Anda di halaman 1dari 19

Sterilisasi

Sterilisasi dalam mikrobiologi berarti membebaskan tiap benda atau substansi dari semua kehidupan dalam
bentuk apapun. Untuk mendapatkan keadaan steril, mikroorganisme dapat dimatikan setempat (in situ) oleh panas, gasgas (formaldehid, etilenoksida), macam-macam larutan kimia, sinar ultra violet/sinar gamma. Mikroorganisme juga dapat
disingkirkan secara mekanik oleh sentrifugasi kecepatan tinggi atau oleh filtrasi.
Disinfeksi berarti mematikan atau menyingkirkan organisme yang dapat menyebabkan infeksi. Disinfeksi
biasanya dilakukan dengan menggunakan zat-zat kimia seperti fenol, formaldehid, khlor, iodium. Pada susu, disinfeksi
dilakukan dengan pasteurisasi.
*Macam-macam Sterilisasi*
a. Sterilisasi secara mekanik (filtrasi)
Sterilisasi secara mekanikpenyaringan menggunakan suatu saringan yang berpori sangat kecil (0,22 mikron atau
0,45 mikron). Proses ini ditujukan untuk sterilisasi bahan yang peka panas, misalnya larutan enzim dan antibiotic.
Cairan yang disterilisasi dilewatkan ke suatu saringan (ditekan dengan gaya sentrifugasi/pompa vakum) yang berpori
dengan diameter yang cukup kecil untuk menyaring bakteri. Virus tidak akan tersaring dengan metode ini.
Sterilisasi dengan penyaringan dapat dilakukan dengan berbagai cara:
a) Non-disposable filtration apparatus
- Disedot dengan pompa vakum
- Volume 20-100 ml
b) Disposable filter cup unit
- Disedot dengan pompa vakum
- Volume 15-1000 ml
c) Disposable filtration unit dengan botol penyimpan
- Disedot dengan pompa vakum
- Volume 15-1000 ml
d) Syringe filter
- Ditekan seperti jarum suntik
- Volume 1-20 ml
e) Spin filter
- Ditekan dengan gaya sentrifugasi
- Volume kurang dari 1 ml
b. Sterilisasi secara fisik
Sterilisasi secara fisik dapat dilakukan dengan pemanasan dan penyinaran.
Pemanasan
a) Pemijaran (dengan api langsung), dilakukan dengan membakar alat pada api secara langsung. Contoh alat:
jarum inokulum, pinset, batang L, dll.
b) Panas kering, dilakukan dengan oven pada suhu sekitar 60-180 oC. Metode ini biasanya digunakan untuk
peralatan gelas seperti cawan petri, pipet ukur, dan labu Erlenmeyer. Alat gelas yang disterilisasi dengan
udara panas tidak akan timbul kondensasi sehingga tidak ada tetes air (embun) di dalam alat gelas.
Cara kerja:
- Bungkus alat-alat gelas dengan aluminium foil
- Atur pengatur suhu oven menjadi 180 oC dan alat disterilkan selama 2-3 jam
c) Uap air panas, konsep ini mirip dengan mengukus. Bahan yang mengandung air lebih tepat menggunakan
metode ini agar tidak terjadi dehidrasi.
d) Uap air panas bertekanan, menggunakan autoklaf.
Penyinaran dengan UV
Sinar ultra violet juga dapat digunakan untuk sterilisasi, misalnya untuk membunuh mikroba yang menempel
pada permukaan interior Safety Cabinet dengan disinari lampu UV.

c. Sterilisasi secara kimia


Sterilisasi secara kimiawi dilakukan dengan menggunakan senyawa disinfektan, misalnya alcohol.

Latihan Soal

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Jelaskan perbedaan sterilisasi dan disinfeksi!


Sebutkan macam-macam sterilisasi!
Jelaskan sterilisasi secara mekanik!
Jelaskan sterilisasi secara fisik!
Jelaskan sterilisasi secara mekanik!
Jelaskan langkah-langkah mensterilkan alat dan meja kerja secara kimiawi!

NUTRISI MIKROORGANISME

Semua makhluk hidup memerlukan bahan makanan untuk keperluan hidupnya. Bahan makanan ini diperlukan untuk
sintesis bahan sel dan untuk mendapatkan energi. Demikian juga dengan mikroorganisme, untuk kehidupannya
membutuhkan bahan-bahan organik dan anorganik dari lingkungannya. Bahan-bahan tersebut disebut dengan nutrient
(zat gizi).
Peran utama nutrient adalah sebagai sumber energi, bahan pembangun sel, dan sebagai aseptor electron dalam reaksi
bioenergetik (reaksi yang menghasilkan energi). Oleh karenanya bahan makanan yang diperlukan terdiri dari air, sumber
energi, sumber karbon, sumber aseptor electron, sumber mineral, factor pertumbuhan, dan nitrogen.
Makhluk hidup menggunakan sumber-sumber nutrient dapat dalam bentuk padat, tetapi ada juga yang hanya dapat
menggunakan sumber nutrient dalam bentuk cair (larutan). Bila jasad hidup menggunakan sumber nutrient dalam bentuk
padat digolongkan tipe holozoik, sedangkan yang menggunakan nutrient dalam bentuk cairan tergolong tipe holofilik.
Namun ada juga makhluk hidup holofilik yang menggunakan sumber nutrient dalam bentuk padat, tetapi bahan tersebut
dicerna dahulu di luar sel dengan bantuan enzim ekstraseluler.
Pola Nutrisi Mikroorganisme
Mikroorganisme teramat khusus dalam hal sifat-sifat faali. Berkenaan dengan hal tersebut, persyaratan zat gizinya pun
juga bersifat khusus. Ribuan macam medium dianjurkan untuk pembiakannya. Penentuan medium biakan harus
berdasarkan persyaratan nutrisi bagi mikroorganisme yang bersangkutan. Persyaratan nutrisi dalam bentuk zat-zat kimia
diperlukan untuk pertumbuhan dan fungsi normal. Berikut ini persyaratan nutrisi bagi mikroorganisme:

Semua organisme hidup membutuhkan sumber energi


Beberapa bentuk kehidupan, seperti tumbuhan hijau dapat menggunakan energi cahaya (disebut fototrof).
Sedangkan yang lain, seperti hewan bergantung pada oksidasi senyawa-senyawa kimia untuk memperoleh

energinya (disebut dengan kemotrof). Semua organisme hidup terbagi menjadi fototrof dan kemotrof.
Semua organisme hidup membutuhkan karbon
Sejumlah organisme membutuhkan sejumlah karbon dalam bentuk senyawa karbon dioksida, tetapi kebanyakan
diantaranya juga membutuhkan beberapa senyawa karbon organik seperti gula dan karbohidrat. Tumbuhan, alga,
dan beberapa kuman berklorofil membutuhkan karbon dioksida dan mengubahnya menjadi karbohidrat melalui
proses fotosintesis.
Ditinjau dari segi nutrisi, semua organisme seperti yang disebutkan di atas adalah organisme ototrof. Bila
memperoleh energinya dari cahaya disebut organisme fotoototrof dan bila memperoleh energinya dengan cara
mengoksidasi senyawa kimia disebut organisme kemoototrof. Mikroorganisme yang lain tidak dapat menggunakan
karbon dioksida sebagai sumber karbon dan hidupnya bergantung pada organisme ototrof untuk memproduksi
karbohidrat dan senyawa-senyawa organik lain yang digunakan sebagai makanan. Organisme yang membutuhkan

senyawa-senyawa organik lain sebagai sumber karbonnya disebut organisme heterotrof.


Semua organisme hidup membutuhkan nitrogen
Tumbuhan menggunakan nitrogen dalam bentuk garam nitrogen anorganik seperti kalium nitrat, sedangkan hewan
membutuhkan senyawa nitrogen organik seperti protein dan produk hasil peruraiannya yakni peptide dan asamasam amino tertentu. Beberapa kuman sangat beragam terhadap kebutuhan nitrogen, beberapa tipe menggunakan
nitrogen atmosferik, beberapa tumbuh pada senyawa nitrogen anorganik, dan yang lain membutuhkan nitrogen

dalam bentuk senyawa nitrogen organik.


Semua organisme hidup membutuhkan belerang (sulfur) dan fosfor

Pesyaratan akan zat sulfur pada hewan secara khas dipenuhi oleh senyawa-senyawa sulfur organic. Sedangkan
persyaratan akan sulfur pada tumbuhan secara khas dipenuhi melalui senyawa-senyawa anorganik. Fosfor biasanya

diberikansebagai fosfat yaitu garam-garam fosfat.


Semua organisme hidup membutuhkan beberapa unsur logam, natrium, kalium, magnesium, mangan, besi,
seng, tembaga, dan kobalt
Berbagai unsur tersebut digunakan untuk pertumbuhan yang normal. Jumlah yang dibutuhkan biasanya amat kecil

dan diukur dalam satuan ppm (part per million = bagian per sejuta).
Semua organisme hidup membutuhkan vitamin
Vitamin adalah senyawa organic khusus yang penting untuk pertumbuhan. Kebanyakan vitamin berfungsi
membentuk substansi yang mengaktifkan enzim. Dalam aspek nutrisi akan vitamin pada bakteri menunjukkan pola
yang beragam. Meskipun bakteri membutuhkan vitamin di dalam proses metaboliknya yang normal, beberapa

mikroba mampu mensintesis seluruh kebutuhan vitaminnya.


Semua organisme hidup membutuhkan air
Air pada organisme berfungsi untuk membantu fungsi-fungsi metabolik dan pertumbuhannya. Untuk
mikroorganisme, semua nutrient harus dalam bentuk larutan sebelum dapat memasuki selnya.

Pengelompokan Organisme berdasarkan Zat Gizi


Klasifikasi sifat mikroorganisme berdasarkan zat gizi didasarkan atas dua parameter, yakni sifat sumber energy dan sifat
sumber karbon yang utama. Selanjutnya mengenai sumber energy, terdapat dikotomi yakni fototrof merupakan organism
yang menggunakan cahaya sebagai sumber energy dan kemotrof yang menggunakan oksidasi senyawa anorganik
sederhana sebagai sumber energy. Sedangkan pembagian organism berdasarkan sifat sumber karbon utama, yaitu
organism ototrof yang merupakan organism yang menggunakan karbon dioksida sebagai sumber karbon utama/untuk
pertumbuhan; dan organism heterotrof merupakan organism yang bergantung pada sumber karbon organic.
Tabel 1. Pembagian organism berdasarkan kebutuhannya terhadap zat gizi
Tipe

Sifat sumber energy

Sifat sumber karbon

untuk pertumbuhan

utama untuk

Contoh

pertumbuhan

Fotoototrof
Fotoheterotrof

Cahaya

Fototrof
CO2

Cahaya

Senyawa organic

Alga bakteri fotosintetik


Rhodospirillum rubrum
Bakteri hijau, bakteri ungu
Rhodopseudomonas

Kemoototrof

Kemototrof
Oksidasi senyawa organik
CO2

Kemoheterotrof

Oksidasi senyawa organik

Senyawa organik

Nitrosomonas,
Nitrosococcus
Escherichia, protozoa,
cendawan, sebagian besar
bakteri

Pada tipe mikroba heterotrof, baik yang fotoheterotrof dan kemoheterotrof, terdapat perbedaan antara mikroba saprofit
dengan bakteri parasit. Bakteri saprofit disebut juga saprobakteri atau saproba (sapros = sampah), yakni kelompok
mikroba yang hidup dari zat-zat organic yang telah berupa sisa-sisa atau sampah, sedangkan mikroba parasit yang
dapat dipiara di luar hospes dinamakan mikroba parasit fakultatif. Dan mkroba yang tidak mungkin hidup kecuali pada

hospesnya dinamakan mikroba parasit obligat. Sedangkan mikroba yang menyebabkan penyakit yang dapat
mengganggu hospes disebut mikroba patogen.
Berkaitan dengan masalah pembagian mikroba berdasarkan zat gizi, ada beberapa istilah yang menyatakan keadaan
fisis pada waktu zat organic memasuki sel, yakni:

Osmotrof, yakni organism yang mengambil semua zat gizi dalam bentuk larutan, misalnya bakteri dan cendawan.
Fagotrof, yakni organism yang dapat mengambil partikel makanan padat dengan mekanisme yang dinamakan

fagositosis, misalnya protozoa.


Auksotrof, yakni organism yang di samping memerlukan sumber karbon utama, juga memerlukan tambahan satu
atau lebih zat gizi organic (factor tumbuh), misalnya pada banyak alga dan bakteri fotoototrof.

DAFTAR PUSTAKA
Lud Waluyo. 2004. Mikrobiologi Umum. Malang: UMM Press.

Medium Biakan dan Teknik Biakan Murni


Medium Biakan

Pembiakan mikroba dalam laboratorium memerlukan medium yang berisi zat hara serta lingkungan pertumbuhan yang
sesuai dengan mikroorganisme. Zat hara digunakan oleh mikroorganisme untuk pertumbuhan, sintesis sel, keperluan
energy dalam metabolism, dan pergerakan. Lazimnya, medium biakan berisi air, sumber energy, zat hara sebagai
sumber karbon, nitrogen, sulfur, fosfat, oksigen, hydrogen. Dalam bahan dasar medium dapat pula ditambahkan factor
pertumbuhan berupa asam amino, vitamin atau nukleotida.
Medium biakan yang digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme dalam bentuk padat, semi-padat, dan cair.
Medium padat diperoleh dengan menambahkan agar. Agar digunakan sebagai pemadat karena tidak dapat diuraikan
oleh mikroba, dan membeku pada suhu di atas 45 oC. Kandungan alga sebagai bahan pemadat dalam medium adalah
1,5-2,0%.
Setelah medium biakan disiapkan, harus disterilkan terlebih dahulu sebelum digunakan untuk membiakkan mikroba. Bila
medium biakan yang disiapkan tidak disterilkan, mikroba pencemar akan tumbuh dan menyebabkan kekeruhan medium.
Adanya mikroba pencemar menyebabkan kita tidak mengetahui apakah perubahan yang terjadi dalam medium
disebabkan mikroba yang ditumbuhkan atau oleh mikroba pencemar. Sterilisasi dapat dilakukan dengan autoklaf atau
dengan berbagai macam saringan.
Perbedaan sifat-sifat mikroba terhadap induk semangnya akan berpengaruh terhadap medium apa yang akan dipakai.
Berdasarkan hal tersebut, media terbagi menjadi 2 golongan besar:
1. Media Hidup
Media hidup pada umumnya dipakai dalam Laboratorium Virologi untuk pembiakan berbagai virus, sedangkan
dalam Laboratorium Bakteriologi hanya beberapa bakteri tertentu saja dan terutama pada hewan percobaan. Contoh
media hidup adalah hewan percobaan (termasuk manusia), telur berembrio, biakan jaringan, dan sel-sel biakan
bakteri tertentu untuk penelitian bakteriofage (bakteri yang terinfeksi oleh virus).
2. Media Mati
Media mati terbagi menjadi beberapa macam, yakni:
Media padat
Media padat diperoleh dengan cara menambahkan agar-agar. Alga berfungsi sebagai bahan pemadat.
Media setengah padat
Media setengah padat dibuat dengan bahan sama dengan media padat, akan tetapi yang berbeda adalah

komposisi agarnya. Media ini digunakan untuk melihat gerak bakteri secara mikroskopis.
Media cair (media sintesis)
Pada media mati juga dikenal adanya media sintesis. Media sintesis merupakan media yang mempunyai
kandungan dan isi bahan yang telah diketahui secara terperinci. Media sintesis sering digunakan untuk
mempelajari sifat faali dan genetika mikroorganisme. Senyawa anorganik dan senyawa organic yang
ditambahkan dalam media sintetik harus murni. Dengan demikian media sintetik harganya cukup mahal. Contoh
media sintetik antara lain, cairan Hanks, Locke, Thyrode, Eagle.

Teknik Biakan Murni (Penanaman dan Isolasi)


Pekerjaan memindahkan mikroba dari medium lama ke medium yang baru harus dilaksanakan secara teliti. Terlebih
dahulu harus diusahakan agar semua alat-alat yang digunakan benar-benar steril. Hal ini untuk menghindarkan

terjadinya kontaminasi, yakni masuknya mikroorganisme yang tidak kita inginkan. Beberapa langkah pada pekerjaan
inokulasi dan isolasi mikroba adalah sebagai berikut:
1. Menyiapkan ruangan
Ruang tempat inokulasi harus bersih dan bebas angin. Dinding ruang yang basah menyebabkan butir-butir debu
menempel. Pada waktu mengadakan inokulasi, akan lebih baik bila meja tempat inokulasi didasari dengan kain
basah. Pekerjaan inokulasi dapat dilakukan di dalam suatu kotak berkaca (ent-kas). Di laboratorium untuk membuat
vaksin, serum, dan lain sebagainya, udara yang masuk ke dalam ruangan dilewatkan saringan yang disinari dengan
sinar ultra violet.
2. Pemindahan dengan Kawat Inokulasi
Ujung kawat inokulasi sebaiknya dari platina atau dari nikrom. Ujung kawat boleh lurus, boleh juga berupa kolongan
yang berdiameter 1-3 mm. lebih dahulu ujung kawat ini dipijarkan, sedang sisanya sampai tangkai cukup dilewatkan
nyala api saja. Setelah dingin kembali, ujung kawat itu disentuhkan pada suatu koloni. Mulut tabung tempat
pemiaraan dipanasi juga setelah sumbatnya diambil. Setelah pengambilan inokulum (sampel bakteri) selesai, mulut
tabung dipanasi lagi kemudian disumbat seperti semula. Ujung kawat yang membawakan inokulum tersebut
digesekkan pada medium baru atau pada suatu kaca benda, kalau tujuannya memang akan membuat suatu
sediaan.
3. Pemindahan dengan Pipet
Cara ini dilakukan misalnya pada penyelidikan air minum atau penyelidikan susu. Sebanyak 1 mL sampel diambil
kemudian diencerkan dengan 99 mL air murni yang disterilkan. Larutan sampel yang sudah encer diambil sebanyak
1 mL kemudian dicampurkan dengan medium agar-agar yang masih dalam keadaan cair dan diaduk-aduk. Agaragar yang masih encer kemudian dituangkan ke dalam cawan petri. Setelah agar-agar membeku, cawan petri yang
berisi biakan baru disimpan dalam tempat yang aman, misalnya incubator. Penyimpanan cawan dilakukan secara
terbalik, yakni permukaan medium menghadap ke bawah. Hal ini untuk menghindari tetesnya air yang mungkin
melekat pada dinding dalam tutup cawan. Piaraan yang diperoleh dengan cara seperti itu dikenal dengan nama
piaraan adukan. Dengan cara ini, bakteri yang diinokulasi tadi dapat menyebar luas ke seluruh medium. Bakteri
yang aerob maupun yang anaerob. Dapat tumbuh di situ dan banyaknya koloni dapat dihitung dengan mudah.
4. Teknik Biakan Murni (Cara Menyendirikan Piaraan Murni)
Di alam bebas tidak ada mikroba yang hidup sendiri dan terlepas dari spesies yang lain. Seringkali mikroba
pathogen ditemukan secara bersama-sama dengan mikroba saprobe (saprobakteri). Dalam teknik biakan murni
tidak saja diperlukan bagaimana memperoleh suatu biakan murni, tetapi juga bagaimana memelihara serta
mencegah pencemaran dari luar. Medium untuk membiakkan mikroba harus steril sebelum digunakan. Pencemaran
(kontaminasi) dari luar terutama berasal dari udara yang mengandung banyak mikroorganisme. Teknik biakan murni
untuk suatu spesies dikenal dengan beberapa cara, yaitu:
a. Cara Pengenceran
Cara ini dilakukan pertama kali oleh Lister pada tahun 1865. Lister berhasil memiara murni Streptococcus lactis
yang diisolasi dari susu yang sudah masam. Caranya adalah dengan mengencerkan suatu suspensi yang
berupa campuran bermacam-macam spesies kemudian diencerkan dalam suatu tabung tersendiri. Dari
pengenceran ini kemudian diambil 1 mL untuk diencerkan lagi. Kalau perlu, dari enceran yang kedua ini diambil
1 mL untk diencerkan lebih lanjut.
Langkah selanjutnya adalah dari pengenceran yang ketiga di atas diambil 0,1 mL untuk disebarkan pada suatu
medium padat. Kemungkinan besar kita akan mendapatkan beberapa koloni tumbuh dalam medium tersebut,
tetapi mungkin juga kita memperoleh satu koloni saja. Dalam hal demikian, kita telah memperoleh satu satu
koloni murni yang selanjutnya kita jadikan sebagai biakan murni. Jika kita belum yakin bahwa koloni tunggal

yang kita peroleh tersebut murni, kita dapat mengulang pengenceran dengan menggunakan koloni tersebut
sebagai sampel.
b. Cara Penuangan
Isolasi dilakukan dengan menggunakan medium cair dengan cara pengenceran seperti dijelaskan di atas.
Prinsip melakukan pengenceran adalah dengan menurunkan jumlah mikroorganisme sehingga suatu saat hanya
ditemukan suatu sel dalam satu tabung. Demikian juga dengan cara penuangan.
Metode ini pertama kali dilakukan oleh Robert Koch (1843-1905). Caranya adalah dengan mengambil sedikit
sampel campuran bakteri yang sudah diencerkan kemudian disebarkan dalam suatu medium dari kaldu dan
gelatin encer. Setelah medium mengental, maka beberapa jam kemudian nampaklah koloni yang masingmasing dapat dianggap murni. Dengan mengulang pekerjaan seperti di atas, akhirnya akan diperoleh biakan
murni yang lebih terjamin.
Dalam penemuan metode penuangan ini ada dua orang pembantu Koch yang sangat berjasa, yaitu Petri yang
menciptakan cawan dengan tutup yang sekarang dikenal dengan cawan petri (petri dish). Orang yang kedua
adalah Hesse yang menemukan agar-agar untuk menggantikan gelatin. Hal ini karena agar-agar memiliki sifat
yang lebih baik dari pada gelatin untuk bahan pengental suatu medium. Agar-agar tidak mudah mencair karena
titik cairnya 95 oC. Teknik ini sekarang disebut dengan teknik agar tuang.
c. Cara Penggesekan/Penggoresan
Cara ini lebih menguntungkan bila ditinjau dari sudut ekonomi dan waktu, tetapi memerlukan ketrampilan yang
diperoleh dari latihan. Penggoresan yang sempurna akan menghasilkan koloni yang terpisah. Tetapi kelemahan
cara ini adalah bakteri-bakteri anaerob tidak dapat tumbuh.
Bakteri yang memiliki flagel seringkali membentuk koloni yang menyebar terutama bila digunakan lempengan
agar yang basah. Untuk mencegah hal ini, harus digunakan lempengan yang benar-benar kering. Untuk
mendapatkan koloni yang terpisah, sewaktu melakukan goresan harus memperhatikan:
Gunakan ose (sengkelit) yang telah dingin untuk menggores permukaan lempengan agar. Sengkelit yang

panas akan mematikan mikroorganisme sehingga tisak terjadi pertumbuhan pada bekas goresan
Sewaktu menggores, sengkelit dibiarkan meluncur di atas permukaan lempengan. Agar yang luka akan

mengganggu pertumbuhan mikroorganisme sehingga sulit diperoleh koloni yang terpisah.


Sengkelit harus dipijarkan setelah menggores suatu daerah. Hal ini dilakukan untuk mikroorganisme yang

melekat pada mata ose dan mencegah pencemaran pada penggoresan berikutnya
Menggunakan tutup cawan petri untuk melindungi permukaan supaya terhindar dari pencemaran.
Membalikkan lempengan agar untuk mencegah air kondensasi jatuh di atas permukaan sehingga dapat
menyebabkan terjadinya penyebaran koloni.

Ada beberapa teknik penggoresan, yaitu:


a) Goresan T
- Lempengan dibagi menjadi 3 bagian dengan huruf T pada bagian luar dasar cawan petri
- Inokulasikan daerah I sebanyak mungkin dengan gerakan sinambung
- Panaskan ose dan biarkan dingin kembali
- Gores ulang daerah I sebanyak 3-4 kali dan teruskan goresan di daerah II
- Pijarkan kembali ose dan biarkan dingin kembali
- Prosedur di atas diulangi untuk daerah III
b) Goresan kuadran
Teknik ini sama dengan goresan T, hanya lempeng agar dibagi menjadi 4 bagian.
c) Goresan radian
- Goresan dimulai dari bagian pinggir lempengan
- Pijarkan ose dan dinginkan kembali
- Putar lempengan agar 90o dan buat goresan terputus dimulai dari bagian pinggir lempengan.
- Putar lempengan agar 90o dan buat goresan terputus di atas goresan sebelumnya.
- Pijarkan ose.
d) Goresan sinambung

Ambil satu mata ose suspense dan goreskan setengah permukaan lempeng agar
Pijarkan ose, putar lempengan 180 o, gunakan sisi mata ose yang sama dan gores pada sisa permukaan

lempeng agar
d. Cara Penyebaran (Agar Sebar)
Pengenceran sampel sama pada cara penuangan. Dengan memipet sebanyak 0,1 mL cairan dari botol
pengencer dan biarkan cairan mengalir ke atas permukaan agar. Cairan sampel disebarkan dengan penyebar
yang terbuat dari gelkas. Pada teknik ini, sterilisasi penyebar dilakukan dengan mencelupkan ke dalam alcohol
dan kemudian dipanaskan sehingga alcohol terbakar habis. Penyebar didinginkan dahulu sebelum digunakan
untuk menyebarkan cairan sampel pada permukaan agar. Penyebaran cairan sampel dilakukan dengan
memutar agar lempengan tersebut.
e. Cara Pengucilan Satu Sel (Single Cell Isolation)
Cara ini dengan menggunakan suatu alat yang dapat memungut satu bakteri dari sekian banyak bakteri, dengan
tanpa ikutnya bakteri yang lain. Alat semacam ini tidak mudah untuk menggunakannya. Alat ini berupa
mikropipet yang ditempatkan pada suatu micromanipulator.
Teknik ini dilakukan dengan membuat beberapa tetesan bergantung pada suatu kaca penutup dengan
menggunakan mikropipet. Pekerjaan ini dilakukan di bawah kaca obyektif mikroskop. Bila tampak suatu tetesan
yang hanya mengandung satu bakteri, maka dengan pipet yang lain tetesan dipindahkan ke suatu medium
encer dengan tujuan bakteri tersebut berbiak lebih dahulu. Dari pembiakan ini akan diperoleh biakan murni.
f. Cara Inokulasi pada Hewan
Metode ini didasarkan pada kenyataan bahwa tidak semua bakteri dapat tumbuh di dalam tubuh seekor hewan.
Misalnya kita ambil bahan pemeriksaan berupa dahak (sputum) dari seseorang yang disangka menderita TBC.
Bila dahak disuntikkan ke dalam tubuh tikus putih, maka saprobe akan ikut serta, tetapi tidak dapat bertahan
hidup sehingga kemudian hanya kita dapatkan kuman TBC saja. Biakan murni Pneumococcus dapat diperoleh
dengan cara demikian juga.
Bakteri yang tertinggal dalam tubuh tikus yang sakit atau mati dapat dipindahkan ke dalam medium yang sesuai.
Inokulasi dilakukan di dalam kulit (intracutaneous), di bawah kulit (subcutaneous), di dalam otot (intramuscular),
dan dapat juga pada rongga tubuh atau tempat lain.
DAFTAR PUSTAKA
Lud Waluyo. 2004. Mikrobiologi Umum. Malang: UMM Press.

A. MAKRONUTRIN
Tiap sel harus mensintesis sendiri konstituen tubuhnyab dari zat-zat sederhana yang ditemukan dalam
lingkungannya. Kebanyakan dari zat-zat ini berupa makanan dalam bentuk suspense atau larutan yang ditemukan
dalam air laut, sungai, danau, air selokan, atau bahan-bahan organik lain yang mengalami penguraian, dan
sebagainya. Sifat fisika dan kimia dari habitat ini menentukan jenis organisme yang dapat tumbuh atau hidup di
lingkungan tersebut.
Selain air, ada 7 komponen utama yang dibutuhkan semua makhluk hidup, yaitu karbon, oksigen, nitrogen,
hydrogen, fosfor, sulfur, dan kalium. Unsur-unsur ini merupakan 95% dari bobot kering sel, dan semuanya berada
dalam senyawaan yang sama dalam tiap sel (protein, lemak, karbohidrat, DNA, RNA, dsb), dan juga pada virus.
Selain itu ada pula 5 unsur yang dibutuhkan dalam jumlah lebih sedikit, yaitu natrium, kalsium, dan khlor dalam
senyawaan kimia yang berbeda pada tiap spesies, besi dibutuhkan untuk pengangkutan electron dalam organisme
aerob (penggunaan oksigen), sedangkan magnesium digunakan untuk fotosintesis organisme.
Pada umumnya semua jenis sel (tumbuhan, hewan, protista) dapat mengasimilasi unsur-unsur logam yang
dibutuhkan dalam bentuk garam yang dapat larut. Garam anorganik seperti fosfat (misalnya KH 2PO4) biasanya
berlaku sebagai sumber P. Karbon dalam bentuk CO 2 dapat digunakan oleh banyak spesies bakteri (beberapa
bakteri mendapatkan C dalam bentuk organik).
1) Nitrogen dan Sulfur
Kedua unsur ini harus berada dalam bentuk reduksi untuk kombinasi organik, misalnya nitrogen sebagai asam
amino (R-NH2) atau sulfur sebagai persenyawaan sulfhidril (R-SH). Beberapa genus bakteri secara enzimatik
(enzim nitrogenase) dapat mereduksi nitrogen atmosfer untuk sintesis persenyawaan organik dalam sel. Proses
ini disebut fiksasi nitrogen biologis. Organisme yang tidak memiliki enzim yang diperlukan untuk mengkatalisis
reduksi N dan S harus mendapatkan unsur-unsur ini dalam bentuk sudah direduksi, misalnya N sebagai garam
ammonium atau sebagai persenyawaan organik yang mengandung N seperti asam-asam amino, S sebagai H 2S
atau sulfide lain atau persenyawaan organik yang mengandung S seperti persenyawaan merkapto.
2) Hidrogen dan Oksigen
Unsur-unsur ini biasanya digunakan sebagai air untuk keperluan seperti pelarutan, hidrolisis, ionisasi, osmosis,
dan sebagainya. Dalam bentuk molekul, unsur-unsur ini mempunyai fungsi yang lain.
a. Hidrogen Molekuler
Digunakan oleh beberapa spesies bakteri sebagai sumber energi (misalnya Hydrogemonas). Organisme ini
dapat tumbuh dalam larutan yang seluruhnya mengandung mineral dengan menggunakan CO 2 dari udara
sebagai sumber karbon dan mengoksidasi H 2 menjadi H2O sebagai sumber energi.

b. Oksigen Molekuler
Peranan oksigen molekuler sangat penting terutama dalam mekanisme memperoleh energi pada sel dan
mempunyai hubungan lain terhadap kehidupan sel. Sumber dan pemakaian oksigen berbeda-beda pada
berbagai spesies.
Sehubungan dengan penggunaan oksigen molekuler, dikenal sekurang-kurangnya lima kelompok
organisme sebagai berikut:
1. Obligat aerob, membutuhkan O2 yang sangat banyak sebagai akseptor akhir dalam oksidasi biologis
atau respirasi aerob
2. Obligat anaerob, tidak membutuhkan oksigen bebas. Bahkan jika kontak dengan oksigen akan
mengakibatkan penghambatan atau mematikan organisme tersebut. Karena tidak dapat menggunakan
oksigen dalam proses metabolism untuk memperoleh energi, maka energi itu diperoleh dengan
menggunakan sebagian dari molekul suatu zat (misalnya glukosa) sebagai donor electron dan
memindahkannya ke bagian lain dari molekul tersebut, yang dengan demikian bertindak juga sabagai
akseptor electron dengan hasil keluarnya energi untuk sel tersebut. Proses ini dinamakan fermentasi.
Bagi genus Clostridium, O2 adalah toksik karena digunakan sebagai H-akseptor untuk membentuk H 2O2
dan karena organisme ini tidak dapat menguraikannya, sehingga persenyawaan ini menumpuk dan
mematikan organisme tersebut.
3. Fakultatif aerob/fakultatif anaerob dapat menggunakan O 2 sebagai akseptor electron. Atau sebagai
penggantinya diambil oksigen dari garam-garam seperti NaNO 3, Na2SO4, atau karbonat. Penggunaan
pengganti ini kadang-kadang disebut juga respirasi anaerob.
4. Mikroaerofil, organisme dari golongan ini mati atau terhambat pertumbuhannya oleh tegangan oksigen
penuh. Pertumbuhan terbaik bagi organisme ini ialah pada konsentrasi oksigen terbatas.
5. Indiferen, ialah organisme yang tidak membutuhkan O 2 bebas ataupun terhambat olehnya, kecuali
dalam keadaan tertentu.
3) Karbon
Dalam memenuhi kebutuhan karbon, organisme dibagi menjadi 2 golongan dengan alasan sebagai berikut:
a. Organisme itu dapat semata-mata hidup dari diet bahan organik (diet mineral) dengan menggunakan CO 2
atau karbonat sebagai satu-satunya sumber karbon. Golongan ini disebut autotrof.
b. Tidak dapat menggunakan CO2 sebagai satu-satunya sumber karbon, tetapi membutuhkan satu atau lebih
zat organik (glukosa, asam amino) di samping mineral sebagai sumber karbon. Golongan disebut heterotrof.
Metabolism aerob siklus TCA (Tri-Carboxylic Acid) bersifat esensial, oleh karena itu semua mikroorganisme
aerob dapat mengikat CO2 yang merupakan hasil respirasi sehingga gas ini tidak biasa ditambahkan pada
medium pembiakan. Tetapi bila biakan sangat banyak pengudaraannya (aerasi), khususnya bila sel itu
densitasnya rendah, maka CO2 begitu dibentuk dapat dibawa keluar oleh udara dan dengan demikian tidak akan
tampak adanya pertumbuhan. Dalam hal ini, pertumbuhan memerlukan pertambahan CO 2 dalam konsentrasi
yang sangat tinggi untuk fungsi-fungsi spesifik bagi beberapa bakteri. Misalnya pada bakteri Stafilokokus yang
toksigenik membutuhkan atmosfer dengan 10% CO 2 untuk produksi toksin secara maksimum, sedangkan
Brucella abortus membutuhkan konsentrasi 5-10% untuk pertumbuhan pada medium artificial. Kebutuhan CO 2
dari biakan dapat dipenuhi dengan menyediakan bahan dapur seperti CaCO 3 atau NaHCO3 yang akan
melepaskan CO2 bila biakan itu menghasilkan asam.
B. MIKRONUTRIN
Zat-zat yang tidak menghasilkan energi pada sel tetapi mutlak diperlukan untuk pertumbuhan dan untuk
menjalankan fungsi sel diberi bermacam-macam nama seperti nutrilit esensial, factor tumbuh, atau mikronutrin.

1. Mikronutrin Anorganik
Beberapa unsur logam berat (Co, Mo, Cu, Zn) sangat dibutuhkan untuk kehidupan sel meskipun jumlah yang
digunakan sangat sedikit. Kadang-kadang jumlah itu demikian kecilnya sehingga sukar dideteksi, atau bila
ditemukan tidak mudah dapat dipastikan apakah zat itu bersifat fungsional atau hanya merupakan kotoran
belaka. Zat-zat ini disebut unsur pelacak (trace element) atau mikronutrin organik. Zat-zat ini biasanya berfungsi
sebagai molekul kecuali dalam enzim-enzim dan vitamin tertentu, misalnya Co dalam vitamin B 12, Mo dalam
nitrase.
2. Mikronutrin Organik
Contoh mikronutrin organik adalah vitamin. Banyak bakteri tidak membutuhkannya, tetapi ada pula yang hampir
selalu memerlukannya seperti halnya pada manusia. Selain itu, beberapa asam amino seperti tryptophan
mempunyai kedudukan sebagai mikronutrin organik. Tanpa asam amino ini, Salmonella typhosa, Clostridium
tetani, Corynebacterium diphtheria, dan beberapa lainnya tidak dapat tumbuh, meskipun zat-zat lainnya lengkap
tersedia dan tryptophan itu hanya sedikit sekali dibutuhkan. Sebaliknya, banyak spesies mikroorganisme dapat
membuat tryptophan sendiri dan karena itu tidak memerlukan penambahan dalam makanannya.
Zat-zat lain yang bertindak sebagai mikronutrin organik untuk banyak spesies adalah purin dan pirimidin,
komponen-komponen dari DNA dan RNA.
DAFTAR PUSTAKA
Koes Irianto. 2006. Mikrobiologi Menguak Dunia Mikroorganisme Jilid 1. Bandung: Yrama Widya.
PEMBIAKAN BAKTERI
Pembiakan diperlukan untuk mempelajari sifat bakteri sehingga sapat mengadakan identifikasi, determinasi, atau
diferensiasi jenis-jenis yang ditemukan. Pertumbuhan ketahanan bakteri tergantung pada pengaruh luar, seperti
makanan (nutrisi), atmosfer, suhu, lengas, konsentrasi ion hydrogen, cahaya, dan berbagai zat kimia yang dapat
menghambat atau membunuh.
Menurut kebiasaannya, kebutuhan berbagai jenis bakteri itu berlainan, ada yang dapat hidup dalam lingkungan yang
luas dan ada pula yang hanya terbatas pada lingkungan yang sempit terutama yang masuk dalam golongan yang hidup
sebagai parasit pada manusia atau hewan, misalnya gonokokus tidak hanya dalam hal makanannya tetapi juga suhu
dan factor-faktor lainnya harus diperhatikan untuk dapat tumbuh di laboratorium.
Untuk menciptakan keadaan lingkungan yang tepat secara artificial sebagai pengganti keadaan di alam tidak mudah
sehingga seringkali sifat-sifat bakteri itu berubah bila telah lama hidup dalam medium artificial. Kebutuhan bakteri pada
umumnya adalah sebagai berikut:
1. Sumber energi yang diperlukan untuk reaksi-reaksi sintesis yang membutuhkan energi dalam pertumbuhan dan
restorasi, pemeliharaan keseimbangan cairan, gerak, dan sebagainya
2. Sumber karbon
3. Sumber nitrogen, sebagian besar unruk sintesis protein dan asam-asam nukleat
4. Sumber garam-garam anorganik, khususnya fosfat dan sulfat sebagai anion, serta potassium, sodium magnesium,
kalsium, besi, mangan sebagai kation

5. Bakteri-bakteri tertentu membutuhkan factor tumbuh tambahan, disebut juga vitamin bakteri, dalam jumlah sedikit
sekali untuk sintesis metabolik esensial
Beberapa organisme yang bukan parasit sanggup menggunakan karbon dioksida sebagai satu-satunya sumber karbon.
Organisme ini digolongkan dalam organisme litotrof (autotrof). Organisme yang dapat memperoleh energi dari senyawa
organik dengan cara oksidasi disebut kemolitotrof. Tetapi sebagian besar bakteri, termasuk yang hidup sebagai parasit,
membutuhkan makanan organik seperti karbohidrat, asam amino, peptide, atau lipida sebagai sumber karbon dan
energi dan digolongkan dalam organisme organotrof (heterotrof).
Medium pembiakan yang digunakan untuk mengembangbiakkan baketri di laboratorium dapat dibedakan dalam:
medium pembiakan dasar, medium pembiakan penyubur, medium pembiakan selektif, dan cara mendapatkan biakan
murni.
A. Medium Pembiakan Dasar
Medium pembiakan dasar adalah medium pembiakan sederhana yang mengandung zat-zat yang umum diperlukan
oleh sebagian besar mikroorganisme, dan dipakai juga sebagai komponen dasar untuk membuat medium
pembiakan lain. Medium ini dibuat dari 3 gram ekstrak daging, 5 gram pepton, dan 1000 mL air, dinamakan juga
bulyon nutrisi. Dengan penambahan 15 gram agar-agar diperoleh apa yang disebut agar nutrisi atau bulyon agar.
Sebagai pengganti ekstrak daging dapat dipakai air kaldu yang dibuat dari 1 kg daging segar bebas lemak yang
direbus dengan air sampai diperoleh 2000 mL air kaldu setelah disaring, kemudian ditambah 0,5% natrium klorida.
B. Medium Pembiakan Penyubur
Medium pembiakan penyubur dibuat dari medium pembiakan dasar dengan penambahan zat-zat lain untuk
mempersubur pertumbuhan bakteri tertentu, yang pada medium pembiakan dasar tidak dapat tumbuh dengan baik.
Untuk keperluan ini, ke dalam medium pembiakan dasar sering ditambah darah, serum, cairan tubuh, ekstrak hati,
otak, dan sebagainya.
C. Medium Pembiakan Selektif
Medium pembiakan selektif digunakan untuk menyeleksi bakteri yang diperlukan dari campuran dengan bakteribakteri lain yang terdapat dalam bahan pemeriksaan. Dengan penambahan zat-zat tertentu bakteri yang dicari dapat
dipisahkan dengan mudah. Medium pembiakan selektif berdasarkan pada sifat kerjanya, dapat dibedakan menjadi:
1. Selektivitas karena perbedaan tumbuh
2. Selektivitas karena penghambatan tumbuh
Medium pembiakan selektif dalam pemakaiannya diberi bermacam-macam bentuk yang sesuai dengan tujuannya,
yaitu sebagai berikut:
1. Bentuk medium cair
2. Bentuk medium padat dengan penambahan agar-agar atau gelatin.
a. Bentuk lempeng, dibekukan dalam pinggan petri
b. Bentuk miring, dibekukan dalam keadaan miring dalam tabung
c. Bentuk tegak, dibekukan dalam keadaan tegak dalam tabung. Bila konsentrasi agarnya dikurangi menjadi
- % menjadi medium setengah padat yang digunakan untuk pemeriksaan gerak bakteri.
D. Cara Mendapatkan Biakan Murni
Untuk menegakkan diagnosis bakteriologis sebaiknya biakan bakteri berada dalam keadaan murni atau tidak
tercampur dengan bakteri-bakteri lain. Biakan murni diperlukan untuk mempelajari ciri-ciri koloni, sifat-sifat biokimia,

morfologi, reaksi pengecatan, reaksi imunologi, dan kerentanan bakteri terhadap zat antibakteri. Pada umumnya
biakan murni dapat diperoleh dengan cara-cara berikut:
1. Cara Penggarisan
Cara penggarisan dilakukan pada medium pembiakan padat bentuk lempeng. Bila dilakukan dengan baik cara
ini adalah yang paling praktis. Setiap laboratorium memiliki cara atau metode pengerjaan yang berbeda-beda,
tetapi tujuannya adalah sama, yaitu untuk membuat garis sebanyak mungkin pada permukaan lempeng medium
pembiakan dengan ose atau jarum bahan pemeriksaan yang terlepas pada garis-garis tersebut semakin lama
semakin sedikit, sehingga pada garis-garis terakhir koloni-koloni bakteri yang terbentuk akan terpisah agak jauh.
Sebelum dilakukan penanaman harus diperhatikan agar permukaan lempeng medium pembiakan itu kering, bila
masih terdapat tetes embun perlu dikeringkan dahulu dengan cara menyandarkan pinggan petri terbalik pada
tepi tutupnya.
2. Cara Tuang
Isolasi bakteri dengan cara tuang ini umumnya dilakukan untuk menentukan perkiraan jumlah bakteri hidup
dalam suatu cairan, misalnya air, susu, atau biakan bulyon. Hasilnya dinyatakan dalam jumlah koloni, yang
berarti jumlah bakteri hidup dalam tiap milliliter cairan yang diperiksa. Cara pengerjaannya adalah sebagai
berikut:
a. Dari suspense bahan pemeriksaan dibuat pengenceran
b. Dari tiap pengenceran diambil 1 mL dan diletakkan ke dalam pinggan petri steril
c. Ke dalam tiap pinggan petri tersebut dituang medium pembiakan yang telah dicairkan dan didinginkan
sampai suhu kira-kira 40o-45oC. Dengan perlahan-lahan pinggan petri itu digoyang dengan gerakan
memutar tanpa diangkat dari permukaan meja, sehingga bahan pemeriksaan tercampur rata dalam medium
pembiakan kemudian didiamkan sampai beku
d. Pengeraman dilakukan pada suhu yang sesuai selama 18-20 jam, kemudian koloni-koloni dihitung. Dalam
hal pemeriksaan tidak murni untuk penelitian koloni bakteri yang dicari, ciri-ciri koloni dan reaksi terhadap
medium pembiakan membantu memisahkan berbagai tipe bakteri.
Ketelitian sangat diperlukan dalam menghitung bakteri yang terdapat pada lempeng-lempeng yang mengandung
jumlah antara 30-300 koloni.
Bila telah diperoleh koloni-koloni yang terpisah, dapat dibuat biakan murni dengan cara memindahkan koloni ke
dalam medium pembiakan miring untuk diperbanyak atau disimpan untuk keperluan lain. Caranya adalah
sebagai berikut:
a. Dari satu koloni yang terpisah diambil seperempat bagian untuk dibuat preparat pengecatan. Hal ini perlu
untuk mengetahui morfologi dan rekasi pengecatan, dan kemurnian koloni
b. Bila preparat menunjukkan bahwa koloni itu murni terdiri dari satu jenis dan sesuai dengan yang diperlukan,
maka dari sisa koloni diambil lagi sebagian untuk ditanam dalam medium pembiakan miring kemudiankan
dieramkan dan disimpan untuk persediaan atau untuk kelanjutan pemeriksaan
c. Sisa selanjutnya dipakai untuk pemeriksaan sifat-sifat biokimia, seperti penanaman dalam deretan gula,
INVIC, gerak. Bila dalam hal ini diperoleh hasil yang meragukan, pemeriksaan ini dapat diulang dengan
menggunakan biakan murni dari pertumbuhan dalam medium pembiakan miring.
3. Cara Menanam dalam Medium Pembiakan Miring
a. Tabung medium pembiakan miring dipegang dengan tangan kiri di bagian ujung bawah. Bahan penanaman
diambil dengan jarum dari koloni pada lempeng biakan

b. Dengan jari kelingking tangan kanan tutup tabung dijepit dan sambil diputar ditarik keluar. Setelah itu segera
mulut tabung dijilatkan pada api
c. Dengan mulut tabung masih tetap menghadap air (jarak kira-kira 10-15 cm), biakan yang melekat pada
ujung jarum ditanam pada permukaan medium pembiakan miring tersebut dengan dimulai dari dasar tabung
dibuat garis berkelok-kelok sampai ke atas. Cara ini dilakukan bila penanaman ini hanya dimaksudkan untuk
memperbanyak biakan atau untuk persediaan.
d. Segera setelah menanam, mulut tabung dijilatkan pada api kemudian segera ditutup. Jarum bekas
penanaman dipijarkan sebelum diletakkan kembali ke tempatnya
e. Pengeraman dilakukan pada suhu yang sesuai selama 18-20 jam
Dalam hal medium pembiakan miring digunakan untuk mempelajari salah satu sifat pertumbuhan, maka
penanaman tidak digariskan berkelok-kelok, tetapi penanaman dilakukan dengan menarik garis dari dasar
tabung lurus ke atas.
4. Cara Pemeriksaan Pertumbuhan Bakteri
a. Medium Pembiakan Cair
1) Medium menjadi keruh merata (homogen) atau tampak granuler melekat pada dinding dan dasar tabung
2) Permukaan cairan adakalanya berbentuk membrane atau stalaktit
3) Bagaimana reaksi medium pembiakan terutama yang mengandung darah atau zat-zat lain sebagai
makanan tambahan atau indicator
4) Apakah pertumbuhan menghasilkan gas atau tidak (dilihat dalam tabung durham)
5) Apakah pertumbuhan menimbulkan bau yang khas
b. Medium Pembiakan Padat
Pada semua medium pembiakan padat, baik yang berbentuk lempeng maupun miring, perlu diperhatikan:
1) Bentuk koloni
Koloni-koloni biasanya menonjol dari permukaan medium pembiakan, dan sifat penonjolan ini dapat
berbentuk datar, datar meninggi, konveks, muncung, gong, berlekuk tengah (berpusat).
2) Ukuran koloni
Menurut diameter rata-rata, ukuran koloni berbeda-beda pada berbagai jenis.
3) Rupa koloni
Rupa koloni dapat seperti sebuah titik, bulat, tidak rata, miseloid, berfilamen, atau rizoid.
4) Permukaan koloni
Permukaan koloni dapat licin (smooth), kasar (rough), berlingkaran (konsentris), berjari (radial).
5) Tepi koloni
Tepi koloni dapat rata, berombak, berkeping, bergerigi, berfilamen.
6) Struktur bagian tengah
Lebih ke dalam dari tepi, struktur koloni dapat berbentuk amorf, bergranula halus atau kasar, berfilamen,
keriting, atau konsentris.
7) Warna koloni (kromogenesis)
Koloni dapat berwarna kuning, merah hijau, tengguli, berfluoresensi, dan lain-lain.
8) Bau koloni
Ada koloni yang berbau khas atau berbau menyerupai bau benda lain, atau tidak berbau sama sekali.
9) Kepadatan koloni
Koloni dapat berupa lendir, liat, seperti mentega, getas.
Pada medium pembiakan penyubur (euriched medium), khususnya yang ditambah darah, harus
diperhatikan perubahan yang terjad pada medium tersebut. Pada medium pembiakan darah ditemukan
kemungkinan-kemungkinan sebagai berikut:
a. Alfa-hemolisis, di sekitar koloni terdapat daerah kehijauan
b. Beta-hemolisis, di sekitar koloni terdapat daerah bening
c. Anhemolisis, di sekitar koloni tidak terdapat perubahan

Pada medium pembiakan diferensial, koloni-koloni dari berbagai jenis bakteri dapat dibedakan karena reaksi
pertumbuhan yang tidak sama terhadap salah satu komponen medium yang sengaja ditambahkan ke dalam
medium. Komponen yang ditambah lebih diarahkan pada penghambatan tumbuh bakteri-bakteri kontaminan
yang turut serta.

Anda mungkin juga menyukai