Anda di halaman 1dari 35

UJI BAKTERI ESCHERICIA COLI

PADA DEPO AIR MINUM ISI ULANG


Organisme koliform merupakan petunjuk adanya polusi kotoran
(faeses). Bahaya sehubungan dengan air minum adalah bila air tersebut
telah tercemar oleh bahan buangan atau kotoran manusia atau hewan
berdarah panas. Bila pengotoran semacam itu terjadi, maka air tersebut
mengandung bibit-bibit penyakit yang masih hidup. Meminum air
semacam itu dapat berakibat timbulnya penyakit demam usus atau
disentri.
Organisme yang paling umum digunakan sebagai mikroorganisme
indikator adalah E. Coli dan kelompok koliform secara keseluruhan.
Mikroorganisme

indikator

merupakan

kelompok

bakteri

yang

keberadaannya di makanan di atas batasan jumlah tertentu, yang dapat


menjadi indikator suatu kondisi yang terekspos dan dapat mengintroduksi
organisme hazardous (berbahaya) sehingga menyebabkan proliferasi
spesies patogen ataupun toksigen.
Koliform

sebagai

suatu kelompok

dicirikan

sebagai

bakteri

berbentuk batang, gram negatif, tidak membentuk spora, aerobik dan


anaerobik fakultatif yang memfermentasi laktosa dengan menghasilkan
asam dan gas dalam waktu 48 jam pada suhu 35 oC. Adanya bakteri
koliform di dalam makanan/ minuman menunjukkan kemungkinan adanya
mikroba yang

bersifat

enteropatogenik

dan

atau toksigenik yang

berbahaya bagi kesehatan. Bakteri koliform dapat dibedakan menjadi 2


grup yaitu : (1) koliform fekal misalnya Escherichia coli dan ( 2 )
koliform nonfekal misalnya Enterobacter

aerogenes. Escherichia

coli

merupakan bakteri yang berasal dari kotoran hewan atau manusia,


sedangkan Enterobacter aerogenes biasanya ditemukan pada hewan atau
tanam-tanaman yang telah mati. Jadi, adanya Escherichia coli dalam air
minum menunjukkan bahwa air minum itu pernah terkontaminasi feses
manusia dan mungkin dapat mengandung patogen usus. Oleh karena
itu, standar air minum mensyaratkan Escherichia coli harus nol dalam
100 ml.

Secara garis besar Escherichia

coli memiliki sifat-sifat bentuk

batang, gram negatif, tidak berkapsul, umumnya mempunyai fimbria dan


bersifat motile. Kehadiran
kehidupan

bakteri

coli

besar pengaruhnya

terhadap

manusia, terbukti dengan kualitas air minum, secara

bakteriologis tingkatannya ditentukan

oleh kehadiran bakteri tersebut

yang disajikan pada tabel dibawah ini.


Tabel 1. Batas maksimum cemaran mikroba dalam air mineral
Jenis Makanan

Jenis Pengujian

Air mineral

Angka lempeng total


MPN coliform
Escherichia coli*
Clostridium perfringens
Salmonella

Batas Maksimum
per gram/per ml
102
<3
0
0
negatif

Sumber :
Lampiran Surat keputusan Dirjen POM Nomor : 037267/B/SK/VII/89
Catatan :* 100 ml untuk jenis makanan bentuk cair
Cara kerja dalam menguji kualitas air minum dari sumber mata air
dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu sampling, pemilihan metode
analisis dan membandingkan data yang didapat dengan spesifikasi acuan
atau standar. Tiga langkah ini saling melengkapi dan berhubungan, karena
:
Heterogenitas distribusi dari mikroorganisme dalam sebagian besar
sampel berarti bahwa rencana sampling harus mampu memberikan
hasil secara statistik dalam hal standar.
Kekurangtepatan dalam kebanyakan teknik mikrobiologis kuantitatif
berarti bahwa standar/ acuan harus dihubungkan dengan data yang
diperoleh dengan metode khusus, dan
Jumlah sampel yang diperlukan dalam metode tes harus disertakan
dalam laporan saat memilih jumlah dari tiap-tiap sampel.

A. PENGAMBILAN SAMPLING
1. Survey
Tahap pertama dalam perencanaan sistem pemantauan air adalah
pengumpulan data mengenai keadaan lingkungan serta karakteristik dan
pemanfaatan sumber air. Berdasarkan data tersebut dapat direncanakan
lokasi pengambilan contoh yang tepat sesuai dengan keperluannya.
Survey

diperlukan

untuk

menetapkan

kecepatan

terhadap

pergantian gambaran mikrobiologis. Mengambil dan memeriksa sampel


sebanyak mungkin dalam satu shift, sehari atau bahkan satu minggu
(harus tepat), akan menunjukkan apakah pertambahan organisme dapat
muncul, apakah itu cepat atau bertahap

dan kapan waktu yang tepat

untuk mengambil sampel agar dapat mendeteksinya. Di sisi lain, survey


dapat mengindikasikan fluktuasi cepat dan tinggi dalam hitungan
mikrobial. Dalam kasus seperti itu, akan diperlukan untuk mengambil
sampel sesering mungkin sampai penyebab fluktuasi dapat diidentifikasi
dan dikoreksi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam menentukan tempat lokasi
sampling, dalam hal ini isi ulang air minum pada depo adalah :
a) Kualitas fisik yang meliputi kekeruhan, temperatur, warna, bau
dan rasa. Kekeruhan air dapat ditimbulkan oleh adanya bahanbahan

organik

dan

anorganik

yang terkandung di dalam air

seperti lumpur dan bahan-bahan yang berasal dari buangan. Dari


segi estetika, kekeruhan di dalam air dihubungkan dengan
kemungkinan pencemaran oleh air buangan.
b) Kualitas kimia yang berhubungan dengan ion-ion

senyawa

ataupun logam yang membahayakan, di samping residu dari


senyawa lainnya yang bersifat racun, seperti antara lain residu
pestisida. Dengan adanya senyawa-senyawa

ini

kemungkinan

besar bau, rasa dan warna air akan berubah, seperti yang umum
disebabkan oleh adanya perubahan pH air. Pada saat ini

kelompok logam berat seperti Hg, Ag, Pb, Cu, Zn, tidak diharapkan
kehadirannya di dalam air.
c) Kualitas

biologis, berhubungan

dengan kehadiran

mikroba

patogen (penyebab penyakit, terutama penyakit perut), pencemar


(terutama bakteri coli) dan penghasil toksin.
2. Frekuensi Pengambilan Sampling
Perubahan kualitas air yang terus menerus perlu dipertimbangkan
dalam penentuan waktu pengambilan sampel pada sumber air. Sampel
perlu diambil pada waktu tertentu dan periode yang tetap sehingga data
dapat digunakan untuk mengevaluasi perubahan kualitas air.
Kadar dari zat-zat tertentu di dalam air dipengaruhi oleh debit air
sungai atau volume sumber air. Selama debit aliran yang kecil dimusim
kemarau, frekuensi pengambilan contoh perlu ditingkatkan terutama pada
sungai yang menampung limbah industri, domestik dan pertanian.
Pengukuran debit air diperlukan pula untuk menghitung jumlah beban
pencemaran dan diperlukan pula untuk membandingkan kualitas air pada
debit rendah dan debit besar selama periode pemantauan.
Berdasarkan informasi yang telah dikumpulkan, dapat diketahui
parameter-parameter yang melebihi batas kriteria yang berlaku serta
frekuensi terjadinya. Dengan demikian dapat ditetapkan frekuensi
pengambilan contoh yang diperlukan dan pengambilan contoh secara
rutin dapat dilaksanakan.
3. Sampling
Teknik sampling dipergunakan untuk memperoleh efisiensi dan
efektivitas dalam pelaksanaan pemeriksaan, agar hasil pemeriksaannya
dapat

dipertanggungjawabkan

dari

segi

mutu

pelaksanaan

tugas

pemeriksaan.
Sasaran dari sampling adalah untuk mengambil sampel tanpa
mengkontaminasinya dan untuk membawanya ke laboratorium dengan
perubahan yang minimum dalam status mikrobialnya. Dalam kondisi

penyimpanannya, sebaiknya juga meminimalisasi pertumbuhan atau


kematian dari mikroorganisme yang ada. Hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam pengambilan sampling adalah berapa sampel yang diperlukan dan
darimana diambilnya Jawabannya akan sangat dipengaruhi oleh sejarah
mikrobiologis dari produk itu sendiri.
Sampel

yang

diambil

dari

lapang

adalah

sampel

lapang.

Sedangkan yang digunakan untuk analisis adalah unit sampel. Dua


sampel ini mempunyai ukuran yang sama, tapi sebaiknya sampel lapang
harus lebih besar untuk mengantisipasi jika terjadi kecelakaan atau testing
ulang. Sampel lapang akan sering berada dalam wadah tertutup dengan
jumlah yang lebih besar daripada yang dibutuhkan untuk unit sampel. Tiap
unit sampel memberikan hanya satu hasil untuk tiap tes yang dilakukan.
Sebelum menentukan jumlah sampel atau unit sampel yang akan
diambil, sebaiknya diambil tindakan untuk mengerti signifikansi hasil yang
didapatkan jika mengambil lebih dari satu sampel. Semakin kecil
jumlahnya, semakin besar kemungkinan bahwa unit-unit yang tak dapat
diterima, tidak dapat ditemukan.
Sampling mengacu pada proses memilih suatu sampel/ contoh
bagian/ kelompok suatu total populasi. Dua hal yang harus diperhatikan
dalam pengambilan sampling adalah :
a. Probabilitas
b. Sampling Plan
a. Probabilitas
Dengan sampling probabilitas, tiap-tiap unsur populasi
mempunyai probabilitas yang telah diketahui dan telah termasuk
dalam sampel. Sebaliknya, dengan sampling non probabilitas, kita
tidak bisa menetapkan probabilitas masing-masing unsur yang
masing-masing unsur akan tercakup di dalam sampel.
Masing-masing pendekatan mempunyai keuntungan dan
kerugian.

Keuntungan

utama

dari

non

probabilitas

adalah

kenyamanan dan biaya. Kelemahannya adalah tidak bisa membuat

pernyataan tentang probabilitas statistik sampel yang ada. Sebagai


contoh, kita tidak bisa menghitung suatu interval kepercayaan
untuk masalah estimasi atau range penerimaan tes hipotesa.
Sampling probabilitas memungkinkan untuk menyatakan
probabilitas statistik sampel. Kita dapat mengestimasi tingkatan
statistik sampel yang mungkin berbeda dengan parameter populasi.
Nilai probabilitas mempunyai rentang dari 0 sampai 1. Pada
konteks ini, probabilitas nol (0) berarti tidak ada kemungkinan/
peluang

terjadi

tes

positif

(organisme

tidak

ada

sampel).

Probabilitas 1 berarti terdapat banyak organisme sehingga setiap


tes pasti akan positif.
Prinsip dari probabilitas adalah semakin banyak unit yang
diuji maka akan semakin besar kemungkinan bahwa organisme
yang akan terisolasi. Sebaliknya, semakin sedikit unit yang diuji,
semakin kecil peluang untuk mendeteksi adanya kontaminasi. Oleh
karena itu, pengambilan sampling harus memilih dengan hati-hati
jumlah sampel yang diambil karena hasil akan menggambarkan
kondisi riil dari sampel. Pertimbangan utama adalah menghindari
bias dalam prosedur sampling dan sampling plan.
b. Sampling Plan
Prosedur

sampling

dan

kriteria

penentuan

sampel

merupakan sampling plan. Sampel harus diambil dengan metode


yang tepat. Prosedur pengambilan dan penanganan sampel harus
diperhatikan sehingga tidak merubah mikro yang diuji. Dari sini halal yang harus diperhatikan adalah:

Faktor-faktor yang berhubungan dengan sampling plan


Prosedur sampling yang diambil pada penelitian di jurnal

adalah :
a. Pengambilan sampel pada tiga depo yaitu depo Elita, Tirta
Alam dan Sinta.

b. Penentuan

kualitas

koliform

dengan

uji penduga

(Presumtive test) dilakukan dengan 9 tabung (seri 3-3-3).


Medium yang digunakan adalah kaldu laktosa masingmasing tabung berisi

9 ml kaldu laktosa

dilengkapi

dengan tabung Durcham dalam posisi terbalik. Untuk


pengujian yang menggunakan 9 tabung, pada 3 seri tabung
pertama diisi 10 ml sampel air, 3 seri tabung kedua diisi
dengan 1 ml sampel air, dan 3 seri tabung ketiga diisi
dengan 0,1 ml sampel air. Semua tabung reaksi kemudian
diinkubasi pada inkubator pada suhu 37 oC. Setelah masa
inkubasi

1-2

24 jam

diamati

terbentuknya

(gelembung udara pada tabung Durcham) dan

gas
asam

(media menjadi keruh). Analisis dilakukan dengan metode


MPN (Most

Probable

Number)

atau

JPT

(Jumlah

Perkiraan Terdekat) dengan menggunakan seri 3-3-3.


c. Wawancara dengan pengelola depo air minum isi ulang
tentang sumber air baku yang digunakan dan prosedur
pemrosesan air minum isi ulang.
d. Pengumpulan dokumen

Menentukan

tempat

dan

media

untuk

petumbuhan

mikroorganisme
Pemeriksaan kehadiran
berdasarkan

bakteri

penggunaan

coli

medium

dari

air

dilakukan

kaldu laktosa

yang

ditempatkan di dalam tabung reaksi berisi tabung durham


(tabung

kecil yang

menangkap

gas

letaknya

yang

terjadi

terbalik,

digunakan

akibat fermentasi

untuk
laktosa

menjadi asam dan gas). Tergantung kepada kepentingan,


ada yang menggunakan sistem 3-3-3 (3 tabung untuk 10 ml, 3
tabung untuk 1,0 ml, 3 tabung untuk 0,1 ml) atau 5-5-5 .
Ada tiga hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan
tempat wadah sampel, yaitu:

a) penyerapan zat-zat kimia dari bahan wadah oleh contoh,


misalnya bahan organik dari plastik, natrium, boron dan
silika dari gelas;
b) penyerapan zat-zat kimia dari contoh oleh wadah, misalnya
penyerapan logam-logam oleh gelas atau bahan-bahan
organik oleh plastik;
c) terjadinya reaksi langsung antara contoh dengan wadah,
misalnya fluorida dengan gelas.
Pemilihan wadah sampel adalah tabung reaksi

berisi

tabung durham. Keuntungan pemakaian wadah gelas antara


lain

mudah

mencucinya,

mengecek

keadaannya

serta

mensterilisasikannya. Sedang kekurangannya adalah mudah


pecah selama pengangkutan.

Menentukan ukuran sampel yang diambil


Berdasarkan informasi dari prosedur sampling bahwa
pengambilan

sampling

berdasarkan

metode

pengambilan

contoh secara manual yang mudah diatur waktu dan tempatnya,


serta dapat menggunakan bermacam-macam alat sesuai
dengan keperluannya. Apabila diperlukan volume contoh yang
lebih banyak, contoh dapat diambil lagi dengan mudah. Selain
itu biaya pemeliharaan alat dengan cara ini tidak besar bila
dibandingkan dengan cara otomatis. Akan tetapi keberhasilan
pengambilan contoh secara manual sangat tergantung pada
keterampilan petugas yang melaksanakannya. Pengambilan
contoh

secara

manual

yang

berulang-ulang

dapat

menyebabkan perbedaan perlakuan yang dapat mengakibatkan


perbedaan hasil pemeriksaan kualitas air. Pengambilan contoh
secara manual sesuai untuk diterapkan pada pengambilan
contoh sesaat pada titik tertentu dan untuk jumlah contoh yang
sedikit. Sedangkan untuk pengambilan contoh yang rutin dan

berulang-ulang dalam periode waktu yang lama cara manual


memerlukan biaya dan tenaga kerja yang besar.
Penentuan ukuran sampel dalam jurnal ini dilakukan dengan
9 tabung (seri 3-3-3). Medium yang digunakan adalah kaldu
laktosa masing-masing tabung berisi 9 ml kaldu laktosa
dilengkapi dengan

tabung Durcham dalam posisi terbalik.

Untuk pengujian yang menggunakan 9 tabung, pada 3 seri


tabung pertama diisi 10 ml sampel air, 3 seri tabung kedua
diisi dengan 1 ml sampel air, dan 3 seri tabung ketiga diisi
dengan 0,1 ml sampel air.

Menjaga kestabilan mikro yang diambil dari sampel


Sebelum dianalisis dalam laboratorium, sampel harus dijaga
kemurniaannya

agar

rekontaminasi. Semua

representatif
tabung

reaksi

dan

tidak

terjadi

kemudian diinkubasi

pada inkubator pada suhu 37 oC. Setelah masa inkubasi 1-2


x 24 jam diamati terbentuknya gas (gelembung udara pada
tabung Durcham) dan asam (media menjadi keruh). Analisis
dilakukan dengan metode MPN (Most Probable Number) atau
JPT (Jumlah Perkiraan Terdekat) dengan menggunakan seri
3-3-3.
4. Distribusi Sampling
Sebelum dianalisa dalam laboratorium, sampel harus dalam
keadaan murni dari sumber pengambilan sampel. Jika sampel terlalu
besar untuk dibawa ke laboratorium, pindahkan sampel yang representatif
ke dalam wadah steril. Bersihkan area sekitar dari wadah dengan diseka
oleh alkohol 70%. Gunakan peralatan steril untuk membuka wadah dan
jangan digunakan sebelum di re-sterilisasi karena akan dibawa ke
laboratorium sebagai sampel lapang.
Peralatan yang tepat untuk mangambil sampel air, yaitu sebelum
mengambil sampel (biasanya dengan pipet) sebaiknya diaduk agar larutan

atau suspensi menjadi homogen. Berikan label pada tiap-tiap wadah


setelah sampel diambil. Catat dalam angka dan buat catatan di lain
tentang detail sampelnya. Bawa sampel ke laboratorium sesegera
mungkin karena dalam kondisi lingkungan yang ideal satu sel bakteri
setiap 20 menit akan membelah menjadi dua, sehingga dalam waktu tujuh
jam satu sel bakteri tersebut sudah akan membiak menjadi 2.097.152 juta
sel bakteri.
Sterilisasi-ulang peralatan di lapangan mungkin dibutuhkan. Jika
autoclave kecil, steamer atau oven uap panas tidak tersedia, masukkan
dalam 70% v/v etil alkohol lalu bakar atau dimasukkan selama 30 detik
dalam sanitizer baketrial yang sama dengan 100 ppm klorin tersedia,
dicuci dalam air steril dan dikeringkan dengan kain steril. Perlakuan
pembakaran dan alkohol jangan dilakukan jika terdapat resiko kebakaran
atau meledak, atau jika panas dapat merusak peralatan. Perlakuan
alkohol tidak membasmi spora bakterial.
B. METODE ANALISIS
Metode analisis digunakan untuk menganalisa sampel yang diambil
dari tempat pengambilan sampel. Sebelum melakukan isolasi, beberapa
hal yang harus diperhatikan, yaitu:
1. Preparasi Sampel
Preparasi sampel diperlukan untuk mengantisipasi terjadinya
rekontaminasi dalam laboratorium. Caranya adalah dengan melakukan
tekik transfer aseptis. Teknik transfer aseptis adalah suatu metode atau
teknik di dalam memindahkan atau mentransfer kultur bakteria dari satu
tempat ke tempat lain secara aseptis agar tidak terjadi kontaminasi oleh
mikroba lain ke dalam kultur. Teknik transfer aseptis ini sangat esensial
dan kunci keberhasilan prosedur mikrobial yang harus diketahui oleh
seorang yang hendak melakukan analisis mikrobiologi.
Ada beberapa aturan yang harus diketahui dan dipenuhi di dalam
teknik transfer aseptis ini, yaitu :

Sebelum Pelaksanaan :
Singkirkan semua barang yang tidak diperlukan dari meja dan
ruang kerja
Kenakan pakaian atau jas laboratorium yang bersih dan higinis
sebelum masuk ke dalam laboratorium
Dianjurkan untuk mengenakan masker yang bersih dan higienis
Kenakan penutup rambut yang bersih dan higinis
Jangan sekali-kali meletakkan tabung dan peralatan laboratorium
lainnya di luar laboratorium
Sebelum dan Setelah Pelaksanaan :
Cuci tangan anda dengan bersih dan gunakan antiseptis
Sanitasi dan desinfeksi ruang kerja (laboratorium dan sekitarnya)
dengan desinfektan yang memadai, termasuk Laminar Air Flow dan
Inkubator
Sterilisasi semua alat dan bahan sebelum digunakan
Ketika Pelaksanaan Kultur :
Jangan berbicara
Bekerjalah di dekat api (pembakar bunsen) dan di dalam Laminar
Air Flow
Bukalah tabung atau cawan di atas api dan jauhkan dari hidung
dan mulut anda
Usahakan jangan meletakkan tutup (kapas penutup) tabung reaksi
di atas lantai/alas meja atau laminar
Miringkan tutup cawan petri yang akan dibuka sebagai penghalang
antara kultur dengan mulut dan hidung anda
Jangan buka tutup cawan petri terlalu lebar dan terlalu lama
Bekerjalah dengan cepat

Setelah Pelaksanaan :
Segera tutup semua tabung atau cawan yang masih terbuka
Singkirkan segera semua peralatan atau bahan sisa yang sudah
tidak digunakan lagi
Bersihkan dan keringkan segera tumpahan-tumpahan media yang
ada
Sanitasi dan desinfeksi ulang ruang kerja (laboratorium anda)
Lepas pakaian kerja dan jas laboratorium anda sebelum
meninggalkan ruang kerja anda
2. Penyiapan Media
Media alamiah, misalnya susu skim, tidak begitu sulit di dalam
penyiapannya sebagai media pertumbuhan mikroba, karena hanya cukup
dengan dituang ke dalam wadah yang telah disterilkan. Media dalam
bentuk kaldu nutrien atau yang mengandung agar, disiapkan dengan cara
melarutkan masing-masing bahan yang dibutuhkan atau lebih mudah lagi
dengan cara menambahkan air pada suatu produk komersial berbentuk
medium bubuk yang sudah mengandung semua nutrien yang dibutuhkan.
Pada jurnal ini, media yang dibutuhkan adalah PCA (Plate Count
Agar) dan NA (Nutrient Agar). Penyiapan media komersial ini pada
umumnya mengikuti langkah-langkah sebagai berikut :
1.

Setiap komponen atau medium terhidrasi (bubuk) dilarutkan


ke dalam aquades atau air suling pada volume yang tepat dan
sesuai.

2.

pH media ditentukan dan disesuaikan dengan nilai optimum


pertumbuhan mikroba sebagaimana tertera pada kemasan
media komersial.

3.

Dituang ke dalam media yang sesuai, seperti erlenmeyer atau


tabung labu dan disumbat dengan penutup yang kuat.

4.

Disterilisasi

dengan

suhu

dan

waktu

yang

adequate

(memadai) sesuai dengan yang tertera pada kemasan.


(Umumnya pada suhu 121oC selama 15 menit).
PLATE COUNT AGAR (Merck)
Formula : Casein-Peptone Glucose Yeast Extract Agar
Penyimpanan :
-

Simpan di tempat yang kering dan tertutup rapat.

Simpan pada suhu 15oC 25oC.

Jaga dari cahaya.

Preparasi :
-

Larutkan 22,5 gram ke dalam 1 liter air distilasi (aquades) atau air
deionisasi.

Panaskan dengan air mendidih atau aliran uap hingga homogen.

Sterilisasi ke dalam autoklaf selama 15 menit pada suhu 121 oC.

pH akhir = 7,0 pada 25oC.

MEDIA KALDU
Teknik turbiditas menggunakan media broth (kaldu) dan yang diamati
adalah

karakteristik

kekeruhannya.

Tiap

mikroorganisme

memiliki

karakteristik turbiditas (kekeruhan) yang berbeda-beda. Ada diantara


mikroorganisme yang membentuk partikel melayang (flocculent) di dalam
media broth. Ada yang tersedimentasi, melayang di permukaan saja
(pellicle) dan ada pula yang melayang di permukaan berbentuk seperti
cincing (ring).
Cara Kerja :
a) Tuang media broth ke dalam tabung reaksi secara aseptis.
b) Ambil dengan cara menstreak biakan mikroba dari kultur.
c) Transfer dengan cara menstreak ke dalam tabung reaksi yang berisi
broth tadi.

d) Inkubasi ke dalam inkubator dan amati bentuk koloni yang tumbuh.

3. Teknik Biakan Murni


a. Teknik Pour Plate (Teknik Agar Tuang)
Teknik pour plate (lempeng tuang) adalah suatu teknik di dalam
menumbuhkan mikroorganisme di dalam media agar dengan cara
mencampurkan media agar yang masih cair dengan stok kultur bakteri.
Teknik ini biasa digunakan pada uji TPC (Total Plate Count). Kelebihan
teknik ini adalah mikroorganisme yang tumbuh dapat tersebar merata
pada media agar.
Cara Kerja :
a) Pipet beberapa ml kultur bakteri campurkan ke dalam beberapa ml
aquades sesuai dengan dilusi yang dikehendaki.
b) Aduk hingga merata dengan cara memutar tabung reaksi dengan
telapak tangan selama beberapa kali.
c) Pipet larutan dilusi tadi sebanyak + 1 ml ke dalam cawan petri.
d) Tuang media agar yang masih cair (suhu 50oC) ke dalam cawan
petri tadi.
e) Putar cawan petri secara perlahan-lahan di atas meja horizontal
untuk mengaduk campuran media agar dengan dilusi kultur
mikroba.
f) Inkubasi dan amati pertumbuhan koloni bakteri selama 36-48 jam
pada suhu 37oC.
b. Teknik Spread Plate (Teknik Agar sebar)
Teknik spread plate (lempeng sebar) adalah suatu teknik di dalam
menumbuhkan mikroorganisme di dalam media agar dengan cara
menuangkan stok kultur bakteri atau mengapuskannya di atas media agar
yang telah memadat. Bedanya dengan pour plate adalah, pencampuran
stok kultur bakteri dilakukan setelah media agar memadat sedangkan pour

plate kultur dicampurkan ketika media masih cair (belum memadat).


Kelebihan teknik ini adalah mikroorganisme yang tumbuh dapat tersebar
merata pada bagian permukaan media agar.

Cara Kerja 1 : (dengan pipetting)


a) Tuang media agar cair ke dalam cawan petri, lalu biarkan hingga
mengeras.
b) Pipet beberapa ml kultur bakteri campurkan ke dalam beberapa ml
aquades sesuai dengan dilusi yang dikehendaki.
c) Aduk hingga merata dengan cara memutar tabung reaksi dengan
telapak tangan selama beberapa kali.
d) Pipet larutan dilusi tadi sebanyak 1 ml ke dalam cawan petri.
e) Putar cawan petri secara perlahan-lahan di atas meja untuk
meratakan larutan dilusi tadi di atas permukaan media agar.
f) Inkubasi dan amati pertumbuhan koloni bakteri selama 36-48 jam
pada suhu 37oC.
Cara Kerja 2 : (dengan swab/apus)
a) Tuang media agar cair ke dalam cawan petri, lalu biarkan hingga
mengeras.
b) Pipet beberapa ml kultur bakteri campurkan ke dalam beberapa ml
aquades sesuai dengan dilusi yang dikehendaki.
c) Aduk hingga merata dengan cara memutar tabung reaksi dengan
telapak tangan selama beberapa kali.
d) Masukkan swab stick (tangkai apus) steril ke dalam tabung reaksi
hingga bagian kapasnya tenggelam di dalam larutan dilusi.
Usahkan memasukkan tangkai apus jangan sampai menyentuh
dinding tabung reaksi.
e) Apus ke atas permukaan agar dengan perlahan-lahan secara
merata. Ingat, usahakan jangan sampai agar hancur atau tergores.

f) Inkubasi dan amati pertumbuhan koloni bakteri selama 36-48 jam


pada suhu 37oC.
c. Teknik Streak Plate (Teknik Penggoresan Agar)
Teknik streak plate (lempeng gores) adalah suatu teknik di dalam
menumbuhkan mikroorganisme di dalam media agar dengan cara
menstreak (menggores) permukaan agar dengan jarum ose yang telah
diinokulasikan dengan kultur bakteri. Dengan teknik ini mikroorganisme
yang tumbuh akan tampak dalam goresan-goresan inokulum bekas dari
streak jarum ose.
Cara Kerja :
a) Tuang media agar cair ke dalam cawan petri, lalu biarkan hingga
mengeras.
b) Bakar jarum ose dari bagian pangkal dalam terus hingga ke bagian
lup (ujung) sampai berpijar merah.
c) Bakar bibir tabung reaksi yang berisi kultur bakteri dengan cara
memutar tabung sehingga semua bagian bibir tabung terkena api.
d) Segera masukkan jarum ose ke dalam tabung reaksi, lalu segera
keluarkan. Usahakan ketika memasukkan jarum ose jangan sampai
menyentuh dinding tabung dan lakukan di dekat pembakar bunsen.
e) Bagi tiga bidang permukaan atas cawan petri yang akan distreak
dengan spidol atau lainnya.
f) Streak ke atas permukaan agar dengan perlahan-lahan. Ingat,
usahakan jangan sampai agar hancur atau tergores.
g) Arah streak pada permukaan agar menurut pembagian bidang tadi.
Kemudian inkubasi selama 36-48 jam pada suhu 37 oC dan amati
koloninya. Berikut gambar hasil dengan penggorean.

d. Pemindahan Biakan
Di dalam teknik transfer aseptis ada beberapa teknik yang perlu
difahami, yaitu :
a. Inoculating (inokulasi) dengan jarum ose
b. Pipetting (mentransfer dengan pipet)
c. Alcohol Flamming (mentransfer dengan forsep yang dibakar
dengan alkohol)
a. Inoculating dengan jarum ose
1. Bakar jarum ose dari bagian pangkal dalam terus hingga ke
bagian lup (ujung) sampai berpijar merah.
2. Biarkan selama beberapa detik sampai pijar menghilang,
kemudian segera ambil tabung reaksi yang berisi kultur bakteri,
buka penutupnya dengan ketiga jari tengah, manis dan
kelingking sedangkan jari telunjuk dan ibu jari memegang jarum
ose.
3. Bakar bibir tabung reaksi dengan cara memutar tabung
sehingga semua bagian bibir tabung terkena api.
4. Segera masukkan jarum ose ke dalam tabung reaksi, lalu
segera keluarkan. Usahakan ketika memasukkan jarum ose

jangan sampai menyentuh dinding tabung dan lakukan di dekat


pembakar bunsen.
5. Bakar kembali bibir tabung reaksi dan segera tutup. Ingat, jarum
ose jangan dibakar kembali karena akan membunuh bakteri
yang akan diinokulasikan.
6. Ambil tabung reaksi lainnya yang akan diinokulasi, buka
tutupnya dengan cara yang sama dengan cara kedua dan bakar
bibirnya dengan cara yang sama dengan cara ketiga diatas.
7. Segera

masukkan

jarum

ose

ke

dalam

tabung

tadi

sebagaimana cara keempat.


8. Bakar bibir tabung reaksi dan tutup sebagaimana cara ketiga.
9. Bakar kembali jarum ose sebagaimana cara kesatu.
10. Lakukan kembali dengan cara yang sama apabila diperlukan
dilusi atau pengenceran.
b. Pipetting
1. Ambil pipet yang telah steril, buka pembungkusnya dan pasang
katup karetnya.
2. Bakar ujungnya dibakar atas bunsen selama beberapa detik.
Jangan terlalu lama karena dapat merusak ujung pipet.
3. Ambil tabung reaksi yang berisi kultur bakteri, buka penutupnya
dengan kedua jari manis dan kelingking sedangkan jari telunjuk,
jari tengah dan ibu jari memegang pipet.
4. Segera masukkan pipet ke dalam tabung reaksi, tekan katup
karet penghisap tombol [S] (lihat gambar di bawah) lalu segera
keluarkan. Usahakan ketika memasukkan pipet jangan sampai
menyentuh dinding tabung dan lakukan di dekat pembakar
bunsen.
5. Bakar kembali bibir tabung reaksi dan segera tutup.
6. Ambil tabung reaksi lainnya yang akan diinokulasi, buka
tutupnya dengan cara yang sama dengan cara kedua dan bakar
bibirnya dengan cara yang sama dengan cara ketiga.

7. Segera masukkan pipet ke dalam tabung tadi, kemudian


keluarkan cairan yang telah diinokulasi dari pipet dengan
menekan tombol [E].
8. Bakar bibir tabung reaksi dan tutup sebagaimana cara ketiga.
9. Pindahkan pipet dan ganti dengan pipet baru apabila akan
melakukan pipeting kembali.
10. Lakukan kembali dengan cara yang sama apabila diperlukan
dilusi atau pengenceran.
c. Alcohol Flamming
Biasanya digunakan untuk meletakkan kertas cakram atau
instrumen lain ke dalam cawan petri yang berisi media.
1. Ambil forsep, celupkan ujungnya ke dalam alkohol, lalu segera
bakar ujungnya di atas bunsen selama beberapa detik secara
mendatar. Ingat, jangan miring sebagaimana gambar di
bawah.
2. Ambil kertas cakram steril atau instrumen lainnya dengan
forsep tadi.
3. Ambil tabung reaksi yang berisi zat antimikrobial, celupkan
kertas cakram tadi ke dalam cairan di dalam tabung reaksi.
4. Ambil cawan petri yang telah berisi biakan bakteri di dalam
agar, buka penutupnya dengan cara memiringkan beberapa
derajat hingga hanya pada satu sisi bagian saja yang terbuka.
Ingat jangan terlalu lebar membukanya atau me mbuka
seluruh tutupnya dari cawan.
5. Segera masukkan kertas cakram steril atau instrumen lainnya
dengan forsep secara hati-hati agar tidak merusak permukaan
agar. Lakukan di dekat pembakar bunsen.
6. Segera tutup dan bakar kembali bibir cawan.
7. Lakukan kembali dengan cara yang sama apabila diperlukan.
4. Penghitungan Jumlah Bakteri

Penghitungan jumlah mikroorganisme dengan cara viable count


atau disebut juga sebagai standard plate count (SPC) didasarkan pada
asumsi bahwa setiap sel mikroorganisme hidup dalam suspensi akan
tumbuh menjadi satu koloni setelah diinkubasi dalam media biakan dan
lingkungan yang sesuai. Setelah masa inkubasi, jumlah koloni yang
tumbuh dihitung dan merupakan perkiraan atau dugaan dari jumlah
mikroorganisme dalam suspensi tersebut. Berdasarkan hal tersebut
seringkali digunakan istilah colony forming units (CFU/ ml) untuk
penghitungan jumlah mikroorganisme hidup.
Penghitungan jumlah mikroorganisme hidup (viable count) adalah
jumlah minimum mikroorganisme. Hal ini disebabkan koloni yang tumbuh
pada lempengan agar merupakan gambaran mikroorganisme yang dapat
tumbuh dan berbiak dalam media dan suhu inkubasi tertentu seperi pada
gambar dibawah ini.

Dalam

penghitungan

mikroorganisme

seringkali

dilakukan

pengenceran. Penelitian ini menggunakan tabung reaksi untuk melakukan


pengenceran sehingga hanya memerlukan bahan yang sedikit.
TEKNIK DILUSI (PENGENCERAN)
Teknik dilusi sangat penting di dalam analisa mikrobiologi. Karena
hampir semua metode perhitungan jumlah sel mikroba mempergunakan
teknik ini, seperti TPC (Total Plate Count). TPC bertujuan untuk
menghitung dan menganalisis tingkat higinitas produk dari tingkat
kontaminasi mikrobial.
Bahan :
1. Produk (Pasta, Hand Soap, dll)

2. PCA (Plate Count Agar)


3. BPW (Buffer Pepton Water)
4. Aquades Steril
5. Alkohol 70 %
Peralatan :
1. Petri Dish

7. Autoclave

2. Tabung Reaksi

8. Inkubator

3. Erlenmeyer

9. Timbangan Analitis/Balance

4. Gelas Piala/ erlenmeyer

10. Pipet Ukur

5. Mixer

11. Bunsen Burner

6. Laminar Air Flow


Cara Kerja :

Dari larutan kultur kita ambil 1 ml dan kita masukkan ke dalam 9 ml


aquades atau larutan buffer pepton untuk memperoleh dilusi 1/10
bagian.

Dari larutan dilusi 1/10 kita ambil 1 ml dan kita masukkan ke dalam
9 ml aquades atau larutan buffer pepton untuk memperoleh dilusi
1/100 bagian.

Dari larutan dilusi 1/100 kita ambil 1 ml dan kita masukkan ke


dalam 9 ml aquades atau larutan buffer pepton untuk memperoleh
dilusi 1/1000 bagian.

Dari larutan dilusi 1/1000 kita ambil 1 ml dan kita masukkan ke


dalam 9 ml aquades atau larutan buffer pepton untuk memperoleh
dilusi 1/10.000 bagian dan seterusnya.

Maksud dari 1/10, 1/100, 1/1000, 1/10.000 dst adalah suatu rasio dilusi
yang apabila pada tiap dilusi ditumbuhkan ke dalam suatu media dan
koloninya yang tumbuh dapat dihitung, maka jumlah sel mikroba dapat
diketahui dengan cara :
Jumlah koloni x

1
Pengenceran

Misal :
Apabila pada dilusi 1/100 tumbuh sebanyak 20 koloni, maka dapat
diketahui jumlah sel adalah :

20 koloni x

1
1/100

= 2000 sel

Apabila pada dilusi 1/1000 tumbuh sebanyak 3 koloni, maka dapat


diketahui jumlah sel adalah :

2 koloni x

1
1/1000

= 3000 sel

Oleh karena itu, dengan metode dilusi kita dapat memperkirakan jumlah
sel mikroba pada suatu benda atau produk.
Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi di dalam perhitungan
plate count ini, yaitu :
a. Koloni yang dihitung dari contoh tiap cawan harus mengandung koloni
yang jumlahnya antara 30-300 koloni. Jika tidak ada yang memenuhi
syarat ini, maka pilih sample yang jumlahnya mendekati 300.
Misal 1 :
Dilusi 10-3 Petri I : 200 koloni
Dilusi 10-3 Petri II : 204 koloni
Dilusi 10-4 Petri I : 15 koloni
Dilusi 10-4 Petri II : 18 koloni

Dikarenakan dilusi 10 -4 pada sample jumlah koloni kurang dari 30,


maka yang dihitung hanyalah dilusi 10 -3, yaitu : (200+204)/ 2 x 1/10 -3 =
202 x 103 sel.
Misal 2 :
Dilusi 10-3 Petri I : 340 koloni
Dilusi 10-3 Petri II : 260 koloni
Dilusi 10-4 Petri I : 23 koloni
Dilusi 10-4 Petri II : 26 koloni
Dikarenakan

yang

mengandung

koloni

pada

kisaran

30-300

adalah hanya Dilusi 10-3 Petri II, maka jumlah sel adalah 260 x 103 sel.
b. Koloni yang tumbuh di dalam lapisan-lapisan air pada permukaan agar
atau di antara permukaan agar dan bagian bawah petri dish dikenal
dengan (Spreader). Spreader ini bentuknya besar dan seringkali
menutupi koloni-koloni lainnya sehingga petri menjadi susah dihitung
(uncountable).

Penyebab

spreader

ini

seringkali

adalah

kontaminasi dan lapisan air yang tersisa pada petri. Apabila spreader
yang muncul ukurannya kecil dan terpisah dari koloni lainnya maka
dihitung sebagai satu koloni.
c. Bila jumlah bakteri yang diperoleh dari hasil pengenceran berturutturut kurang lebih sama atau hasil perbandingan jumlah bakteri yang
lebih banyak dibagi dengan jumlah bakteri yang lebih sedikit adalah
lebih kecil dari dua, maka hasil pengenceran tersebut dirata-ratakan.
Misal 1 :
Dilusi 10-3 Petri I : 250 koloni
Dilusi 10-3 Petri II : 200 koloni
Dilusi 10-4 Petri I : 34 koloni
Dilusi 10-4 Petri II : 40 koloni
Dikarenakan hasil perhitungan masuk pada kisaran 30-300, maka
dapat dihitung semua tingkat pengenceran sebagai berikut :
Dilusi 10-3 : (250+240)/ 2 x 103 = 245 x 103.

Dilusi 10-4 : (34+40)/ 2 x 104 = 37 x 104 = 370 x 103.


Perbandingan jumlah pengenceran tersebut adalah :
370 x 103 : 245 x 103 = 1,51
Dikarenakan hasil perbandingan kurang dari 2, maka hasil dari dua
pengenceran tersebut dapat dirata-ratakan :
(245 + 370)/ 2 x 103 = 307,5 x 103 sel.
d. Pada umumnya, jumlah koloni pada pengenceran pertama lebih besar
dan lebih banyak daripada pengenceran setelahnya, sehingga
seringkali sukar dihitung. Karena itu penghitungan dimulai dari
pengenceran-pengenceran setelahnya yang dapat dihitung. Apabila
pengenceran pertama menunjukkan tidak ada koloni, namun pada
pengenceran setelahnya menunjukkan ada koloni atau water blanko
(kontrol) menunjukkan adanya pertumbuhan koloni, maka perlakuan
perlu diulang, karena telah terjadi kontaminasi yang menyebabkan
data yang diperoleh tidak valid.
Setelah inkubasi, hitung semua koloni yang terbentuk yang berada
pada kisaran 30-300 koloni dan catat pada tiap dilusi yang berbeda.
Hanya plate dengan jumlah 30-300 yang countable (dapat dihitung). Hal
ini dikarenakan jumlah koloni yang kurang dari 30 dianggap negatif karena
akan memberikan nilai probabilitias 0, sehingga sampel tidak absah
secara statistik untuk digunakan dalam penghitungan. Jumlah koloni yang
lebih dari 300 tidak dapat dihitung karena saling menumpuknya koloni
sehingga perhitungan menjadi tidak akurat.

Dibawah ini disajikan gambar hasil pengenceran


Dilution Plate 1

10-2

10-3

Plate 2

10-4

10-5

5. Isolasi dan Identifikasi


Isolasi berguna untuk memisahkan satu sel mikroorganisme dari
mikroorganisme lainnya dalam media untuk menghasilkan satu koloni.
Satu koloni mikroorganisme dibuat dari jutaan sel bakteri yang
teridentifikasi, berasal dari satu sel mikroorgansime.
Untuk mengetahui jumlah koliform di dalam sampel digunakan
metode MPN (Most Probable Number). Metode MPN merupakan uji
deretan tabung yang menyburkan pertumbuhan koliform sehingga
diperoleh nilai untuk menduga jumlah koliform dalam sampel yang diuji.
Uji kualitatif koliform secara lengkap terdiri dari 3 tahap yaitu (1)
Uji penduga (presumptive test), (2) Uji penguat (confirmed test) dan

Uji

pelengkap (completed

test).

Uji

penduga

juga merupakan

uji

kuantitatif koliform menggunakan metode MPN.


a. Uji penduga (presumptive test)
Merupakan tes pendahuluan tentang ada tidaknya kehadiran bakteri
koliform berdasarkan terbentuknya asam dan gas disebabkan karena
fermentasi laktosa oleh bakteri golongan koli. Terbentuknya asam
dilihat dari kekeruhan pada media laktosa, dan gas yang dihasilkan
dapat dilihat dalam tabung Durham berupa gelembung udara. Tabung
dinyatakan positif jika terbentuk gas sebanyak 10% atau lebih dari
volume didalam tabung Durham. Berikut disajikan gambar dengan
menggunakan media laktosa yang akan digunakan untuk menghitung
MPN.

Banyaknya kandungan bakteri Escherichia coli dapat dilihat dengan


menghitung tabung yang menunjukkan reaksi positif terbentuk asam
dan gas dan dibandingkan dengan tabel MPN. Metode MPN dilakukan

untuk menghitung jumlah mikroba didalam contoh yang berbentuk cair.


Bila

inkubasi 1x24 jam hasilnya negatif, maka dilanjutkan dengan

inkubasi 2x24 jam pada suhu 35 oC. Jika dalam waktu 2x24 jam tidak
terbentuk gas dalam tabung Durham, dihitung sebagai hasil negatif.
Jumlah tabung yang positif dihitung pada masing-masing seri. MPN
penduga dapat dihitung dengan melihat tabel MPN dengan metode
tiga tabung.

No of Tubes Positive
In
first

middle

No of Tubes Positive
In

last MPN first

middle

last MPN

<0.03 2

0.091

0.03

0.14

0.06

0.20

0.09

0.26

0.03

0.15

0.061 2

0.20

0.092 2

0.27

0.12

0.34

0.062 2

0.21

0.093 2

0.28

0.12

0.35

0.16

0.42

0.094 2

0.29

0.13

0.36

0.16

0.44

0.19

0.53

0.036 3

0.23

0.072 3

0.39

0.11

0.64

0.15

0.95

0.073 3

0.43

0.11

0.75

0.15

1.2

0.19

1.6

0.11

0.93

0.15

1.5

0.5

2.1

0.24

2.9

b. Uji penguat (confirmed test)


Hasil uji dugaan dilanjutkan dengan uji ketetapan. Dari tabung yang
positif terbentuk asam dan gas terutama pada masa inkubasi 1x24 jam
pada suhu 35oC, suspensi ditanamkan pada media Eosin Methylen
Biru Agar (EMBA) secara aseptik

dengan menggunakan jarum

inokulasi. Koloni bakteri Escherichia coli tumbuh berwarna merah


kehijauan dengan kilat metalik atau

koloni berwarna merah muda

dengan lendir untuk kelompok koliform lainnya. Berikut adalah gambar


isolasi koliform dengan menggunakan media EMBA.

c. Uji pelengkap (completed test)


Pengujian selanjutnya dilanjutkan dengan uji kelengkapan untuk
menentukan bakteri Escherichia coli. Dari koloni yang berwarna pada
uji ketetapan diinokulasikan kedalam medium kaldu laktosa dan
medium agar miring Nutrient Agar (NA), dengan jarum inokulasi secara
aseptik. Diinkubasi pada suhu 37oC selama 1x24 jam. Bila hasilnya
positif terbentuk asam dan gas pada kaldu laktosa, maka sampel
positif mengandung bakteri Escherichia coli. Dari media agar miring NA
dibuat pewarnaan Gram dimana bakteri Escherichia coli menunjukkan
Gram negatif berbentuk batang pendek.
Untuk membedakan bakteri golongan koli dari bakteri golongan
coli fekal (berasal dari tinja hewan berdarah panas), pekerjaan dibuat
Duplo, dimana satu seri diinkubasi pada suhu 37 oC (untuk golongan
koli) dan satu seri diinkubasi pada suhu 42 oC (untuk golongan koli

fekal). Bakteri golongan koli tidak dapat tumbuh dengan baik pada
suhu 42oC, sedangkan golongan koli fekal dapat tumbuh dengan baik
pada suhu 42oC.
Standar Nasional Indonesia (SNI) mensyaratkan tidak adanya
koliform dalam100 ml air minum. Akan tetapi United States
Enviromental Protection Agency (USEPA) lebih longgar persyaratan uji
koliform-nya mengingat koliform belum tentu menunjukkan adanya
kontaminasi feses manusia, apalagi patogen. USEPA mensyaratkan
presence/ absence test untuk koliform pada air minum, dimana dari 40
sampel air minum yang diambil paling banyak 5% boleh koliform.
Apabila sampel yang diambil lebih kecil dari 40, maka hanya satu
sampel yang boleh positif mengandung koliform. Meskipun demikian,
USEPA mensyaratkan pengujian indikator sanitasi lain seperti protozoa
Giardia lambliadan bakteri Legionella.
Pada air bukan untuk minum umumnya terdapat perbedaan
persyaratan koliform dan Escherichia coli. Air untuk kolam renang
(primary contact water) misalnya mensyaratkan kandungan koliform
<2,4 x 103, tetapi syarat Escherichia coli tentunya lebih ketat, yaitu
< 1 x 103 dalam 100 ml.
d.

Uji identifikasi
Untuk membedakan Enterobacter aerognes dan Escherichia coli
dilakukan uji IMViC (Indole,

Methyl

red,

Voges-Proskauer

tes,

penggunaan Citrat). Kedua reaksi tersebut akan memberikan hasil


sebagai berikut :
indole

methyl
red

VogesProskauer

citrat probable
e
identification

+ (-)

Escherichia coli

- (+)

- (+)

Enterobacter or
Klebsiella

- (+)

Citrobacter

Dibawah ini adalah hasil dari uji IMViC :

Reaksi Indole

Reaksi Methyl Red

Media Sitrat

Metode MPN dapat disimpulkan secara keseluruhan seperti paad gambar


dibawah ini:

C. MEMBANDINGKAN DATA DENGAN STANDAR

Dari hasil pengujian di laboratorium didapatkan pada tiga depo air


minum isi ulang yaitu : Elita, Tirta Alam dan Sinta tidak terbentuk gas
pada tabung Durham. Ini menunjukkan bahwa air tersebut tidak
mengandung bakteri Koliform, dimana nilai MPN seri 3-3-3 adalah 0-0-0
dengan indeks MPN < 3. Berarti MPN Koliform/ 100 cc air minum
contoh = 0.
Data dari penelitian ini pun ditunjang dengan standar atau acuan
dari Lampiran Surat keputusan Dirjen POM Nomor : 037267/B/SK/VII/89
bahwa jensis-jenis pengujian pada air mineral dalam 100 ml, yaitu angka
lempeng total 102, MPN koliform < 3, Escherichia coli = 0, Clostridium
perfingens = 0 dan Salmonella menunjukkan negatif.
Data pada standar dapat dijadikan dasar dapat mengandung atribut
atau variabel. Atribut data adalah keputusan ya atau tidak, contoh: ada
atau tidaknya organisme khusus terdapat dalam sampel pada jumlah yang
melebihi level khusus (bisa nol). Jumlah dari sampel positif mewakili
atribut data, dan keputusan didasarkan pada jumlah sampel positif.
Rencana yang tersebut sebelumnya didasarkan pada data atribut.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Standar Nasional. 2004. Tata Cara Pengambilan Contoh dalam


Rangka Pemantauan Kualitas Air pada suatu Daerah
Pengaliran Sungai.
http://www.bsn.or.id/SNI/download/Ed03_04/SNI03-7016-2004.pdf.
Diakses tanggal 23 Januari 2007.
Barnet, Margaret. 1997. Microbiology Laboratory Exercises. 2nd Edition.
Wm. C. Brown Publisher. London.
Danasaputra, R. 2004. Pedoman Teknis Operasional Alat Pasteurisasi
Susu.
http://agribisnis.deptan.go.id/web/pustaka/teknologi
%20proses/Pedoman%20Teknis%20Operasional%20Alat
%20PasteurisasiSusu.pdf. Diakses tanggal 23 Januari 2007.
Fardiaz, S. 1993. Analisis Mikrobiologi Pangan. PAU. IPB.
Lay, B. W. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. PT. raja Grafindo
Persada. Jakarta.
Paustian, T. 2006. Microbiology and Bacteriology; The World of
Microbes.
http://www.bact.wisc.edu/Microtextbook/index.php?
module=Book&func=displayarticle&art_id=273. Diakses tanggal 29
Januari 2007.
Pratama, M. R. 2006. Mengenal Media Pertumbuhan Mikrobial.
http://rachdie.blogsome.com/2006/10/18/mengenal-media-pertumbuhanmikrobial/. Diakses tanggal 23 Januari 2007.
________________. Prosedur Analisa Mikrobial Rutin (Industri
Kosmetika).
http://rachdie.blogsome.com/2006/10/17/mikrobiologipangan/. Diakses tanggal 23 Januari 2007.
________________. Teknik Dasar Analisa Mikrobiologi.
http://rachdie.blogsome.com/2006/11/01/teknik-dasar-analisamikrobiologi/ . Diakses Tanggal 23 Januari 2007.
________________. Teknik Dasar Analisa Mikrobiologi 2.
http://72.14.235.104/search?
q=cache:Te_5HLyaY94J:www.bpkp.go.id/unit/hukum/bpkp/1989/41
089.pdf+penentuan+jumlah+sampel+yang+akan+diuji&hl=id&gl=id&
ct=clnk&cd=6. Diakses tanggal 23 Januari 2007.
Reynolds, J, and College, R. 2004. Lab Procedures Manual; Water
Analysis.

http://www.rlc.dcccd.edu/mathsci/reynolds/micro/lab_manual/TOC.html.
Diakses tanggal 17 januari 2007.
Supardi, I. Dan Sukamto. 1999. Mikrobiologi dalam Pengolahan dan
Keamanan Pangan. Alumni. Bandung.
Widiyanti, N. L. P. M dan Ristiati, N. P. 2004. Analisis Kualitatif Bakteri
Koliform pada Depo Air Minum Isi Ulang Di Kota Singaraja Bali.
http://www.ekologi.litbang.depkes.go.id/data/vol%203/Ni%20Putu
%20_2.pdf. Diakses tanggal 23 Januari 2007.

Anda mungkin juga menyukai