PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Dalam setiap pelaksanaan audit baik keuangan maupun audit Internal,
auditor selalu dihadapkan dengan banyaknya bukti-bukti transaksi yang harus
diaudit dengan waktu audit yang sangat terbatas. Sesuai dengan tanggung jawab
profesionalnya, auditor berkepentingan dengan keabsahan simpulan dan
pendapatnya terhadap keseluruhan isi laporan dan/atau kegiatan yang diauditnya.
Mengingat tanggung jawab ini, maka auditor hanya akan dapat menerbitkan
laporan yang sepenuhnya benar, jika dia memeriksa seluruh bukti transaksi.
Namun demikian, hal ini tidak mungkin dilakukan. Pertama, dari segi waktu dan
biaya hal ini akan memerlukan sumberdaya yang sangat besar. Kedua, dari segi
konsep, audit memang tidakdirancang untuk memberikan jaminan mutlak bahwa
hasil audit 100% sesuaidengan kondisinya.
Oleh karena itu, auditor harus merancang cara untuk mengatasi hal
tersebut. Cara yang dapat dilakukan auditor adalah hanya memeriksa sebagian
bukti yang ditentukan dengan cara seksama, sehingga bisa untuk mengambil
kesimpulan secara menyeluruh. Hal ini dapat dilakukan dengan metode sampling
audit. Dengan cara demikian maka audit dapat dilakukan dengan biaya dan waktu
yang rasional.
Jadi digunakannya metode pengujian dengan sampling audit diharapkan
auditor dapat memperoleh hasil pengujian yang objektif dengan waktu dan biaya
yang minimal, sehingga pekerjaan audit bisa efektif dan efisien.
1.2.Rumusan masalah
Dari latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada makalah ini,
antara lain :
1.
2.
3.
4.
5.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Sampling
ditetapkan
dengan menggunakan
3. Memilih Sampel
Setelah diketahui jumlah sampel yang harus diuji, langkah selanjutnya
adalah memilih sampel dari populasi yang diteliti. Jika menggunakan
sampling statistik, pemilihan sampelnya harus dilakukan secara acak
(random).
4. Menguji Sampel
Melalui tahap pemilihan sampel, peneliti mendapat sajian sampel yang
harus diteliti. Selanjutnya, auditor menerapkan prosedur audit atas sampel
tersebut. Hasilnya, auditor akan memperoleh informasi mengenai keadaan
sampel tersebut.
5. Mengestimasi Keadaan Populasi
Selanjutnya, berdasarkan keadaan sampel yang telah diuji, auditor
melakukan evaluasi hasil sampling untuk membuat estimasi mengenai
keadaan populasi.
6. Membuat Simpulan Hasil Audit
Berdasarkan estimasi (perkiraan) keadaan populasi di atas, auditor
membuat simpulan hasil audit. Biasanya simpulan hasil audit ditetapkan
dengan memperhatikan/ membandingkan derajat kesalahan dalam populasi
dengan batas kesalahan yang dapat ditolerir oleh auditor.
Jika kesalahan dalam populasi masih dalam batas toleransi, berarti
populasi dapat dipercaya. Sebaliknya, jika kesalahan dalam populasi
melebihi batas toleransi, populasi tidak dapat dipercaya.
2.2. Pemilihan sampling
Pemilihan unit sampel menyangkut dua aspek sebagai berikut:
Cara memilih unit sampel
- Secara acak (random)
- Secara non acak
atribut(attribute).Attribute
adalah
suatu
karakteristik
prosedur
yang juga di sebut tingkat kejadian (rate of occurance) dari prosedur pengendalian
yang sudah digariskan sebelumnya.
Bukti mengenai apakah ada kesalahan moneter (monetary error ) di dalam
saldo akun atau golongan akun atau golongan transaksi,dan disini karakteristik
kepentingan auditor adalah variabel.Teknik variabel sampling paling lazim
dipakai untuk menguji apakah saldo akun yang tercatat sudah disajikan secara
wajar.
risiko
pengendalian
direncanakan.
Pedoman
untuk
Rendah
Moderat
Tinggi
berdasarkan sampel.
Mengharuskan auditor merencanakan sampling dengan lebih baik
Haphazard
sampling.
Auditor
memilih
sampel
yang
diharapkan
10
2.
3.
sering dikritik karena secara berlebihan mengandalkan intuisi dan juga sering
secara irasional dipengaruhi faktor-faktor subyektif. Kecukupan ukuran sampel
tidak bisa secara obyektif ditentukan. Misalnya reaksi personal auditor terhadap
karyawan klien, proses pengadilan, dan waktu yang tersedia untuk menyelesaikan
penugasan bisa sangat mempengaruhi ukuran sampel (Guy, 1981). Namun
demikian terlepas dari kemungkinan terjadinya hal-hal tersebut, sampling non
statistik yang direncanakan secara tepat akan dapat seefektif sampling statistik.
Banyak situasi yang membuat judgement sampling lebih sesuai dari pada
sampling statistik. Harus dicatat bahwa sampling statistik merupakan alat yang
berguna untuk sebagian, tidak semua situasi. Apakah sampling statistik harus
digunakan, tergantung dari keputusan, tujuan audit, pertimbangan cost diferensial
(dibandingkan dengan judgement sampling) serta trade-offs antara biaya dan
manfaat yang didapat dalam pengauditan.
Jadi sampling statistik dan non statistik Mempunyai persamaan dan
perbedaan sebagai berikut :
Persamaan :
1. Perencanaan sample, bertujuan menjamin bahwa pengujian audit dilaksanakan
dengan cara yang sesuai untuk memberikan risiko uji petik yang diinginkan
dan untuk meminimalkan kemungkinan risiko uji petik.
11
Perbedaan :
Sampling Statistik : menggunakan teknis-teknis pengukuran matematis
untuk menghitung hasil statistik formal. Bermanfaat untuk mengkuantifikasi
risiko uji petik pada perencanaan sample dan evaluasi hasil. Hanya cocok untuk
sample probabilistis (tiap unsur populasi mempunyai kesempatan yang sama
untuk terpilih). Sedangkan Sampling Non Statistik : memilih unsur-unsur sample
yang diyakini dapat memberikan informasi yang berguna pada populasi tersebut
dan keputusan yang diambil lebih berdasarkan pertimbangan. Sering disebut
judgemental sampling.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Sampling Audit dapat diterapkan baik untuk melakukan pengujian
pengendalian, maupun pengujian subtantif. Sampling audit banyak diterapkan
auditor dalam prosedur pengujian yang berupa voucing, tracing, dan konfirmasi.
Sampling dipergunakan kalau waktu dan biaya tidak memungkinkan untuk
memeriksa seluruh transaksi/kejadian dalam suatu populasi. Populasi adalah
seluruh item yang harus diperiksa. Subset dari populasi disebut denganistilah
sampel. Sampling dipergunakan untuk menginferensi karakteristik daripopulasi.
Keuntungan dari sampling itu sendiri adalah:
1. Menghemat sumber daya: biaya,waktu, tenaga.
2. Kecepatan mendapatkan informasi (up date).
3. Ruang lingkup (cakupan) lebih luas.
12
DAFTAR PUSTAKA
Sawyers, Lawrence, at al. 2005. Sawyers Internal Auditing, Florida: The
Institute of Internal Auditors.
Mulyadi. Auditing. Edisi ke-6 Jakarta: PT Salemba Empat, 2010.
pusdiklatwas.bpkp.go.id/filenya/namafile/.../Sampling_Fina (Diakses pada
Tanggal 02 Novemmber 2016, pukul 19.31 WITA)
13