Anda di halaman 1dari 17

Era globalisasi saat ini membuat masyarakat ingin terus berkembang mengikuti

perkembangan yang ada. Kemudahan dalam mengakses berbagai kebutuhan


terus ditawarkan dengan berbagai aplikasi yang tesedia. Keberlangsungan
ekonomi yang terus berjalan membuat para pelaku ekonomi terus berpikir untuk
dapat mengembangkan produk produknya baik jasa maupun dagang.
Masyarakat semakin selektif dalam melakukan setiap kegiatan ekonominya
dalam rangka memenuhi kebutuhannya. Namun dalam setiap menjalankan
kegiatannya masyarakat selalu tidak lepas dengan risiko. Rsisko adalah
ketidaktentuan (uncertainty) yang berpotensi menciptakan kerugian. Kita tidak
dapat memprediksi risiko yang akan terjadi dikemudian hari tapi kita dapat
meminimalisir risiko tersebut dengan Asuransi.

Pasal 1 butir 1 Undang-undang Nomor 2 Tahun 1992


tentang Usaha Perasuransian yang merumuskan bahwa
asuransi adalah Perjanjian antara dua pihak atau lebih,
dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri pada
Tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk
memberikan penggantian kepada Tertanggung karena
krugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang
diharapkan atau tanggung jawab hukum pihak ketiga yang
mungkin akan diderita Tertanggung, yang timbul dari suatu
peristiwa yang tidak pasti, atau memberikan suatu
pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau
hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.
Dalam

Berkembangnya industri asuransi di Indonesia saat ini tidak


lepas dari kebutuhan masyarakat yang menginginkan
jaminan dimasa yang akan datang mulai dari kesehatan,
finansial, dan faktor usia. Perkembangan Industri asuransi di Indonesia
meningkat dengan pesat, terutama ditandai dengan meningkatnya Insurance
Minded masyarakat Indonesia yang mulai melirik Industri asuransi sebagai
lembaga yang menjamin atau memberikan proteksi terhadap harta benda dan
jiwa masyarakat yang menjadi nasabahnya.Walaupun banyak metode
menangani resiko, namun asuransi merupakan metode paling banyak dipakai
oleh masyarakat pada akhir dasawarsa ini.Asuransi menjanjikan perlindungan
kepada pihak tertanggung (nasabah) terhadap resiko yang dihadapi perorangan
maupun resiko yang dihadapi perusahaan.

Perkembangan kinerja industri asuransi jiwa di tanah air sampai dengan


kuartal kedua 2015 terus menunjukan kinerja positif ditengah melambatnya
pertumbuhan ekonomi nasional Hal ini jelas terlihat dari meningkatnya
pertumbuhan total pendapatan premi sebesar 26,6% menjadi Rp 67,82 triliun.
Dari total pendapatan premi di atas, sebesar 57,8% merupakan total
pendapatan premi bisnis baru. Di mana pendapatan premi bisnis baru berhasil
tumbuh sebesar 28,2% menjadi Rp 39,19 triliun. Ini menjadi sinyal positif
kepercayaan masyarakat Indonesia terhadap industri asuransi jiwa sebagai
penyedia sarana proteksi keuangan jangka panjang bagi masyarakat. Sementara
itu, pendapatan premi lanjutan juga mengalami peningkatan sebesar 24,4%
menjadi Rp 28,63 triliun. Artinya, semakin banyak masyarakat Indonesia
memahami sifat jangka panjang perlindungan asuransi jiwa, sehingga mereka
berkomitmen terus mempertahankan kepemilikan polis mereka untuk melindungi
keuangan saat risiko terjadi di masa depan.
Industri asuransi jiwa di Indonesia sampai dengan kuartal kedua tahun 2015
mencatatkan pertumbuhan total aset sebesar 23,2% jika dibandingkan dengan
periode yang sama tahun sebelumnya, di mana tahun ini total aset mencapai Rp
368,52 triliun.
Peningkatan jumlah total aset industri asuransi jiwa dipengaruhi oleh
peningkatan jumlah investasi sebesar 21% mencapai Rp 320,51 triliun. Di tengah
melambatnya pertumbuhan ekonomi dan kondisi pasar yang melemah,
instrumen investasi seperti reksadana, deposito, dan properti masih menjadi
pilihan industri asuransi jiwa di Indonesia.
Perkembangan industri asuransi syariah mulai terkenal di Indonesia. Diawali
dengan berdirinya PT. Syarikat Takaful Indonesia sebagai Holding Company pada
tahun 1994 dan anak perusahaannya yakni PT. Asuransi Takaful Indonesia
(Asuransi Jiwa) dan PT. Asuransi Takaful Umum (Asuransi Kerugian).2 Seiring
berjalannya waktu industri asuransi syariah berkembang pesat di Indonesia.

Dalam Fatwa DSN No. 21/DSN-MUI/X/2001 Bagian Pertama mengenai Ketentuan


Umum angka 1, disebutkan pengertian asuransi syariah (tamin, takaful atau
tadhamun) adalah usaha saling melindungi dan tolong menolong di antara
sejumlah orang/pihak melalui investasi dalam bentuk aset dan/atau tabarru
yang emberikan pola pengembalian untuk menghadapi resiko tertentu melalui
akad (perikatan) yang sesuai dengan syariah. Asuransi syariah pun berlombalomba membuat produk yang inovatif untuk menarik masyarakat mencintai
asuransi. Seperti di asuransi jiwa yang mengeluarkan produk unit link untuk
memenuhi kebutuhankebutuhan di masa sekarang maupun mendatang. Maksud
dari produk unit link adalah produk perusahaan asuransi jiwa yang mengawinkan
fungsi proteksi dan investasi.
Dalam melakukan investasi, perusahaan asuransi syariah wajib mengikuti
ketentuan-ketentuan yang dianjurkan oleh kementrian Keuangan maupun Dewan
Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI). Perusahaan asuransi
syariah wajib menginvestasikan dana yang dimilikinya ke dalam jenis-jenis
investasi berbasis syariah.
Dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 11/ PMK. 010/ 2011 tentang
Kesehatan Keuangan Usaha Asuransi Dan Usaha Reasuransi Dengan Prinsip
Syariah, berisi tentang kekayaan yang diperkenankan dalam bentuk investasi
terdiri dari: deposito pada Bank, saham syariah, sukuk atau obligasi syariah,
Surat Berharga Syariah Negara, surat berharga syariah yang diterbitkan oleh
Bank Indonesia, surat berharga syariah yang diterbitkan oleh lembaga
multinasional yang Negara Republik Indonesia menjadi salah satu anggota atau
pemegang sahamnya, reksadana syariah, efek beragun aset syariah yang
diterbitkan berdasarkan kontrak investasi kolektif efek beragun aset syariah,
pembiayaan elalui mekanisme kerjasama dengan pihak lain dalam bentuk
pembelian pembiayaan (refinancing) syariah, dan/ atau emas murni. Pemilihan
outlet-outlet investasi sangat berpengaruh terhadap hasil investasi perusahaan.
Dimana manajer investasi bertugas menempatkan dana investasi ke beberapa
portofolio investasi yang dapat memberikan return yang besar dengan tingkat
risiko yang kecil.
Dan dana investasi yang diterima perusahaan kemudian diinvestasikan sesuai
dengan prinsip syariah. Investasi yang dilakukan harus secara efisien dan efektif
agar hasil investasi dapat maksimal sehingga meningkatkan keuntungan
perusahaan.
Jumlah investasi perusahaan perasuransian syariah per 31 Desember 2013
mencapai Rp. 14.296 miliar. Jumlah tersebut mengalami kenaikan sebesar
26,20% dibandingkan dengan posisi pada akhir tahun 2012. Total investasi
tersebut mencapai 5,01% dari total investasi perusahaan perasuransian pada
periode yang sama. Dan dalam perusahaan perasuransian syariah, investasi
asuransi jiwa syariah tahun 2011 mencapai Rp. 6.418 miliar, naik dari periode
sebelumnya tahun 2010 sebesar Rp. 4.903 miliar dan pada tahun 2009 sebesar
Rp. 3.215 miliar.

Pertumbuhan investasi asuransi syariah terus berkembang, seperti yang terlihat


di tahun 2012 investasi asuransi jiwa syariah mencapai Rp. 9.087 miliar. Namun
pada tahun 2013 pertumbuhan investasi cenderung landai, sebesar Rp. 11.537
miliar. Sebagian besar investasi perusahaan perasuransian syariah ditempatkan
dalam bentuk deposito syariah, yaitu mencapai 77,5% dari total investasi.
Lima jenis investasi terbesar dari perusahaan persasuransian syariah pada
asuransi jiwa syariah per 31 Desember 2013 adalah deposito mencapai Rp.
3.697 miliar, saham sebesar Rp. 3.475 miliar, reksadana syariah sebesar Rp.
2.641 miliar, sukuk korporasi sebesar Rp. 759 miliar dan SBSN sebesar Rp. 889
miliar. Dan ada satu jenis investasi adalah investasi lainnya yang hanya
mencapai Rp. 77
miliar. Hasil investasi pada perusahaan tidak luput dari beberapa faktor
yangmempengaruhinya. Pada artikel Chen, Roll dan Ross mengidentifikasi
tingkat pertumbuhan produksi dunia industri, tingkat inflasi (baik yang
diharapkan atau tidak), selisih antara tingkat bunga jangka panjang dan jangka
pendek dan selisih tingkat bunga (spread) antara obligasi berperingkat tinggi
dan rendah.7
Ada beberapa faktor lain yang mempengaruhi investasi, yaitu: tujuan investasi
yang ingin dicapai, keuntungan yang ingin dicapai dari hasil investasi, jenis
investasi yang dipilih, risiko investasi yang melekat dan risiko eksternal
(pergerakan indeks harga saham, nilai tukar mata uang, tingkat suku bunga,
krisis keuangan di negara lain), modal, keberanian untuk berinvestasi, pajak,
kondisi politik dan perekonomian negara. Pertumbuhan produksi yang tinggi
akan memperbesar pendapatan masyarakat, dan selajutnya pendapatan
masyarakat yang tinggi tersebut akan memperbesar permintaan terhadap
barang-barang dan jasa-jasa. Maka keuntungan perusahaan akan bertambah
tinggi dan akan mendorong dilakukannya lebih banyak investasi. Inflasi memiliki
pengaruh besar kepada para investor dalam berinvestasi. Para investor
menginginkan adanya inflasi aktual atau inflasi yang diharapkan. Dalam
hubungan ini, jika inflasi jauh lebih tinggi dari perolehan investasi maka investasi
tersebut akan dibatalkan, demikian pula sebaliknya.
Suku bunga, hubungannya bersifat berbalikan. Maksudnya suku bunga tinggi
maka gairah perusahaan untuk melakukan investasi merosot dan sebaliknya
apabila suku bunga rendah maka gairah untuk melakukan investasi meningkat.
Investor harus menentukan tujuan yang ingin dicapainya. Umumnya, tujuan
utama orang berinvestasi adalah mencari keuntungan atau tambahan
penghasilan pada masa yang akan datang. Tujuan harus ditentukan dengan
jelas, nyata dan realistis. Besar kecilnya keuntungan dari hasil investasi
tergantung dari besar kecilnya tujuan dan kemampuan dalam mewujudkannya.
Untuk memilih jenis investasi, investor perlu membuat rencana tentang
pengeluaran jangka sangat pendek, pendek, menengah dan panjang. Resiko
investasi yang melekat, sebelum investor memilih produk atau instrumen
investasi seharudnya memahami karakteristik dan seberapa risikonya. Jika nilai
tukar rupiah melemah maka investor asing akan mengharapkan imbal hasil yang

besar dari saham sebagai kompensasi kerugian mereka atas valas atau jika
emiten mampu memberikan kompensasi atas kerugian maka mereka akan
mendiskonkan harga saham yang dimiliki dan selanjutnya keluarga dari bursa.
Dari uraian di atas, penulis tertarik untuk menganalisis seberapa besar pengaruh
faktor makro ekonomi yaitu tingkat pertumbuhan tingkat inflasi dan nilai tukar
mata uang terhadap hasil investasi. Oleh karena itu penulis ingin melakukan
penelitian yang berjudul PENGARUH TINGKAT INFLASI DAN NILAI TUKAR MATA
UANG TERHADAP HASIL INVESTASI PERIODE 2011-2014.
B.Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, penulis dapat
mengidentifikasi beberapa permasalahan dalam hal faktor makro ekonomi yang
mempengaruhi investasi. Adapun masalah yang peneliti identifikasi dari latar
belakang di atas adalah sebagai berikut :
1. Perusahaan asuransi syariah dalam pengambilan keputusan investasi
2. Perusahaan asuransi syariah dalam mengalokasikan dana investasinya.
3. Perkembangan inflasi dan nilai tukar dan hasil investasi perusahaan asuransi
syariah periode 2011-2014.
4. Perusahaan asuransi syariah mempunyai strategi dalam meningkatkan hasil
investasi.
5. Tingkat inflasi dan nilai tukar rupiah terhadap dollar dapat mempengaruhi
hasil investasi perusahaan asuransi syariah.
6. Tingkat inflasi dan nilai tukar rupiah terhadap dollar dapat mempengaruhi
positif atau negatif hasil investasi perusahaan asuransi syariah.
C. Batasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah merupakan usaha untuk mendapatkan batasan-batasan
dari masalah penelitian yang akan diteliti. Pembatasan masalah berguna untuk
mengidentifikasi faktor mana saja yang tidak termasuk dalam lingkup masalah
penelitian. Berdasarkan identifikasi masalah, penulis membatasi masalah yang
akan diteliti agar lebih terfokus dan spesifik. Maka pembatasan masalah yang di
bahas adalah pengaruh faktor makro ekonomi (inflasi dan nilai tukar) terhadap
seluruh hasil investasi perusahaan asuransi jiwa syariah. Yang menjadi objek
penelitian adalah perusahaan asuransi jiwa syariah (PT Asuransi Jiwa XYZ
Syariah). Dan periode penelitian yang di gunakan adalah rentang waktu tahun
2011-2014, karena hasil investasi pada perusahaan sedang dalam masa fluktuasi
yang cukup siginfikan.
2. Perumusan Masalah

Dari pembatasan masalah di atas, peneliti dapat merumuskan masalah yang


fokus dalam permasalahan-permasalahan berikut ini:
a. Bagaimana perkembangan inflasi dan nilai tukar terhadap hasil investasi
periode 2011-2014?
b.

Bagaimana pengaruh tingkat inflasi, nilai tukar rupiah terhadap dollar


dan hasil investasi periode 2011-2014?

c.Bagaimana strategi PT Asuransi Jiwa XYZ syariah dalam meningkatkan hasil


investasi?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penelitian ini sendiri memiliki tujuan secara umum dan khusus bagi penulis
sendiri. Secara umum penelitian ini berkaitan dengan rumusan permasalahan
diatas bertujuan sebagai berikut:
1. Menganalisis perkembangan inflasi dan nilai tukar terhadap hasil investasi
periode 2011-2014.
2. Menganalisis seberapa besar pengaruh tingkat inflasi dan nilai tukar mata
uang terhadap hasil investasi periode 2011-2014.
3. Menganalisis strategi yang di lakukan PT Asursni Jiwa XYZ Syariah dalam
meningkatkan hasil investasi.
Adapun manfaat yang di dapatkan dari hasil penelitian ini, antara lain:
1. Bagi Penulis, penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai sarana
2. pembelajaran penulis sendiri dan menambah wawasan pengetahuan
mengenai asuransi syariah terutama tentang faktor makro ekonomi yang
dapat mempengaruhi hasil investasi
3. Bagi Kalangan Akademik, penelitian ini diharapkan dapat digunakan
sebagai rujukan atau contoh penelitian tentang asuransi syariah dan
informasi investasi pada perusahaan asuransi jiwa syariah.
4. Bagi Perusahaan Asuransi, penelitian ini diharapkan dapat menjadi
masukan atau saran kepada instansi perusahaan agar lebih kompetitif
dalam menghadapi faktor-faktor makro ekonomi.
F. Kerangka Pemikiran

BAB II
LANDASAN TEORI
A. Asuransi Syariah
1. Pengertian Asuransi Syariah
Secara umum asuransi Islam atau sering diistilahkan dengan takaful dapat
digambarkan sebagai Asuransi yang prinsip operasionalnya didasarkan pada
syariat Islam dengan mengacu kepada Al Quran dan As-Sunah. Dalam
menerjemahkan istilah asuransi ke dalam konteks asuransi Islam terdapat
beberapa istilah, antara lain takaful (bahasa Arab), tamin (bahasa Arab) dan
islamic insurance (bahasa Inggris).
Di antara berbagai istilah asuransi dalam islam, yang paling sering digunakan
adalah takaful. Secara bahasa, takaful berasal dari akar kata ( ((( )
yang artinya menolong, memberi nafkah dan mengambil alih perkara seseorang.
( :Kata ( merupakan bentuk mashdar (infinitif) dari kata
yang mempunyai pengertian saling menanggung satu sama lainnya, terutama ,
dengan memberikan bantuan/pertolongan jika yang bersangkutan atau pihak
lain tertimpa suatu musibah. Kata asuransi berasal dari bahasa inggris Insurance,

yang dalam bahasa indonesia telah menjadi bahasa populer dan di adopsi dalam
.kamus besar bahasa indonesia dengan padanan kata pertanggungan
Echlos dan Shadilly memaknai kata insurance dengan (a) asuransi, dan (b)
jaminan. Dalam bahasa Belanda biasa disebut dengan istilah Assurantie
(asuransi) dan Verzekering (pertanggungan). Dalam bahasa arab, asuransi di
kenal dengan istilah At-tamin, penanggung disebut muammin, tertanggung
disebut muamman lahu atau mustamin. At-tamin diambil dari amana yang
artinya memberi perlindungan, ketenangan, rasa aman, dan bebas dari rasa
takut, seperti tersebut dalam QS. Quraisy (106): 4, yaitu dialah allah yang
mengamankan mereka dari ketakutan. Asuransi syariah (Tamin, Takaful atau
Tadhamun) adalah usaha saling melindungi dan tolong menolong di antara
sejumlah
orang/pihak melalui investasi dalam bentuk aset dan/atau tabarru yang
memberikan pola engembalian untuk menghadapi risiko tertentu melalui akad
(perikatan) yang sesuai dengan syariah. Akad yang sesuai dengan syariah
adalah yang tidak mengandung gharar (penipuan), maysir perjudian), riba,
dzulm (penganiayaan), risywah (suap), batang haram dan maksiat.
Perbedaan Asuransi Syariah dan Asuransi Konvensional
Ada beberapa faktor yang menjadikan asuransi syariah berbeda dengan asuransi
konvensional. Dalam hal ini penulis menjelaskan beberapa perbedaan dari
asuransi syariah dan asuransi konvensional, yang dapat dilihat di bawah ini.20

1) Konsep
Dalam konsep asuransi syariah adalah sekumpulan orang yang saling
membantu, saling menjamin, dan bekerja sama, dengan cara masing-masing
mengeluarkan dana tabarru. Sedangkan asuransi konvensional perjanjian antara
dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada
tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan pergantian
kepada tertanggung.
2) Sumber Hukum
Asuransi syariah bersumber dari wahyu Ilahi, sumber hukum dalam syariah Islam
adalah Al-Quran, Sunnah atau kebiasaan rasul, Ijma, Fatwa sagabat, Qiyas,
Istihsan, Urf tradisi, dan Mashalih Mursalah. Sedangkan asuransi konvensional
bersumber dari pikiran manusia dan kebudayaan. Berdasarkan hukum positif,
hukum alami dan contoh sebelumnya.
3) Maisir, Gharar dan Riba (MAGHRIB)
Asuransi syariah bersih dari adanya praktek Gharar, Maisir dan Riba. Sedangkan
asuransi konvensional tidak selaras dengan syariah Islam karena adanya Maisir,
Gharar dan Riba.

4) Dewan Pengawas Syariah (DPS)


Asuransi syariah terdapat dewan pengawas syariah yang berfungsi untuk
mengawasi pelaksanaan operasional perusahaan agar terbebas dari praktekpraktek muamalah yang bertentangan
5) Akad
Asuransi syariah terdapat akad tabarru dan akad tijarah (mudharabah, wakalah,
wadiah, syirkah dan sebagainya). Sedangkan asuransi konvensional terdapat
akad jual beli (akad muawadhah, akad idzaan, akad gharar, dan akad mulzim).
6) Jaminan/Risiko
Dalam asuransi syariah yaitu sharing of risk, di mana terjadi proses saling
menanggung antara satu peserta dengan peserta lainnya (taawun). Sedangkan
asuransi konvensional yaitu transfer of risk, di mana terjadi transfer risiko dari
tertanggung kepada penanggung.
7) Pengelolaan Dana
Dalam asuransi syariah pada produk-produk saving (life) terjadi pemisahan dana,
yaitu dana tabarru derma dan dana peserta, sehingga tidak mengenal istilah
dana hangus, sedangkan untuk term insurance (life) dan general insurance
semuanya bersifat tabarru. Sedangkan asuransi konvensional tidak ada
pemisahan dana, yang berakibat pada terjadinya dana hangus (untuk produk
saving-life).
8) Investasi
Asuransi syariah dapat melakukan investasi sesuai ketentuan perundangundangan, sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah Islam,
bebas dari riba dan tempat-tempat investasi yang terlarang. Sedangkan asuransi
konvensional bebas melakukan investasi dalam batas-batas ketentuan
perundangundangan dan tidak terbatasi pada halal dan haramnya obyek atau
sistem investasi yang digunakan.
9) Kepemilikan Dana
Asuransi syariah dana yang terkumpul dari peserta dalam bentuk iuran atau
kontribusi merupakan milik peserta (shahibul mal), asuransi syariah hanya
sebagai pemegang amanah (mudharib) dalam mengelola dana tersebut.
Sedangkan asuransi konvensional dana yang terkumpul dari peserta seluruhnya
menjadi milik perusahaan, perusahaan bebas menggunakan dan
menginvestasikan kemana saja.
10) Unsur Premi
Asuransi syariah iuran atau kontribusi terdiri dari unsur tabarru dan tabungan
(yang tidak mengandung unsur riba). Tabarru juga dihitung dari tabel mortalita,
tetapi tanpa perhitungan bunga teknik. Sedangkan asuransi konvensional unsur

premi terdiri dari: tabel mortalita (mortality tables), bunga (interest), biaya-biaya
asuransi (cost of insurance) dengan prinsip-prinsip syariah. Sedangkan asuransi
konvensional tidak terdapat dewan pengawas syariah sehingga dalam banyak
prakteknya bertentangan dengan kaidah-kaidah syara.
11) Loading
Pada sebagian asuransi syariah, loading (komisi agen) tidak dibebankan pada
peserta tapi dari dana pemegang saham. Tapi, sebagian yang lainnya
mengambilkan dari sekitar 20-30 persen saja dari premi tahun pertama. Dengan
demikian, nilai tunai tahun pertama sudah terbentuk. Loading pada asuransi
konvensional cukup besar terutama diperuntukkan untuk komisi agen, bisa
menyerap premi tahun pertama dan kedua. Karena itu, nilai tunai pada tahun
pertama dan kedua biasanya belum ada (masih hangus).
12) Sumber Pembayaran Klaim
Sumber pembayaran klaim asuransi syariah diperoleh dari rekening tabarru, di
mana peserta saling menanggung. Jika salah satu peserta mendapat musibah,
maka peserta lainnya ikut menanggung bersama risiko tersebut. Sumber
pembayaran klaim asuransi konvensional adalah dari rekening perusahaan,
sebagai konsekuensi penanggung terhadap tertanggung. Murni bisnis dan tidak
ada nuansa spritual.
13) Keuntungan (Profit)
Asuransi syariah profit yang diperoleh dari surplus underwriting, komisi
reasuransi, dan hasil investasi, bukan seluruhnya menjadi milik perusahaan
tetapi dilakukan bagi hasil (mudharabah) dengan peserta. Sedangkan asuransi
konvensional keuntungan yang diperoleh dari surplus underwriting, komisi
reasuransi dan hasil investasi seluruhnya adalah keuntungan perusahaan.
3. Jenis Asuransi Syariah
Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No.2 Tahun 1992 tentang Usaha
Perasuransian, maka asuransi syariah atau takaful
terdiri dari dua jenis, yaitu:
a.Takaful Keluarga (Asuransi Jiwa), adalah bentuk asuransi syariah yang
memberikan perlindungan dalam menghadapi musibah kematian dan kecelakaan
atas diri peserta asuransi takaful.
b. Takaful Umum (Asuransi Kerugian), adalah bentuk asuransi syariah yang
memberikan perlindungan finansial dalam mengahadapi bencana atau
kecelakaan atas harta benda milik
peserta takaful, seperti rumah bangunan dan sebagainya.
B.Asuransi Jiwa Syariah
1. Pengertian Asuransi Jiwa Syariah

Asuransi jiwa (Life Insurance) adalah bentuk asuransi yang memberikan


perlindungan dalam menghadapi musibah kematian dan kecelakaan atas diri
peserta asuransi takaful. Berbeda dengan kerugian yang bersifat umum, bantuk
asuransi ini bersifat individu karena jaminan yang di berikan melekat pada diri
seseorang.
Mekanisme Asuransi Jiwa Syariah
a. Perusahaan sebagai Pemegang Amanah Sistem operasional asuransi syariah
(takaful) adalah saling bertanggung jawab, bantu-membantu dan saling
melindung antara para pesertanya. Perusahaan asuransi syariah diberi
kepercayaan atau amanah oleh para peserta untuk mengelola premi,
mengembangkan dengan jalan yang halal, dan memberikan santunan kepada
yang mengalami musibah sesuai isi akta perjanjian. Para peserta takaful
berkedudukan sebagai pemilik modal (shohibul mal) dan perusahaan Takaful
berfungsi sebagai pemegang amanah (mudharib). Keuntungan yang diperoleh
dari pengembangan dana itu dibagi antara para peserta dan perusahaan sesuai
dengan ketentuan (nisbah) yang telah disepakati.
b. Sistem pada Produk Saving (Ada Unsur Tabungan)
Setiap peserta wajib membayar sejumlah uang (premi) secara teratur kepada
perusahaan. Setiap premi yang dibayarkan oleh peserta, akan dipisah dalam dua
rekening yang berbeda yaitu rekening tabungan peserta dan rekening tabarru.
c. Sistem pada Produk Non Saving
Setiap premi yang dibayar oleh peserta, akan dimasukkan dalam rekening
tabarru perusahaan. Kumpulan dana peserta ini akan diinvestasikan sesuai
dengan syariat Islam.

C. Inflasi
1. Pengertian Inflasi
Inflasi merupakan fenomena ekonomi yang selalu menarik untuk dibahas
terutama berkaitan dengan dampaknya yang luas terhadap makroekonomi
agregat: pertumbuhan ekonomi, keseimbangan eksternal, daya saing, tingkat
bunga dan bahkan distribusi pendapatan. Inflasi juga berperan dalam
mempengaruhi mobilisasi dana lewat lembaga keuangan formal. Dalam banyak
literatur disebutkan bahwa inflasi didefinisikan sebagai kenaikan harga umum
secara terus menerus dari suatu perekonomian. Definisi lain dari inflasi adalah
kenaikan harga barang-barang yang bersifat umum dan terus menerus. Dalam
ekonomi Islam tidak dikenal dengan inflasi, karena mata uang yang dipakai
adalah dinar dan dirham, yang mana yang mempunyai nilai yang stabil dan
dibenarkan oleh Islam namun dinar dan dirham disini adalah dalam artian yang
sebenarnya yaitu yang dalam bentuk emas maupun perak bukan dinar-dirham
yang sekedar nama.

2. Macam-Macam Inflasi
Terdapat macam-macam inflasi, ada beberapa kelompok besar dari inflasi,
adalah:29
a. Policy induced, disebabkan oleh kebijakan ekspansi moneter yang juga bisa
merefleksikan defisit anggaran yang berlebihan dan cara pembiayaannya.
b. Cash-push inflation, disebabkan oleh kenaikan biaya-biaya yang bisa terjadi
walaupun pada saat tingkat pengangguran tinggi dan tingkat penggunaan
kapasitas produksi rendah.
c. Demad-pull inflation, disebabkan oleh permintaan agregat yang berlebihan
yang mendorong kenaikan tingkat harga umum.
d. Inertial inflation, cenderung untuk berlanjut pada tingkat yang sama sampai
kejadian ekonomi yang menyebabkan berubah.
Dan dalam ekonomi Islam Tqiuddin Ahmad ibn al-Maqrizi (1364M 1441M),
menggolongkan inflasi dalam dua golongan yaitu:30
a. Natural Inflation
Inflasi jenis ini diakibatkan oleh sebab-sebab alamiah, dimana orang tidak
mempunyai kendali atasnya (dalam hal mencegah). Inflasi ini adalah inflasi yang
diakibatkan oleh turunnya penawaran agregatif atau naiknya permintaan
agregatif.
b. Human Error Inflation
Human error inflation dikatakan sebagai inflasi yang diakibatkan oleh kesalahan
dari manusia itu sendiri. Human error inflation dapat dikelompokkan menurut
penyebab-penyebabnya sebagai
berikut:
1) Korupsi dan administrasi yang buruk;
2) Pajak yang berlebihan;
3) Percetakan uang dengan maksud menarik keuntungan yang berlebihan.
3. Penyebab Inflasi
Menurut Sukirno bahwa berdasarkan pada sumber atau penyebab atas kenaikan
harga-harga yang berlaku, inflasi biasanya dibedakan kepada tiga bentuk yaitu:
a. Inflasi Tarikan Permintaan (Demand Pull Inflation)
Yaitu inflasi yang terjadi karena terjadinya kenaikan permintaan atas suatu
komoditas. Inflasi ini biasanya terjadi pada masa perekonomian yang
berkembang pesat. Kesempatan kerja yang Tinggi menciptakan tingkat

pendapatan yang tinggi dan selanjutnya menimbulkan pengeluaran yang


melebihi kemampuan ekonomi mengeluarkan barang dan jasa.
b. Inflasi Desakan Biaya (Cost Push Inflation) Yaitu inflasi yang terjadi karena
adanya kenaikan biaya produksi
c. Inflasi Diimpor ( Imported Inflation)
Yaitu inflasi yang disebabkan oleh terjadinya inflasi di luar negeri. Inflasi ini
terjadi apabila barang-barang impor yang mengalami kenaikan harga memiliki
peranan yang penting dalam kegiatan pengeluaran di perusahaan-perusahaan.
4. Dampak Inflasi
Menurut para ekonomi Islam, inflasi berakibat sangat buruk bagi perekonomian
karena:
A. Menimbulkan gangguan terhadap fungsi uang, terutama terhadap fungsi
tabungan (nilai simpan), fungsi dari pembayaran di muka, dan fungsi dari unit
perhitungan;
B. Melemahnya semangat menabung dan sikap terhadap menabung dari
masyarakat (turunnya Marginal Propensity to Save);
C. Meningkatkan kecenderungan untuk berbelanja terutama untuk non-primer
dan barang-barang mewah (naiknya Marginal Propensity to Consume);
D. Mengarahkan investasi pada hal-hal yang non-produktif yaitu penumpukan
kekayaan (hoarding) seperti: tanah, bangunan, logam mulia, mata uang asing
dengan mengorbankan investasi ke arah produktif seperti: pertanian, industrial,
perdagangan, transportasi, dan lainnya.
D. Nilai Tukar Mata Uang
1.Pengertian Nilai Tukar Mata Uang
Exchange Rates (nilai tukar uang) atau yang lebih populer dikenal dengan
sebutan kurs mata uang adalah catatan (quotation) harga pasar dari mata uang
asing (foreign currency) dalam harga mata uang domestik (domestic currency)
atau resiprokalnya, yaitu harga mat uang domestik dalam mata uang asing. Nilai
tukar uang merepresentasikan tingkat harga pertukaran dari satu mata uang ke
ata uang yang lainnya dan digunakan dalam berbagai transaksi, antara lain
transaksi perdagangan internasional, turisme, investasi internasional, ataupun
aliran uang jangka pendek antarnegara yang melewati batas-batas geografis
maupun batas-batas hukum.
Nilai tukar menurut Islam akan dipakai dua skenario, yaitu:
1. Skenario 1: terjadi perubahan-perubahan harga di dalam negeri yang
mempengaruhi nilai tukar uang (faktor luar negeri dianggap tidak
berubah/berpengaruh);

2. Skenario 2: terjadi perubahan-perubahan harga di luar negeri (faktor di dalam


negeri di anggap tidak berubah/berpengaruh). Kebijakan nilai tukar mata uang
dalam Islam dapat dikatakan menganut sistem Managed Floating, dimana nilai
tukar adalah hasil dari kebijakan-kebijakan pemerintah (bukan merupakan cara
atau kebijakan itu sendiri) karena pemerintah tidak mencampuri keseimbangan
yang terjadi di pasar kecuali jika terjadi hal-hal yang mengganggu keseimbangan
itu sendiri. Jadi bisa dikatakan bahwa suatu nilai tukar yang stabil adalah
merupakan hasil dari kebijakan pemerintah yang tepat.
Penyebab Nilai Tukar Mata Uang :
2. A. Perubahan Harga Terjadi di Dalam Negeri
Penyebab fluktuasi mata uang dikelompokkan:
a. Natural Exchange Rate Fluctuation
1) Fluktuasi nilai tukar uang akibat dari perubahanperubahan yang terjadi pada
Permintaan Agregatif (AD): sama seperti inflasi, ekspansi AD akan
mengakibatkan niaknya tingkat harga (P) secara keseluruhan.
2) Fluktuasi nilai tukar uang akibat perubahan-perubahan yang terjadi pada
Penawaran Agregatif (AS): jika AS mengalami kontraksi, akan berakibat naiknya
tingkat harga secara keseluruhan, kemudian akan mengakibatkan melemahnya
(depresiasi) nilai tukar.
b. Human Error Exchange Rate Fluctuation
1) Corruption dan Bad Administration: korupsi dan administrasi yang buruk akan
mengakibatkan naiknya harga akibat terjadinya misallocation of resources serta
mark-up yang tinggi harus dilakukan oleh produsen untuk menutupi biaya-biaya
siluman dalam proses produksinya. Naiknya tingkat harga akan mengakibatkan
terjadinya depresiasi nilai tukar uang.
2) Excessive Tax: pajak penjualan yang sangat tinggi yang dikenakan pada
barang dan jasa akan meningkatkan harga jual dari barang dan jasa tersebut.
Tingkat pajak yang sangat tinggi akan mengakibatkan pada melemahnya
(depresiasi) nilai tukar uang.
3) Excessive Seignorage: jika uang yang dicetak selain dari kedua jenis itu
makan akan menyebabkan kenaikan tingkat harga secara umum. Efek yang
ditimbulkan oleh pencetakan uang yang berlebihan (melebihi kebutuhan sektor
riil) adalah kenaikan tingkat harga secara keseluruhan atau inflasi. Tingkat harga
dalam negeri mengalami kenaikan semntara tingkat harga luar negeri tetap
amakn nilai tukar uang mengalami depresiasi.
B. Perubahan Harga Terjadi di Luar Negeri
Perubahan harga yang terjadi di luar negeri bisa digolongkan karena dua sebab,
yaitu:

a.Non-Engineered/ Non-Manipulated Changes


Adalah karena perubahan yang terjadi bukan disebabkan oleh manipulasi (yang
dimaksudkan untuk merugikan) yang dilakukan oleh pihak-pihak tertentu.
b.Engineered/ Manipulated Changes
Adalah karena perubahan yang terjadi disebabkan oleh manipulasi yang
dilakukan oleh pihak-pihak tertentu yang dimaksudkan untuk merugikan pihak
lain.
EInvestasi
1. Pengertian Investasi
Dalam kamus istilah pasar modal dan keuangan kata investasi diartikan sebagai
penanaman uang atau modal dalam suatu perusahaan atau proyek untuk tujuan
memperoleh keuntungan. Kamus lengkap ekonomi, investasi didefinisikan sebagi
penukaran uang dengan bentuk-bentuk kekayaan lain, seperti saham atau harta
tidak bergerak yang diharapkan dapat ditahan selama periode waktu tertentu
supaya menghasilkan pendapatan.
Alexander dan Sharpe (1997:1) mengemukakan bahwa investasi adalah
pengorbanan nilai tertentu yang berlaku saat ini untuk mendapatkan nilai di
masa datang yang belum dapat dipastikan besarnya. Sementara itu Yogianto
(1998:5) menegemukakan bahwa investasi adalah penundaan konsumsi saat ini
untuk digunakan dalam produksi yang efisien selama periode tertentu. Tandelin
(2001:4) mendefinisikan investasi sebagai komitmen atas sejumlah dana atau
sumber daya lain yang dilakukan pada saat ini dengan tujuan memperoleh
keuntungan di masa datang 2.

Tujuan Investasi
a. Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak dimasa yang akan datang.
Setiap orang pasti ingin meningkatkan tarafhidup atau setiap perusahaan pasti
ingin memajukan perusahannya di masa yang akan datang,oleh karena itu
mereka melakukan investasi dengan tujuan akan mendapatkan kehidupan yang
lebih layak di masa yang akan datang.
b. Mengurangi tekanan inflasi. Dengan melakukan investasi, seseorang atau
perusahaan dapat menghindarkan kekayannya tidak merosot nilainya
dikarenakan inflasi.
c. Dorongan untuk menghemat pajak. Kebijakan pemerintah untuk meningkatkan
investasi salah satunya yaitu fasilitas pajak yang di berikan kepada seseorang
atau suatu perusahanan yang melakukan investasi.
3. Bentuk-Bentuk Investasi
Dalam aktivitasnya, secara umum investasi dikenal ada dua bentuk:39

a. Investasi Nyata
Investasi nyata (real investment) secara umum melibatkan aset berwujud,
seperti tanah, mesin-mesin atau pabrik.
b. Investasi Keuangan
Investasi keuangan (financial investment) melibatkan kontrak tertulis, seperti
saham biasa (common stock) obligasi (bond).
4. Prinsip-Prinsip Umum Investasi Syariah
a. Prinsip Halal dan Thayyib, investasi hanya dapat dilakukan pada asset atau
kegiatan usaha yang halal, tahir, spesifik tidak membahayakan, bermanffat dan
merupakan kegiatan usaha yang spesifik dan dapat dilakukan bagi hasil dari
manffat yang timbul.

b. Prinsip Transparansi, guna menghindari kondisi yang gharar (sesuatu yang


tidak diketahui pasti akan kebenarannya) dan berbau maysir.
c. PrinsipKeadilan dan Persamaan, kebijakan pengambilan keuntungan
senantiasa diarahkan pada suatu kegiatan bisnis yang berorientasi pada
pendekatan proses dan cara yang benar dalam memperoleh keuntungan, dan
ukan pendekatan yang sematamata mengedepankan hasil keuntungan yang
diperoleh.
F.Strategi Investasi
Ada lima prosedur dalam membuat keputusan yang menjadi dasar proses
investasi:
1. Kebijakan Investasi
Langkah pertama, menentukan kebijakan investasi, meliputi penentuan tujuan
investor dan kemampuannya/kekayaannya yang dapat diinvestasikan. Karena
terdapat hubungan positif antara resiko dan return untuk strategi investasi,
bukan suatu hal yang tepat bagi seorang investor untuk berkata bahwa
tujuannya adalah memperoleh banyak keuntungan. Yang tepat bagi seorang
investor dalam kondisi seperti ini adalah menyatakan tujuannya untuk
memperoleh banyak keuntuk dengan memahami bahwa ada kemungkinan
terjadi kerugian.
Langkah dalam proses investasi ini juga meliputi identifikasi kategori potensial
dari aset finansial untuk portofolio. Identifikasi ini didasarkan pada beberapa hal,
yaitu: tujuan investasi, jumlah kekayaan yang akan diinvestasikan dan status
pajak dari investor.
2. Analisis Sekuritas

Langkah kedua dalam proses investasi adalah melakukan analisis sekuritas yang
meliputi penilaian terhadap sekuritas secara individual (atau beberapa kelompok
sekuritas) yang masuk dalam kategori luas dari aset finansial yang telah
diidentifikasi sebelumnya. Ada banyak pendekatan terhadap analisis sekuritas,
namun pendekatan tersebut dapat dikategorikan kedalam dua klasifikasi.
Klasifikasi pertama adalah analisis teknis, meluputi studi harga pasar saham
dalam upaya meramalkan gerakan harga pada masa depan untuk saham
perusahaan tertentu. Klasifikasi kedua adalah analisis fundamental, yang dimulai
dengan pernyataan bahwa nilai instrinsik dari asset finansial sama dengan
present value dari semua aliran tunai yang diharapkan diterima oleh pemilik
asset.
3. Konstruksi Portofolio
Langkah ketiga dalam proses investasi, konstruksi portofolio yang melibatkan
identifikasi asset khusus mana yang akan dijadikan investasi, juga menentukan
berapa besar bagian dari investasi seorang investor pada tiap asset tersebut.
Disini masalah selektifitas, penentuan waktu dan diversifikasi perlu menjadi
perhatian bagi investor. Selektifitas juga disebut microforecasting, merujuk pada
analisis sekuritas dan menfokuskan pada permalan pergerakan harga tiap
sekuritas. Penentuan waktu juga disbut macroforecasting, meliputi peramalan
pergerakan harga saham biasa secara umum relatif terhadap sekuritas dengan
bunga tetap, misalnya obligasi perusahaan.
5.Revisi Portofolio
Langkah keempat dalam proses investasi, revisi portofolio berkenaan dengan
pengulangan periodik dari tiga langkah sebelumnya. Sejalan dengan waktu,
investor mungkin mengubah tujuan investasinya, yang pada gilirannya berarti
portofolio yang dipegangnya tidak lagi optimal. Oleh karena itu, investor
membentuk portofolio baru dengan menjual portofolio yang dimilikinya dan
membeli portofolio lain yang belum dimiliki. Motivasi lain dari langkah ini adalah
dengan berjalannya waktu, terjadi perubahan harga sekuritas, sehingga
sekuritas yang tadinya tidak menarik sekarang menjadi menarik dan bisa juga
sebaliknya.
6. Evaluasi Kinerja Portofolio
Langkah kelima dalam proses investasi, evaluasi kinerja portofolio meliputi
penentuan kinerja portofolio secara periodik dalam arti tidak hanya return yang
diperhatikan tetapi juga resiko yang dihadapi. Jadi diperlukan ukuran yang tepat
tentang return dan resiko dan juga standar yang relevan.

Anda mungkin juga menyukai