Ardiansyah Nugraha
A31113033
PRODI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Pendahuluan
Seseorang yang pertama kali mempelajari sosiologi, sesungguhnya secara tidak sadar
telah mengetahui sedikit tentang soiologi. Selama hidupnya, dia telah menjadi anggota
masyarakat dan sudah mempunyai pengalaman-pengalaman dalam hubungan sosial atau
hubungan antar manusia. Sejak lahir didunia, dia sudah berhubungan dengan seseorang yaitu
dengan keluarganya, dan seiring bertambahnya usia, bertambah luas pulalah pergaulannya
dengan antar manusia satu dengan manusia lainnya. Dia juga menyadari bahwa kebudaayaan
dan peradaban inimerupakan hasil perkembangan dari masa-masa silam. Kadang dalam
berbagai hal manusia memiliki kesamaan tetapi juga mempunyai khas tersendiri, sehingga
itulah yang membedakannya dengan yang lainnya.
Dalam tokoh-tokoh dunia yang mengkaji sosiologi untuk pertama kalinya yaitu bahwa
sosiologi ini merupakan ilmu yang murni dan bukan merupakan ilmu terapan, sehingga dari
ilmu murni itulah ilmu sosiologi makin mengalami perkembangan, sehingga ilmu sosiologi
menarik perhatian, awalnya orang-orang yang meninjau masyarakat hanya tertarik pada
masalah-masalah yang menarik perhatian umum, seperti kejahatan, perang, kekuasaan
golongan yang berkuasa, keagamaan, dan lain sebagainya. Dari pemikiran serta penilaian itu,
orang kemudian meningkat pada filsafat kemasyarakatan, dimana orang menguraikan
harapan-harapan tentang susunan serta kehidupan masyarakat yang diinginkan atau
masyarakat yang ideal, sehingga muncullah pola-pola pemikir-pemikir tentang ilmu sosiologi
sehingga melakukan penelitian terhadap masyarakat yang ada.
menjadi
ilmu
dominan
yang
mempelajari statika
sosial (struktur
sosial)
tindakan individu dan dapat dipelajari secara objektif, seperti halnya ilmu alam. Fakta sosial
terbagi menjadi dua bagian, material (birokrasi dan hukum) dan nonmaterial (kultur dan
lembaga sosial).
Dua tahun kemudian melalui Suicide (1897), Durkheim berusaha membuktikan
bahwa ada pengaruh antara sebab-sebab sosial (fakta sosial) dengan pola-pola bunuh diri.
Dalam
karya
itu
disimpulkan
pribadi),
ada
macam
tipe
altruistik (untuk
bunuh
diri,
yakni
bunuh
kelompok/norma), dan fatalistik (akibat tekanan kelompok). Berdasarkan hal itu Durkheim
berpendapat bahwa faktor derajat keterikatan manusia pada kelompoknya (integrasi sosial)
sebagai faktor kunci untuk melakukan bunuh diri.
kemiskinan itu juga alamiah, karena itu kesejahteraan sosial dianggap percuma. Meski
pandangan itu banyak ditentang, namun Darwinisme Sosial sampai sekarang masih terus
hidup dalam tulisan-tulisan populer.
Pandangan lain yang disampaikan Weber adalah tentang bagaimana perilaku individu
dapat
mempengaruhi
masyarakat
secara
luas.
Inilah
yang
disebut
sebagai
memahami Tindakan Sosial. Menurut Weber, tindakan sosial dapat dipahami dengan
memahami niat, ide, nilai, dan kepercayaan sebagai motivasi sosial. Pendekatan ini
disebut verstehen(pemahaman).
Weber juga mengkaji tentang rasionalisasi. Menurut Weber, peradaban Barat adalah
semangat Barat yang rasional dalam sikap hidup. Rasional menjelma menjadi operasional
(berpikir sistemik langkah demi langkah). Rasionalisasi adalah proses yang menjadikan
setiap bagian kecil masyarakat terorganisir, profesional, dan birokratif. Meski akhirnya Weber
prihatin betapa intervensi negara terhadap kehidupan warga kian hari kian besar.
Dalam karyanya yang terkenal lainnya, Politik sebagai Panggilan, Weber
mendefinisikan negara sebagai sebuah lembaga yang memiliki monopoli dalam penggunaan
kekuatan fisik secara sah, sebuah definisi yang menjadi penting dalam studi tentang ilmu
politik.
modern teknologi, maka kemampuan tenaga individu makin merosot bahkan cenderung
malas.
Di sisi lain, gejala monetisasi di berbagai faktor kehidupan telah membelenggu
masyarakat terutama dalam hal pembekuan kreativitas orang, bahkan mampu mengubah
kesadaran. Mengapa? Uang secara ideal memang alat pembayaraan, tetapi karena
kekuatannya, uang menjadi sarana pembebasan manusia atas manusia. Artinya uang sudah
tidak dipahami sebagai fungsi alat, tetapi sebagai tujuan. Kekuatan kuantitatifnya telah
mampu mengukur berbagai jarak sosial yang membentang antar individu, seperti cinta,
tanggung jawab, dan bahkan mampu membebaskan atas kewajiban dan hukuman sosial.
Barang siapa memiliki uang dialah yang memiliki kekuatan.
Ferdinand Tonnies (1855-1936) mengkaji bentuk-bentuk dan polapola ikatan sosial dan organisasi sehingga menghasilkan klasifikasi sosial. Menurut Tonnies,
masyarakat
itu
patembayan).
Masyarakat gemeinschaft adalah masyarakat yang mempunyai hubungan sosial
tertutup, pribadi, dan dihargai oleh para anggotanya, yang didasari atas hubungan
kekeluargaan dan kepatuhan sosial. Komunitas seperti ini merupakan tipikal masyarakat praindustri atau masyarakat pedesaan. Sedangkan pada masyarakat gesselschaft, hubungan
kekeluargaan telah memudar, hubungan sosial cenderung impersonal dengan pembagian kerja
yang rumit. Bentuk seperti ini terdapat pada masyarakat industri atau masyarakat perkotaan.
Tema dasar Tonnies adalah hilangnya komunitas dan bangkitnya impersonalitas. Ini menjadi
penting dalam kajian tentang masyarakat perkotaan.
dosen ilmu ekonomi, politik, serta sosiologi di universitas Michigan. Pemikiran Cooley
banyak dipengaruhi oleh George Herbert Mead dan Sigmund Frued. Cooley tergolong dalam
sosiolog interaksionisme simbolik klasik.
Cooley mempelajari tentang aspek psikologi sosial dari kehidupan sosial. Cooley
menekuni tentang kesadaran. Yang terkenal adalah konsep cermin diri (the looking glass
self), yang menyatakan bahwa manusia memiliki kesadaran dan kesadaran itu terbentuk
dalam interaksi sosial yang berlanjut.
Charles Horton Cooley memandang bahwa hidup manusia secara sosial ditentukan
oleh bahasa, interaksi dan pendidikan. Secara biologis manusia tiada beda, tapi secara sosial
tentu sangat berbeda. Perkembangan historislah yang menyebabkan demikian. Dalam
analisisnya mengenai perkembangan individu, Cooley mengemukakan teori yang dikenal
dengan Looking Glass-Self atau Teori Cermin Diri. Menurutnya di dalam individu terdapat
tiga unsur: 1) bayangan mengenai bagaimana orang lain melihat kita; 2) bayangan mengenai
pendapat orang lain mengenai diri kita; dan 3) rasa diri yang bersifat positif maupun negatif.
Tunisia pada 1 Ramadan 732 H./27 Mei 1332 M Kairo 25 Ramadan 808 H./19 Maret
1406 M
Lelaki yang lahir di Tunisia pada 1 Ramadan 732 H./27 Mei 1332
M. adalah dikenal sebagai sejarawan dan bapak sosiologi Islam yang hafal Alquran sejak usia
dini. Sebagai ahli politik Islam, ia pun dikenal sebagai bapak Ekonomi Islam, karena
pemikiran-pemikirannya tentang teori ekonomi yang logis dan realistis jauh telah
dikemukakannya sebelum Adam Smith (1723-1790) dan David Ricardo (1772-1823)
mengemukakan teori-teori ekonominya. Bahkan ketika memasuki usia remaja, tulisantulisannya sudah menyebar ke mana-mana. Tulisan-tulisan dan pemikiran Ibnu Khaldun
terlahir karena studinya yang sangat dalam, pengamatan terhadap berbagai masyarakat yang
dikenalnya dengan ilmu dan pengetahuan yang luas, serta ia hidup di tengah-tengah mereka
dalam pengembaraannya yang luas pula.
Karya-karya lain Ibnu Khaldun yang bernilai sangat tinggi diantaranya, at-Tariif bi
Ibn Khaldun (sebuah kitab autobiografi, catatan dari kitab sejarahnya); Muqaddimah
(pendahuluan atas kitabu al-ibar yang bercorak sosiologis-historis, dan filosofis); Lubab alMuhassal fi Ushul ad-Diin (sebuah kitab tentang permasalahan dan pendapat-pendapat
teologi, yang merupakan ringkasan dari kitab Muhassal Afkaar al-Mutaqaddimiin wa alMutaakh-khiriin karya Imam Fakhruddin ar-Razi).
DR. Bryan S. Turner, guru besar sosiologi di Universitas of Aberdeen, Scotland dalam
artikelnya The Islamic Review & Arabic Affairs di tahun 1970-an mengomentari tentang
karya-karya Ibnu Khaldun. Ia menyatakan, Tulisan-tulisan sosial dan sejarah dari Ibnu
Khaldun hanya satu-satunya dari tradisi intelektual yang diterima dan diakui di dunia Barat,
terutama ahli-ahli sosiologi dalam bahasa Inggris (yang menulis karya-karyanya dalam
bahasa Inggris). Salah satu tulisan yang sangat menonjol dan populer adalah muqaddimah
(pendahuluan) yang merupakan buku terpenting tentang ilmu sosial dan masih terus dikaji
hingga saat ini.
Bahkan buku ini telah diterjemahkan dalam berbagai bahasa. Di sini Ibnu Khaldun
menganalisis apa yang disebut dengan gejala-gejala sosial dengan metoda-metodanya yang
masuk akal yang dapat kita lihat bahwa ia menguasai dan memahami akan gejala-gejala
sosial tersebut. Pada bab ke dua dan ke tiga, ia berbicara tentang gejala-gejala yang
membedakan antara masyarakat primitif dengan masyarakat moderen dan bagaimana sistem
pemerintahan dan urusan politik di masyarakat.
Ibnu Khaldun sangat meyakini sekali, bahwa pada dasarnya negera-negara berdiri
bergantung pada generasi pertama (pendiri negara) yang memiliki tekad dan kekuatan untuk
mendirikan negara. Lalu, disusul oleh generasi ke dua yang menikmati kestabilan dan
kemakmuran yang ditinggalkan generasi pertama. Kemudian, akan datang generasi ke tiga
yang tumbuh menuju ketenangan, kesenangan, dan terbujuk oleh materi sehingga sedikit
demi sedikit bangunan-bangunan spiritual melemah dan negara itu pun hancur, baik akibat
kelemahan internal maupun karena serangan musuh-musuh yang kuat dari luar yang selalu
mengawasi kelemahannya.
Karena pemikiran-pemikirannya yang briliyan Ibnu Khaldun dipandang sebagai
peletak dasar ilmu-ilmu sosial dan politik Islam. Dasar pendidikan Alquran yang diterapkan
oleh ayahnya menjadikan Ibnu Khaldun mengerti tentang Islam, dan giat mencari ilmu selain
ilmu-ilmu keislaman. Sebagai Muslim dan hafidz Alquran, ia menjunjung tinggi akan
kehebatan Alquran. Sebagaimana dikatakan olehnya, Ketahuilah bahwa pendidikan Alquran
termasuk syiar agama yang diterima oleh umat Islam di seluruh dunia Islam. Oleh kerena itu
pendidikan Alquran dapat meresap ke dalam hati dan memperkuat iman. Dan pengajaran
Alquran pun patut diutamakan sebelum mengembangkan ilmu-ilmu yang lain.
Daftar Pustaka
dunia.html
http://lutvisucimardianti.blogspot.com/2013/04/biografi-tokohsosiologi.html