Elektro
PENS
www.jurnalpa.eepis-its.edu
Teknik Elektronika
Vol.2, No.2, 2015
Politeknik Elektronika Negeri Surabaya
Abstrak
Kondisi pasien yang kritis sangat memerlukan pemantauan secara intensif dan kontinyu dari ahli medis. Pembuatan alat
monitoring yang bisa memantau kondisi pasien secara kontinyu sangat diperlukan untuk membantu memudahkan ahli medis
memantau perkembangan kondisi pasiennya. Alat monitoring pasien ini tersusun atas beberapa rangkaian sensor untuk
mendeteksi sinyal EKG, heart rate, dan mikrokontroler ATMega16. Sarana interfacenya menggunakan beberapa rangkaian
analog yang terdiri dari rangkaian differensial amplifier, rangkaian amplifier, filter, adder dan Analog to Digital Converter ( ADC
Internal AtMega16 ) untuk mengubah sinyal analog menjadi digital sehingga dapat dibaca oleh mikrokontroler. Pada alat
monitoring ini pembuatan sebuah instrumen ECG diperlukan sebuah instrument amplifier dengan penguatan 1400 kali, filter lowpass dengan frekuensi cutoff 100Hz, band stop filter 50Hz dan adder. Proses pengiriman data dari sensor yaitu dengan mengubah
data dari sensor ke digital oleh ADC sehingga bisa diolah oleh mikrokontroler untuk dikirim ke komputer mengunakan modul
bluetooth sebagai sarana komunikasi antara mikrokontroler dengan komputer menggunakan media wireless. Berdasarkan
pengujian sistem, dengan kondisi pasien normal diperoleh rata - rata nilai heart rate 75 detak per menit.
1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Proses diagnosa penyakit merupakan hal yang penting dalam penanganan dan perawatan pasien. Dokter bisa
mengambil tindakan secepatnya bila terjadi kelainan pada pasien dan melihat perkembangan kondisi pasien. Untuk
diagnosa, dokter dapat melakukan satu persatu atau lebih pemeriksaan dalam mengevaluasi kerja organ dalam yang
meliputi jantung, periode detak jantung (Heart Rate). Terlebih lagi jika kondisi pasien yang kritis di suatu ruang ICU
dimana membutuhkan perawatan dan monitoring yang intensif dari dokter maupun perawat. Dokter dan perawat
harus selalu memonitor perkembangan seluruh pasien di semua ruang ICU yang ada di rumah sakit. Hal ini tentu
membutuhkan tenaga yang lebih serta kerja ekstra dari dokter maupun perawat untuk melayani perawatan pasien di
ICU. Sampai saat ini masih sedikit rumah sakit yang sudah memanfaatkan peralatan monitoring pasien untuk
membantu tugas perawat hal ini dikarenakan peralatan sistem monitoring pasien yang mahal dan belum diproduksi
di Indonesia. Oleh sebab itu biaya perawatan pasien di ICU menjadi mahal.
Dari permasalahan di atas, proyek akhir ini berusaha membuat sistem monitoring pasien di ICU yang bisa dipantau
pada komputer yang ada di rumah sakit secara wireless. Sehingga dokter maupun perawat bisa dengan
mudah memantau perkembangan pasien di semua ruang ICU. Selain membantu tenaga medis (perawat maupun
dokter) di rumah sakit, juga dengan biaya pembuatan alat yang murah diharapkan bisa dimanfaatkan guna
mengurangi biaya operasional perawatan pasien di ICU dan bisa diproduksi dalam jumlah banyak sehingga semua
pasien yang membutuhkan perawatan intensif dapat dirawat di ICU.
Dari latar belakang tersebut dibuatlah proyek akhir dengan judul SISTEM MONITORING DETAK JANTUNG
DAN ELEKTROKARDIOGRAF SECARA REALTIME MENGGUNAKAN WIRELESS PADA PASIEN
1.2 Teori EKG
Elektrokardiogram (EKG) atau Electrocardiogram (ECG) merupakan suatu sinyal biologi yang terbentuk sebagai
hasil dari aktivitas listrik jantung. EKG diambil dengan memasang elektroda pada titik tertentu di tubuh pasien.
Sinyal EKG mempunyai tegangan sampai 5mV dan rentang frekuensi 0,5-100 Hz. Sinyal elektrokardiogram
mempunyai bentuk spesifik sehingga dapat dijadikan sebagai acuan untuk menentukan kondisi kesehatan jantung
oleh ahli jantung. Sinyal EKG direkam menggunakan perangkat elektrokardiograf[2]. Proses terjadinya sinyal EKG
pada jantung dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Vektor depolarisasi (terjadi perubahan muatan listrik) kontraksi atrium dari sinus atrialis ke nodulus atrio
ventricularis, saat terjadi menimbulkan gelombang P.
2. Gelombang R tanda akhir dari kontraksi atria dan awal dari kontraksi ventrikel.
3. Vektor yang timbul karena depolarisasi ventrikel membangkitkan QRS kompleks.
4. Vektor menimbulkan gelombang T disebabkan repolarisasi ventrikel.
5. Interval P-R adalah menandakan waktu dari permulaan kontraksi atrial sampai permulaan kontraksi ventrikel
6. Interval R-T menunjukkan kontraksi otot (ventricel systole), dan interval T-R menunjukkan adanya relaksasi
otot (ventricel diastole).
Sebuah sinyal yang didapat dari EKG normal adalah seperti pada Gambar 1. Menurut Sutopo[2], gelombang EKG
normal memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
Interval antara R-R menandakan periode dari detak jantung yang dapat dikonversi menjadi Heart Rate:
HR =
60000
RR
(bpm)
(1)
2. Perancangan Sistem
2.1 Diagram Blok Sistem
Sistem monitoring yang dirancang dapat dilihat pada Gambar 1. Sinyal EKG pasien diakuisisi menggunakan
perangkat single channel ECG kemudian datanya dikirim melalui wireless bluetooth. Data tersebut diterima oleh PC
untuk ditampilkan, direkam dan dianalisis. Bagian perangkat keras dari single channel ECG dapat dilihat pada
Gambar 4.
Sinyal EKG pasien diakusisi menggunakan elektroda kemudian dikuatkan dengan penguat biopotensial dan difilter
menggunakan filter LPF dengan frekuensi cut-off 100 Hz untuk menghilangkan frekuensi diatas frekuensi cut-off.
Penguat biopotensial dirancang menggunakan AD620 dengan penguatan 1400X seperti pada Gambar 2(a),
sedangkan filter LPF direalisasikan menggunakan OP07 yang ditunjukkan oleh Gambar 2(b).
(a) (b)
Gambar 3. Rangkaian Penguat Biopotensial[3] dan LPF 100 Hz
(a) Rangkaian Penguat Biopotensial[3]
(b) LPF 100 Hz
Selanjutnya dilakukan filtering dengan filter BSF 50 Hz untuk menghilangkan noise frekuensi rendah dan noise 50
Hz[2] dari jala-jala dan level dinaikkan dengan menggunakan adder sekitar 1 volt untuk menghilangkan bagian
negatif dari sinyal EKG agar dapat diterima oleh Analog to Digital Converter (ADC) pada blok digital. Rangkaian
penjumlah direalisasikan menggunakan OP07 seperti pada Gambar 4(b).
(a)
(b)
Metode komunikasi serial yang digunakan memakai 2 pin, yakni Rx dan Tx. Bluetooth yang digunakan adalah
Bluetooth HC-05. Dengan membuat rangkaian regulator 3.3v. Untuk memprogram HC-05 ini menggunakan
ATCommand dan rangkaian USB to TTL yang banyak ditemui di pasaran sebagai media penghubung antara PC
dengan HC05 ini.
3. Pengujian dan Analisa
3.1 Pengujian Instrumentasi Amplifier
Pengujian dilakukan seperti gambar 6 dengan memberikan input sinyal sinus 200mV dengan frekuensi 10hz ke
input instrument amplifier. Sinyal sinus di inputkan pada input (+) instrumen amplifier, sedangkan input (-) di
ground kan. RG merupakan tahanan variabel yang diatur dengan tahanan sebesar 900. Gambar 4.2 menunjukkan
penguatan dari output AD620.
Tabel 1. Hasil Pengujian Rangkaian Instrumentasi
No
V(+)/0
0/ V(+)
1
2
3
4
5
6
2 mV
4 mV
6 mV
8 mV
10 mV
12 mV
2 mV
4 mV
6 mV
8 mV
10 mV
12 mV
Vout (Volt)
(+)
(-)
0.125
0.125
0.248
0.248
0.368
0.368
0.488
0.488
0.610
0.610
0.732
0.732
Penguatan
(+)
(-)
62.5
62.5
62
62
61.3
61.3
61
61
61
61
61
61
Tabel di atas menunjukkan hasil pengujian rangkaian differensial amplifier dengan masukan berupa gelombang
sinus dengan frekuensi 20 Hz dan dengan range amplitude masukan sebesar 0,002 0,012 Volt. Metode pengujian
rangkaian diatas superposisi dimana salah satu masukan digroundkan secara bergantian apabila dirata-rata besarnya
nilai penguatan dari rangkaian ini adalah sebesar 61.25 kali untuk inputan positif dan 61.25 kali untuk penguatan
kaki negatif atau bisa dikatakan penguatan rangkaian telah sesuai dengan yang diharapkan yaitu sebesar 64 kali.
3.2
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Frekuensi (Hz)
30
40
50
60
70
80
90
100
110
120
130
Vout (V)
2
2
2
2
2
1.88
1.31
0.94
0.75
0.63
0.63
Pengujian rangkaian ini dilakukan dengan memberi sinyal masukan berupa gelombang sinus 1 vp-p dengan range
frekuensi 30-1 30 Hz. Hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.5. terlihat nilai tegangan mulai berkurang pada frekuensi
80hz. Pada saat frekuensi 110Hz sinyal output sudah bernilai sekitar 0.707 dari tegangan masukan. Pengurangan
tampak signifikan saat frekuensi diatas 100 Hz.
3.3 Pengujian Rangkaian Band stop filter
Pengujian dilakukan seperti gambar 4. input sinyal sinus dengan amplitudo 2 Vpeak-peak dan frekuensi bervariasi.
Yang bertujuan untuk melihat respon frekuensi dari filter band stop filter. Hasil pengujian dapat dilihat dari 3 dan
gambar 8.
Tabel 3. Hasil Pengujian Rangkaian BSF
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
Frekuensi (Hz)
20
30
40
50
60
70
80
90
Vout (V)
1.13
1.01
1.00
0.25
0.92
1.06
1.11
1.14
Pada tabel diatas adalah tabel pengujian rangkaian band stop filter dengan sinyal sinusoida input dari function
generator sebesar 2Vpp dan frekuensi yang diubahubah. Terlihat pada grafik saat frekuensi 50Hz sinyal mengalami
peredaman maksimal dibanding dari sisi amplitudo pada output yang dihasilkan. Dan sinyal akan kembali normal
pada frekuensi 80Hz keatas.
1.2
1
0.8
0.6
Vout (V)
0.4
0.2
0
Frekuensi (Hz)
Pengujian rangkaian ini dilakukan dengan memberi sinyal input sebesar 2Vpp dengan frekuensi yang diubah-ubah.
Dengan melihat hasil output pada table diatas, maka bias dilihat pada 35Hz sinyal sudah mengalami peredaman
output dan akan mengalami peredaman maksimal pada frekuensi 50Hz. Setelah itu sinyal akan mengalami kenaikan
sampai kembali sampai normal seperti tegangan masukan di frekuensi 70Hz keatas. Bisa dikatakan bahwa rangkaian
ini sudah mampu meredam sinyal 50Hz.
3.4 Pengujian keseluruhan hardware ECG
Pengujian dilakukan dengan media input berupa elektroda yang sudah dipasang pada tubuh manusia dengan
konfigurasi sesuai pemasangan elektroda.
Dari gambar 10 diatas adalah pengujian hardware ECG, maka bisa dilihat bahwa sinyal yang dikeluarkan sudah
mencapai 3,2 Volt yang berarti sinyal tersebut sudah bisa dibaca oleh ADC untuk kemudian dilakukan proses
konversi dari sinyal analog menjadi sinyal digital sehingga dapat diteruskan ke PC. Ini sesuai dengan spesifikasi
dari mikrokontroler ATMega16 yang mana syarat agar data dapat dibaca oleh ADC adalah dari 1-5 Volt.
3.5 Pengujian perangkat lunak (Software)
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah Software yang digunakan sebagai penampil grafik dari sinyal
yang dikirimkan oleh mikrokontroller telah bekerja sesuai dengan rancangan. Pengujian dilakukan dengan merekam
aktivitas jantung dan mendeteksi sinyal PQRS kemudian output dari setiap proses PQRS detektor di mikrokontroler
dikirim melalui Port serial ke PC untuk direkontruksi ulang bentuk sinyal dari masing-masing proses PQRS
detektor. Hasil pengujian software yang telah ditampilkan di komputer dapat dilihat pada gambar 11.
Gambar 12. Capture Sinyal EKG pada saat heart rate 76BPM
Dengan melihat jarak antar gelombang R pada sinyal analog ECG seperti terlihat pada gambar 4.21 dapat dihitung
nilai dari Heart Rate;
Jarak R-R = 3,8 Div
Time/div = 200mS
= 2003.8 = 780
Heart Rate=
60000 ms
RR interval
60000 ms
760 ms
= 78.94 BPM
Error pembacaan Heart Rate adalah 79 BPM -78.94 BPM = 0.06 BPM
3.6 Pengujian Pengukuran Heart Rate
Tabel 4. Hasil Pengukuran Heart Rate
No
Nama
Hasil Referensi
(bpm)
Hasil Alat
(bpm)
Error
(%)
1.
Rahman
77
76
1,31%
80
80
0%
81
76
6,57%
Jery
2,62%
81
77
5,19%
86
86
0%
85
83
2,40%
Ardy
2,53%
80
86
6,97%
85
82
3,65%
83
80
3,75%
4,79%
3,31%
Dapat dilihat bahwa hasil pengukuran detak jantung menunjukaan nilai kesalahan yang relatif kecil dan hasilnya
hampir stabil antara pengukuran satu dengan dengan yang lain dan dilakukan sebanyak tiga kali antara masing masing alat akan menunjukkan bahwa data hasil pengukuran mengalami kesalahan ( error ) yang cukup kecil.
Pada pembuatan sensor detak jantung telah didapatkan hasil berupa sinyal detak jantung yang masih dapat terdeteksi
pada jari tangan dan hasil pengukuran seperti pada tabel 4.6 telah dibandingkan dengan pengukuran dengan hasil
referensi. Hasil pengukuran menunjukkkan bahwa persentase error tidak lebih dari 5 % sehingga masih dapat
ditoleransi. Sinyal tersebut merupakan pulsa detak jantung. Jumlah detak jantung ratarata adalah 60-90. Jika data
pengukuran detak jantung per menit sekitar 60 100 detak per menit maka detak jantung manusia tersebut bisa
dikatakan normal.
3.7 Pengujian Pengukuran ECG dengan Jarak Jangkauan Yang Bervariasi
Tabel 5. Hasil Pengukuran ECG dan heart rate dengan jarak jangkauan bervariasi
N
o
Jarak
Jangkaua
n
(Meter)
Heart
Rate
(bpm
)
1.
1 meter
60
Terdeteksi
2.
2 meter
68
Terdeteksi
3.
3 meter
65
Terdeteksi
4.
4 meter
63
Terdeteksi
5.
6 meter
69
Terdeteksi
6.
8 meter
64
Terdeteksi
7.
10 meter
79
Terdeteksi
Sinyal ECG
Keterangan
Berdasarkan pada tabel 5 hasil pengukuran ECG dan heart rate dengan memberikan jarak jangkauan yang bervariasi
menunjukan bahwa grafik sinyal ECG yang diterima di PC dari modul monitoring ECG dan heart rate dengan jarak
jangkauan dari 1 meter sampai dengan 10 meter tidak mengalami perubahan bentuk sinyal akan tetapi lebih kepada
terjadinya waktu tunda atau delay dan akan sangat terasa waktu tunda pada saat pengukuran dengan jarak jangkauan
10 meter karena jarak jangkauan maksimal untuk pengiriman data dari modul monitoring ECG dan heart rate adalah
10 meter sesuai dengan spesifikasi yang ada di bluetooth.
4.
KESIMPULAN
Setelah melakukan perencanaan dan pembuatan sistem kemudian dilakukan pengujian dan analisa, maka dapat
diambil kesimpulan tentang sistem kerja dari dari sistem yang dibuat yaitu sebagai berikut :
Dari hasil pengujian modul diperoleh bahwa data hasil pengukuran mengalami kesalahan ( error ) yang cukup kecil,
dimana hasil pengukuran menunjukkkan bahwa persentase error tidak lebih dari 5 % sehingga masih dapat
ditoleransi. Dan diperoleh hasil detak jantung rata-rata sekitar 60-100 bpm dalam kondisi santai sehingga dari hasil
pengukuran detak jantung dari beberapa objek menunjukkan masih dalam keadaan normal.
Referensi