Anda di halaman 1dari 6

Laporan Kasus IV

Keluarga yang Meminta Dokter Melakukan Pengobatan dengan Segala Cara


(Extraordinary Treatment)

Kelompok IV
03007067

Dika Astriana K

03009206

Rika Susanti

03008103

Fifi Tandion

03009207

Rinoka Wira PP

03008106

Friska Monita

03009209

Riyan Budianur

03008111 Gita Mutiara F

03009247 Syavina Wardah

03009164

Nabila Zaneta

03009248 Syahriar Muhammad

03009166

Najua Saleh

03009249 Sylvia Alviodita

03009168

Nanda Anesa M

03009277 Yuanita Lavinia

Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti

Jakarta, 27 Januari 2012

Bab I
Pendahuluan

Extraordinary treatment adalah pengobatan yang biasanya berupa tindakan invasif dan
dianggap memberatkan atau membebani pasien dan merupakan upaya yang menimbulakan
banyak masalah etik.(1)
Jika mengedepankan salah satu kaidah etika yaitu prinsip otonomi, maka setiap pasien
berhak memutuskan apa yang harus dan tidak boleh dilakukan terhadap dirinya, termasuk untuk
menolak atau memilih jenis pengobatan terlepas dari konsekuensi yang telah diberitahukan dan
dipahami oleh pasien tersebut. Pasien harus mempertimbangkan secara matang dan memikirkan
manfaat serta mudharat yang didapatkan dari extraordinary treatment ini, karena pengobatan ini
berisko tinggi, bersifat kompleks dan menggunakan teknologi-teknologi tinggi, inovatif,
eksperimental, tidak biasa, relatif bermanfaat sedikit untuk memperpanjang hidup pasien, mahal,
ketersediaannya sangat jarang hanya ada di tempat-tempat tertentu, dan biasanya disertai dengan
nyeri hebat dan rasa tidak nyaman lainnya. (2)

Bab II
Laporan Kasus

Sesi I
Bapak Arman (61 tahun) dan Ny. Nani (60 tahun) sudah 35 tahun menikah. Mereka
dikaruniai dua orang anak perempuan yang semuanya sudah berumah-tangga dan memberikan
dua orang cucu.
Kondisi ekonomi keluarga Pak Arman cukup baik, memiliki dua perusahaan yang
berjalan dengan baik.
Bapak Arman dan Ny. Nani cukup dikenal di lingkungannya karena keduanya aktif dalam
kegiatan sosial dan keagamaan, bahkan pak Arman menjadi salah satu donatur tetap pada sebuah
panti asuhan.
Walaupun sebelumnya Pak Arman adalah perokok berat, namun sudah sejak 5 tahun
terakhir ini berhenti total merokok dan aktif berolah raga.
Sejak satu tahun yang lalu, Pak Arman kerap kali merasa pusing dan sakit di daerah
lehernya serta batuk-batuk. Pemeriksaan oleh dokter di kantornya dinyatakan tensinya 130/80
mmHg, jantung dan parunya baik. Pak Arman diberi obat simptomatik biasa namun tidak ada
perbaikan.
Pak Arman lalu periksa ke dokter spesialis di klinik yang cukup besar. Hasil pemeriksaan
menunjukkan pak Arman menderita kanker paru-paru yang sudah bermetastase ke tulang. Dokter
menganjurkan untuk dilakukan penyinaran dan kemoterapi.
Pak Arman dan istrinya tidak 100% percaya pada hasil pemeriksaan dokter tadi dan
menginginkan second opinion di luar negeri.

Istrinya, Ny. Nani, begitu terpukul mendengar keterangan dokter dan merasa heran dan
tidak mengerti mengapa Tuhan memberikan cobaan yang begitu berat kepadanga. Sambil
menangis ia menyatakan bahwa ia belum siap bila ditinggal suaminya untuk selamanya.
Sebaliknya bapak Arman tampak lebih tegar dan merasa yakin bahwa ini adalah sapaan
Tuhan dan Tuhan pasti punya rencana sendiri dengan memberikan penyakit kepadanya.

Sesi II
Bapak Arman dan Ny. Nani ingin memperoleh secon opinion, lalu berangkatlah ke luar
negeri untuk berobat. Hasil pemeriksaan medis di luar negeri menyataka bahwa Pak Arman
menderita kanker paru-paru stadium lanjut, yang sudah bermetastase ke tulang-tulang. Beberapa
ruas tulang vertebra servikalnya sudah begitu rapuh dan harus segera diatas agar tidak menjepit
saraf-sarafnya.
Operasi perbaikan vertebra servikal berhasil baik. Untuk kankernya, Pak Arman hasrus
menjalani pengobatan penyinaran dan kemoterapi.
Setelah pengobatan selesai, Pak Arman dam istrinya pulang ke Jakarta. Kondisi Pak
Arman tampak ada kemajuan dan semangat hidupnya tetap tinggi.
Sebulan kemudian Pak Arman kembali ke luar negeri untuk kontrol penyakitnya.
Hasilnya begitu menggembirakan. Kanker parunya dinyatakan hampir menghilang. Kemoterapi
diteruskan dan kemudian Pak Arman kembali lagi ke Jakarta.
Namun, beberapa minggu kemudian, kondisi Pak Arman justru menurun, ia menjadi
kesulitan untuk berjalan. Bicaranya sangat pelan dan cenderung banyak tidur. Bila makan dan
minum Pak Arman selalu kesulita menelan (keselak). Pak Arman secara drastis tampak sangat
lemah.
Saat kembali periksa ke luar negeri, dokter menyatakan bahwa kankernya sudah menjalar
ke otak. Dokter menyarankan agar Pak Arman menjalani pengobatan paliatif saja.

Ny. Nani tidak setuju dengan saran dokter, ia tetap meminta agar dokter mau mengobati
suaminya dengan segala cara agar dapat disembuhkan.

Anda mungkin juga menyukai

  • Histologi Geh 1
    Histologi Geh 1
    Dokumen3 halaman
    Histologi Geh 1
    Muni
    Belum ada peringkat
  • Anatomi Geh 1
    Anatomi Geh 1
    Dokumen2 halaman
    Anatomi Geh 1
    Muni
    Belum ada peringkat
  • Bab3 Geh 1
    Bab3 Geh 1
    Dokumen1 halaman
    Bab3 Geh 1
    Muni
    Belum ada peringkat
  • 4
    4
    Dokumen5 halaman
    4
    Muni
    Belum ada peringkat
  • BAB I Geh 1
    BAB I Geh 1
    Dokumen2 halaman
    BAB I Geh 1
    Muni
    Belum ada peringkat
  • 2
    2
    Dokumen4 halaman
    2
    Muni
    Belum ada peringkat
  • 3
    3
    Dokumen4 halaman
    3
    Muni
    Belum ada peringkat
  • Laporan Kasus
    Laporan Kasus
    Dokumen6 halaman
    Laporan Kasus
    Muni
    Belum ada peringkat