit hilangnya barier pertahanan kulit.
Luka seperti ini tidak perlu di balut, cukup dengan pemberian salep antibiotik untuk mengurangi
rasa sakit dan melembabkan kulit. Bila perlu dapat diberi NSAID (Ibuprofen, Acetaminophen)
untuk mengatasi rasa sakit dan pembengkakan
Luka bakar derajat II (superfisial ), perlu perawatan luka setiap harinya, pertama-tama luka
diolesi dengan salep antibiotik, kemudian dibalut dengan perban katun dan dibalut lagi dengan
perban elastik. Pilihan lain luka dapat ditutup dengan penutup luka sementara yang terbuat dari
bahan alami (Xenograft (pig skin) atau Allograft (homograft, cadaver skin) ) atau bahan sintetis
(opsite, biobrane, transcyte, integra)
Luka derajat II ( dalam ) dan luka derajat III, perlu dilakukan eksisi awal dan cangkok kulit
(early exicision and grafting )
Antibiotik
Dengan terjadinya luka mengakibatkan hilangnya barier pertahanan kulit sehingga memudahkan
timbulnya koloni bakteri atau jamur pada luka. Bila jumlah kuman sudah mencapai 10 5
organisme jaringan, kuman tersebut dapat menembus ke dalam jaringan yang lebih dalam
kemudian menginvasi ke pembuluh darah dan mengakibatkan infeksi sistemik yang dapat
menyebabkan kematian. Pemberian antimikroba ini dapat secara topikal atau sistemik.
Pemberian secara topikal dapat dalam bentuk salep atau cairan untuk merendam. Contoh
antibiotik yang sering dipakai, salep : Silver sulfadiazine, Mafenide acetate, Silver nitrate,
Povidone-iodine, Bacitracin (biasanya untuk luka bakar grade I), Neomycin, Polymiyxin B,
Nysatatin, mupirocin , Mebo.
Daftar Pustaka
1. Wim de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Bab 3 Luka. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC; 2013.p.66-88.
2. Sabiston. Buku Ajar Bedah. Bab 9 Luka Bakar. Jakarta:. Penerbit Buku Kedokteran EGC;
1995.p. 151-63
3. Saffle
J.
Practical
Guidelines
for
Burn
http://www.ameriburn.org/PracticeGuidelines2001.pdf
Rescucitation.
4. Burn
Care.
available
Available
at:
at:
http://www.lhsc.on.ca/Health_Professionals/Trauma/Events/BURNRESUSCITATION.pd
f