PENDAHULUAN
F. Karangsambung
- Totogan
terbentuknya
kelompok-kelompok
batuan
di
daerah
Karangsambung
Bidang Khusus Ekonomi Mineral, 2016
BAB II
GEOLOGI UMUM DAERAH KARANG SAMBUNG DAN SEKITARNYA
dimana
puncak
perbukitannya
terpotong-potong
(tidak
terdiri
atas
batuan
beku
basalt
(ofiolit)
yang
yang
berumur
Kapur
hingga
paleosen.
Berdasarkan
sejarah
basa dan ultra basa, batuan sedimen laut dalam (sedimen pelagic) yang seluruhnya
mengambang di dalam masa dasar lempung hitam yang tergerus (Scally clay).
Selanjutnya penulis ini membagi kompleks melange menjadi dua satuan
berdasarkan sifat dominansi fragmenya, yaitu Satuan Seboro dan Satuan Jatisamit.
Kedua satuan tersebut mempunyai karakteristik yang sama yaitu masa dasarnya
merupakan lempung hitam yang tergerus (Scally clay). Bongkah yang berada di
dalam masa dasar berupa boudin dan pada bidang permukaan tubuh bongkahnya
juga tergerus. Beberapa macam dan sifat fisik komponen melange tektonik ini,
antara lain batuan metamorf, batuan sedimen dan batuan beku. Masing-masing
jenis batuan tersebut dijelaskan sebagai berikut :
a. Batuan metamorf, terdiri atas filit, sekis, marmer.
Filit merupakan batulempung yang telah mengalami metamorfisma
tingkat rendah. Kenampakan di lapangan berwarna abu-abu kehitaman,
lunak, mengalami deformasi yang cukup kuat yang dicirikan oleh
pembentukan lipatan-lipatan kecil (micro fold). Singkapan yang baik
dijumpai di sisi tebing Sungai Luk Ulo di sebelah utara singkapan lava
bantal.
Sekis merupakan kelanjutan proses metamorfisma filit. Kenampakan di
lapangan menunjukan sifat berlapis, dibeberapa tempat mengandung
garnet. Berdasarkan hasil penanggalan radioaktif K-Ar terhadap mineral
Mika, diketahui batuan ini mengalami metamorfisma pada 117 juta tahun
yang lalu atau setara dengan Jaman Kapur hingga Awal Tersier (Ketner
dkk, 1976).
Marmer merupakan ubahan dari batugamping yang telah mengalami
metamorfisma regional. Singkapan yang baik dijumpai di sekitar Desa
yang merupakan lokasi bekas penambangan. Sifat fisik batuannya antara
lain
berwarna
putih
(dominan)
dan
abu-abu
kemerahan
yang
10
sesar dengan berbagai macam arah jurus serta berbagai macam sifat
pergerakannya (Dijelaskan lebih lanjut pada pembahasan struktur).
b. Batuan sedimen, terdiri atas sedimen laut dalam, sedimen laut dangkal dan
sedimen darat.
Sedimen laut dalam (Sedimen Pelagik), terdiri atas lempung merah dan
batugamping merah. Sedimen laut dalam ini terbentuk dibawah CCD,
artinya sedimen diendapkan di bawah kedalaman 3000 meter dari
permukaan air laut. Pada kondisi ini bahan kimia yang mengandung
kalsit akan larut sehingga tidak mungkin batuannya bersifat karbonatan.
Seluruh endapan sedimen yang terbentuk di dalam kondisi ini bersifat
silikaan. Lokasi yang baik dari singkapan batugamping merah dan
lempung merah ini dijumpai di daerah Watukelir, lereng bukit Jatisangit
dan di dasar sungai Luk Ulo. Berdasarkan pengamatan batuan di
beberapa lokasi tersebut diketahui bahwa kedua jenis batuan tersebut
telah mengalami tektonik kompresi yang cukup kuat, hal ini dicerminkan
dengan banyaknya bidang gerus (cermin sesar) yang memotong bidang
lapisan disamping adanya cermin sesar pada batas antara bidang lapisan
batuannya. Karakteristik litologi batugamping merah dan batulempung
merah, yaitu :
1.Batugamping merah seluruhnya dibentuk oleh cangkang radiolaria,
bersifat silikaan, keras dan berlapis tipis.
2. Lempung merah seluruhnya bersifat silikaan, berlapis tipis, keras.
Sedimen laut dangkal, ditemukan di dalam kelompok batuan ini adalah
batugamping terumbu (Sunarti, 1973, di dalam Handoyo 1996).
Berdasarkan lokasi typenya, batugamping ini dinamakan sebagai
Batugamping Jatibungkus (Asikin, 1974). Batugamping Jatibungkus
terdiri atas batugamping terumbu (dominan), batugamping foram,
batugamping klastik, batugamping talus dengan fragmen konglomeratan,
kuarsa, rijang dan fragmen batuan (Sunarti, 1973, dalam Handoyo 1996).
Berdasarkan kandungan fosilnya batuan ini berumur Eosen Bawah
11
12
abu gelap kehijauan. Konkresi batulempung dengan oksida besi sering dijumpai
dan sifat lempungnya pada umumnya bersisik (scaly). Setempat ditemukan sisipan
batulanau dan batupasir gampingan yang berlapis buruk, memperhatikan struktur
mirip hasil pelengseran (slump structure) atau struktur aliran (flowage structure)
dan perlapisan yang tak menerus (disrupted bedding). Beberapa diantaranya
dijumpai struktur perlapisan bersusun dan laminasi sejajar. Sifat perlapisan juga
ditunjukan dengan adanya laminasi serpih diantara sifat lempung yang bersisik.
Pada beberapa lapisan yang tak teratur atau pada bidang penyerpihan dijumpai
batugamping form yang terdiri dari Nummulites pengaronensis, Nummulites
jogjakartae, dan Discocyclina omphala yang menunjukkan umue Eosen Akhir.
Singkapan konglomerat polimik yang cukup besar (Bukit Pesanggrahan)
merupakan suatu perselingan batupasir kasar, batupasir konglomeratan, dan
konglomerat. Fragmen konglomerat terdiri dari butiran kerikil, membundar terdiri
dari kuarsa, rijang, sekis, batuan beku, dan batupasir.
3. Formasi Totogan (Oligosen Akhir)
Formasi Totogan didominasi oleh litologi breksi lempung dengan fragmen
yang berukuran beragam bersudut hingga membundar. Terdiri dari batulempung,
batuan beku basaltik, batugamping, dan batupasir. Masa dasarnya bersifat bersisik.
Terdiri dari lempung abu-abu kehijauan, violet, dan abu-abu kecoklatan.
Perlapisannya kurang baik, setempat ditunjukkan oleh perbedaan warna dan
orientasi perbedaan butir. Struktur perlapisan bersusun yang mencirikan turbidit
juga dijumpai di antara bagian yang bancuh. Bagian tengah umunya didominasi
oleh breksi yang terdiri dari fragmen batuan beku basaltik. Pada bagian atas
terdapat perubahan yang berangsur dengan semakin seringnya dijumpai sisipan
batupasir tufan yang berlapis baik.
Didasarkan dari sifat litologi, struktur, dan kontrol umur untuk keseluruhan
Formasi Karangsambung dan Totogan, sulit untuk mempertegas batas kedua
formasi ini.
Lempung bersisik (scaly clay) menurut Vannucchi dkk. (2003) dapat terbentuk
oleh beberapa sebab yaitu aktivitas tektonik (shearing) yang menimbulkan
gerusan pada sedimen yang belum terkonsolidasi dengan baik, pelengseran
gravitasi dari massa batuan pada sedimen lempung yang belum terkonsolidasi
dengan baik sehingga memberikan efek gerusan pada struktur internal sedimen
Bidang Khusus Ekonomi Mineral, 2016
13
14
bagian atas (590 m) terdiri dari breksi dengan fragmen antara 2 hingga 5 m.
6. Formasi Penosogan (Miosen Tengah)
Formasi Penosogan terletak selaras di atas Formasi Waturanda, terdiri dari
perselingan tipis sampai sedang, batupasir, batulempung, sebagian gampingan,
kalkarenit, napal-tufan, dan tuf. Berdasarkan distribusi besar butir, kandungan
karbonat, material tufan, dan struktur sedimen yang menyertainya, formasi ini
dapat dibedakan menjadi tiga bagian:
Bagian bawah umumnya dicirikan oleh perlapisan batupasir dan
batulempung, ke arah atas kadar karbonatnya semakin tinggi. Perlapisan
menunjukkan ciri menghalur ke arah atas berupa batulanau tufan. Struktur
sedimen yang berkembang adalah perlapisan bersusun, laminasi sejajar, dan
laminasi bersilang.
Bagian tengah terdiri dari perlapisan napal dan batulanau tufan dengan
sisipan tipis kalkarenit. Struktur sedimen berupa sekuen Bouma, perlapisan
bersusun, laminasi sejajar, konvolut, laminasi bersilang, dan flute/groove
15
16
17
BAB III
KEGIATAN EKSKURSI
3.1.
Cuaca
: Cerah
Materi
Pembahasan :
Lokasi ini memiliki koordinat 354571 mEasting 9163395 mNorthing,
dengan elevasi 76 m. Datum yang digunakan yaitu datum WGS84. Pada
pengamatan di titik pertama, dilakukan penentuan titik pengamat dengan
menggunakan teknik orientasi kompas (kompas geologi dan peta topografi). Titik
acuan yang dipakai adalah sebanyak tiga titik referensi yang telah diketahui
posisinya di peta topografi, yaitu Gunung Paras, Gunung Brujul, dan Bukit
Jatibungkus.
18
19
Titik Lokasi 1
Titik Lokasi 2
N196oE
N191oE
N66oE
N69oE
Gunung Paras
Gunung Brujul
N305oE
Bukit Jatibungkus
N290oE
: Cerah
Materi
Pembahasan
Titik dua terdapat goa kapur yang terjadi akibat terkikisnya batu kapur oleh
aliran dan rembesan air yang yang mengalir di dalam batukapur. Goa tersebut
memiliki stalagtit dan stalagmit.
Stop Site 3 - Sungai Kecil 100 M Dari Jalan Raya Jatibungkus Waturanda
Cuaca
: Cerah
Materi
Pembahasan
Lokasi tempat ini berada pada koordinat 354444 mEasting 9163185
mNorthing dengan elevasi 79 m. Terdapat batulempung bersisik (scaly clay)
menurut Vannucchi dkk. (2003) yang dapat terbentuk oleh beberapa sebab antara
lain aktivitas tektonik (shearing) yang menimbulkan gerusan pada sedimen yang
belum terkonsolidasi dengan baik, pelengseran gravitasi dari massa batuan pada
sedimen lempung yang belum terkonsolidasi dengan baik sehingga memberikan
efek gerusan pada struktur internal sedimen, atau karena adanya proses desikasi
terutama pada mud volcanoes.
Formasi Karangsambung dan Totogan mempunyai sifat yang tergerus
(scaly) menunjukkan perlapisan yang tidak teratur dan hadirnya bongkah asing
(olistolit) yang beragam. Kedua formasi ini diinterpretasikan sebagai olistostrom,
yaitu gejala percampuran sebagai hasil pelengseran massa batuan akibat gaya
berat (gravitasi) di bawah permukaan air pada suatu cekungan yang aktif secara
tektonik (Asikin, 1974).
Batulempung bersisik ini memiliki strike N145oE dan dip 80o. Dapat
dideskripsikan sebagai berikut: Kekerasan kurang dari 5,5, sangat lunak. Warna
abu-abu tua. Ukuran butir: lempung, ukuran kurang dari 1/256 mm. Terkena
pelapukan. Terdapat batupasir, batugamping, dan beberapa terlihat batuan beku
basaltik.
Sungai ini termasuk kedalam sungai berumur muda. Terdapat banyak
bongkahan batupasir dan batuan beku basaltik. Air sungai jernih dikarenakan
dasar dari sungai kebanyakan terdiri dari beberapa batuan beku dan batupasir yang
mana ketika tererosikan oleh air, butiran-butiran yang terlepasnya dapat langsung
mengendap, berbeda dengan batulempung yang baru terendapkan ketika air
memiliki arus yang sangat pelan atau bahkan tidak memiliki arus. Selain itu lokasi
sungai yang cukup jauh dari pemukiman meminimalisir pengaruh eksternal yakni
manusia dalam stabilitas kejernihan air tersebut.
: Cerah
Materi
terlihat
adanya
singkapan
batupasir
yang
Dari rute sepanjang jalan ini, dapat pula ditentukan tebal Formasi Waturanda
dengan memperhatikan jarak antara akhir Formasi Totogan hingga awal Formasi
Kali Gending.
: Cerah
Materi
Pembahasan
Lokasi ini bertempat pada posisi 353990 mEasting 9162526 mNorthing
dengan elevasi 61 m. Pada Lokasi ini ditemukan singkapan batupasir dengan
batulempung, lokasi ini merupakan kontak antara Formasi Waturanda dan Formasi
Wanosogan. Lokasi ini memperlihatkan bahwa jalur ini merupakan salah satu
batas antara Formasi Waturanda dengan Formasi Panosogan. Formasi Waturanda
memiliki bagian bawah berupa batupasir kasar sedangkan Formasi Panosogan
memiliki bagian atas gamping, lempung dll.
: Cerah
Materi
Pembahasan
Lokasi ini mempunyai koordinat 0353990 mEasting, 9162526 mNorthing
dengan elevasi 54 m. Karena beberapa hal, Untuk pengamatan pada lokasi ini
tidak dilakukan karena air sungai pasang, sehingga tidak dapat dilakukan
penelitian mendetil dan tidak dapat menjelaskan apa yang terjadi pada formasi
tersebut. Namun di seberang sungai terdapat batuan sedimen yang tersingkap di
tepi sungai yang merupakan bagian dari Formasi Totogan.
Ploting GPS
Berikut adalah Tracking yang dilakukan selama Hari pertama dengan
menggunakan GPS.
3.2.
: Cerah
Materi
No
Back Azimuth
1
N 100 E
Gunung Brujul
2
N 2050 E
Gunung Paras
Stop Site 2 - Pinggiran Sungai Lok Ulo pada Kaki Bukit Pesanggrahan
Lokasi pengamatan ini berada pada lokasi 353097, 9165523 dengan elevasi 68
m. Pada lokasi ini dilakukan pengamatan pada Batupasir yang berada pada
pinggiran sungai, serta pengukuran terhadap strike atau jurus lapisan dan dip atau
penujaman pada singkapan tersebut. Hasil pengamatan strike dan dip pada
singkapan yang ditemukan adalah sebagai berikut :
Tabel 3.1. Pengamatan Strike dan Dip pada Singkapan Batupasir
No
STRIKE
(NoE)
Dip (o)
33
13
35
17
45
17
33
17
30
17
50
17
Rata-rata
38
16
Dari hasil rata-rata, didapatkan strike dan dip dari singkapan Batupasir adalah
N 38o E/17o.
Stop Site 3 - Pengamatan Batu Gamping Bioklastik (Di Depan Kampus LIPI)
Lokasi pengamatan ini berada pada titik 353518 mEasting, 9165680
mNorthing dengan elevasi 74 m . Pada lokasi ini terdapat Batugamping Numulit,
dimana pada batuan tersebut terdapan fosil makhluk hidup (kerang) yang
terperangkap. Batuan tersebut berasal dari laut dalam yang terangkat ke
permukaan. Pada batuan tersebut terdapat fragmen berupa butiran. Jika dilakukan
uji penetesan HCl, batuan tersebut akan berbuih.
aluvial, Formasi Karangsambung dan pembelokan Sungai Lok Ulo. Pada lokasi
ini yang dapat diamati adalah lembah antiklin dan cekungan yang berbentuk
amphitheater,
komplek
mlange
dan
klasifikasi
geomorfologi
daerah
Ploting GPS
Berikut adalah Tracking yang dilakukan selama hari kedua dengan menggunakan
GPS.
3.3.
Plung
e (o)
51
52
40
66
66
40
48
42
76
56
86
83
265
216
Bearing
(N o E)
103
115
070
110
154
173
073
254
008
144
082
025
292
301
Plunge
(o)
235
47
50
241
278
225
248
4
223
179
63
191
198
Bearing
(N o E)
140
000
353
142
043
080
036
058
062
071
069
079
076
Menurut hasil dari input data (Tabel 3.3) pada software dips, diketahui
bahwa sesar pada Kali Mandala memiliki dip direction sebesar N 263 0 E. Hal ini
mengindikasikan bahwa sesar cenderung mengarah pada South-West dengan
sudut sebesar 190 .
pembidikan
dapat
dilihat
pegunungan
dengan
ujung
Syarat minimal kandungan nikel yang terdapat dalam batuan untuk menjadi nikel
laterit adalah 0,2%.Laju pelapukan akan banyak mempengaruhi waktu
terbentuknya bijih nikel laterit.
Ploting GPS
Berikut adalah Tracking yang dilakukan selama hari ketiga dengan menggunakan
GPS.
BAB IV
40 m
dd
aa
d
30 m
cc
bb
Easting
0352876
Northing
9165536
Bb
Cc
0352862
0352908
9165562
9165579
Dd
0352915
9165549
Easting
0352882
0352876
Northing
9165548
9165556
c
d
0352901
0352902
9165566
9165554
Produk yang dihasilkan dari test pit terdiri pasir, kerikil dan batuan yang
berukuran lebih besar dari 5 cm. Proses pemisahan ketiga produk ini dilakukan
dengan pengayakan. Produk yang dihasilkan dari test pit terdiri pasir, kerikil dan
batuan yang berukuran lebih besar dari 5 cm. Proses pemisahan ketiga produk ini
dilakukan dengan pengayakan. (gambar 4.2)
Dari hasil pengayakan terdapat 4 produk, pada ayakan pertama yang lolos
adalah pasir, lalu diayakan ke dua yang lolos adalah kerikil dan material yang
tertinggal adalah batuan yang ukurannya 1 5 cm. Material batuan ini terbagi atas
2 yaitu batu kuarsa yang diambil sebagai produk, dan batuan selain kuarsa yang
dikategorikan sebagai waste.
Volume pasir
(gayung)
A
B
C
D
3,5
6
4,5
2
Volume
Kerikil
(gayung)
4,25
4,75
4,75
2,875
Jumlah Butir
Batuan Kuarsa
354
368
468
340
Volume pasir
(m3)
0.00616
0.01056
0.00792
0.00352
Volume
Kerikil (m3)
0.00748
0.00836
0.00836
0.00506
Jumlah Butir
Batuan Kuarsa
354
368
468
340
Rata - rata
0.00704
0.007315
382.5
P ersentase produk=
V olume produk
x 100
V olume keseluruhan test pit
W aste=V olume keseluruhan test pit (V olume pasir+ V olume kerikil+V olume batuan kua
Setelah dihitung maka distribusi penyebaran pasir, kerikil, dan batuan dapat
dilihat pada tabel 4.5
Tabel 4.5 Persentase Hitungan Penyebaran Sumber Daya
Sumberdaya
Pasir
Kerikil
Batuan
Waste
Volume (m3)
0.00704
0.007315
0.00528
0.055365
persentase
9.87%
9.75%
7.04%
73.34%
Persentase
Sumberdaya
(m3)
Pasir
Kerikil
Batuan
waste
9.87%
9.75%
7.04%
73.34%
118.44
117
84.48
880.08
Pasir dan kerikil dijual ke cilacap dengan jarak tempuh 96km dengan jarak
tempuh sekitar 2 jam dan diangkut menggunakan truck yang disewa dengan
kapasitas 8m3. Untuk kerikil langsung dijual dengan satuan per kaleng.
Parameter :
Truk yang disewa 2 unit dengan biaya sewa Rp. 800.000,- per unit
Bahan bakar yang digunakan adalah bahan bakar subsidi dengan harga Rp.
5.150,-/liter
Jarak tempuh 96 km, dengan waktu 2 jam perjalan dan 1 kali ritase
membutuhkan 4 5 jam
Harga pasir dari kebumen cilacap Rp. 1.200.000, dan harga kerikil Rp.
1.000.000,-
Untuk batuan dihitung per kalen dengan asumsi 1 kaleng = 1.5 gayung =
0.00264 m3 dengan harga Rp. 500/kaleng
Umur sumberdaya jika truck mampu mengangkut 2 ritase pasir dan kerikil
perhari nya, jadi untuk pasir dan kerikil akan habis dalam 7 hari jika ditambang
terus menerus dan konstan tanpa pertimbangan factor cuaca.
Dari sumber daya yang didapatkan dapat dihitung ritase (untuk pasir dan
kerikil) serta dihitung penjualan per kaleng untuk kuarsa agar mendapatkan nilai
keuntungan yang dapat dipertimbangkan:
Pasir
Kerikil
Kuarsa
Biaya truck
= Rp. 400.000,-
= Rp. 164.800,-
Biaya operasi
= Rp. 350.000,-
Keuntungan
= Rp. 285.200,-
Biaya truck
= Rp. 400.000,-
= Rp. 164.800,-
Biaya operasi
= Rp. 350.000,-
Keuntungan
= Rp. 85.200,-
Pasir
Kerikil
: 15 x Rp. 85.200,-
Batuan
Total keuntungan
= Rp. 1.278.000.-
= rp. 21.151.000,-
berkebun.
Penambangan dilakukan dengan menggunakan dua (2) pompa yang memiliki
fungsi masing-masing. Pompa pertama digunakan untuk menyemprot pasir yang
ada di sungai agar terberai dan pompa kedua bertugas untuk menghisap pasir yang
telah terberai. Proses penambangan menggunakan pompa ini dilakukan oleh satu
tim yang terdiri atas 4 pekerja.
Material pasir bercampur air tersebut kemudian dialirkan ke tepian sungai
untuk dilakukan pemisahan antara pasir dan kerikil dengan menggunakan alat.
Setelah pasir terpisah dari kerikil, dua orang buruh bertugas memindahkan pasir
ke dalam truk pengangkut secara manual (dengan menggunakan sekop).
Pasir tersebut diangkut menuju lokasi konsumen yang tersebar di beberapa
wilayah seperti Kabupaten Kebumen, pinggiran Kabupaten Kebumen, hingga
Cilacap. Harga satu truk pasir ditentukan oleh lokasi konsumen, semakin jauh
jaraknya dari lokasi penambangan maka harganya akan semakin mahal.
Untuk daerah pinggiran Kebumen, harganya berkisar antara Rp 500.000-Rp
600.000, sedangkan harga pasir untuk Kabupaten Kebumen sedikit lebih tinggi
yaitu Rp 700.000. Untuk Cilacap, harganya mencapai Rp 1.000.000 karena
lokasinya jauh dari lokasi penambangan. Dapat disimpulkan bahwa, untuk bahan
galian industri seperti pasir, biaya transportasi dari lokasi penambangan menuju
konsumen adalah komponen biaya yang sangat mempengaruhi harga dari produk
itu sendiri.
Biaya Operasional
Terbatasnya informasi yang dapat diperoleh melalui proses wawancara
(tanya-jawab) dengan pekerja, membuat rincian biaya operasional yang
dikeluarkan untuk menghasilkan satu truk pasir menjadi kurang akurat. Pekerja
mengatakan bahwa harga produk yang dibeli dari lokasi penambangan adalah
senilai Rp 350.000, dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 4.7 Komponen Biaya Operasional Penambangan Pasir
No Komponen Biaya
1
Upah penambang (satu tim)
2
Upah buruh pengangkut pasir (satu tim)
3
Biaya lain-lain (retribusi, dsb)
Total Biaya
Besaran
Rp 200.000/truk
Rp 70.000/truk
Rp 80.000/truk
Rp 350.000/truk
tenaga
kerja
masyarakat
lokal
sehingga
dapat
mengurangi
pengangguran.
Pengaruh Kegiatan Pertambangan Pasir Terhadap Lingkungan Sungai
Kegiatan penambangan pasir di Sungai Luk Ulo menyebabkan terjadinya
erosi pada badan sungai. Akibatnya pemerintah perlu membuat bronjong di tepian
sungai berupa tumpukan batuan yang ditahan oleh kawat hingga membentuk
menyerupai tangga.
BAB V
PENGUKURAN HIDROLOGI DAN HIDROGEOLOGI
V-Notch merupakan alat ukur debit air yang umumnya terbuat dari plat baja
dengan berbentuk empat persegi panjang. Pada salah satu sisinya (sisi yang
panjang) dibuat belahan bentuk V dengan sudut 90 0 (Gambar 1). Parameter yang
diukur adalah tinggi kolom aliran air yang melewati belahan tersebut.
: 21 Mei 2016
Pukul
: 16.30 WIB
Lokasi
Cuaca
: Mendung
curah hujan atau oleh mahluk hidup, penyumbatan oleh bahan-bahan yang halus,
struktur tanah, tumbuh-tumbuhan, udara yang terdapat dalam tanah, dan lain-lain.
Data infiltrasi diperoleh dengan melakukan pengukuran langsung di lapangan
menggunakan alat ukur infiltrasi Double Ring Infiltrometer (Gambar 5.5). Alat ini
terdiri dari dua lingkaran dengan titik tengah yang sama, diameter lingkaran
tengah 7,5 cm dan diameter lingkaran luar adalah 15 cm.
f Bt n
Keterangan :
f
waktu (menit)
rembesan tanah dalam satu arah. Bedanya dengan permeabilitas (K) adalah
permeabilitas berlaku pada kondisi jenuh air, sedangkan kapasitas infiltrasi pada
kondisi resapan di kondisi tidak jenuh. Prinsip Infiltrometer adalah mengarahkan
rembesan hanya dalam satu arah saja yang dipresentasikan oleh ring dalam,
sedangkan ring luar berfungsi menjaga rembesan dari ring dalam tetap tegak lurus
ke bawah tidak merembes ke samping.
Tahap-tahap pengukuran Infiltrometer adalah sebagai berikut:
a. Pasang double ring seperti pada gambar di bawah ini. Posisikan ring kecil di
dalam ring besar. Tempatkan penggaris di dalam ring kecil (Gambar 5.6).
Waktu
(menit)
0
1
3
4
7
10
15
30
45
Waktu
(detik)
0
60
180
240
420
600
900
1800
2700
Penurunan
(cm)
0
0.2
1.1
1.3
2.2
2.9
4.1
7
10.1
f Bt n
Waktu
(detik)
0
60
180
240
420
600
Tinggi Muka
Air
(cm)
40
39.8
38.9
38.7
37.8
37.1
Penurunan
(cm)
0
0.2
1.1
1.3
2.2
2.9
F
(cm/detik)
0.00000
0.00566
0.00539
0.00536
0.00528
0.00524
15
30
45
900
1800
2700
35.9
33
29.9
4.1
7
10.1
0.00518
0.00510
0.00505
5.3 Geolistrik
Metode geolistrik resistivitas adalah salah satu metode yang cukup banyak
digunakan dalam dunia eksplorasi khususnya eksplorasi air tanah karena
resistivitas dari batuan sangat sensitif terhadap kandungan airnya. Sebenarnya ide
dasar dari metode ini sangatlah sederhana, yaitu dengan menganggap bumi
sebagai suatu resistor.
pada metode ini digunakan jarak spasi elektrode yang tetap untuk semua titik
datum di permukaan bumi. Sedangkan metode resistivitas sounding bertujuan
untuk mempelajari variasi resistivitas lapisan bawah permukaan bumi secara
vertikal. Pada metode ini pengukuran pada satu titik ukur dilakukan dengan cara
mengubah-ubah jarak elektrode. Pengubahan jarak elektrode tidak dilakukan
secara sembarang, tetapi mulai jarak elektrode kecil kemudian membesar secara
gradual. Jarak elektrode ini sebanding dengan kedalaman lapisan yang terdeteksi.
Penggunaan geolistrik pertama kali dilakukan oleh Conrad Schlumberger
pada tahun 1912. Geolistrik merupakan salah satu metoda geofisika untuk
mengetahui perubahan tahanan jenis lapisan batuan di bawah permukaan tanah
dengan cara mengalirkan arus listrik DC (Direct Current) yang mempunyai
tegangantinggi ke dalam tanah. Injeksi arus listrik ini menggunakan 2 buah
Elektroda Arus A dan B yang ditancapkan ke dalam tanah dengan jarak tertentu.
Semakin panjang jarak elektroda AB akan menyebabkan aliran arus listrik bisa
menembus lapisan batuan lebih dalam. Dengan adanya aliran arus listrik tersebut
maka akan menimbulkan tegangan listrik di dalam tanah. Tegangan listrik yang
terjadi di permukaan tanah diukur dengan penggunakan multimeter yang
terhubung melalui 2 buah Elektroda Tegangan M dan N yang jaraknya lebih
pendek dari pada jarak elektroda AB. Bila posisi jarak elektroda AB diubah
menjadi lebih besar maka tegangan listrik yang terjadi pada elektroda MN ikut
berubah sesuai dengan informasi jenis batuan yang ikut terinjeksi arus listrik pada
kedalaman yang lebih besar. Dengan asumsi bahwa kedalaman lapisan batuan
yang bisa ditembus oleh arus listrik ini sama dengan separuh dari jarak AB yang
biasa disebut AB/2 (bila digunakan arus listrik DC murni), maka diperkirakan
pengaruh dari injeksi aliran arus listrik ini berbentuk setengah bola dengan jarijari AB/2.
Cara Kerja Metode Geolistrik :
Cara Kerja Metode Geolistrik
Untuk alat ini standar deviasi yang diperbolehkan maksimal adalah sebesar
0,05. Jika pengujian didapatkan hasil deviasi melebihi 0,05 maka pengujian harus
diulang sampai mendapatkan standar deviasi kurang dari 0,05. Tingginya angka
deviasi bisa diakibatkan oleh berbagai macam factor, salah satunya penempatan
elektroda yang tidak tepat seperti mengenai akar tanaman atau mengenai bendabenda penghambat arus listrik lainnya (Kontaminan) . Pada saat terjadi standar
deviasi yang tinggi, sebelum mengulangi pengujian posisi elektroda harus digeser
terlebih dahulu untuk memastikan tidak ada benda-benda (kontaminan) yang
dapat menghambat tingginta TDS.
Terdapat beberapa metode yang digunakan dalam percobaan geolistrik
seperti konfigurasi Schlumberger, konfigurasi Wenner dan konfigurasi dipoledipole.
1. Konfigurasi Schlumberger
konfigurasi Pole-pole, hanya digunakan satu elektrode untuk arus dan satu
elektrode untuk potensial. Sedangkan elektrode yang lain ditempatkan pada
sekitar lokasi penelitian dengan jarak minimum 20 kali spasi terpanjang C1-P1
terhadap lintasan
digunakan satu elektrode arus dan dua elektrode potensial. Untuk elektrode arus
C2
ditempatkan pada sekitar lokasi penelitian dengan jarak minimum 5 kali spasi
terpanjang C1-P1. Sehingga untuk penelitian skala laboratorium yang mungkin
digunakan adalah konfigurasi Dipole-dipole. Pada konfigurasi Dipole-dipole, dua
elektrode arus dan dua elektrode potensial ditempatkan terpisah dengan jarak na,
sedangkan spasi masing-masing elektrode a. Pengukuran dilakukan dengan
memindahkan elektrode potensial pada suatu penampang dengan elektrode arus
tetap, kemudian pemindahan elektrode arus pada spasi n berikutnya diikuti oleh
pemindahan elektrode potensial sepanjang lintasan seterusnya hingga pengukuran
elektrode arus pada titik terakhir di lintasan itu.
Gambar 5.12 Konfigurasi Dipole-dipole
Beberapa aplikasi atau software yang dapat digunakan untuk menghitung
nilai resistivitasdengan menggunakan software res2div atau IP2Win, dengan
menggunakan software ini kita dapat menginterpretasikan jenis batuan yang ada di
bawah permukaan yang dilalui oleh arus listrik berdasarkan besar resistivitasnya
terhadap arus listrik yang dialirkan.
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesan
Selama perjalanan studi ekskursi ke karang sambung, peserta merasakan
bahwa ekskursi dikemas dalam bentuk yang menarik baik dari sesi acara ekskursi
maupun pembawaan dosen dalam menjelaskan kuliah umum dan menjelaskan di
lapangan.
Karang sambung merupakan laboratorium alam yang dapat dilihat secara
langsung oleh tiap peserta. Hampir semua objek-objek materi pembelajaran di
kuliah didapatkan selama ekskursi di karang sambung. Banyak jenis batuan dan
mineral dengan tipe pembentukan yang berbeda terdapat dan tersingkap pada
setiap formasi di daerah karang sambung. Selain itu, batuan dengan umur paling
tua sampai umur paling muda tersingkap dan dapat dipelajari secara langsung di
daerah karang sambung.
Karang sambung memberikan banyak pengetahuan dan pengalaman dalam
bidang ilmu kebumian. Peserta dapat secara langsung melihat bagaimana kondisi
batuan maupun mineral dan lain sebagainya yang selama ini hanya dipelajari
dalam teori di kelas saja. Karang sambung mengajarkan kepada peserta bahwa
segala sesuatu yang terbentuk dan terjadi di alam bukanlah suatu hal yang
kebetulan melainkan telah diatur dan mempunyai hubungan sebab-akibat.
Karang sambung pun mengajarkan kepada peserta bahwa ilmu yang ada di
dunia sangatlah banyak dan sangatlah rumit, karang sambung menyadarkan bahwa
kekayaan yang diberikan tuhan sangat lah besar dan ilmu yang sudah dimiliki
hanyalah sedikit dan tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan ilmu tuhan
yang maha besar dan luas.
6.2 Saran
Kuliah umum dalam kegiatan ekskursi pada saat malam hari sebaiknya
dikurangi dan dibatasi jam nya dengan kesepakatan bersama antara dosen
dengan peserta sehingga mahasiswa punya waktu lebih banyak untuk
berdiskusi dengan dosen dan juga punya waktu untuk membuat laporan
sementara.
Lebih baik diadakan sesi diskusi santai pada malam hari dengan asisten
untuk memperdalam apa yang dipelajari dilapangan.
Lebih banyak di selingi kegiatan seni menghibur saat kuliah malam, agar
peserta tidak mengantuk.
Untuk setiap jurusan harus lebih diarahkan kegiatan yang akan dilakukan,
misalnya jurusan ekonomi mineral harus lebih banyak kegiatan tentang
manajemen ekonomi mineral yang ada di karang sambung, serta kegiatan
lain yang sesuai jurusannya.