Anda di halaman 1dari 9

HANDOUT IPA2

SISTEM PENCERNAAN AVERTEBRATA

Dosen Pembimbing:

Disusun oleh:
Nama

: Rifaatul Fauziah Khoirulloh

Kelas

: 3D

NIM

: 130611100190

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR (PGSD )


FAKULTAS ILMU KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
TAHUN AJARAN 2014

AVERTEBRATA
Avertebrata adalah hewan yang tidak memiliki tulang belakang dan terbagi
atas berbagai Filum/ Kelas/ Campuran.
SISTEM PENCERNAAN AVERTEBRATA
Sistem Pencernaan Filum Protozoa
Cara makan protozoa ada 3 macam; yaitu autrotrof, heterotrof, dan
amfitrotof. Autrotof artinya dapat mensintesis makanan sendiri seperti
layaknya tumbuh- tumbuhan dengan jalan fotosintesis. Banya flagelata
bersifat

autotrof.

Protozoa

yang

tidak

melakukan

fotosintesis,

mendapatkan makananya dengan jalan menelan benda padat, atau


memakan organisme lain seperti bakteri, jamur atau protozoa lain cara ini
disebut heterotrof. Protozoa yang bersifat autrotrof dan heterotrof disebut
amfitof.
Protozoa yang bersifat heterotrof dan dinding selnya terdiri dari suatu
membrane tipis, mengambil makanannya dengan cara membungkus
makanan kemudian menelannya kedalam sitoplasma. Cara ini disebut
fagositosis. Pada jenis yang berdinding tebal( pelikula), cara mengambil
mangsanya dengan menggunakan mulut sel yang disebut cytostome.
Biasanya di lengkapi cilia untuk mengalirkan air hingga bila ada makanan
yang lewat dapat di tangkap dan dimasukkan ke dalam sitoplasma.
Makanan yang masuk kedalam sitoplasma bersama air akan
ditempatkan dalam suatu rongga kecil disebut gastriola( vakuola
makanan). Makanan di dalam gastriola dicerna secara enzimatis. Hasil
pencernaan disebarkan keseluruh bagian protoplasma dengan proses
pynocytose

sedangkan

sisa

pencernaan

dibuang

melalui

lubang

sementara pada membran sel; pada flagelata dan ciliata adakalanya


terdapat lubang permanen yang disebut cytopyge atau cytoproct.
Kelebihan air dalam sel akan dikeluarkan oleh organel yang disebut
vakuola kontraktril dengan gerakan sistol dan distolnya. Dalam suatu sel
protozoa biasanya ditemukan beberapa vakuola konkaktril yang terdapat
dekat dinding sel. Vakuola konkaktril pada protozoa yang hidup di air

tawar

berkembang

dengan

baik,

sedangkan

yang

dilaut

kurang

berkembang. (Dalam suwignyo jilid 1 28; 2005).


Pencernaan hewan Metazoa
Mesozoa: sel- sel pencernaan bersifat eksternal dengan silia
mengelilingi sel reproduksi.
Parazoa: mempunyai banyak sel pencernaan yang bersifat internal,
dengan flagel .Tidak terdapat rongga pencernaan makanan, jadi
pencernaan dilakukan dalam sel.( Dalam Suhardi 28: 1983).
Sistem Pencernaan Filum Porifera
Proses fisiologi yang terjadi pada porifera sangat tergantung pada
aliran air. Air masuk membawa oksigen dan makanan serta mengangkut
sisa metabolisme keluar melalui osculum. Makanannya terdiri atas partikel
yang sangat kecil; 80 berukuran kurang dari 5 mikron dan 20% terdiri atas
bakteri, dinoflagenta, dan nanoplankton. Partikel makanan ditangkap oleh
fibril kelepak pada choanocyte. Partikel yang berukuran 5 mikron sampai
50 mikron dimakan dan dibawa oleh amebocyte. Pencernaan dilakukan
secara intraseluler seperti protozoa, dan hasil pencernaannya disimpan
dalam archeocyte.
Pertukaran gas terjadi secara difusi antara air dan sel sepanjang
aliran air. Sistem saraf pada porifera belum ditemukan, segala reaksi yang
terjadi bersifat lokal dan bebas (independen). (Dalam Suwignyo jilid1 37:
2005).
Makanan

porifera

berupa

mikroorganisme

(diatomae,

bakteri

protozoa dan lain- lain) serta bahan- bahan organik yang merupakan
lapukan atau sisa- sisa tubuh organisme yang telah mati. Adapun
mekanisme digesti, distribusi tersebut adalah sebagai berikut: bila aliran
air yang membawa partikel- partikel makanan itu melewati ruang yang
bersel leher, maka di situ terjadi proses penyaringan. Dimana mikrovilimikrovili sel leher akan bertindak sebagai filter terhadap material yang
terbawa oleh arus aliran air. Selanjutnya partikel- pertikel makanan yang
dimaksud akan ditangkap oleh sel leher untuk dimasukkan kedalam sel

leher untuk dimasukkan ke dalam daerah internalnya yaitu vakuola


makanan.
Didalam vakuola makanan partikel tersebut akan dikerjakan oleh
enzim karbohidrase, potease dan lipase. Semula suasana dalam vakuola
makanan bersifat asam tetapi bila proses pencernaan telah berlangsung
akan berubah menjadi basa. Sambil mencernakan partikel makanan
vakuola makanan akan mengadakan siklosis dalam rangka mengedarkan
sari- sari makanantersebut dari sel- sel leher itu sendiri.
Selanjutnya partikel makanan tersebut dari sel leher dipindahkan ke
sel- sel amoebocyt yang berpangkalan di dekat sel leher. Oleh sel- sel
amoebocyt ini partikel- partikel makanan akan diedarkan ke seluruh
penjuru tubuh. Partikel makanan yang belum mengalami proses
pencernaan secara tuntas ketika masih di dalam vakuola makanan sel
leher, di dalam sel amoebocyt ini proses pencernaan partikel makanan
akan diselesaikan. Dengan begitu proses pencernaan partikel makanan
seluruhnya berlangsung secara intracelulair. Sifat dari sel amoebocyt
adalah mobil, artinya senantiasa mengembara di dalam daerah mesoglea
atau mesenchym.
Proses pengendaraan sari- sari makanan itu dapat berlangsung
secara difusi ataupun osmosis dari sel ke sel yang lain. Dalam hal ini
proses osmosis tidak merupakan proses yang sukar disebabkan letak sel
satu dengan lainnya saling berdekatan dengan sel leher. Zat- zat
makanan yang tidak dapat dicernakan baik oleh sel leher maupun sel
amoebocyt akan ditolak keluar yang selanjutnya diikutkan aliran air di
bawah keluar melalui osculum. (Dalam Jasin 62- 63: 1987).

Enterozoa: mempunyai saluran pencernaan dan rongga- rongga


pencernaan makanan dan memiliki tipe pencernaan makanan
berlangsung di luar sel. (Dalam Suhardi 30: 1983).

Sistem Pencernaan Filum Coelenterata


Kebanyakan coelenterate bersifat karnivor, dan makanan utamanya
adalah crustacea dan ikan kecil. Makanan masuk ke mulut

dengan

tentakel. Kemudian makanan masuk ke rongga gastrovaskular. Di dalam


rongga tersebut sel kelenjar enzim menghasilkan enzim semacam tripsin
untuk mencerna protein. Makanan yang hancur menjadi partikel- partikel
kecil seperti bubur, dan dengan gerakan flagella diaduk hingga merata.
Sel otot pencerna mempunyai pseudopodia untuk menangkap dan
menelan

partikel

makanan,

dan

pencernaan

dilanjutkan

secara

intraseluler. Hasil pencernaan didistribusikan ke seluruh tubuh secara


difusi. Cadangan makanan terutama berupa lemak dan glikogen. Sisa
makanan yang tidak dapat dicerna dibuang melalui mulut. ( Dalam
Suwignyo jilid1 46: 2005).
Sistem Pencernaan Filum Platyhelmintes
Kelas Turbelaria
Kecuali ordo Acoela, sistem pencernaan turberia terdiri atas mulut,
pharynx dari rongga gastrovaskular, disebut enteron atau usus. Anus
tidak ada. Dinding usus hanya terdiri dari satu lapis sel- sel yang
terdiri atas beberapa sel phagocyte dan sel kelenjar. Bentuk usus
sedikit banyak berkaitan dengan ukuran cacing. Turbelaria kecil
biasanya memiliki usus yang berbentuk kantung sederhana, sedang
jenis Acoela tidak mempunyai rongga usus tetap, sel- sel usus
membentuk suatu massa sinsitial. Usus pada jenis tulbelariayang
lebih besar mengalami pelebaran atau percabangan lateral guna
memperluas

permukaan

dinding

usus untuk

pencernaan

dan

penyerapan makanan, dan sebagai imbangan atas ketiadaan sistem


transportasi makanan (sistem peredaran darah).
Pada polycladida, enteron terdiri atas sebuah kantung pusat yang
memiliki banyak percabangan lateral. Cabang ini bercabang- cabang
lagi dan adakalanya bersambung satu sama lain. Dari sinilah asal kata
polycladida. Pada tricladida, termasuk jenis Plamaria, enteron terdiri
atas tiga cabang utama, satu anterior dan dua postero- lateral. Dari
sinilah asal nama tricladida. Masing- masing cabang utama ini
mempunyai percabangan lateral.
Mulut terletak di permukaan tubuh bagian ventral pada salah satu
tempat di garis anterior- posterior. Mulut dan usus di hubungkan oleh

pharynx, dari bentuk tabung sederhana pada ocoela, sampai bentuk


kompleks dengan adanya lipatan- lipatan dan lapisan otot pada
polycladida dan tricladida . Pharynx yang melipat- lipat (plicate) pada
waktu makan dijulurkan luar mulut.
Semua jenis turbelaria adalah karnivor dan memakan berbagai
macam avertebrata kecil dan bangkai. Umumnya mangsa ditangkap
dengan

cara

melilitinya

dan

menyelubunginya

dengan

lendir,

kemudian melekatkannya ke substrat. Tergantung jenisnya, mangsa di


telan seluruhnya, Sedikit-sedikit atau ditusuk dengan pharynx . Sel
kelenjar

pada

enteron

menghasilkan

enzim

proteolitik

untuk

menghancurkan makanan. Makanan yang telah hancur ditelan oleh


sel phagocyte, dan pencernaan diselesaikan secara intraseluler.
Lemak merupakan

cadangan makanan utama. Planaria air tawar

dapat menahan lapar untuk jangka waktu lama. Dalam keadaan


demikian, hewan ini memanfaatkan sebagian enteron dan semua
jaringan mesenkhim serta susunan reproduksinya, hingga tubuh
menjadi kecil sampai 1/300 besar semula.
Jenis- jenis dari subordo Dalyellioida dan orda Temnocephalida
hidup komensal atau parasit, baik air tawar maupun air laut. Jenis
yang hidup komensal terdapat dalam rongga mantel moluskamdan
insang crustacea. Jenis parasit hidup dalam usus moluska dan rongga
tubuh echinodermata. (Dalam Suwignyo jilid1 72-73: 2005).
Sistem Pencernaan Filum Anellida

Kelas Polycaeta
Cara makan polycaeta bermacam- macam sesuai kebiasaan
hidupnya.

Karnivor

atau

raptorial

feeder,

dilakukan

oleh

kebanyakan dari jenis errantia. Mangsa terdiri atas berbagai


avertebrata keci, yang ditangkap dengan pharynx atau proboscis
yang dijulurkan. Pada proboscis biasanya terdapat sepasang
rahang khitin atau lebih.
Tidak semua jenis errantia yang mempunyai rahang
termasuk karnivor, banyak juga yang herbivor. Dalam hal ini rahang

digunakan untuk memotong ganggang. Spesies dari Nereis ada


yang karnivor, omnivor, herbivor, dan adapula yang pemakan
detritus.
Pemakan endapan atau deposit feeder, secara langsung
atau tidak langsung. Secara langsung dengan menelan pasir dan
lumpur dalam lorongnya; bahan organik dicerna dan partikel
mineral dikeluarkan bersama sisa pencernan melalui anus,
misalnya pada Notomastus dengan menjulurkan pharynx dari famili
Capitellidae. Yang tidak langsung, seperti jenis Terebellidae tidak
mempunyai probosis, tetapi mempunyai tentakel, kemudian satu
per satu dijilat oleh bibir sekitar mulut,
Penyaring makanan atau filter feeder, pada kebnyakan jenis
sedenteria yang menghuni lubang atau selubung, misalnya
Sabellidae, tidak mempunyai probosis, namun keapla dilengkapi
radiole untuk menyaring detteritus dan plankton. Butir- butir
makanan yang melekat pada permukaan radiole mengalir ke mulut
melalui jalur cilia. ( Dalam Suwignyo jilid2 10: 2005).
Sistem Pencernaan Filum Crustacea
Sifat makanan pada crustacea sangat beraneka ragam, misalnya
filter feeder, pemakan bangkai, herbivora, karnivora atau parasit. Filter
feeder (penyaring makanan) mendapatkan makanan dengan cara
menyaring plankton, detritus dan bakteri menggunakan setae, bukan cilia.
Penelitian

tentang

kegiatan

menyaring

makanan

pada

Calanus

finmarchicus oleh Marshall dan Orr (1995) menunjukkan bahwa coppedod


laut tersebut menyaring dan menelan 11.000 sampai 373.000 diatom tiap
24 jam. Detritus terutama dimakan oleh jenis benthik. Cara makan dengan
menyaring menyebabkan beberapa pasang apendik, bahkan mandibel
dan anetena dalam evolusinya mengalami modifikasi sesuai dengan
fungsinya.
Crustacea pemakan bangkai, herbivora atau karnivora mempunyai
apendik ruas- ruas anterior atau apendik thorax yang berfungsi untuk

mencengkeram atau mengambil makanan, serta maksila dan mandibel


yang berfungsi untu memegang, menggigit dan menggiling makanan.
Banyak spesies dari crustacea yang menggunakan lebih dari satu cara
makan untuk mendapatkan makananya. (Dalam Suwignyo jilid2 2005: 80).
Sistem Pencernaan Filum Echinodermata

Kelas Asteroidea
Saluran pencernaan terdiri atas mulut, perut berhubungan
dengan pangkal pyloric caecum pada masing- masing tangan, usus
dan anus. Asteroidea termasuk karnivora dan memangsa berbagai
avertebrata lain seperti polip coelenterate, crustacea, kerang, dan
siput, bahkan ikan. Beberapa jenis merupakan pemakai bangkai.
Acanthaster

merupakan hama pada terumbu karang, memakan

polip coelenterate.
Bintang laut mempunyai daya regenerasi yang besar, bahkan
dapat melakukan pemotongan (melepaskan ) salah satu tangannya
apabila diperlakukan dengan kasar. Bagian yang lepas akan
digantikan dengan yang baru, dan kerusakan sebagian pisin pusat
juga akan tumbuh kembali, digantikan dengan yang baru, dan
kerusakan sebagian pisin pusat juga akan tumbuh kembali. Pada
Asterias vulgaris apabila 1/5 bagian pisin pusat masih melekat pada
sebuh tangan, akan terjadi regenerasi menjadi seekor binatang laut
yang utuh dengan lima tangan, bahkan kurang dari 1/5 bagian pun
masih

dapat

melakukan

regenerasi

apabila

madreporit.( Dalam Suwignyo jilid2 2005: 126).

masih

terdapat

DAFTAR PUSTAKA
Jasin, Maskoeri.Sistematik Hewan Veretebrata dan Invertebrata. 1987.
Sinar Wijaya; Surabaya.
Suhardi. Evolusi Avertebrata. 1983. Universitas Indonesia( UI-PRESS);
Yogyakarta.
Suwignyo, Sugiarti dkk. Avertebrata Air Jilid 1. Penebar Swadaya; Jakarta.
Suwignyo, Sugiarti dkk. Avertebrata Air Jilid 2. Penebar Swadaya; Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai