Kelompok IV
03007067
Dika Astriana K
03009206
Rika Susanti
03008103
Fifi Tandion
03009207
Rinoka Wira PP
03008106
Friska Monita
03009209
Riyan Budianur
03009164
Nabila Zaneta
03009166
Najua Saleh
03009168
Nanda Anesa M
Bab I
Pendahuluan
Extraordinary treatment adalah pengobatan yang biasanya berupa tindakan invasif dan
dianggap memberatkan atau membebani pasien dan merupakan upaya yang menimbulakan
banyak masalah etik.(1)
Jika mengedepankan salah satu kaidah etika yaitu prinsip otonomi, maka setiap pasien
berhak memutuskan apa yang harus dan tidak boleh dilakukan terhadap dirinya, termasuk untuk
menolak atau memilih jenis pengobatan terlepas dari konsekuensi yang telah diberitahukan dan
dipahami oleh pasien tersebut. Pasien harus mempertimbangkan secara matang dan memikirkan
manfaat serta mudharat yang didapatkan dari extraordinary treatment ini, karena pengobatan ini
berisko tinggi, bersifat kompleks dan menggunakan teknologi-teknologi tinggi, inovatif,
eksperimental, tidak biasa, relatif bermanfaat sedikit untuk memperpanjang hidup pasien, mahal,
ketersediaannya sangat jarang hanya ada di tempat-tempat tertentu, dan biasanya disertai dengan
nyeri hebat dan rasa tidak nyaman lainnya. (2)
Bab II
Laporan Kasus
Sesi I
Bapak Arman (61 tahun) dan Ny. Nani (60 tahun) sudah 35 tahun menikah. Mereka
dikaruniai dua orang anak perempuan yang semuanya sudah berumah-tangga dan memberikan
dua orang cucu.
Kondisi ekonomi keluarga Pak Arman cukup baik, memiliki dua perusahaan yang
berjalan dengan baik.
Bapak Arman dan Ny. Nani cukup dikenal di lingkungannya karena keduanya aktif dalam
kegiatan sosial dan keagamaan, bahkan pak Arman menjadi salah satu donatur tetap pada sebuah
panti asuhan.
Walaupun sebelumnya Pak Arman adalah perokok berat, namun sudah sejak 5 tahun
terakhir ini berhenti total merokok dan aktif berolah raga.
Sejak satu tahun yang lalu, Pak Arman kerap kali merasa pusing dan sakit di daerah
lehernya serta batuk-batuk. Pemeriksaan oleh dokter di kantornya dinyatakan tensinya 130/80
mmHg, jantung dan parunya baik. Pak Arman diberi obat simptomatik biasa namun tidak ada
perbaikan.
Pak Arman lalu periksa ke dokter spesialis di klinik yang cukup besar. Hasil pemeriksaan
menunjukkan pak Arman menderita kanker paru-paru yang sudah bermetastase ke tulang. Dokter
menganjurkan untuk dilakukan penyinaran dan kemoterapi.
Pak Arman dan istrinya tidak 100% percaya pada hasil pemeriksaan dokter tadi dan
menginginkan second opinion di luar negeri.
Istrinya, Ny. Nani, begitu terpukul mendengar keterangan dokter dan merasa heran dan
tidak mengerti mengapa Tuhan memberikan cobaan yang begitu berat kepadanga. Sambil
menangis ia menyatakan bahwa ia belum siap bila ditinggal suaminya untuk selamanya.
Sebaliknya bapak Arman tampak lebih tegar dan merasa yakin bahwa ini adalah sapaan
Tuhan dan Tuhan pasti punya rencana sendiri dengan memberikan penyakit kepadanya.
Sesi II
Bapak Arman dan Ny. Nani ingin memperoleh secon opinion, lalu berangkatlah ke luar
negeri untuk berobat. Hasil pemeriksaan medis di luar negeri menyataka bahwa Pak Arman
menderita kanker paru-paru stadium lanjut, yang sudah bermetastase ke tulang-tulang. Beberapa
ruas tulang vertebra servikalnya sudah begitu rapuh dan harus segera diatas agar tidak menjepit
saraf-sarafnya.
Operasi perbaikan vertebra servikal berhasil baik. Untuk kankernya, Pak Arman hasrus
menjalani pengobatan penyinaran dan kemoterapi.
Setelah pengobatan selesai, Pak Arman dam istrinya pulang ke Jakarta. Kondisi Pak
Arman tampak ada kemajuan dan semangat hidupnya tetap tinggi.
Sebulan kemudian Pak Arman kembali ke luar negeri untuk kontrol penyakitnya.
Hasilnya begitu menggembirakan. Kanker parunya dinyatakan hampir menghilang. Kemoterapi
diteruskan dan kemudian Pak Arman kembali lagi ke Jakarta.
Namun, beberapa minggu kemudian, kondisi Pak Arman justru menurun, ia menjadi
kesulitan untuk berjalan. Bicaranya sangat pelan dan cenderung banyak tidur. Bila makan dan
minum Pak Arman selalu kesulita menelan (keselak). Pak Arman secara drastis tampak sangat
lemah.
Saat kembali periksa ke luar negeri, dokter menyatakan bahwa kankernya sudah menjalar
ke otak. Dokter menyarankan agar Pak Arman menjalani pengobatan paliatif saja.
Ny. Nani tidak setuju dengan saran dokter, ia tetap meminta agar dokter mau mengobati
suaminya dengan segala cara agar dapat disembuhkan.