Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH AKUNTANSI SYARIAH

CONTOH KASUS YANG TERJADI DIKEHIDUPAN SEHARI-HARI


YANG MENYANGKUT PEMAHAMAN SYARIAH

Disusun oleh :
Ardiansyah Nugraha

A311 13 033

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016

KATA PENGANTAR
Puji syukur Kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. kami juga mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya makalah ini
terutama kepada dosen mata kuliah Akuntansi Syariah.
Dalam makalah ini, Saya akan membahas tentang Beberapa contoh kasus yang ada
dikehidupan sehari-hari yang menyangkut tentang larangan-larangan dalam ekonomi syariah,
kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, Saya mohon
maaf apabila ada kesalahan dalam penyajian makalah ini. Untuk menyempurnakan makalah
ini kami mohon kritik dan saran. Semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Atas perhatian kami ucapkan banyak terima kasih.

Makassar, 11 Mei 2016

Ardiansyah Nugraaha

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sudah sekitar separuh abad istilah ekonomi Islam mencuat dan menunjukkan
perkembangannya. Sistem ini telah merambah ke berbagai negara. Bukan hanya negaranegara Islam dan berpenduduk mayoritas muslim, tetapi juga sampai ke negara-negara barat
yang notabene kaum muslim menjadi minoritas di sana. Di Indonesia sendiri kini paradigma
perekonomian baru ini kian digandrungi, terbukti dengan banyaknya industri-industri jasa
keuangan yang mengunakan label syariah pada namanya. Dengan adanya hal-hal ini kita
patut bertanya apa dan bagaimana ekonomi Islam itu serta sudahkah kita menerapkannya?
Berbicara mengenai ekonomi Islam tidak bisa dilepaskan dari berbicara tentang Islam
itu sendiri. Islam diturunkan dengan syariat-syariat atau aturan-aturan dalam kehidupan
manusia. Salah satu yang diatur dalam syariat adalah hubungan sesama manusia atau
muamalah. Di sisi yang lain, ekonomi muncul karena dalam pemenuhan kebutuhannya
manusia saling berinteraksi antara satu dengan yang lain. Oleh karena itu, ekonomi Islam
tentu saja termasuk dalam ranah muamalah. Dari latar belakang inilah saya akan memberikan
dan menjelaskan beberapa contoh kasus yang terjadi dikehidupan sehari-hari tentang
kebsahan ekonomi islam dikehidupan sehari-hari terutama yang saya lihat dan amati disekitar
saya.

PEMBAHASAN

Saya telah banyak lihat serta amati kasus-kasus yang ada disekitar Saya tentang
ekonomi islam yang saya simpulkan dari apa yang saya amatiternyata masih ada saja orangorang yang mengatas namakan ekonomi syriah dalam prilaku maupun bentuk usahanya tetapi
sebenarnya menurut saya masih jauh menyimpang ada apa yang seharusnya disebut dengan
ekonomi syariah sendiri seperti yang telah dijelaskan di pendahuluan bahwa Berbicara
mengenai ekonomi Islam tidak bisa dilepaskan dari berbicara tentang Islam itu sendiri. Islam
diturunkan dengan syariat-syariat atau aturan-aturan dalam kehidupan manusia atau biasa kita
kenal dengan muamalah. Satu kaidah penting yang harus diingat dalam muamalah yaitu
bahwa hukum asal muamalah adalah halal (boleh) sampai ada dalil yang mengharamkannya
atau melarangnya dari sini terdapat dari kasus yang saya amati sendiri sebagai berikut :

KASUS I
Kita tau bahwa semua bentuk perpidahan harta ataupun barang dari satu pihak kepada
pihak lain tanpa melalui jalur akad atau perjanjian yang telah disepakati secara Syariah,
namun perpindahan itu terjadi melalui permainan, seperti taruhan uang pada permainan kartu,
pertandingan sepak bola, parlay (sejenis Judi bola yang dilakukan secara online), dan
seumpamanya yang biasa dilakukan oleh teman-teman kampus saya sendiri, walaupun pada
saat itu terjadi saya ada didekatnya namun, saya hanya bisa mengingatkan tetapi mereka tetap
saja tidak mau mendengar. Yang menjadi pertanyaan Mengapa dilarang? Karena yang
pertama

permainan bukan cara untuk mendapatkan harta/keuntungan yang kedua

menghilangkan keridhohan dan menimbulkan kebencian/dendam terhadap sesama dan yang


ketiga tidak sesuai dengan fitrah manusia yang berakal dan disuruh bekerja untuk dunia dan
akhirat. Dari beberapa referensi yang saya baca dari internet ataupun buku bahwa masalah
atau kejadian ini disebut dengan maisir.
Menurut bahasa maisir berarti gampang/mudah. Menurut istilah maisir berarti
memperoleh keuntungan tanpa harus bekerja keras. Maisir sering dikenal dengan perjudian
karena dalam praktik perjudian seseorang dapat memperoleh keuntungan dengan cara mudah.
Dalam perjudian, seseorang dalam kondisi bisa untung atau bisa rugi.

Judi dilarang dalam praktik keuangan Islam, sebagaimana yang disebutkan dalam firman
Allah sebagai berikut:
Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah, Pada keduanya itu
terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar
dari manfaatnya (QS. Al Baqarah : 219)

Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya khamar, maisir, berhala, mengundi nasib
dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syetan, maka jauhilah perbuatanperbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan (QS Al-Maaidah : 90)

Pelarangan Maisir oleh Allah SWT dikarenakan efek negative maisir. Ketika
melakukan perjudian seseorang dihadapkan kondisi dapat untung maupun rugi secara
abnormal. Suatu saat ketika seseorang beruntung ia mendapatkan keuntungan yang lebih
besar ketimbang usaha yang dilakukannya. Sedangkan ketika tidak beruntung seseorang
dapat mengalami kerugian yang sangat besar. Perjudian tidak sesuai dengan prinsip keadilan
dan keseimbangan sehingga diharamkan dalam sistem keuangan Islam. Dan itulah yang
banyak terjadi dikehidupan kampus terutama teman-teman saya yang hobi sama bola.

KASUS II
Tidak dapat dipugkiri seperti yang saya amati sekarang ini masalah riba yang mengatas
namakan syariah tetapi ujung-ujungnya mengandung unsur riba seperti yang saya lihat
sendiri waktu itu saya lagi duduk-duduk didepan kelas tiba-tiba ada adik kelas yang
menawarkan produk yang dia jual dengan alasan pencarian dana, tapi produk itu jika dibeli
ditoko harganya hanya Rp 1000 tapi diajual dengan harga Rp 3000 satu. Dalam hati saya ini
sudah termasuk riba, karena keuntungannya berlipat-lipat ini banyak sekarang yang terjadi
dikampus menjual produk dengan keuntungan berlipat-lipat dan ini sudah ditetapkan
harganya sangat disayangkan bila ini terjadi terus menerus dan cara penjualannyapun ada
yang bersifat memaksa. Padahal didalam islam itu sudah jelas pernyataan yang menyatakan
riba itu tidak boleh dilakukan seperti penjelasan dibawah ini:

Riba secara bahasa bermakna ziyadah (tambahan). Dalam pengertian lain, secara
linguistik riba juga berarti tumbuh dan membesar. Sedangkan menurut istilah teknis, riba
berarti pengambilan tambahan dari harta pokok atau modal secara bathil. Namun secara
umum terdapat benang merah yang menegaskan bahwa riba adalah pengambilan tambahan,
baik dalam transaksi jual-beli maupun pinjam-meminjam secara bathil atau bertentangan
dengan prinsip muamalat dalam Islam,
Al-Quran dan Sunnah dengan sharih telah menjelaskan keharaman riba dalam
berbagai bentuknya; dan seberapun banyak ia dipungut. Allah swt berfirman;
Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti
berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila keadaan mereka
yang demikian itu, adalah disebabkan mereka Berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual
beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan
riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus
berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum
datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil
riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. [TQS
Al Baqarah (2): 275]

Dari Abu Hurairah r.a., ia berkata, Rasulullah bersabda: Riba adalah tujuh puluh dosa;
dosanya yang paling ringan adalah (sama dengan) dosa orang yang berzina dengan
ibunya. (HR. Ibn Majah).

Di dalam Sunnah, Nabiyullah Mohammad saw


Satu dirham riba yang dimakan seseorang, dan dia mengetahui (bahwa itu adalah riba),
maka itu lebih berat daripada enam puluh kali zina. (HR Ahmad dari Abdullah bin
Hanzhalah).

KASUS III
Kasus selanjut yang saya amati didalam kehidupan saya sehari-hari yaitu kebnyakan pada
saat pemilihan partai kenapa terus terang sendiri sekarang pemilihan calon pemimpin atau

pejabat tidak terlepas dari suap, ditempat saya sendiri jika pemilihan tiba, masyarakat tidak
melihat lagi apakah pemimpinnya amanah, beriman, dan taat kepada Allah, tetapi melihat
seberapa besar dia menerima uang dari pejabat tersebut biasanya penerimaan ni diterima dari
tim sukses pejabat tersebut sehingga disini ada unsur suap yang dilakukan padahal jelas,
bahwa suap ini sangat dilarang dalam agama islam. Saya sendiripun pernah dikasih uang
sebesar Rp 50.000 dan saya disuruh memilih pemimpin atau pejabat yang telah memberi saya
uang, terus terang saya melakukan itu dan mengambil uang itu, itulah kesalahan saya pada
saat itu dan saya menyesal melakukan itu dan itu sudah jelas dilarang dilakukan sebagaimana
dalil yang menyatakan bahwa itu tidak boleh dilakukan sebelum melihat dalilnya kita lihat
dulu apa itu suap dalam islam.

Risywah (Suap)
Risywah menurut bahasa berarti: pemberian yang diberikan seseorang kepada hakim
atau lainnya untuk memenangkan perkaranya dengan cara yang tidak dibenarkan atau untuk
mendapatkan sesuatu yang sesuai dengan kehendaknya. (al-Misbah al-Munir/al Fayumi, alMuhalla/Ibnu Hazm). Atau pemberian yang diberikan kepada seseorang agar mendapatkan
kepentingan tertentu (lisanul Arab, dan mujam wasith).
Sedangkan menurut istilah risywah berarti: pemberian yang bertujuan membatalkan
yang benar atau untuk menguatkan dan memenangkan yang salah. (At-Tarifat/aljurjani
148).
Dari definisi di atas ada dua sisi yang saling terkait dalam masalah risywah; Ar-Rasyi
(penyuap) dan Al-Murtasyi (penerima suap), yang dua-duanya sama-sama diharamkan dalam
Islam menurut kesepakatan para ulama, bahkan perbuatan tersebut dikategorikan dalam
kelompok dosa besar. Sebagaimana yang telah diisyaratkan beberapa nash Al-Quran dan
Sunnah Nabawiyah berikut ini:
Firman Allah taala:
Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu
dengan jalan yang batil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim,
supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan
berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui (QS Al Baqarah 188)

Rasulullah SAW bersabda:


Rasulullah melaknat penyuap dan yang menerima suap. (HR Khamsah kecuali an-Nasai
dan dishahihkan oleh at-Tirmidzi).

Dari dalil diatas sudah jelas bahwa Allah melarang kita untuk melakukan suap apalagi
menerima suaptersebut.

KASUS IV
Pada masalah yang saya bahas kali ini adalah masalah yang tidak asing lagi didengar bahkan
keluarga saya sendiri melakukannya, saya menceritakan sedikit tentang pengalaaman saya,
saya tinggal didaerah luwu timur disana terkenal dengan buah-buhannya terutama buah
durian, saat musim durian kakak saya mencari pemilik kebun yang memiliki kebun durian
yang buah duriannya banyak saat itu sayapun menemani kakak saya menemui pemilik kebun
itu, setelah bertemu dan berbincang-bincang kakak saya dan pemilik kebun tersebut saling
setuju tentang apa yang dia bicarakan tadi, walaupun pada saat itu saya belum tau kalau
perjanjian mereka buat ternyata dilarang, kenapa? Kakak saya waktu itu membeli buah durian
yang masih ada dipohon dan dengan perhitungan perkiraan saja berapa keuntungan yang akan
diperoleh, sehingga mereka berdiskusi masalah harga durian tersebut setelah mereka sepakat.
Akhirnya kakak saya membuat rumah-rumah untuk menjaga buah durian tersebut dan saya
juga suka menginap dirumah-rumah yang telah dibuat tersebut hingga berulan-bulan sampai
buah durian itu habis dari pohonnya.
Sebenarnya apa yang bisa saya ambil daari pelajaran ini, ternyata hal yang selama ini
saya lakukan merupakan larangan yang seharusnya tidak boleh dilakukan karena
mengandung unsur gharar atau ketidak jelasan berapa buah yang ada diatas pohon itu,
walaupun kakak saya dan pemilik kebun tersebut telah sepakat, tetapi tetap saja itu tidak
boleh dilakukan, sebagaiman hadis dibawah ini:
Dari Abu Hurairah: Rosululloh SAW melarang dari jual beli hashah dan jual beli gharar.
[Hadist Shohih Muslim No. 4-(1513) Kitabutholaq]

Segala bentuk transaksi yang sifatnya tidak jelas (uncertainty) dan spekulatif sehingga dapat
merugikan pihak yang bertransaksi. Hal inilah membuat saya merasa bersallah telah
melakukan hal yang dilarang oleh Allah SWT dan sudah jelas pula dalam hadist kalau gharar
itu tidak boleh dilakukan.

KASUS V
Tidak dapat dipungkiri jika zaman modern saat inimengharuskan perkembangan yang sangat
pesat seperti halnya yang saya lihat selama ini pada pasar modern seperti INDOMARET,
ALFAMART, GIANT, CAREFOUR, dan sebagainya yang merupan pasar modern yang
sekarang banyak diminati oleh masyarakat itu karena harga yang ditawarkan relatif lebih
murah dibanding dengan pasar tradisonal, nah selama ini hampir sebagian masyarakat
membeli kebutuhan pokoknya di pasar modern tersebut, dan mulai sedikit demi sedikit
meninggalkan pasar tradisonal itu yang saya amati selama ini dan ternyata hal semacam ini
disebut dengan Dharar dalam islam
Kadang Perusahaan yang memiliki sebuah pasar modern yang besar seperti yang
disebutkan diaatas menetapkan harga barang-barangnya di bawah harga pasar tradisonal.
Beberapa jenis barang bahkan dijual merugi untuk menarik pembeli ke toko-nya. Tindakan
ini dinamakan predatory pricing.
Hukumnya haram karena akibat tindakannya tersebut menghancurkan pasar peritel
lainnya yang kalah modal seperti pada pasar tradisonal. Pasar modern tersebut telah
melakukan perbuatan dharar terhadap peritel kecil. Sengaja melakukan perbuatan tersebut
untuk menghancurkan pesaing dan menguasai pasar. Nah apa itu dharar? Dibawah ini akan
dijelaskan apa itu pengertian dharar dan hadist tentang dharar tersebut.
Dharar adalah transaksi yang dapat menimbulkan kerusakan, kerugian, ataupun ada
unsur penganiayaan, sehingga bisa mengakibatkan terjadinya pemindahan hak kepemilikan
secara bathil.
Dari Ubadah bin Shomit, sesungguhnya Rasululloh s.a.w. menghukumi bahwa tidak boleh
seseorang merusak (diri, harta, kehormatan) orang lain dan tidak boleh membalas
pengrusakan dengan pengrusakan.

[Hadist Ibnu Majah No. 2340 Kitabul Ahkam]

Sudah jelaas hadist mengungkapkan bahwa dharar itu dilarang, tetapi sampai
sekarang bahkan pasar modern tersebut semakin berkembang dimana-mana dan pasar
tradisonal semakin tergusur dari adanya pasar modern tersebut padahal itu dilarang dalam
aturan islam jika ada yang dirugikan.

PENUTUP
Kesimpulan
Dalam ibadah kaidah hukum yang berlaku adalah bahwa semua hal dilarang, kecuali
yang ada ketentuan berdasarkan Al-Quran dan Al-Hadis. Sedangkan dalam urusan
muamalah, semuanya diperbolehkan kecuali ada dalil yang melarangnya. Adapun faktorfaktor penyebab dilarangnya suatu transaksi adalah apabila Haram zatnya Tidak sah
(lengkap) akadnya.
Dalam islam, terdapat prinsip-prinsip yang harus ditaati ketika kita bertransaksi
maupun melakukan perbuatan yang kita anggap baik sebenarnyaa itu tidak baik. Melihat
kenyataan tersebut, sudah sepatutnya kita lebih giat menyadarkan masyarakat agar lebih
memandang tentang pentingnya berlandaskan syariah. Seperti salah satu diantaranya adalah
hadis berikut, Mengapa banyak dari kaum muslimin yang menetapkan syarat-syarat yang
tidak didapatkan dalam Al-Quran. Barangsiapa yang menetapkan syarat yang tidak ada
dalam Al-Quran, maka dia tidak mempunyai hak sekalipun walaupun membuat seratus
syarat. (HR. Bukhari II/972 no.2579, dan Muslim II/1141 no.1504), Dalam Q.S Az-Zariat:
56 Allah berfirman yang artinya, Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan
supaya mereka beribadah kepada-Ku.

Saran
Setelah memahamiapa saja kasus-kasus yang telah dijelaskan maka kita sebagai
masyarakat yang mayoritas Islam hendaklah saling mengingatkan satu dengan yang lainnya,
agar tidak terjadi lagi pertikaian antara sesama ummat Muslim, karena Islam Itu Indah jika
kita mengikuti semua aturannya.

Anda mungkin juga menyukai