Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH BIOETIKA

PENGARUH PERILAKU KONSUMTIF TERHADAP LINGKUNGAN


Dibuat untuk memenuhi tugas kelompok bioetika dari Pak Parikesit

MELLA SHOLEHAH P.
ANGGI FERDINAND
LEINARD MORA
NADHILAH GITARANI

(140410140038)
(140410140057)
(140410140052)
(140410140071)

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI BIOLOGI
JATINANGOR
2015

KATA PENGANTAR

Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Alloh S.W.T., karena atas rahmat
serta karunia-Nya lah kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik.
Makalah yang berjudul Pengaruh Perilaku Konsumtif Terhadap Lingkungan ini
dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Bioetika yang diberikan oleh
bapak Parikesit. Makalah ini berisi mengenai hasil studi lapangan kelompok ke
sebuah pusat perbelanjaan untuk mengetahui perbandingan tingkat konsumtivitas
antara wanita dengan laki-laki serta dampaknya terhadap lingkungan. Metode yang
dilakukan ialah dengan menghitung perbandingan banyaknya jumlah took yang
menjual keperluan wanita dan laki-laki sehingga dapat menyimpulkan besarnya
perilaku konsumtif manusia yang tidak diimbangi dengan sumber daya alam di
lingkungan yang lebih memadai.
Kami menyadari banyaknya kekurangan baik dalam penyusunan maupun
penyajian materi dalam makalah ini, maka dari itu kritik serta saran dari Bapak sangat
kami harapkan untuk perbaikan di masa mendatang. Semoga makalh ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.

Penulis
Jatinangor, Juni 2015

DAFTAR ISI
Kata Pengantar i
Daftar Isi. ii
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang.

1.2 Tujuan..

1.3 Rumusan Masalah...

Bab II Tinjauan Pustaka .......................................................................................

Bab III Pembahasan


3.1 Perilaku Konsumtif Masyarakat

3.2 Hubungan Perilaku Konsumtif Terhadap Lingkungan..

3.3. Solusi Permasalahan..

Bab IV Penutup
4.1Kesimpulan .

Daftar Pustaka

ii

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bioetika merupakan suatu ilmu yang mempelajari mengenai permasalahan
etika dalam melakukan segala sesuatu yang berkenaan dengan berbagai makhluk
hidup. Etika sendiri merupakan suatu patokan atau batasan yang akan mengatur
berbagai perilaku manusia agar tidak bertolakbelakang dengan nilai dan norma
sebagai seorang manusia. Karena, semakin pesatnya kemajuan teknologi dan ilmu
pengetahuan secara global menyebabkan berbagai penyimpangan yang dilakukan
manusia guna memenuhi segala bentuk kebutuhannya meski harus merusak bahkan
mengeksploitasi sumber daya alam yang ada.
Perkembangan ini pun banyak mempengaruhi gaya hidup dan perilaku
manusia. Salah satunya adalah perilaku konsumtif. Semakin maraknya pembangunan
tempat perbelanjaan dengan berbagai fasilitas memacu para konsumen untuk tak
pernah bosan datang dan berbelanja untuk sekedar membeli keperluan bahkan hanya
kesenangan semata. Hal ini tentunya menunjukkan akan sifat manusia yang tak
pernah merasa cukup dan puas atas apa yang sudah ia miliki. Maka dampaknya ialah
para pembisnis berbondong-bondong untuk menggunakan sumber daya alam untuk
memenuhi keperluan manusia tersebut, tanpa melihat persediaan serta keadaan
sumber daya alam kita yang semakin terancam. Untuk itu makalah ini dibuat agar
mahasiswa dapat mengkaji permasalahan etika yang berdampak pada lingkungan.
1
1.2 Tujuan

Mengerti dan memahami hubungan antara gaya hidup terhadap


lingkungan
Dapat menjelaskan faktor-faktor yang menyebabkan bahwa perilaku
konsumtif mengancam ketersediaan sumber daya alam
Mampu mengkaji persoalan-persoalan yang timbul dari perilaku tersebut
dan mencari solusinya
1.3 Rumusan Masalah
Apa itu perilaku konsumtif ?
Apa hubungan antara perilaku konsumtif dengan lingkungan ?
Dampak apa saja yang disebabkan oleh perilaku konsumtif ?
Bagaimana solusi terhadap permasalahan yang timbul ?

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu yang terwujud dalam gerakan
(sikap), tidak saja badan atau ucapan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2001:671).

Perilaku konsumtif merupakan keinginan untuk mengkonsumsi barang-barang yang


sebenarnya kurang diperlukan secara berlebihan untuk mencapai kepuasan maksimal
(Tambunan, 2001:1).James F. Engel (dalam Mangkunegara, 2005:3) mengemukakan
bahwa perilaku konsumtif dapat didefinisikan sebagai tindakantindakan individu
yang secara langsung terlibat dalam usaha memperoleh dan menggunakan barangbarang jasa ekonomis termasuk proses pengambilan keputusan yang mendahului dan
menentukan tindakan-tindakan tersebut.
Fromm (1995:23) menyatakan bahwa keinginan masyarakat dalam era
kehidupan yang modern untuk mengkonsumsi sesuatu tampaknya telah kehilangan
hubungan dengan kebutuhan yang sesungguhnya.Perilaku konsumtif seringkali
dilakukan secara berlebihan sebagai usaha seseorang untuk memperoleh kesenangan,
meskipun sebenarnya kebahagiaan yang diperoleh hanya bersifat semu.
Sedangkan Paraswati (Komunitas vol III (6), 1997:71) menyatakan bahwa
perilaku konsumtif merupakan perbuatan secara sadar tanpa diikuti adanya
perencanaan pembelian dan tidak adanya pertimbangan tingkat urgensinya atau
mendasar tidaknya pembelian tersebut sebagai pemenuhan keinginan semata yang
didorong oleh interaksi sosial individu tersebut.
3
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Perilaku Konsumtif Masyarakat

Zaman yang semakin berkembang tidak hanya membawa perubahan


peradaban manusia dari seorang yang primitif pada era modern, namun juga
berdampak pada perubahan gaya hidup manusia menjadi lebih pasif, individualis,
serta konsumtif. Hal yang akan kami bahas ialah mengenai perilaku konsumtif.
Konsumtif dapat diartikan sebagai suatu perilaku manusia yang senang menjadi
konsumen bagi orang lain bahkan kebanyakan orang rela membeli barang-barang
yang tidak diperlukan dan cenderung bangga menghabiskan uang milikya untuk
bersenang-senang (boros).
Paradigma ilmu pengetahuan dan teknologi yang mengedepankan
prinsip mekanistis-reduksionistis. Pada sisi ini manusia memisahkan dengan tegas
antara dirinya sebagai subjek ilmu pengetahuan dan alam sebagai objeknya. Ilmu
pengetahuan bersifat independen, sehingga seluruh pengembangannya hanya
diarahkan demi ilmu pengetahuan itusendiri. Penilaian tentang baik buruk bentuk
serta dampak dar iilmu pengetahuan tersebut adalah penilaian yang tidak relevan.
Menurut socrates, plato, dan aristoteles yang hidup pada masa yunani klasik arah
pemikirannya pada manusia menganggap kecenderungan manusia untuk menganggap
diri mereka sebagai entitas pusat dan yang paling penting di alam semesta, atau
penilaian realitas melalui perspektif eksklusif manusia di sebut corak pemikiran
4
antroposentris. Antroposentris dapat digunakan bergantian dengan humanocentrism,
sedangkan konsep pertama juga bisa disebut sebagai supremasi manusia.

Antroposentrisme adalah sebuah konsep utama dalam bidang etika lingkungan


hidup dan filsafat lingkungan , di mana ia sering dianggap sebagai akar penyebab
masalah yang diciptakan oleh interaksi manusia dengan lingkungan. Hal ini karena
interaksi yang terjadi tidak menciptakan simbiosis, terlebih hubungan yang terjalin
ialah perusakan sumber daya alam, sebab manusia merasa segala sesuatu yang
tercipta di bumi ini itu merupakan hak mutlaknya untuk dimanfaatkan sehingga
manusia beranggapan bahwa manusialah pusat dari segala kegiatan yang berlangsung
dalam kehidupan. Untuk itu kita perlu mengetahui seberapa besar dampak dari gaya
konsumtif bagi lingkungan.
Berdasarkan hasil pengamatan kelompok kami yang dilakukan di ITC
Bandung yang dilaksanakan pada 23 Mei 2015 diperoleh data sebagai berikut :
No.
1.

Jumlah Toko
Wanita
312

Laki-laki
96

Anak-anak
32

Dari data diatas dapat dilihat bahwa banyaknya toko yang menjual kebutuhan
wanita lebih besar daripada laki-laki dan anak-anak. Gambaran tersebut dapat
dijadikan suatu landasan bahwasanya perilaku belanja banyak dilakukan oleh kaun
wanita karena banyaknya pengunjung akan mempengaruhi penjual sehingga mereka
akan banyak menjual keperluan wanita ketimbang yang lainya. Wanita sebagai
makhluk pesolek memang sangat memperhatikan penampilannya, sehingga

5
kebutuhan sandang baginya sangatlah penting, maka tak heran wanita cenderung
menyenangi gaya hidup berbelanja meski sedang tak diperlukan demi menunjang
penampilannya. Kemudian kebutuhan seorang wanita bukan hanya berupa sandang

saja, namun sepatu, assesoris, tas, dsb. Maka tak heran jika kita memasuki pusat
perbelanjaan yang paling banyak ditemui ialah toko penjualan barang wanita.
3.2 Hubungan Perilaku Konsumtif terhadap Lingkungan
Sepintas memang tidak terlalu dekat hubungan antara konsumtif dengan
lingkungan. Namun tidak kita sadari bahwa berbagai jenis barang yang kita beli
berasal dari sumber daya alam. Saat seorang manusia melakukan banyak pembelian
terhadap suatu barang tentunya sumber daya alam sebagai bahan pembuatan barang
tersebut banyak dipakai pula. Sementara keadaan lingkungan yang keadaannya
tidakbanyak

dipehatikan keadaannya dapat semakin memburuk, terlebih lagi

pemulihan keadaan sumber daya alam yang rusak memerlukan waktu yang tidak
sebntar agar lingkungan kembali lestari.
Selain itu perilaku konsumtif juga banyak menyebabkan industry-industri
semakin berkembang demi memenuhi permintaan konsumen. Akibatnya pabrikpabrik tekstil banyak dibangun yang menimbulkan penyempitan lahan produktif
menjadi bangunan pabrik, serta kegiatan produksi yang banyak memakai zat-zat
kimia intensitasnya meningkat serta hasil buangan limbah tersebut menjadi racun
bagi lingkungan sekitarnya. Hal lainnya adalah banyak menggunakan barang maka
banyak pula sampah yang dihasilkan. Karena setiap barang yang sudah tidak terpakai
biasanya akan menjadi sampah. Sampah merupakan permasalahan terbesar bagi
kelangsungan ekosistem kita. Karena di Indonesia pemanfaatan sampah belum dapat
dilakukan sehingga penumpukan sampah akan berdampak buruk bagi lingkungan
sekitar. Sampah yang dihasilkan dari konsumsi manusia sulit di minimalisir karena
sikap acuh masyarakat terhadap perubahan lingkungan yang bisa saja terjadi di
sekitarnya.
6
Beberapa alasan yang mendasar bahwa etika manusia termasuk berbagai
perilaku didalamnya dapat merusak kestabilan lingkungan, ialah :

a. manusia kerap mengabaikan masalah-masalah lingkungan yang tidak langsung


menyentuh kepentingan manusia. Mengeksploitasi hutan tanpa bertanggung jawab
sehingga menimbulkan dampak buruk bagi makhluk hidup penghuni hutan.
Misalnya, akan tetap membuang limbah ke sungai atau menebang pohon untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya selama tidak ada manusia tertentu yang terkena
dampak negatifnya.
b. Kepentingan manusia selalu berubah-ubah dan berbeda-beda kadarnya.
Konsekuensinya, sejauh dipandang menyangkut kepentingan manusia maka alam
akan dipertimbangkan secara serius dari segi moral. Sebaliknya, sejauh tidak
menyangkut kepentingan manusia maka akan diabaikan.Sangat bersifat teleologis,
karena pertimbangan yang diambil untuk peduli terhadap alam didasarkan pada
akibat dari tindakan itu bagi kepentingan manusia
c. Dalam perspektif filsafat, nalar antroposentrisme merupakan penyebab utama
munculnya krisis lingkungan. Antroposentrisme merupakan salah satu etika
lingkungan yang memandang manusia sebagai pusat ekosistem. Bagi etika ini, nilai
tertinggi dan paling menentukan dalam tatanan ekosistem adalah manusia dan
kepentingannya. Dengan demikian, segala sesuatu selain manusia (the other) hanya
akan memiliki nilai jika menunjang kepentingan manusia, ia tidak memiliki nilai di
dalam dirinya sendiri. Karenanya, alam pun dilihat hanya sebagai objek, alat, dan
sarana bagi pemenuhan kebutuhan manusia. Cara pandang antroposentris ini
menyebabkan manusia mengeksploitasi dan menguras sumber daya alam dengan
sebesar-besarnya demi kelangsungan hidupnya. Tak pelak, krisis lingkungan pun sulit
terhindarkan, karena alam tidak mampu lagi berdaya menahan gempuran keserakahan
manusia.
7
d. Etika ini juga bersifat egoistis karena hanya mengutamakan kepentingan manusia,
karena kepentingan mahkluk hidup lain mendapat pertimbangan moral tetap saja
demi kepentingan manusia, maka dianggap sebagai etika lingkunan yang dangkal dan
sempit(shallow environmental ethics).

3.3 Solusi Permasalahan


Sumber masalah yang diangkat dalam makalah ini ialah mengenai perilaku
konsumtif, maka beberapa solusi yang dapat dilakukan ialah :
1. Membiasakan diri untuk tidak berperilaku konsumtif dengan memanfaatkan
barang-barang yang masih layak terpakai
2. Tidak membuang benda/barang yang sudah tidak terpakai sembarangan,
karena itu akan menambah permaslahan lingkungan itu.
3. Menggunakan apa yang sudah kita miliki dengan baik.
Solusi yang disebutkan diatas bertujuan agar terciptanya hubungan yang harmonis
antara manusia dengan lingkungan, terlebih meminimalisir kerusakan lingkungan
akibat ulah manusia.

8
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil ialah bahwa perkembangan zaman ini
mempengaruhi etika manusia yang selanjutnya akan pula berpengaruh terhadap

keberadaan lingkungan. Perilaku konsumtif manusia ternyata ada pengaruhnya


terhadap lingkungan sekitar, diantaranya kekayaan sumber daya alam yang
menipis, hilangnya satu persatu keragaman hayati akibat pengalihfungsian lahan
menjadi pabrik, dan menambah intensitas sampah.

9
DAFTAR PUSTAKA
Engel, James F. dkk. 1994. Perilaku Konsumen. Jakarta: Binarupa Aksara.

Fromm, E. 1995. Masyarakat Yang Sehat. Alih bahasa Sutrisno. Jakarta Yayasan
Obor Indonesia.
Mangkunegara, A. 2005. Perilaku Konsumen. Bandung : PT Refika Aditama.
Paraswati D.M. 1997. Korelasi antara perilaku konsumtif dengan status ekonomi
sosial pembantu rumah tangga di perumahan perkotaan. Komunitas, volume III
(6). Halaman 68-75

Anda mungkin juga menyukai