Anda di halaman 1dari 4

1.

Kristen
Penyebab utama sakit dalam agama Kristen Protestan adalah karena dosa,
Pemberontakan manusia (+iblis) terhadap Allah (dosa manusia pertama) Kej.3; Rm. 8:1923 dan penyebab dosa yang kedua antara lain yaitu;

karena ulah manusia sendiri karena perilaku hidup tidak sehat dan tidak

menjaga tubuh sebagai bait Allah. (1Kor: 6-19)


Ulah orang lain seperti penyakit menular, kecelakaan
Dari kuasa atau roh jahat-setan. (Luk. 13: 10-17, Luk. 8:2)

Sakit sendiri, semua atas seijin Tuan dan di dalam kontrol Tuhan (contoh
kisah Ayub, Roma 8:28)

Tujuan sakit menurut pandangan Agama Kristen Protestan:

Proses Pemurnian Allah, sebagai didikan yang membuahkan damai sejahtera

melalui sakit penyakit. (Ayb 5:17-18, Ibr. 2:11, 12:10, 1 Kor 11:32).
Penderitaan dari sakit atau penyakit membawa kebaikan bagi jemaat, si sakit
ditengah penderitaannya membagi sukacita dalam Tuhan, membawa berkat

bagi orang lain (Kol. 1:24; 2, Kor. 1:5)


Sakit penyakit diizinkan Allah untuk kesaksian, khusunya bagi iblis, bahwa
ditengah penderitaan si sakit tetap mengasihi Allah (Ayb, 1:2)

2. Katolik
Tuhan Yesus setia. (2 Tesalonika 3:3) Ini adalah janji Tuhan yang selalu ditepatiNya. Terutama dalam keadaan sakit, saat kita tidak lagi dapat mengandalkan manusia, kita
dapat bersandar pada janji Tuhan ini. Pada saat kita sakit dan menderita, kita justru dapat
lebih memahami sengsara Yesus pada saat memanggul salib-Nya ke gunung Kalvari,
sehingga kita sungguh dapat merasakan persatuan dengan Yesus. Janganlah kita lupa bahwa
pada saat yang sulit ini, Tuhan Yesus rindu untuk mempersatukan kita dengan Diri-Nya, agar
kita memperoleh jamahan-Nya.

Melalui penyakit, kita mengalami bahwa kita terbatas dalam banyak hal; bahwa
segala kepandaian dan kekayaan bahkan tidak dapat menggantikan arti kesehatan. Dan di
atas semua itu, kita diingatkan akan kematian. Maka, tak jarang, penyakit dapat
menimbulkan rasa takut, ingin menutup diri, bahkan putus asa dan marah kepada Tuhan.
Tetapi sebaliknya, penyakit dapat membuat kita lebih pasrah, lebih dapat melihat apa yang
terpenting di dalam hidup ini, sehingga kita tidak lagi mencari segala sesuatu yang tidak
penting. Seringkali, penyakit membawa kita mencari Tuhan dan kembali kepada-Nya.
Namun, Agama Katolik mempercayai bahwa segala Allah itu Maha Baik, maka
segala sesuatu yang tidak baik bukan berasal dari Allah. Demikian halnya dengan penyakit
yang membawa penderitaan bagi manusia. Penyakit bukanlah berasal dari Allah, melainkan
dari kelalaian manusia sendiri dan konsekuensi bahwa manusia memiliki tubuh yang dapat
terserang oleh penyakit akibat kelalaiannya sendiri..
Tetapi meskipun kelihatannya penyakit itu sesuatu yang buruk, namun sesungguhnya
ia dapat memberikan kepada kita sesuatu yang positif. Yang pertama adalah pertobatan.
Biasanya dengan mengalami sakit, terutama jika sakit yang cukup berat, kita menjadi sadar
bahwa telah sekian waktu kita mengandalkan kekuatan sendiri, dan kurang mengandalkan
Tuhan. Kita disadarkan bahwa segala sesuatu yang ada pada kita adalah pemberian Tuhan
dan Tuhanlah yang berkuasa atas segalanya, karena semuanya itu akhirnya akan berpulang
kepada-Nya.
Kedua, penyakit kita dapat mempunyai arti penyilihan bagi orang-orang lain. Artinya,
dalam keadaan sakit, kita dapat mendoakan orang lain, terutama untuk pertobatan mereka,
dan Tuhan dapat berkenan mengabulkannya. Paus Yohanes Paulus II dalam surat
Apostoliknya, Salvifici Doloris (On the Christian Meaning of Human Suffering), mengatakan
bahwa setiap manusia yang menderita dapat mengambil bagian dalam karya Keselamatan
yang dipenuhi oleh Kristus. Oleh karena persatuan dengan penderitaan Kristus, penderitaan
kita memperoleh arti yang baru. Inilah yang disebut oleh Rasul Paulus, Di dalam tubuhku,
aku melengkapi apa yang kurang dalam penderitaan Kristus demi TubuhNya, yaitu GerejaNya. (Kolose 1:24). Jadi hanya dalam konteks Gereja, Tubuh mistik Kristus yang kini masih
berkembang dalam ruang dan waktu, kita dapat berpikir tentang apa yang kurang dalam
penderitaan Kristus. Ini berarti bahwa penderitaan Kristus yang menyelamatkan dapat selalu

dilengkapi secara terus menerus oleh penderitaan manusia sepanjang zaman, sampai pada
kesudahannya nanti di akhir dunia. Oleh karena inilah, penderitaan selalu menjadi perhatian
Gereja, dan Gereja tunduk menghormati penderitaan di dalam iman akan keselamatan yang
menjadi buahnya oleh jasa Kristus.

3. Buddha
Hukum kamma adalah hukum perbuatan. Sakit, cacat, dan penderitaan adalah buah
atau akibat dari perbuatan buruk yang dilakukan di masa lalu (termasuk di kehidupankehidupan yang lalu). Menolong orang sakit, cacat dan yang menderita adalah kamma baik
setara dengan menolong Sammasambudha. Dimulai dengan niat ( cetana) yang baik,
dilakukan dengan bijaksana, dan dilakukan dengan cara yang benar.
Buddha bersabda, Barang siapa merawat orang sakit, sama halnya seperti merawat
Aku (Tathgata). Dengan melayani orang sakit berarti melayani Aku (Tathgata);
VinayaI,301-302.

4. Hindu
Penyakit itu datang dari dalam maupun dari luar diri sendiri. Menurut ajaran Hindu,
Bhuwana Agung atau Alam Raya maupun Bhuwana Alit atau Alam Kecil (Badan Manusia)
terdiri dari lima unsure utama yaiyu aksa (leher), wayu (udara), teja (api), apah (air), perthiwi
(tanah). Kalau kelima unsur ini tidak seimbang baik dari dalam maupun dari luar maka akan
menyebabkan penyakit.
Bahwa yang menyebabkan seseorang sakit adalah tidak adanya harmoni pada diri
perseorangan dalam hubungannya dengan lingkungan luarnya dan obat adalah alat untuk
mengembalikan harmoni ini.

Hukum

Pandangan hukum di Indonesia pada pasal 1 ayat 1 UU no. 36 tahun 2009 (3) tentang
Kesehatan, disebutkan bahwa kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik ,mental,
spiritual, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara social dan
ekonomi.
Serta pada pasal 4, dikatakan bahwa ,setiap orang berhak atas kesehatan jadi dapat
diartikan setiap orang yang sakit juga berhak mendapatkan pengobatan untuk memperoleh
kesehatannya. Hal ini diperjelas dalam Pasal 5 ayat 1 disebutkan

Setiap orang mempunyai

hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan. dan pada ayat
kedua Setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman,
bermutu, dan terjangkau. serta pada ayat ketiga Setiap orang berhak secara mandiri dan
bertanggung jawab menentukan sendiri pelayanan kesehatan yang diperlukan bagi dirinya. Dua
pasal diatas menyatakan jika setiap orang berhak mendapatkan kesehatan dan pelayanan
kesehatan secara adil dan merata tanpa memandang derajat atau hal lainnya.(3)

Etika Hubungan Pasien-Dokter

Hubungan dokter dengan pasien pada prinsipnya merupakan hubungan yang berdasarkan
atas kepercayaan antara keduanya. Keberhasilan suatu pengobatan tergantung di antaranya pada
seberapa besar kepercayaan pasien kepada dokternya. Hal inilah yang menyebabkan hubungan
seorang pasien dengan dokternya kadang sulit tergantikan oleh dokter lain.Akan tetapi, hubungan
ini dalam beberapa tahun terakhir ini telah berubah akibat makin menipisnya keharmonisan
antara keduanya.
Berubahnya pola hubungan dokter-pasien yang bersifat paternalistik menjadi hubungan
kolegial atau kemitraan, membuat pasien makin kritis terhadap dokternya. Ketika terjadi suatu
hasil pengobatan yang tidak diinginkan seperti penyakit makin parah, kecacatan atau kematian,
maka pasien serta merta menganggap dokter dan rumah sakitnya lalai.
Di Indonesia, sebagian dokter merasa tidak mempunyai waktu yang cukup untuk berbincangbincang dengan pasiennya, sehingga hanya bertanya seperlunya. Akibatnya,

Anda mungkin juga menyukai