Anda di halaman 1dari 72

4

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena penulis telah


dianugerahkan kekuatan dan kesehatan sehingga dapat
menyelesaikan karya ilmiah yang sederhana ini.

Selawat dan

salam penulis sampaikan kepada Nabi besar Muhammad SAW


beserta keluarga dan para sahabatnya sekalian yang telah
membawa perubahan dari alam jahiliyah ke alam yang penuh
hidayah.
Skripsi ini penulis untuk memenuhi sebahagian beban studi
guna mencapai gelar Sarjana S-1 pada Fakultas Tarbiyah Universitas
serambi Mekkah Banda Aceh. Penyelesaian skripsi ini berkat
bantuan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu penulis mengucapkan
terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
Ucapan terima kasih yang teristimewa dan rasa hormat yang
mendalam penulis sampaikan kepada Ayahanda dan Ibunda tercinta
yang telah bersusah payah mengasuh dan membesarkan
Ananda sehingga berhasil menduduki bangku perguruan tinggi.
Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada Bapak Dr. Jamaluddin, M. Ed.
sebagai dosen pembimbing I ,

dan Bapak Drs.

Damanhuri Basyir, M.Ag, sebagai Pembimbing II, yang telah


membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyelesaian skripsi
ini.
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak
Kepala Desa, Ulama dan tokoh masyarakat Desa Aneuk Galong Baro
Kecamatan Sukamakmur Kabupaten Aceh Besar yang telah
memberikan data dan informasi yang berguna dalam penyusunan
skripsi ini.
Kepada para pembaca penulis mohon saran-saran guna
perbaikannya, semoga dapat berguna bagi agama dan bangsa.
Amin ya rabbal alamin.

Aneuk Galong Baro, 10 Juni


2016

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR............................................................................iv
DAFTAR ISI.......................................................................................vi
ABSTRAK
........................................................................................................
viii
BAB SATU PENDAHULUAN
A.
B.
C.
D.
E.
F.
BAB DUA

Latar Belakang Masalah..........................................1


Penjelasan Istilah.....................................................3
Tujuan Penelitian......................................................6
Postulat dan Hipotesis.............................................6
Populasi dan Sampel...............................................7
Metode Penelitian....................................................8

HUBUNGAN SUAMI ISTERI DAN DAMPAKNYA TERHADAP


PENDIDIKAN ANAK
A. Faktor Penyebab Putusnya Hubungan suami Isteri..10
B. Hubungan Keharmonisan Orang Tua dan
Pengaruhnya
Terhadap Pendidikan Anak.......................................14
C. Tanggung Jawab Suami Isteri Terhadap Pendidikan
Anak........................................................................17
D. Pendidikan Anak dan Harmonisasi Hubungan Orang
Tua...........................................................................20
E. Proses Pendidikan Anak Menurut Islam ..................23

BAB TIGA

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN


A. Geografis Desa Aneuk Galong Baro.........................28
B. Keadaan Penduduk dan Mata Pencaharian..............24
C. Pendidikan, Agama dan Adat Istiadat......................31

BAB EMPAT HASIL PENELITIAN


A. Pengaruh Harmonisasi Orang Tua Terhadap
Pendidikan
Anak........................................................................36
B. Urgensi Harmonisasi Orang Tua Dalam Pendidikan
Anak........................................................................40
C. Upaya Orang Tua Dalam Meningkatkan Pendidikan
Anak
Melalui Hubungan Harmonis....................................43
D. Hambatan Orang Tua dalam Membina Hubungan
Harmonis
dalam Keluarga........................................................47
E. Pembuktian Hipotesis..............................................49
BAB LIMA PENUTUP
A. Kesimpulan..............................................................52
B. Saran-saran.............................................................52
DAFTAR KEPUSTAKAAN

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan orang tua


terhadap pendidikan anak dalam keluarga, sejauhmana pengaruh
ketidakharmonisan rumah tangga bagi pendidikan anak-anak serta
ingin memberikan beberapa sumbangan pikiran mengenai proses
pendidikan anak di lingkungan keluarga. Penelitian ini dilakukan
dengan library research (penelitian kepustakaan) dan field research
(penelitian lapangan). Penelitian kepustakaan dilakukan dengan
pengumpulan data melalui kepustakaan. Penelitian lapangan
dilakukan dengan pengumpulan data dengan mengadakan
penelitian langsung ke lapangan dengan instrumen pengumpulan
data angket dan wawancara.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa harmonisasi hubungan
orang tua di desa Aneuk Galong Baru membawa pengaruh terhadap
proses pendidikan anak di lingkungan keluarga. Harmonisasi
hubungan orang tua berdampak positif terhadap pendidikan anak,
karena dengan hubungan harmonis anak akan terbina melakukan
hubungan baik, anak akan meniru perilaku orang tua yang baik dan
anak terbiasa bergaul dengan cara yang baik. Harmonisasi
merupakan hal yang urgen karena harmonisasi hubungan orang tua
akan mendukung pendidikan anak, melalui hubungan harmonis
anak akan dapat dibina dengan baik, dan tanpa hubungan harmonis
pendidikan anak tidak akan terlaksana. Faktor pendukung orang tua
membina hubungan harmonis di lingkungan keluarga, yaitu saling
pengertian suami isteri. tingkat pendidikan suami isteri, dan kondisi
ekonomi keluarga. Hambatan yang dihadapi orang tua di desa
Aneuk Galong Baru dalam membina hubungan harmonis adalah
kurangnya pengertian suami isteri.

BAB SATU
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Rumah tangga merupakan suatu wadah yang sangat penting
dalam pembinaan anak, sebab rumah tanggalah tempat yang
pertama dan utama untuk mengajarkan sesuatu kepada anak.
Apabila suatu rumah tangga dapat mendidik anak dengan baik
maka akan tercapai tujuan pendidikan Islam sebagaimana yang
diharapkan oleh agama, dalam rangka mewujudkan tujuan
pembangunan nasional, yaitu menciptakan manusia seutuhnya,
Untuk itu perlu diciptakan rumah tangga yang harmonis, rasa saling
mengerti dan memahami akan kewajiban yang telah dibebankan
atasnya. Rasa aman dan tentram dalam rumah tangga merupakan
suatu hal yang utama untuk mencapai ketenangan lahir bathin
dalam rangka menciptakan sumber daya manusia yang menjadi
dambaan kita semua.

Dalam hal ini al-Qur'an sebagai pedoman pokok umat Islam


telah memberikan gambaran dalam surat Ar-Rum ayat 21 yang
berbunyi:

Artinya:
dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia
menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri,
supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya,
dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda bagi kaum yang berfikir (Ar-Rum:2l).

Sementara itu dalam rumah tangga muslim masih ada hal-hal


negatif antara lain seperti perselisihan atau ketidakharmonisan
yang dapat membawa pengaruh bagi pembinaan pendidikan anak
baik intern maupun ekstern, Anak-anak yang hidup dalam rumahtangga berantakan, menderita persoalan emosi kelakuan,
kesehatan dan kegiatan sosial lebih banyak dari pada anak yang
hidup dalam rumah tangga yang harmonis.1 Karena dari rumah
tangga yang sakinah dan harmonis akan melahirkan putera-putera
yang baik dan bermanfaat bagi masyarakat dan agama. Demikian
1 Fahmi Mustafa, Kesehatan Jiwa, (Jakarta: Bulan Bintang, 1977),hal. l13

juga sebaliknya apabila rumah tangga berantakan dan pendidikan


anak terabaikan, maka kemungkinan besar akan muncul dalam
masyarakat adalah anak-anak nakal dan jahat yang hanya akan
menjadi beban sosial masyarakat dan negara
Terwujudnya kesatuan dan keharmonisan dalam rumah
tangga merupakan syarat utama bagi pertumbuhan dan pendidikan
anak yang selanjutnya merupakan unsur penting dalam
menyesuaikan diri dengan keluarga, masyarakat dan lembagalembaga pendidikan, karena rumah tangga merupakan lapangan
sosial tempat anak dibesarkan, maka ketidakharmonisan rumah
tangga menjadi penyebab langsung bagi pertumbuhan dan
pendidikan anak, oleh karena itu perlu adanya satuan hubungan
yang harmonis dalam rumah tangga sesuai dengan apa yang
dikemukakan oleh Ny. Singgih Gunarsa, bahwa "Kesatuan ayah ibu
demikian penting sebagai alat yang kuat dalam keluarga, bila
kesatuan itu kurang kuat akan dapat menyebabkan kegoncangan
dalam keluarga dengan segala akibatnya, baik dalam keluarga itu
sendiri maupun dalam masyarakat'.2
Berdasarkan uraian di atas jelas bahwa kedua orang tualah
yang sangat berperan dalam mendidik anak-anaknya, dan

2 Singgih D. Gunarsa. Nya, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Gunung


Mulia, 1986), hal. 14

keduanya harus dapat bekerjasama dengan baik, demi tercapainya


pendidikan anak sebagaimana yang diharapkan.
Dengan memperhatikan betapa besarnya pengaruh rumah
tangga terhadap pertumbuhan dan perkembangan fisik dan
psikologi anak, penulis tertarik untuk mengkaji masalah tersebut
dalam kaitannya dengan pendidikan anak. Hasil penelitian ini akan
disusun .dalam sebuah karya ilmiah dengan judul: "URGENSI
HARMONISASI ORANG TUA TERHADAP PENDIDIKAN ANAK (Studi
Kasus Di Desa Aneuk Galong Baru Kecamatan Suka Makmur Aceh
Besar)".
Yang menjadi permasalahan di sini adalah: Apakah
ketidakharmonisan rumah tangga dapat mempengaruhi pendidikan
anak? Bagaimana seharusnya proses pendidikan anak dalam
keluarga?
B. Penjelasan Istilah
Setiap penulisan karya ilmiah adanya penjelasan istilah atau
pengertian istilah-istilah yang terkandung dalam judul skripsi ini.
Hal tersebut dimaksudkan dalam rangka menghindari kekeliruan
dan kesalahpahaman dalam menginterpretasikan maksudnya.
Adapun istilah-istilah yang perlu dijelaskan antara lain adalah:
Harmonisasi, orangtua, pendidikan anak.
1. Harmonisasi

Harmonisasi berasal dari kata harmonis. Dalam Kamus


lengkap Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa kata harmonis berarti
serasi, selaras, cocok.3 Harmonisasi berarti pengharmonisan atau
pencarian keselarasan.4 Dalam hubungan suami isteri harmonisasi
berarti hubungan yang selaras dan rukun di antara keduanya.
Jadi dapat dikatakan bahwa makna keharmonisan yang
terkandung dalam judul skripsi ini adalah keserasian dan
ketenteraman pasangan suami istri dalam rumah tangga.
2. Orangtua
Orangtua berarti "Orang yang sudah tua, ibu bapak a.tau
orang yang dianggap tua".5
Orang tua yang penulis maksudkan di dalam skripsi ini adalah
ibu bapak dari anak, dimana mereka bertanggung jawab pada
rumah tangga, terutama pada anak-anak mereka.
3. Pendidikan anak
Pendidikan anak terdiri dari dua kata. yaitu pendidikan dan
anak. Dan masing-masing mempunyai pengertian tersendiri.
a. Pendidikan

3 Amran YS. Chaniago, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Bandung:


Pustaka Setia, 1996), hal. 240
4 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), hal. 342

5 WJS. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai


Pustaka, 1976), hal. 688

Para ahli pendidikan memberikan definisi pendidikan itu


bermacam-macam namun mempunyai tujuan yang sama, di
antaranya ialah:
1) Drs. Ahmad D. Marimba mendefinisikan pendidikan dengan
"Bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidikan
terhadap perkembangan jasmaniyah dan rohaniah si
terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama".6
2) Suito mendefinisikan pendidikan dengan "Bimbingan yang
sengaja diberikan selama proses perkembangan rohaniah
dan jasmaniah yang 'terjadi kepada anak didik".7
3) Drs. M. Nasir Ali mendefinisikan pendidikan dengan
"Segala usaha mengembangkan nilai-nilai dan
menyampaikannya untuk dipahami si anak sehingga
menjadi orang baik, pintar, mampu hidup dan berguna
untuk masyarakat.8
Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa
pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan yang sengaja
diberikan oleh pendidik terhadap peserta didik untuk
penghinaan kepribadian yang utama.
6 Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: AlMaarif, 1962), hal. 19
7 Suito, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia, 1973), hal. 37
8 M. Nasir Ali, Dasar-dasar Ilmu Mendidik, (Jakarta: Mutiara, 1979), hal. 25

b. Anak
Istilah anak juga mempunyai beberapa pengertian,
antara lain:
1) Menurut bahasa berarti "Manusia yang masih kecil,
turunan yang kedua.9
2) LP. Simanjuntak mendefinisikan bahwa "Anak adalah
mahkluk yang masih harus berkembang".10
Sedangkan definisi anak yang penulis maksudkan
adalah manusia yang masih kecil dan memerlukan bimbingan
dan pimpinan dari orang dewasa.
Jadi yang dimaksud dengan pendidikan anak di sini
adalah usaha yang sengaja atau tidak sengaja, baik langsung
ataupun tidak langsung dari orang dewasa untuk
membimbing dan membina seseorang anak.
Anak tidak hanya terbatas pada umur tertentu seperti
tersebut di atas (0-15 tahun), karena pada hakikatnya proses
pendidikan itu harus dapat mengantarkan anak ke tingkat
kedewasaan atau dapat mandiri. Di samping itu dengan
adanya bimbingan dari orang dewasa secara sadar dan
bertanggung jawab, maka anak akan mendapat pelajaran

9 WJS. Poerwadarminta, Kamus Umum , hal. 38

10 LP. Simajuntak, Teknik Mendidik Anak, (Jakarta: Balai Pustaka, 1983),


hal. 27

yang paling berharga dalam pertumbuhan jasmaniah dan


rohaniahnya.
C. Tujuan Penelitian
Setiap masalah yang akan dibahas pasti mempunyai tujuan
tersendiri guna untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Adapun
yang menjadi tujuan pembahasan dalam penulisan skripsi ini antara
lain:
1. Untuk mengetahui sejauhmana pengaruh ketidakharmonisan
rumah tangga bagi pendidikan anak-anak.
2. Untuk mengetahui mengenai proses pendidikan anak di
lingkungan keluarga.
D. Postulat dan Hipotesis
1. Postulat
Postulat adalah anggapan dasar yang kebenarannya tidak
diragukan lagi, dan menjadi pokok pangkal bagi lahirnya hipotesis.
Winamo Surachmat mengemukakan: Anggapan dasar atau postlat
yang menjadi tumpuan segala pandangan dan kegiatan terhadap
masalah yang dihadapi. Postulat inilah yang menjadi titik pangkal,
dimana tidak menjadi keragu-raguan penyelidik.11
Adapun yang menjadi postulat dalam pembahasan skripsi ini
adalah:
11 Winarno Surachmat, Pengantar Penelitian Ilmiah, (Bandung: Tarsito,
1985), hal. 159

a. Rumah tangga merupakan lembaga yang pertama dan utama


bagi pendidikan anak.
b. Dalam sebuah rumah tangga Muslim yang pertama harus
diajarkan adalah menanamkan aqidah syari'ah dan akhlak.
2. Hipotesis
Hipotesis merupakan dugaan sementara suatu masalah yang
masih memerlukan pembuktiannya. Suharsimi Arikunto
mengemukakan bahwa hipotesis dapat diartikan sebagai jawaban
yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai
terbukti melalui data yang terkumpul.12 Beranjak dari pengertian di
atas, yang menjadi hipotesis penulis dalam pembahasan ini adalah:
1. Keharmonisan rumah tangga berpengaruh positif terhadap
pendidikan anak.
2. Orang tua di desa Aneuk Galong Baro menghadapi berbagai
hambatan dalam proses pendidikan anak dalam keluarga.
E. Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian, sedangkan
sampel adalah sebagian dari objek penelitian yang dapat mewakili
populasi. Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
warga masyarakat yang berdomisili di daerah desa Aneuk Galong
Baro Kecamatan Suka Makmur sejumlah lebih kurang 297 Kepala
Keluarga. Dalam penelitian ini peneliti menetapkan 25% dari total
12 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek,
(Jakarta: Rineka Cipta, 1993), hal. 62

10

populasi untuk dijadikan sampel. Dengan demikian sampel dalam


penelitian ini ditetapkan sebanyak 75 Kepala Keluarga (KK) untuk
disebarkan angket dan diwawancarai.
F. Metode Penelitian
Setiap penulisan karya ilmiah memerlukan data yang konkrit,
lengkap dan objektif, untuk memperoleh. data tertentu harus
melalui metode-metode tertentu yang sesuai dengan masalah yang
sedang dibahas. Maka dalam membahas karya ilmiah ini penulis
menggunakan metode deskriptif, yaitu dengan penyelidikan yang
tertuju pada pemecahan masalah yang timbul pada masa sekarang.
Untuk mengumpulkan data yang diperlukan penulis menggunakan
tehnik sebagai berikut:
1. Library Research (penelitian kepustakaan), yaitu salah satu
cara untuk memperoleh data dengan cara mempelajari
berbagai literatur yang mempunyai relevansi dengan masalah
yang sedang dibahas
2. Field Research (penelitian lapangan), yaitu suatu cara untuk
memperoleh data di lapangan dengan cara terjun langsung ke
lokasi penelitian untuk mengumpulkan data. Adapun tehnik
pengumpulan data yang penulis gunakan di lapangan adalah
sebagai berikut:

11

a. Angket. Teknik angket digunakan dengan cara memberikan


sejumlah pertanyaan berikut alternatif jawabanya kepada
responden yang telah ditetapkan dalam penelitian ini.
b. Wawancara, yaitu penulis memberikan pertanyaan dan
responden memberikan menjawab sesuai dengan
pertanyaan yang diajukan. Wawancara dilakukan dengan
berpedoman kepada daftar pedoman wawancara yang
telah dipersiapkan.
Untuk merealisasikan pembahasan skripsi ini, penulis
menggunakan buku Pedoman Penulisan Karya ilmiah Mahasiswa
dan Pedoman Transliterasi Arab-Latin IAIN Ar-Raniry, Darussalam
Banda Aceh Tahun 1985. Sedang terjemahan al-Qur'an penulis
berpedoman pada Al-Qur'an dan Terjemahnya yang dikeluarkan
oleh Departemen Agama Republik Indonesia.

12

BAB DUA
HUBUNGAN SUAMI ISTERI DAN DAMPAKNYA
TERHADAP PENDIDIKAN ANAK

Hubungan suami isteri membawa dampak terhadap


pendidikan anak Jika hubungan suami isteri terjalin dengan
harmonis, pendidikan anak akan baik dan prestasi belajar anak
dapat meningkat, karena suasana keluarga turut menentukan
keberhasilan pendidikan anak. Sebaliknya jika hubungan suami
isteri tidak baik atau bahkan terjadi perceraian, pendidikan anak
akan terganggu, bahkan anak tidak mampu konsentrasi dalam
keluarga karena menghadapi beban mental. Dengan demikian,
hubungan suami isteri membawa dampak terhadap pendidikan
anak. Dampak tersebut bisa positif dan bisa pula negatif tergantung
sejauhmana harmonisasi hubungan suami isteri dalam lingkungan
keluarga.

A. Faktor Penyebab Putusnya Hubungan suami Isteri


Banyak faktor yang menyebabkan putusnya hubungan suami
isteri. Putus hubungan suami isteri pada umumnya disebabkan
perceraian. Perceraian disebut juga talaq atau furqah. Talaq berarti
membuka ikatan atau membatalkan perjanjian, sedangkan futqal,

13

berarti bercerai lawan dari berkumpul. Kemudian kedua perkataan


ini dijadikan istilah oleh fuqaha yang berarti perceraian antara
suami isteri.13
Faktor penyebab putus hubungan suami isteri terkadang juga
dikarenakan berlainan sifat dan kemauan, berlainan gaya hidup dan
cita-cita, sehingga terjadi perselisihan dan pertengkaran antara
keduanya yang menyebabkan berpisah. Dalam kehidupan rumah
tangga kerap ditemui berbagai hai yang mungkin kurang senang di
salah satu pihak, namun kedua belah pihak harus mampu menahan
diri terhadap sesuatu yang tidak disukai.
Sebelum terjadinya putus hubungan suami isteri, terdapat
faktor tertentu yang dijadikan dasar untuk mengajukan gugatan ke
pengadilan. Salah satu alasannya adalah salah seorang (suami atau
isteri) tidak dapat melaksanakan kewajibannva Para ulama mazhab
telah memberikan penjelasan tentang lima kategori putus
hubungan suami isteri atau perceraian sebagai berikut :
a. Perceraian menjadi wajib dalam kasus "Syiqaq".14
b. Perceraian makruh bila masih dapat dicegah. Kalau
diperkirakan tidak akan membahayakan baik pihak suami
ataupun isteri, dan masih ada harapan untuk
mendamaikannya.
13 Kamal Muktar, Asas-asas Hukum Islam tentang Perkawinan, (Jakarta:
Bulan Bintang, 1974), hal. 156
14 Syiqaq adalah putusnya ikatan perkawinan yang dapat terjadi
disebabkan oleh faktor perilaku dari salah satu pihak, baik suami ataupun isteri
(A. Rahman I Doi, Karakteristik Hukum Islam dan Perkawinan, Jakarta, hal. 307)

14

c. Peerceraian menjadi mubah bila memang diperlukan,


terutama kalau isteri berakhlak buruk dan kemungkinan akan
membahayakan perkawinan.
d. Perceraian hukumnya mandub jika isteri tidak memenuhi
kewajiban terutama terhadap Allah yang telah diwajibkan
atasnya atau ia berbuat serong.
e. Bersifat mahzur, bila perceraian itu dilakukan pada saat-saat
menstruasi.15
Putus hubungan suami isteri atau perceraian disebabkan pada
hubungan suami isteri selalu terjadi perselisihan atau pertengkaran
sehingga keduanya tidak mungkin dipersatukan lagi untuk hidup
dan rukun damai dalam rumah tangga serta dikhawatirkan akan
berbahaya pada salah satu pihak. Di samping itu perceraian wajib
hukumnya, apabila isteri telah terjadi ila jika lewat waktu empat
bulan, si suami tidak mau memilih antara tiga hal, membayar
kafarah sumpah, atau kembali kepada isterinya dengan baik atau
menthalaq isterinya. Ila' menurut bahasa adalah sumpah,
sedangkan menurut syara' adalah sumpah yang dibuat oleh suami
untuk tidak mau mencampuri isterinya.16
Faktor penyebab putus hubungan suami isteri disebabkan
suami tidak mampu memberikan nafkah lahir batin secara optimal.
Hal ini merupakan alasan yang dapat dibenarkan dalam Islam,
sehingga pengadilan atau penguasa dibolehkan memutuskan ikatan
15 A. Rahman I Doi, Karakteristik Hukum Islam dan Perkawinan, Jakarta,
hal. 308
16 Abdul Gani Azmi bin Haji Idris, Hukum-hukum Perkawinan dan
Kekeluargaan dalam Islam, (Kuala Lumpur: Adinie Publisher, 1994), hal. 419

15

perkawinan setelah meneliti dengan seksama gugatan si isteri.


Suami yang dipenjara sama saja halnya dengan suami yang
bepergian, sehingga melalaikan pemberian nafkah kepada isterinya.
Para ulama membuat syarat-syarat bagi wanita yang menuntut
cerai disebabkan suaminya menghilang atau dipenjara sebagai
berikut:
a.
b.
c.
d.

Kepergian suami tanpa uzur yang wajar.


Dengan kepergiannya itu sang isteri menjadi tersiksa.
Perginya ke negeri lain yang bukan tempat tinggal isteriTidak pulang sampai setahun sehingga isteri benar-benar
tersiksa.17
Dilihat dari segi pemenuhan nafkah terhadap isteri, suami

dipenjara sama seperti halnya suami bepergian. Dengan perginya


suami. isteri menjadi tersiksa, sama halnya seperti suami
dipenjarakan. Meskipun suami dipenjara tidak jauh dari tempat
tinggal isterinya, namun suami tidak dapat melayani isteri serta
memberi kasih sayang selama bertahun-tahun sesuai masa
hukumannya.
Dalam Undang-undang No. 1 Tahun 1974, di dalam salah satu
pasal dinyatakan, bahwa putus hubungan suami isteri atau
perceraian baru dapat dilakukan apabila terdapat alasan-alasan
yang cukup sehingga dapat dijadikan landasan yang wajar, bahwa

17 Ibrahim Muhammad Jamal, Fiqih Wanita, penerjemah: Ashori Umar


Sitanggal, (Semarang: Asy-Syifa, t.t), hal. 419

16

antara suami isteri tidak ada harapan lagi untuk hidup bersama
sebagai suami isteri.18
Alasan tersebut secara terperinci disebutkan dalam
penjelasan pasal 39 Undang-undang perkawinan no. 1 tahun 1974
yang sesuai dengan pasal 19 peraturan pemerintah No. 9 tahun
1974, sebagai berikut:
a. Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, penjudi
dan lain sebagainya yang sukar disembuhkan.
b. Salah satu pihak meninggalkan suami atau isteri selama 2
(tahun) berturut-turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan
yang sah atau karena hal lain di luar kemampuannya.
c. Salah satu pihak mendapat hukuman penjara lima tahun atau
hukuman yang lebih berat setelah perkawinan berlangsung.
d. Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan
berat yang membahayakan pihak lain.
e. Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit yang
menyebabkan tidak dapat menjalan kan kewajiban suami
isteri.
f. Antara suami isteri terus menerus terjadi perselisihan dan
pertengkaran dan tidak harapan lagi untuk hidup rukun dalam
rumah tangga.19
Berdasarkan pasal 39 Undang-undang No. 1 tahun 1974 dan
Pasal 19 PP No. 9 tahun 1975, dapat diketahui faktor-faktor yang
dapat dijadikan alasan untuk melakukan perceraian.
Menurut syari'at Islam, kewajiban suami terhadap isterinya
yang pertama ialah menghormatinya, bergaul dengan baik,
memperlakukannya dengan wajar, mendahulukan kepentingan
18 Sumber Data: Pasal 39 ayat 2 Undang-undang No. 1 Tahun 1974
19 Sumber Data: Pasal 19 Peraturan Pemerintah Nomor 9/1974

17

yang memang patut didahulukan untuk melunakkan hatinya dan


bersikap sabar terhadap kelakuan isteri.20 Hal ini sesuai dengan
firman Allah dalam surat An-nisa' ayat 9 sebagai berikut:

Artinya: ... dan bergaullah dengan mereka secara patut. kemudian


bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah)
karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, Padahal Allah
menjadikan padanya kebaikan yang banyak (QS- An-Nisa':
19)
Islam menganjurkan hubungan suami isteri secara makruf,
tidak boleh melakukan penganiayaan atau kekejaman yang dapat
menyakiti salah satu pihak. putus hubungan suami isteri juga bisa

terjadi apabila antara suami isteri terus menerus terjadi perselisihan


dan pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi
dalam rumah tangga. Alasan perceraian ini merupakan alasan yang
tepat dan layak untuk menjadi alasan dalam sebuah gugatan
perceraian, sebab perselisihan dan pertengkaran yang terus
menerus antara suami isteri akan mengakibatkan rumah tangga
tidak harmonis, masing-masing mereka merasa tersiksa. jauh dari
rasa ketenteraman dan kebahagiaan. Keadaan yang demikian

20 Sayid Sabiq, Fiqih Sunnah, Jilid 7, Alih Bahasa Drs. Moh. Thalib,
(Bandung: Al-Maarif, 1994), hal. 94

18

sudah barang tentu antara suami isteri tidak dapat lagi bersikap
yang baik dalam mengatur rumah tangganya.

B. Hubungan Keharmonisan Orang Tua dan Pengaruhnya


Terhadap Pendidikan Anak
Perkawinan pada dasarnya bertujuan untuk membentuk,
membina kehidupan yang harmonis antara suami isteri atau
membentuk kehidupan bahagia dan kekal, mewujudkan rumah
tangga sebagai tempat bernaung dan membina kasih sayang serta
memelihara anak anaknya agar tumbuh dan berkembang secara
optimal dengan ajaran Islam. Hubungan harmonis dalam rumah
tangga mempengaruhi kelangsungan pendidikan anak. Tanpa
hubungan harmonis, proses pendidikan anak akan terganggu,
karena anak tidak konsentrasi dalam belajar dan menghadapi
beban mental akibat keretakan hubungan orang tuanya.
Suasana harmonis dalam rumah tangga akan mendukung
keberhasilan pendidikan anak, sebab dalam kondisi harmonis,
suami isteri dapat menjalankan tugas dan kewajibannya dalam
mendidik anak secara optimal. Islam memandang kehidupan rumah
tangga sebagai sumber ketentraman, keamanan, keselamatan dan
memandang hubungan suami isteri sebagai sarana pertumbuhan
cinta pemupukan kasih sayang dan kebahagiaan yang berlandaskan

19

pada pilihan yang mutlak.21 Suasana tenteram dan harmonis


membawa dampak positif terhadap pendidikan anak.
Dalam Islam, ikatan perkawinan merupakan ikatan suci dan
paling kokoh, dalam hal ini Al-Qur'an memberi istilah "Mitaqan
Ghaliza" (Perjanjian yang kokoh), sesuai dengan firman Allah surat
An-Nisa' ayat 2l:

Artinya: ..dan mereka (isteri-isterimu) telah mengambil dari kamu


Perjanjian yang kuat. (Q.S. An-Nin':21)

Perjanjian yang kuat seperti dimaksudkan dalam ayat di atas


adalah adanya ikatan hukum dan ikatan bathin secara baik-baik
untuk membina rumah tangga dalam rangka melaksanakan
perintah Allah dan Sunnah Nabi. Dengan adanya kesadaran ikatan
lahir batin ini akan tercipta suasana harmonis dalam rumah tangga.
Suasana inilah yang akan mendukung keberhasilan pendidikan
anak, baik pendidikan formal di sekolah maupun pendidikan non
formal di lingkungan keluarga.
Adanya keharmonisan dalam rumah tangga untuk
memelihara tali perkawinan yang telah diikatkan dengan perjanjian
hukum menyebabkan suasana rumah tangga menjadi tentram dan
seluruh anggotanya dapat berkonsentrasi menjalankan segala
21 Muhammad Utsman Alkhasty, Sulitnya Berumah Tangga, (Jakarta:
Gema Insani, 1980), hal. 70

20

aktivitas, termasuk juga aktivitas belajar mengajar. Dalam hal ini,


walaupun suami berhak untuk menthalaq isterinya, namun tidak
dibenarkan untuk sesuka hatinya. Suatu rumah tangga yang
dibentuk lewat ikatan perkawinan, baik yang baru terbina maupun
yang sudah puluhan tahun membina ikatan perkawinan telah
membuktikan tidak selalu atau ketentuan yang begitu bisa tercapai
dengan sempurna. Bahkan tidak sedikit gagal dalam membina
rumah tangga yang damai dan bahagia Kondisi rumah tangga yang
kurang bahagia akan berdampak buruk terhadap keberhasilan
pendidikan anak. Sebab perselisihan dalam keluarga mempengaruhi
jiwa dan konsentrasi anak dalam belajar.
Hubungan suami isteri harus berdasarkan saling pengertian
sehingga kehidupan keluarga menjadi tenang, tenteram dan serasi
jangan dibiarkan prasangka melilit benak masing-masing, jangan
saling mematai atau dengan kata lain jangan berlebihan dalam
cemburu.22 Karena tindakan semacam itu dapat mengendorkan
ikatan cinta dan mengeruhkan kejernihan kehidupan rumah tangga.
Memang rasa cemburu itu harus ada, tetapi harus dalam batas
kewajaran dan tidak akan memberi dampak apa-apa kecuali
semakin bertambahnya rasa cinta dan kasih sayang sehingga

22 Ibid., hal. 49

21

masing-masing merasa memperoleh perhatian dan pengawasan


dari pasangannya.
Rasa kasih sayang yang menumbuhkan suasana harmonis
dalam rumah tangga akan mendukung kelangsungan pendidikan
anak. Seorang anak yang dibesarkan dalam lingkungan keluarga
yang harmonis cenderung berhasil dalam pendidikan-nya karena
anak tersebut bisa konsentrasi dalam belajar.

C. Tanggung Jawab Suami Isteri Terhadap Pendidikan Anak


Dalam kompilasi Hukum Islam pasal 71 ayat 3, 4 dan 5
disebutkan, bahwa "Suami isteri memikul kewajiban untuk
mengasuh dan memelihara anak-anak mereka, baik mengenai
pertumbuhan jasmani, rohani, maupun kecerdasan dan pendidikan
agamanya. Suami isteri wajib memelihara kehormatanya, jika suami
atau istri melalaikan kewajibannya, masing-masing dapat
mengajukan gugatan kepada pengadilan agama.23
Dalam pasal34 UU perkawinan ditegaskan:
1. Suami wajib melindungi isterinya dan memberikan segala
sesuatu keperluan hidup dalam berumah tangga sesuai
dengan kemampuannya.
2. Isteri wajib mengatur urusan rumah tangga sebaik-baiknya.24
23 Sumber Data: Kompilasi Hukum Islam Pasal 77 ayat 3, 4 dan 5

24 Sumber Data: Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974, Pasal 34

22

Kutipan di atas menunjukkan suami isteri bertanggung jawab


memberikan pendidikan kepada anak-anak mereka. Kemudian
dalam pasal 80 Kompilasi Hukum Islam (KHI) diatur kewajiban
suami terhadap isteri dan keluarganya, di antaranya adalah :
(1)Suami adalah pembimbing terhadap isteri dan rumah
tangganya, akan tetapi mengenai hal-hal unman rumah
tangga yang penting diputuskan oleh suami isteri bersama.
(2)Suami wajib melindungi isterinya dan memberikan segala
sesuatu keperluan hidup berumah tangga sesuai dengan
kemampuannya.
(3)Suami wajib memberikan pendidikan agama kepada isterinya
dan memberi kesempatan belajar pengetahuan yang berguna
dan bermanfaat bagi agama, nusa dan bangsa.
(4)Sesuai dengan penghasilannya suami menanggung :
a. Nafkah dan tempat kediaman bagi isteri.
b. Biaya rumah tangga, biaya perawatan dan biaya
pengobatan bagi isteri dan anak.
c. Biaya pendidikan bagi anak.
Dengan demikian, suami wajib memberikan biaya pendidikan
kepada anaknya untuk menjamin kelangsungan pendidikan anak.
Hak dan kewajiban sangat erat kaitannya dengan perceraian,
karena apabila salah satu pihak sudah tidak menjalankan apa yang
telah menjadi tugas antara suami dan isteri tersebut, maka yang
terbaik ditempuh oleh keduanya adalah perceraian. Suami isteri
yang menjalankan kewajibannya dan memperhatikan tanggung

23

jawabnya akan mampu mewujudkan ketenteraman dan ketenangan


hati sehingga sempurnalah kebahagiaan suami isteri tersebut.
Suami isteri harus selalu menyadari hak dan kewajibannya
masing-masing, terutama dalam hal mendidik anak, Untuk
menjamin kelangsungan pendidikan anak, suami isteri harus sating
menghormati dan mempercayai sebagaimana pernyataan Zakiyah
Derajat sebagai berikut:
Kepercayaan antara suami isteri harus dibina, dipupuk dan
dipelihara selalu, baik yang berhubungan dengan masalah
akhlak, maupun tentang segala segi kehidupan. Untuk itu
perlu adanya diskusi tetap dan terbuka antara suami isteri,
agar tidak ada masalah yang tersembunyi dan luput dari
jangkauan keluarga harus diungkapkan dan ditunjukkan
dalam sikap dan tindakan, tidak cukup dengan ungkapan lisan
saja.25
Oleh karena itu untuk terwujudnya rumah tangga bahagia,
aman dan tenteram lahir dan bathin sebagaimana yang dicitacitakan oleh setiap orang. Suami isteri harus mampu memenuhi
kewajiban dan tanggung jawab masing-masing, yaitu mendidik
secara optimal, baik pendidikan dalam lingkungan keluarga,
maupun pendidikan formal di sekolah.
Dalam Islam, anak adalah amanah Allah yang harus dididik
agar mampu menghayati dan mengamalkan ajaran agama,
sebagaimana seorang ayah atau ibu bertanggung jawab atas

25 Zakiah Darajat, Membina Nilai-nilai Moral di Indonesia, cet. IV, (Jakarta:


Bulan Bintang, 1977), hal. 49

24

keselamatan jasmaninya, maka ia bertanggung jawab atas


keselamatan rohaninya. Hal ini sesuai dengan firman Allah.

Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan

keluargamu dari neraka yang bahan bakarnya man usia dan


batu. . . . (At-Talrrim:6).
Ayat di atas mengandung pengertian, bahwa Allah
memerintahkan suami menjaga isteri dan anak-anaknya dari siksa
neraka. Untuk menjauhkan siksa neraka, orang tua harus
menanamkan pendidikan agama pada anaknya agar timbul
kesadaran untuk melaksanakan syari'at Islam dalam segala aspek
kehidupan.
Dalam suatu rumah tangga suami bertanggung jawab penuh
dalam memimpin anggota rumah tangganya secara maksimal, baik
terhadap keperluan-keperluan jasmaniah (material) seperti mencari
nafkah untuk memenuhi keperluan sandang, pangan dan
perumahan maupun pembinaan terhadap masalah rohaniah
(spiritual) yakni pendidikan pelayanan bagi anggota keluarga atau
rumah tangga.26

26 Farid Maruf Noor, Menuju Keluarga Sejahtera dan Bahagia, (Bandung:


Al-Maaruf, 1983), hal. 70

25

Suami dan isteri harus selalu menyadari hak dan


kewajibannya masing-masing. Tugas suami sebagai bapak menjadi
kepala keluarga, pemimpin, membimbing dan menyelamatkan
mereka dari gangguan lahir bathin dan memberi nafkah, semua
keperluan anak dan isteri. Sebagaimana firman Allah dalam surat
An-Nisa'ayat34:

Artinya: Kaum laki-laki adalah pemimpin bagi kaum wanita oleh


karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki)
atas sebahagian yang lain (wanita) dan karena mereka (lakilaki) telah menafkahkan sebahagian dari harta mereka.
Sebab itu maka wanita yang shaleh ialah yang taat kepada
Allah dan lagi memelihara diri di balik pembelakangan
suaminya. ..(QS. An-Nisa':34)
Tanggung jawab suami menurut hukum Islam tidak hanya
memberi nahkah lahir semata, akan tetapi yang lebih penting
adalah nafkah bathin seperti isteri, serta mendidik anaknya.
D. Pendidikan Anak dan Harmonisasi Hubungan Orang Tua
Pendidikan anak dan harmonisasi hubungan orang tua saling
mempengaruhi. Artinya keberhasilan pendidikan anak tergantung
pada baik atau tidaknya hubungan suami isteri, sehingga

26

keberhasilan pendidikan anak merupakan indikasi hubungan


harmonis yang terjalin dengan penuh rasa tanggung jawab antara
suami isteri.
Hubungan harmonis orang tua yang baik akan memberi
contoh teladan yang baik bagi anaknya. Menurut Dr. Zakiah Darajat
yang dimaksud dengan pendidikan yang baik, bukanlah hanya
pendidikan yang disengaja, latihan kebiasaan yang baik tetapi yang
jauh lebih penting dari itu adalah sikap dan cara orang tua
memperlakukan anak Orang tua harus dapat memperlakukan si
anak sedemikian rupa, sehingga ia merasa diperhatikan dan
disayangi, walaupun ia dimarahi waktu bersalah tetapi dengan
dimarahi itu ia masih tetap merasakan kasih serta cinta kedua
orang tuanya dan dapat menyadari bahwa ia bersalah dan patut
untuk dimarahi.27
Perlakuan keras dalam mendidik anak-anak sama halnya
mendidik dengan cara memaksa. Demikian pula memanjakannya
secara berlebihan, akan memberikan dampak negatif bagi anak
yang tumbuh dalam suasana kekerasan dan dimanjakan pada
pertumbuhan menuju dewasa akan terganggu. Akibatnya ia akan
menjadi orang yang memiliki kepribadian yang goyah, tidak
mantap. Anak yang tumbuh dalam pendidikan keras, ia akan
27 Zakiah Darajat, Membina hal. 71

27

menjadi manusia penakut, pendengki, lemah kepribadian dan


memiliki keinginan yang terpendam untuk membalas dendam.
Dapat dipahami harmonisasi hubungan orang tua membawa
dampak bagi keberhasilan pendidikan anak. Akan tetapi kesalahan
dalam mendidik anak akan berakibat fatal meskipun hubungan
harmonis telah dibina. Contohnya, anak yang tumbuh dalam
keluarga yang dimanja ia akan tumbuh menjadi orang yang tidak
berpendirian, mudah terbawa pengaruh suka bingung dan
kehilangan kepercayaan diri. Karenanya orang tua harus bersikap
moderat, tengah-tengah antara kekerasan dan memanjakan anak
dalam mendidiknya orang tua sebaiknya melepaskan tetapi
memegang erat dari belakang. Itulah pendidikan terhadap anakanak menjadi tanggung jawab setiap orang tua untuk
melaksanakan pendidikannya. Dengan pendidikanlah dapat
menentukan hari depan seseorang apakah ia bahagia atau
menderita, dan pendidikan pula yang akan menentukan si anak
nantinya akan menjadi orang yang cinta tanah air dan bangsanya
atau menjadi penghianat bangsa dan negara, demikian pula
terhadap ketekunan beragama ditentukan oleh pendidikannya yang
dilaluinya sejak kecil.
Orang tua merupakan pusat kehidupan bagi anak-anak dan
juga orang tua sebagai penyebab kenalnya si anak dengan dunia

28

luar. Maka setiap tindakan dan tingkah laku si anak juga


terpengaruh oleh sikap orang tua terhadap dirinya di permulaan
hidupnya. Karena orang tua adalah pembina pribadi yang pertama
dalam kehidupannya dan secara tidak langsung merupakan unsur
pendidik yang masuk ke dalam jiwa anak tersebut. Hal ini
menunjukkan hubungan suami isteri mempengaruhi pendidikan
anak. Hubungan yang kurang harmonis dan sering bertengkar
menyebabkan pendidikan anak akan terganggu.28
Hubungan yang harmonis antara orang tua dan anak sangat
berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan jiwa si anak.
Hubungan yang serasi, penuh pengertian dan kasih sayang akan
membawa kepada pembinaan pribadi yang tenang. terbuka dan
mudah untuk dididik. Segala tingkah laku dan perbuatan kedua
orang tua, akan diikuti oleh anak-anaknya. Baik atau tidaknya
hubungan suami isteri dalam keluarga akan menjadi media
percontohan bagi anak serta mempengaruhi proses pendidikan
mereka.
E. Proses Pendidikan Anak Menurut Islam
Proses pendidikan Islam melibatkan beberapa komponen yang
berperan dalam kegiatan pendidikan. Di antara komponen tersebut
adalah guru, anak didik, media, serta materi pendidikan. Guru
28 Zakiah Darajat, Membina..hal. 72

29

dalam proses pendidikan Islam adalah guru agama Islam yang


mengetahui dan mampu mengajarkan disiplin ilmu agama, seperti
gurui fiqh, akhlak tasawuf dan lain-lain yang merupakan bidang
pengetahuan agama Islam. Syarat utama guru dalam proses
pendidikan Islam adalah beragama Islam. Karena guru agama tidak
hanya dituntut untuk mempunyai pengetahuan agama, akan tetapi
harus mampu mewujudkannya dalam perilaku sehari-hari sebagai
contoh teladan bagi muridnya. Sebagai seorang pendidik, guru
mempunyai persyaratan yang mempengaruhi keberhasilannya
dalam mendidik. M. Ngalim Punvanto mengemukakan salah satu
syarat menjadi guru adalah berkelakuan baik yang di dalamnya
terkandung segala sikap, watak, dan sifat-sifat yang baik.29
Hal ini menunjukkan bahwa guru agama harus memiliki
akhlak yang baik karena guru menjadi contoh teladan bagi anak
didiknya, sehingga segala perilakunya mempengaruhi sikap dan
perilaku anak didik.
Dalam proses pendidikan anak di lingkungan keluarga yang
bertindak sebagai guru adalah kedua orang tua. Dalam hal ini orang
tua harus mampu menanamkan pengetahuan agama kepada anakanaknya.

29 M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: PT.


Remaja Rosdakarya, 1995), hal. 143

30

Islam mempunyai aturan dan etika tersendiri dalam proses


pendidikan anak. Proses pendidikan anak menurut Islam adalah
mengarahkan anak ke jalan yang benar melalui kegiatan
pendidikan. Hal ini dilakukan oleh orang tua sebagai penanggung
jawab pendidikan anak, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah
maupun masyarakat.
Salah satu tugas orang tua dalam proses pendidikan anak
menurut Islam adalah mengarahkan anak ke jalan yang benar,
membimbing anak untuk melakukan kebajikan dan meninggalkan
perbuatan mungkar. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan
pengabdian diri kepada Allah SWT. Penghambaan diri kepada Allah
merupakan cara mengarahkan anak ke jalan yang benar dan
diridhai Allah SWT. Penghambaan itu bisa dilakukan dalam bentuk
pelaksanaan ibadah, seperti ibadah shalat, puasa, dan lain
sebagainya.
Untuk mengarahkan anak ke jalan yang benar, orang tua
dalam lingkungan keluarga harus memberikan bimbingan
keagamaan pada anaknya. Hal ini dimaksudkan untuk
meningkatkan pendidikan agama terhadap anak dalam lingkungan
keluarga, Sehubungan dengan hat ini, Arifin, M.Ed, mengemukakan

31

langkah-langkah proses bimbingan anak untuk menuntunnya ke


jalan yang benar sebagai berikut:
1. Menyediakan kesempatan sebaik-baiknya kepada anak untuk
menemukan minat, bakat serta kecakapan-kecakapannya
serta mendorong agar mereka meminta bimbingan dan
nasehat dari guru-guru agama.
2. Menyediakan informasi-informasi yang penting dan relevan
sesuai dengan bakat dan minat anak.
3. Menyediakan fasilitas atau sarana belajar serta membantu
kesulitan belajarnya.30
Pendapat di atas menganjurkan cara-cara atau proses
pendidikan anak menurut ajaran Islam. Mengarahkan anak ke jalan
yang benar juga harus dimulai dari peningkatan pendidikan dan
pengamalan ajaran agama dengan beribadah, seperti ibadah shalat
lima waktu. Penjabaran dalam meningkatkan ibadah terhadap Allah
dengan shalat termasuk di dalamnya menjaga ketepatan waktu
mengerjakan, juga faktor kebersihan dan keikhlasan juga hal yang
sangat dituntut.
Selain guru, komponen lainnya yang berpengaruh terhadap
pendidikan Islam adalah materi pendidikan. Dalam hal ini materi
pendidikan Islam haruslah bersumber dari Al-Quran dan Sunnah.
Materi pendidikan Islam adalah tuntutan Al-Quran dan sunnah.
Proses pendidikan anak menurut Islam dilakukan dengan cara
memperbanyak ibadah-ibadah berarti juga meningkatkan kehadiran

30 H. M. Arifin, Pokok-pokok Pikiran tentang Bimbingan dan Penyuluhan


Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1976), hal. 92-94

32

hati dalam mengingat Allah dan hal ini dapat memperkuat jiwa rasa
ketaqwaan kepada-Nya dan apabila sifat ini dapat tumbuh dengan
subur dalam diri seseorang, maka akan dapat dijadikan sebagai
penghalang yang kuat dalam mencegah diri terhadap semua
kejahatan.
Dalam proses pendidikan anak menurut Islam, orang tua -juga
harus membimbing anak dengan rasa kasih sayang. Kasih sayang
terhadap anak-anak termasuk salah satu naluri yang difitrahkan
Allah SWT kepada manusia dan hewan, serta merupakan salah satu
asas biologis, psikologis, sosial serta alami bagi kebanyakan
makhluk hidup.31
Orang tua harus membina anaknya ke jalan yang diredhai
Allah, sebab anak adalah suatu perhiasan yang diberikan A[ah
untuk dijaga dan dipelihara sesuai dengan apa yang dikehendakiNya. Firman Allah SWT:

Artinya: Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan di


dunia ... (QS. Al-Kahfi:46).

Islam memandang orang tua sebagai penanggung jawab


utama atas pembinaan keagamaan anak, oleh sebab itu kedua
orang tua memegang peranan dan tanggung jawab besar dalam
31 Abdurrahman An-Nahlaw, Prinsip-prinsip dan Metode Pendidikan Islam,
cet. II, (Bandung: CV. Diponegoro, 1992), hal. 197

33

pembinaan keagamaan bagi anaknya. Lingkungan yang pertama


dilalui anak adalah keluarga. Oleh sebab itu keluarga adalah basis
utama dalam memberikan pendidikan. Di antara kewajiban kedua
orang tua dan para pendidik An-Nahlawy menjelaskan sebagai
berikut.
Membiasakan anak supaya mengingat keagungan dan nikmat
Allah SWT,. mencari dalil atas ke Esaan-Nya dari dampak
kekuasaan-Nya, serta menafsirkan gejala-gejala alam yang
berupa dingin, panas, malam, siang, gempa, badai, dan
sebagainya dengan penafsiran yang mengukuhkan tujuan ini,
guna merealisasikan kesucian fitrah anak serta kesiapannya
untuk mentauhidkan dan mengagungkan Allah SWT.
Menampakkan keteguhan sikap di hadapan anak dalam
menghadapi berbagai penyimpangan orang sesat orang yang
dimurkai, orang-orang musyrik dan para pengikutnya. 32
Pendapat di atas menggambarkan proses pendidikan anak
sejak dini dalam lingkungan keluarga. Mengingat pentingnya
pembinaan keluarga yang demikian itu, maka Islam memandang
keluarga bukan hanya persekutuan hidup terkecil saja, akan tetapi
lebih dari itu yakni sebagai lembaga hidup manusia yang dapat
memberi kemungkinan celaka dan bahagianya anggota-anggota
keluarganya tersebut di dunia dan akhirat.
Menurut konsepsi Islam, pendidikan agama merupakan
bagian pendidikan yang amat penting yang berkenaan dengan
aspek-aspek sikap dan nilai, antara lain akhlak dan keagamaan.
Oleh karena itu proses pendidikan anak juga menjadi
32 Abdurrahman An-Nahlaw, Prinsip-prinsip dan Metodehal. 200

34

tanggungjawab keluarga, masyarakat dan pemerintah. Belajar


merupakan masalah yang dihadapi oleh semua orang untuk
merubah tingkah laku ke arah yang lebih baik. Proses pendidikan
anak menurut Islam juga dapat ditempuh melalui dua jalur, yakni
pendidikan formal dan pendidikan non formal Dalam pendidikan
formal dilakukan dalam lingkungan sekolah dan pendidikan non
formal dilakukan dalam lingkungan keluarga dan masyarakat.

35

BAB TIGA
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Geografis Desa Aneuk Galong Baro


Desa Aneuk Galong Baro merupakan salah satu desa yang
sangat strategis dan potensial dalam bid.ang pertanian. peternakan
dan berbagai sektor perekonomian lainnya. Desa Aneuk Galong
Baro terletak di wilayah kecamatan suka Makmur Kabupaten Aceh
Besar, dan berada di bawah Kemukiman Aneuk Batee. Jarak dari
Desa Aneuk Galong Baro ke kecamatan 2,5 Km. Sedangkan jarak
ke Ibu Kota Banda Aceh 14 Km. dan jarak ke ibu kota Jantho
sebagai kota Kabupaten Aceh Besar yaitu 27 km.
Desa ini sangat strategis karena berada dekat dengan jalan
nasional (jalan negara), dan beriklim tropis, yang terdiri dari dua
musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Desa ini berada 45
m dari permukaan laut. Hal ini menunjukkan desa Aneuk Galong
Baro sangat strategis karena tidak jauh dengan ibu kota kecamatan
dan berada pada jalur lintas provinsi, sehingga sarana
transportasinya lancar.
Adapun letak perbatasan desa Aneuk Galong Baro adalah
sebagai berikut:
-

Sebelah Utara berbatasan dengan sungai Krueng Aceh

36

sebelah Timur berbatasan dengan desa Aneuk Galong Titi.


sebelah Selatan berbatasan dengan Krueng Aceh Blang cut.
Sebelah Barat berbatasan dengan Blang Cut Lampisang

Sistem pemerintahan desa ini dipimpin oleh seorang kepala


desa serta dibantu oleh beberapa kepala dusun sebagaimana telah
tertera di bawah ini-

Dusun
Dusun
Dusun
Dusun

Keucik Dek dipimpin oleh M. Nasir


keucik Su'ud dipimpin oleh M. Yunus.
Tgk. Muda dipimpin oleh Abdul Thalib
H. Usman dipimpin oleh Samsuar lbrahim

Untuk mengetahui pemakai luas daerah berdasarkan jenis


lahannya dapat dilihat pada tabel berikut ini:
TABEL I
LUAS DAN JENIS PENGGUNAAN TANAH DESA ANEUK GALONG
BARO KECAMATAN SUKA MAKMUR
N

Jenis Penggunaan Tanah

Luas Ha

o
1.

Rumah dan Pekarangan

40 Ha

2.

Kebun Rakyat

82 Ha

3.

Sawah

78 Ha

4.

Dan Lain-lain
Jumlah
Sumber Data: Monografi Desa 2016.

28 Ha
228 Ha

Tabel di atas memperlihatkan luas areal desa Aneuk Galong


Baro pada umumnya dimanfaatkan untuk lahan pertanian,

37

khususnya lahan sawah, sedangkan lahan pekarangan relatif


sedikit.
B. Keadaan Penduduk dan Mata Pencaharian
Penduduk Desa Aneuk Galong Baro semuanya berjumlah 916
Jiwa, dari 297 jumlah kepala keluarga (KK), yang terdiri dari 413
jenis kelamin laki-laki dan 503 wanita, yang kebanyakan berasal
dari suku Aceh dan berkomunikasi dengan menggunakan bahasa
Aceh.
Untuk mengetahui jumlah penduduk desa Aneuk Galong Baro
menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
TABEL II
JUMLAH PENDUDUK DESA ANEUK GALONG BARO MENURUT
KELOMPOK UMUR
N
o

Umur

Jenis Kelamin
Perempu
Laki-laki
an
15
22

Jumlah

1.

0 11 Bulan

37

2.

1 3 Tahun

23

14

37

3.

4 7 Tahun

30

41

71

4.

8 15 Tahun

69

52

121

5.

16 35 Tahun

157

212

369

6.

36 54 Tahun

71

78

159

7.

55 60 Tahun

39

50

89

8.

60 ke atas
Jumlah

19
413

34
503

53
916

38

Sumber Data: Kepala Desa Aneuk Galong Baro,2016.


Dari tabel di atas, dapatlah diketahui bahwa jumlah penduduk
desa Aneuk Galong Baro menurut kelompok umur terbanyak yaitu
16 - 35 tahun sebanyak 369 orang.
Di pandang dari sudut pendapatan penduduk desa Aneuk
Galong Baro dapat digolongkan baik. Karena didukung oleh sektor
produksi pertanian, perdagangan dan industri. Sektor pertanian
yang dikembangkan pada umumnya palawija dan sebagian kecil
tanaman keras seperti kepala, pinang dan lain-lain. Sedangkan
sektor perdagangan sangat mendukung karena wilayah ini dekat
dengan pasar Sibreh, sehingga banyak pedagang yang menjajakan
barang dagangannya pada hari Pekan, khususnya hari Rabu.
Meningkatnya pendapat masyarakat di dukung oleh potensi
desa yang cukup besar, seperti bidang petani, peternak, pedagang
ataupun wiraswasta lainnya. Untuk lebih jelasnya tentang mata
pencaharian penduduk desa Aneuk Galong Baro dapat dilihat pada
tabel berikut:
TABEL III
MATA PENCAHARIAN PENDUDUK DESA ANEUK GALONG BARO
KECAMATAN SUKA MAKMUR
N
o
1.

Mata Pencaharian
Petani/ peternak

Jumlah

Persentase

120

(%)
46,87

39

2.

Pegawai Negeri Sipil

49

19,14

3.

Pedagang/ Wiraswasta

76

29,68

4.

Pensiunan
11
Jumlah
256
Sumber Data: Kepala Desa Aneuk Galong Baro, 2016.

4,29
100%

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa penduduk desa Aneuk


Galong Baro kebanyakan bermata pencaharian bertani dan
beternak. Hal ini karena disesuaikan dengan lahan pertanian dan
peternakan yang begitu luas yang terdapat pada desa tersebut.
C. Pendidikan, Agama dan Adat Istiadat
Ditinjau dari aspek pendidikan, sektor pendidikan di desa
Aneuk Galong Baro terus mengalami kemajuan seiring dengan
pengadaan sarana dan prasarana penunjang. Pendidikan yang
dikembangkan tidak terbatas pada pendidikan formal melalui
lembaga pendidikan, akan tetapi juga pendidikan non formal
melalui pengajian-pengajian agama yang diselenggarakan di
meunasah atau mesjid. Pendidikan yang dikembangkan tidak hanya
pendidikan umum, akan tetapi juga pendidikan agama. Peningkatan
pendidikan agama dilakukan dengan pengadaan sarana pendukung
baik madrasah maupun pesantren. Warga masyarakat juga
memberi dukungan terhadap peningkatan pendidikan, khususnya
pendidikan agama. Hal ini dapat dilihat dengan tersedianya balaibalai pengajian yang dibuat oleh warga masyarakat baik secara

40

pribadi maupun gotong royong. Kemudahan-kemudahan tersebut


adalah suatu bukti nyata dari semakin tingginya kesadaran
masyarakat untuk memperoleh pendidikan. Masyarakat dalam
wilayah Desa Aneuk Galong Baro telah menyadari akan pentingnya
pendidikan, baik pendidikan agama maupun pendidikan umum yang
bersifat formal dan non formal. Masyarakat memandang pendidikan
agama dan pendidikan umum sama pentingnya, Artinya tidak dapat
dipisahkan antara satu dengan lainnya, sehingga di dalam
masyarakat terdapat dua sarana pendidikan yang berkembang.
Adapun mengenai tingkat pendidikan dan pengetahuan
masyarakat desa Aneuk Galong Baro dapat dilihat pada tabel
berikut:
TABEL IV
JENIS PENDIDIKAN DESA ANEUK GALONG BARO DESA ANEUK
GALONG BARO
N

Tingkat Pendidikan

Jumlah

Persentase

o
1.

Perguruan Tinggi

70

(%)
12,75

2.

Tamatan Akademi

1,45

3.

Tamatan SLTA

135

24,59

4.

Tamatan SLTP

129

23,49

5.

Tamatan SD

124

22,58

6.

Tidak Tamat SD

18

3,27

7.

Belum Sekolah

55

10,01

8.

Pesantren

10

1,82

41

Jumlah
549
Sumber Data: Kepala Desa Aneuk Galong Baro,2016.

100%

Dari tabel di atas dapat dipahami bahwa pendidikan desa


Aneuk Galong Baro pada umumnya sudah sadar terhadap
pentingnya pendidikan, walaupun masih ada sebagian masyarakat
yang belum mengecap bangku pendidikan, hal ini disebabkan oleh
berbagai faktor ekonomi yang kurang mendukung.
Meskipun demikian segala upaya untuk pembinaan
masyarakat pada desa Aneuk Galong Baro terus dilakukan.
Masyarakat desa Aneuk Galong Baro semua beragama Islam, dalam
menjalankan syari'at Islam sudah berjalan sebagian, contoh pada
waktu-waktu azan berkumandang untuk mengajak masyarakat
untuk melaksanakan shalat lima sudah banyak yang datang untuk
melaksanakan shalat berjama'ah.
Hal ini terlihat dari kehidupan sehari-hari, dengan demikian
terciptalah kehidupan yang harmonis antara sesama masyarakat.
Hal ini terlihat seperti, saling bantu membantu apabila terkena
musibah, menjalin hubungan silaturrahmi antara sesama
masyarakat, saling kerjasama dalam menanggulangi masalah
pendidikan, terutama pendidikan agama.
Dalam aspek keagamaan penduduk desa Aneuk Galong Baro
pada umumnya beragama Islam. Kehidupan beragama di dalam

42

masyarakat terlihat berjalan dengan sangat baik. Hal ini terlihat dari
fenomena yang terjadi di dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai
sarana pelaksanaan ibadah, maka masyarakat telah membangun
rumah-rumah ibadah seperti mesjid-mesjid, meuni.sah, dan
mushalla.
Di setiap kemukiman terdapat mesjid, dan di setiap desa
terdapat meunasah. Meunasah telah merata di setiap desa, bahkan
ada juga yang memiliki lebih dari satu buah meunasah. Di sini
memberi suatu pemaknaan bahwa di bidang sarana peribadatan
sangat mendukung bagi kelancaran pelaksanaan ibadah sehari-hari,
seperti shalat
Adat istiadat di desa Aneuk Galong Baro sangat kental
bernuansa Islami. Adat istiadat masyarakat desa Aneuk Galong Baro
dipengaruhi oleh ajaran Islam. Segala kultur dan adat yang
bertentangan dengan ajaran Islam mereka tolak. Adat merupakan
kebiasaan yang berlaku dalam kehidupan masyarakat, hukum Islam
memegang peranan penting dalam mengatur kehidupan
bermasyarakat, sehingga hukum adat melekat kuat menjadi suatu
kebiasaan. Dengan demikian antara hukum, yakni hukum agama
dengan adat istiadat yang berlaku di Aceh bersatu padu dan saling
berhubungan, seperti sebuah benda yang sukar terpisah dengan
sifatnya.

43

Masyarakat Aneuk Galong Baro sangat mempertahankan


budaya dan adat istiadat yang telah turun menurun. Dalam hal
melaksanakan berbagai adat dan budaya desa, masyarakat juga
memperhatikan apakah adat budaya yang mereka jalankan sesuai
dengan ajaran Islam atau tidak, yang jelas mereka meninggalkan
budaya adat tersebut bila bertentangan dengan ajaran Islam.
Adapun kegiatan sosial budaya dalam masyarakat masih
tetap melekat, seperti tolong menolong antara sesama warga
masyarakat. Masyarakat desa juga sangat berjiwa sosial dan sangat
ramah kepada tamu, pesta perkawinan juga termasuk adat budaya.
Dengan demikian, ajaran agama dan adat istiadat terintegrasi
pada masyarakat desa Aneuk Galong Baro. Hal ini wajar, karena
adat istiadat merupakan refleksi dari pengamalan nilai-nilai ajaran
Islam di desa Aneuk Galong Baro.

44

BAB EMPAT
HASIL PENELITIAN

A. Pengaruh Harmonisasi Orang Tua Terhadap Pendidikan


Anak
Harmonisasi hubungan orang tua tentunya membawa
pengaruh tersendiri terhadap proses pendidikan anak di lingkungan
keluarga. Kelancaran pendidikan anak dalam rumah tangga
dipengaruhi oleh sejauhmana hubungan harmonis yang terbina di
antara orang tua. Untuk mengetahui berpengaruh atau tidaknya
harmonisasi hubungan orang tua terhadap pendidikan anak dapat
dilihat pada tabel berikut:
TABEL V
PENGARUH HARMONISASI HUBUNGAN ORANG TUA TERHADAP
PENDIDIKAN ANAK
N

Alternatif Jawaban

o
a.

Berpengaruh

b.

Tidak berpengaruh

c.

Biasanya
Jumlah

Frekuensi

Persentase

71

(%)
94,67

4
75

5,33
100%

Tabel di atas menunjukkan sebagian besar responden


(94,677o) menyatakan harmonisasi hubungan suami isteri
berpengaruh terhadap pendidikan anak hanya sebagian kecil yang

45

menyatakan biasa saja dan tidak seorang pun yang memilih


alternatif jawaban tidak berpengaruh.
Dengan demikian, hasil penelitian ini menemukan data pada
umumnya responden berpendapat harmonisasi dalam keluarga
mempengaruhi aktivitas pendidikan anak. Untuk mengetahui
bagaimana pengaruh harmonisasi hubungan orang tua terhadap
pendidikan anak dapat dilihat pada tabel berikut:
TABEL VI
PENGARUH HARMONISASI HUBUNGAN ORANG TUA TERHADAP
PENDIDIKAN ANAK
N

Alternatif Jawaban

Frekuensi

Persentase

o
a.

Proses pendidikan anak

36

(%)
48,00

b.

terganggu

20

26,67

mental anak

19

25,33

Anak akan sulit dididik


Jumlah

75

100%

Berpengaruh negatif terhadap


c.

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa menurut


sebagian besar responden pengaruh harmonisasi hubungan orang
tua adalah proses pendidikan anak terganggu, sebagian kecil
memilih alternatif jawaban berpengaruh negatif terhadap mental
anak, dan anak akan sulit dididik.

46

Untuk mengetahui pandangan responden tentang bagaimana


seharusnya harmonisasi hubungan orang tua di desa Aneuk Galong
Baru kecamatan Suka Makmur dapat dilihat pada tabel berikut.
TABEL VII
HUBUNGAN ORANG TUA DI DEPAN ANAK
N

Alternatif Jawaban

Frekuensi

Persentase

o
a.

Harmonisasi dibina baik

41

(%)
54,67

b.

Menunjukkan hubungan

22

29,33

12

16,00

harmonis pada anak


c.

Jika bertengkar jangan di depan

anak
Jumlah
75
100%
Melalui tabel di atas dapat diketahui pandangan sebagian
besar responden tentang bagaimana seharusnya harmonisasi
hubungan orang tua adalah harmonisasi dibina dengan baik,
sebagian kecil menyatakan menunjukkan hubungan harmonis pada
anak, dan sedikit sekali yang memilih Alternatif jawaban jika
bertengkar jangan di depan anak.
Salah seorang responden ketika diwawancarai menuturkan:
Bertengkar di depan anak akan merusak mental anak, sebab
perselisihan antara orang tua akan mengganggu ketenteraman
jiwanya dan mengganggu konsentrasi belajar anak. Oleh sebab itu

47

hubungan harmonis orang tua perlu dibina dengan baik demi


menjaga konsentrasi belajar anak.33
Dengan demikian, hubungan harmonis orang tua membawa
dampak terhadap pendidikan anak. Untuk lebih jelas mengetahui
data hasil angket mengenai dampak hubungan harmonis orang tua
terhadap pendidikan anak dapat dilihat pada tabel berikut:
TABEL VIII
DAMPAK HUBUNGAN HARMONIS ORANG TUA TERHADAP
PENDIDIKAN ANAK
N

Alternatif Jawaban

o
a.

Positif

b.

Negatif

c.

Biasanya
Jumlah

Frekuensi

Persentase

61

(%)
81,33

14
75

18,67
100%

Dari tabel di atas dapat diketahui harmonisasi hubungan


orang tua berdampak positif terhadap pendidikan anak. Hal ini
terbukti sebagian besar responden (81,33%) menyatakan
berdampak positif, hanya sebagian kecil (18,67%) yang memilih
alternatif jawaban biasa saja dan tidak seorang pun yang
menyatakan berdampak negatif.
Dengan demikian, harmonisasi hubungan orang tua
membawa dampak positif terhadap pendidikan anak. Salah seorang
33 Hasil Wawancara dengan Tgk. Alauddin, salah seorang tokoh
masyarakat Desa Aneuk Galong Baro Kecamatan Sukamakmur, tanggal 7
April 2016.

48

responden mengemukakan: "Harmonisasi hubungan suami isteri


akan membawa efek positif terhadap pendidikan anak. Sebab
dengan adanya hubungan harmonis jiwa anak akan senang dan
tenteram. Hal inilah yang akan membawa pengaruh positif terhadap
pendidikan anak".34
Untuk lebih jelas mengetahui bagaimana prosesnya dapat
dikatakan harmonisasi keluarga membawa dampak positif terhadap
pendidikan anak dapat dilihat tabel berikut.
TABEL IX
DAMPAK POSITIF AKIBAT HARMONISASI KELUARGA
N

Alternatif Jawaban

Frekuensi

Persentase

o
a.

Anak akan meniru perilaku

21

(%)
28,00

41

54,67

Anak terbiasa bergaul dengan

13

17,33

cara yang baik


Jumlah

75

100%

orang tua yang baik


b.

Anak akan terbina untuk


melakukan hubungan baik

c.

Data hasil angket di atas memperlihatkan proses adanya


dampak positif harmonisasi keluarga terhadap pendidikan anak.
Menurut sebagian besar responden (54,67%) prosesnya adalah
anak akan terbina melakukan hubungan baik, sebagian kecil
34 Hasil Wawancara dengan Jailani Shiddiq, salah seorang tokoh
masyarakat Desa Aneuk Galong Baro Kecamatan Sukamakmur, tanggal 8
April 2016

49

menyatakan anak akan meniru perilaku orang tua yang baik dan
sedikit sekali yang memilih alternatif jawaban anak terbiasa bergaul
dengan cara yang baik.
B. Urgensi Harmonisasi Orang Tua Dalam Pendidikan Anak
Hubungan harmonis antara orang tua pada dasarnya
merupakan hal yang urgen dalam mendukung peningkatan kualitas
pendidikan anak dalam keluarga. Untuk mengetahui pandangan
responden tentang urgen atau tidaknya harmonisasi orang tua
dalam pendidikan anak di lingkungan keluarga di desa Aneuk
Galong Baru dapat dilihat pada tabel berikut:
TABEL X
URGENSI HARMONISASI ORANG TUA
N

Alternatif Jawaban

o
a.

Ya, hal yang urgen

b.

Tidak urgen

c.

Tergantung kondisinya
Jumlah

Frekuensi

Persentase

70

(%)
93,33

5
75

6,67
100%

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui pandangan


sebagian besar responden (93,33%) menyatakan hal yang urgen,
hanya sebagian kecil yang memilih alternatif jawaban tergantung
kondisinya dan tidak seorang pun yang menyatakan tidak urgen.

50

Dengan demikian, hasil penelitian menunjukkan harmonisasi


hubungan orang tua merupakan hal yang urgen dalam
meningkatkan kualitas pendidikan anak di lingkungan keluarga.
Salah seorang responden menyatakan: "Hubungan harmonis dalam
keluarga akan mendukung proses pendidikan anak. Sebab
hubungan harmonis akan menumbuhkan jiwa yang senang pada diri
anak, termasuk juga senang dalam mengikuti pelajaran. karena
tidak ada hal-hal yang mengganggu pikirannya".35 Urgensi
hubungan harmonis dalam keluarga didasari atas upaya menjaga
mental anak agar konsentrasi dalam belajar. Pertengkaran dalam
keluarga akan merusak konsentrasi belajar anak.
Untuk lebih jelas mengetahui alasan responden mengatakan
harmonisasi merupakan hal yang urgen dalam meningkatkan
pendidikan anak dapat dilihat tabel berikut:
TABEL XI
ALASAN URGENSI HARMONISASI DALAM HUBUNGANNYA
DENGAN PENDIDIKAN ANAK
N
o
a.

Alternatif Jawaban
Harmonisasi mendukung

Frekuensi

Persentase

39

(%)
52,00

28

37,33

pendidikan anak
b.

Melalui hubungan harmonisasi

35 Hasil Wawancara dengan Tgk. Muchtar Azis, salah seorang tokoh


masyarakat Desa Aneuk Galong Baro Kecamatan Sukamakmur, tanggal 7
April 2016

51

anak akan dapat dibina dengan


c.

baik

10,67

75

100%

Tanpa hubungan harmonis


pendidikan anak tidak
terlaksana
Jumlah

Melalui tabel di atas dapat diketahui bahwa harmonisasi


merupakan hal yang urgen dengan alasan harmonisasi hubungan
orang tua mendukung pendidikan anak. Sebagian kecil responden
menyatakan melalui hubungan harmonis anak akan dapat dibina
dengan baik, dan sedikit sekali yang memilih alternatif jawaban
tanpa hubungan harmonis pendidikan anak tidak akan terlaksana.
Untuk mengetahui alasan harmonisasi mendukung pendidikan
anak di desa Aneuk Galong dapat dilihat pada tabel berikut:
TABEI XII
ALASAN HARMONISASI MENDUKUNG PENDIDIKAN ANAK
N

Alternatif Jawaban

o
a.

Hubungan harmonis dapat

Frekuensi

Persentase

46

(%)
61,33

29

38,67

75

100%

memberi contoh teladan bagi


b.

anak
Anak akan lebih konsentrasi

c.

dalam belajar
Biaya pendidikan anak terjamin
Jumlah

52

Tabel di atas memperlihatkan dua alasan responden


mengatakan harmonisasi orang tua merupakan hal yang urgen
dalam pendidikan anak. Menurut sebagian besar responden
(61,33%) adalah hubungan harmonis dapat memberikan contoh
teladan bagi anak, sebagian kecil menyatakan anak akan lebih
konsentrasi dalam belajar. Tidak seorang pun yang memilih
alternatif jawaban biaya pendidikan anak terjamin.
Dengan demikian, harmonisasi keluarga tidak ada
pengaruhnya terhadap biaya pendidikan anak, akan tetapi
berpengaruh terhadap mental anak serta konsentrasi belajar di
rumah.

C. Upaya Orang Tua Dalam Meningkatkan Pendidikan Anak


Melalui Hubungan Harmonis
Orang tua di desa Aneuk Galong Baru melakukan upayaupaya meningkatkan kualitas pendidikan anak dengan menciptakan
suasana harmonis dalam keluarga. Untuk mengetahui upaya yang
dilakukan orang tua di desa Aneuk Galong Baru kecamatan Suka
Makmur dapat dilihat pada tabel berikut:
TABEL XIII

53

UPAYA ORANG TUA MENINGKATKAN PENDIDIKAN ANAK DALAM


KELUARGA
N
o
a.

Alternatif Jawaban
Membimbing kegiatan belajar

Frekuensi

Persentase

51

(%)
68,00

21

28,00

4,00

75

100%

anak di rumah
b.

Menyekolahkan anak pada


lembaga pendidikan yang

c.

berkualitas
Mengundang guru untuk
memberikan les privat
Jumlah

Tabel di atas memperlihatkan upaya orang tua dalam


meningkatkan kualitas pendidikan anak menurut sebagian besar
responden (680/0) adalah dengan cara membimbing kegiatan
belajar anak di rumah, sebagian kecil memilih alternatif jawaban
menyekolahkan anak pada lembaga pendidikan yang berkualitas,
sedikit sekali yang menyatakan mengundang guru untuk
memberikan les privat.
Keberhasilan pendidikan anak di desa Aneuk Galong Baru
tidak terlepas dari hubungan harmonis orang tua. Untuk
mengetahui faktor pendukung harmonisasi dalam keluarga di desa
Aneuk Galong Kecamatan Suka Makmur dapat dilihat pada tabel
berikut:
TABEL XIV

54

FAKTOR PENDUKUNG HARMONISASI DALAM KELUARGA


N

Alternatif Jawaban

Frekuensi

Persentase

o
a.

Tingkat pendidikan suami isteri

27

(%)
36,00

b.

Saling pengertian suami isteri

31

41,33

c.

Kondisi ekonomi keluarga


Jumlah

17
75

22,67
100%

Tabel di atas memperlihatkan tiga faktor pendukung orang tua


membina hubungan harmonis di lingkungan keluarga. Menurut
sebagian besar responden (41,33%) faktor pendukung tersebut
adalah saling pengertian suami isteri, sebagian kecil memilih
alternatif jawaban tingkat pendidikan suami isteri, sedikit sekali
yang menyatakan kondisi ekonomi keluarga.
Dengan demikian, kondisi ekonomi keluarga kurang
berpengaruh dalam mendukung hubungan harmonis, akan tetapi
yang lebih berpengaruh adalah saling pengertian dan tingkat
pendidikan suami isteri.
Untuk mengetahui bagaimana proses pendidikan anak dalam
keluarga di desa Aneuk Galong Baru dapat pada tabel berikut:
TABEL XV
PROSES PENDIDIKAN ANAK
N
o
a.

Alternatif Jawaban
Membimbing sikap dan perilaku
anak di rumah

Frekuensi

Persentase

51

(%)
68,00

55

b.

Menyerahkan anak pada guru

24

32,00

75

100%

agama untuk membina akhlak


c.

Mohon bantuan pada orang tua


dan ulama setempat
Jumlah

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa konsep pembinaan


akhlakul karimah yang dilakukan orang tua di desa Aneuk Galong
Baru menurut sebagian besar responden adalah membimbing sikap
dan perilaku anak di rumah, sebagian kecil menyatakan
menyerahkan anak kepada guru agama untuk membina akhlaqul
karimah. Tidak seorang pun yang memilih alternatif jawaban mohon
bantuan kepada orang tua dan ulama setempat.
Hal ini menunjukkan orang tua di desa Aneuk Galong Baru
aktif melakukan pembinaan sikap dan perilaku anak di rumah.
Untuk mendukung pendidikan agama anak, sebagian orang tua
memberikan pendidikan agama di luar lingkungan keluarga dengan
menyerahkan anaknya kepada guru pengajian untuk diajarkan tulis
baca Al-Qur'an dan ilmu agama Islam.36
Aktifnya pendidikan agama anak menunjukkan kepedulian
orang tua akan sikap dan perilaku anak. Sehingga pada umumnya
mereka membimbing anak ke arah yang positif. Pembinaan akhlak
anak dalam keluarga dilakukan orang tua di desa Aneuk Galong
36 Hasil Wawancara dengan Tgk. Ahmad Sumandy, salah seorang tokoh
masyarakat Desa Aneuk Galong Baro Kecamatan Sukamakmur, tanggal 11
April 2016

56

Baru kecamatan Suka Makmur menerapkan cara-cara tersendiri.


Cara-cara dimaksud menyangkut kebijakan yang diambil untuk
diterapkan dalam pembinaan akhlak anak di lingkungan keluarga.
Upaya peningkatan pendidikan agama anak dimaksudkan untuk
membimbing dan mengarahkan sikap dan perilaku anak agar
melaksanakan ajaran Islam. Salah satu konsep ajaran Islam
menghendaki umatnya mempunyai sikap akhlakul karimah. Dengan
demikian upaya membimbing anak melaksanakan ajaran Islam
merupakan salah satu bentuk upaya pembinaan sikap dan perilaku
anak berdasarkan ajaran Islam.
Untuk mengetahui upaya orang tua dalam membina sikap
anak di lingkungan keluarga dapat dilihat pada tabel berikut:
TABEL XVI
UPAYA ORANG TUA DALAM MEMBINA SIKAP ANAK DALAM KELUARGA
N

Alternatif Jawaban

Frekuensi

Persentase

o
a.

Menyuruh anak berakhlak yang

22

(%)
29,33

b.

baik

11

14,67

42

56,00

75

100%

Melarang anak berbuat yang


c.

dilarang agama
Mengontrol sikap anak sesuai
dengan ajaran agama
Jumlah

57

Tabel di atas memperlihatkan bahwa upaya orang tua dalam


membina akhlak pada anak di desa Aneuk Galong Baru adalah
dengan cara mengontrol sikap anak agar sesuai dengan ajaran
agama menyuruh anak berakhlak yang baik, serta melarang anak
berbuat yang dilarang agama.
Dengan demikian orang tua di desa Aneuk Galong Baru
kecamatan Suka Makmur telah melakukan berbagai upaya dalam
membina sikap akhlakul karimah pada anak di lingkungan keluarga.
Secara umum upaya tersebut adalah mengontrol sikap dan perilaku
anak agar sesuai dengan tuntutan dan tuntunan ajaran Islam.
Dengan upaya ini anak terbiasa melakukan kebaikan dan
mempunyai sikap yang baik. Dengan demikian akhlak anak dibina
dengan mengawasi segala kegiatan anak serta di arahkan kepada
kegiatan-kegiatan yang bermanfaat. Selain mengontrol kegiatan
anak, orang tua juga secara langsung menyuruh anak agar
berakhlakul karimah.37
D. Hambatan Orang Tua dalam Membina Hubungan
Harmonis dalam Keluarga
Orang tua di desa Aneuk Galong Baru tentunya menghadapi
berbagai hambatan dalam membina hubungan harmonis dalam
37 Hasil Wawancara dengan Tgk. Alauddin, salah seorang tokoh
masyarakat Desa Aneuk Galong Baro Kecamatan Sukamakmur, tanggal 7
April 2016.

58

keluarga. Untuk mengetahui ada atau tidaknya hambatan yang


dihadapi orang tua dalam membina hubungan harmonis dalam
keluarga dapat dilihat pada tabel berikut:
TABEL XVII
ADA ATAU TIDAKNYA HAMBATAN DALAM MEMBINA HUBUNGAN
HARMONIS DALAM KELUARGA
N

Alternatif Jawaban

o
a.

Ya, ada hambatan

b.

Tidak ada hambatan

c.

Kadang-kadang ada hambatan


Jumlah

Frekuensi

Persentase

56

(%)
74,67

10,67

11
75

14,66
100%

Data hasil angket di atas menunjukkan secara umum orang


tua di desa Aneuk Galong Baru menghadapi hambatan dalam
membina hubungan harmonis. Hal ini terbukti sebagian besar
responden (74,67%) memilih alternatif jawaban demikian, hanya
sebagian kecil yang menyatakan kadang-kadang ada hambatan dan
sedikit sekali yang memilih alternatif jawaban tidak ada hambatan.
Dengan demikian secara umum orang tua di Desa Aneuk
Galong Baru menghadapi hambatan dalam membina hubungan
harmonis dalam keluarga. Untuk mengetahui hambatan-hambatan
yang dihadapi orang tua dalam membina hubungan harmonis dapat
dilihat pada tabel berikut:
TABEL XVIII

59

HAMBATAN DALAM MEMBINA HUBUNGAN HARMONIS


ORANGTUA
N

Alternatif Jawaban

Frekuensi

Persentase

62

(%)
82,67

o
a.

Kurangnya pengertian suami

b.

isteri

6,66

c.

Pengaruh ekonomi

10,67

75

100%

Tidak ada hambatan


Jumlah

Data hasil angket di atas memperlihatkan hambatan yang


dihadapi sebagian besar responden dalam membina hubungan
harmonis dalam keluarga adalah kurangnya pengertian suami isteri,
sebagian kecil memilih alternatif jawaban tidak ada hambatan dan
sedikit sekali yang menyatakan pengaruh ekonomi.
Untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan dalam
mengatasi hambatan untuk membina hubungan harmonis dapat
dilihat pada tabel berikut:
TABEL XIX
UPAYA YANG DILAKUKAN UNTUK MENGATASI HAMBATAN
HUBUNGAN HARMONIS
N

Alternatif Jawaban

Frekuensi

Persentase

o
a.

Meningkatkan hubungan

21

(%)
28,00

b.

komunikasi

29

38,67

c.

Terbuka dalam setiap masalah

25

33,33

Saling pengertian
Jumlah

75

100%

60

Tabel di atas memperlihatkan upaya yang dilakukan sebagian


besar responden untuk mengatasi hambatan dalam membina
hubungan harmonis adalah terbuka dalam setiap masalah, sebagian
kecil memilih alternatif jawaban saling pengertian dan
meningkatkan hubungan komunikasi.
Dengan demikian hasil penelitian ini menunjukkan orang tua
di desa Aneuk Galong Baru menghadapi berbagai hambatan dalam
membina hubungan harmonis dalam keluarga. Berbagai hambatan
tersebut di atasi dengan berbagai upaya sesuai jenis hambatan
yang dihadapi. Hubungan harmonis di kalangan keluarga
merupakan hal yang urgen dalam mendukung pendidikan anak,
sebab hubungan harmonis akan menumbuhkan konsentrasi belajar
anak, hal ini jelas bermanfaat dalam meningkatkan kualitas
pendidikan anak di desa Aneuk Galong Baru kecamatan Suka
Makmur.

E. Pembuktian Hipotesis
Sebelum dilakukan penelitian, terlebih dahulu ditetapkan
hipotesis sebagai pedoman melihat keadaan yang sebenarnya.
setelah diperoleh hasil penelitian, perlu ditinjau kembali apakah
hipotesis yang telah ditetapkan sebelumnya dapat diterima ataupun
tidak.

61

Untuk membuktikan hipotesis tersebut, penulis akan


membandingkan antara hipotesis dengan hasil penelitian yang
diperoleh di lapangan melalui hasil angket.
Pada bab pertama dikemukakan dua buah hipotesis, yaitu
sebagai berikut:
1. Keharmonisan rumah tangga berpengaruh positif terhadap
pendidikan anak.
Hipotesis ini dapat dibuktikan kebenarannya dengan
melihat data hasil angket tabel VIII halaman 43. Tabel tersebut
menunjukkan harmonisasi hubungan orang tua berdampak
positif terhadap pendidikan anak. Hai ini terbukti sebagian besar
responden (81,33%) menyatakan berdampak positif, hanya
sebagian kecil (18,67%) yang memilih alternatif jawaban biasa
saja dan tidak seorang pun yang menyatakan berdampak
negatif.
Dengan demikian, harmonisasi hubungan orang tua
membawa dampak positif terhadap pendidikan anak. Dampak
positifnya terlihat pada tabel IX halaman 44 yang
memperlihatkan proses adanya dampak positif harmonisasi
keluarga terhadap pendidikan anak. Menurut sebagian besar
responden (54,67%) prosesnya adalah anak akan terbina
melakukan hubungan baik, sebagian kecil menyatakan anak

62

akan meniru prilaku orang tua yang baik dan sedikit sekali yang
memilih alternatif jawaban anak terbiasa bergaul dengan cara
yang baik.
Dengan demikian, hasil penelitian ini membuktikan bahwa
hipotesis pertama diterima kebenarannya karena sesuai dengan
hasil penelitian lapangan melalui angket.
Selanjutnya hipotesis kedua yang telah ditetapkan
sebelumnya adalah:
2. Orang tua di desa Aneuk Galong menghadapi berbagai
hambatan dalam proses pendidikan anak dalam keluarga.
Hasil penelitian pada tabel XVII halaman 53 menunjukkan
74,67% responden menyatakan ada hambatan dalam pendidikan
anak di lingkungan keluarga. Hambatannya dapat dilihat pada
tabel XVIII halaman 54 yang menunjukkan hambatan yang
dihadapi sebagian besar responden dalam membina hubungan
harmonis dalam keluarga adalah kurangnya pengertian suami
isteri, sebagian kecil memilih alternatif jawaban tidak ada
hambatan dan sedikit sekali yang menyatakan pengaruh
ekonomi.
Dengan demikian hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
hipotesis kedua juga dapat diterima kebenarannya sesuai
dengan data hasil penelitian.

63

BAB LIMA
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ketidakharmonisan hubungan orang tua membawa pengaruh
terhadap proses pendidikan anak di lingkungan keluarga.
Pandangan sebagian besar masyarakat terhadap harmonisasi
keluarga pada umumnya adalah harmonisasi harus dibina dengan
baik, menunjukkan hubungan harmonis pada anak, dan jika
bertengkar jangan di depan anak. Harmonisasi hubungan orang tua
berdampak positif terhadap pendidikan anak. Ha1 ini terbukti
sebagian besar responden (81,33%) menyatakan berdampak positif,
hanya sebagian kecil (18,67%) yang memilih alternatif jawaban
biasa saja. Adanya dampak positif ini menurut sebagian besar
responden (54,67%) disebabkan anak akan terbina melakukan
hubungan baik, anak akan meniru perilaku orang tua yang baik dan
anak terbiasa bergaul dengan cara yang baik.
Seharusnya proses pendidikan anak menurut Islam
ditingkatkan dengan membina hubungan harmonis dalam keluarga.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa harmonisasi
merupakan hal yang urgen dengan alasan melalui harmonisasi

64

hubungan orang tua akan mendukung pendidikan anak, melalui


hubungan harmonis anak akan dapat dibina dengan baik, dan tanpa
hubungan harmonis pendidikan anak tidak akan terlaksana. Upaya
orang tua dalam meningkatkan kualitas pendidikan anak menurut
sebagian besar responden (68%) adalah dengan cara membimbing
kegiatan belajar anak di rumah, menyekolahkan anak pada
tembaga pendidikan yang berkualitas, dan mengundang guru untuk
memberikan les privat.
Hasil penelitian menunjukkan tiga faktor pendukung orang tua
membina hubungan harmonis di lingkungan keluarga yaitu saling
pengertian suami isteri, tingkat pendidikan suami isteri, dan
sebagian kecil responden menyatakan kondisi ekonomi keluarga.
Hambatan yang dihadapi orang tua di desa. Aneuk Galong Baru
dalam membina hubungan harmonis adalah kurangnya pengertian
suami isteri. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan
dalam membina hubungan harmonis adalah terbuka dalam setiap
masalah, saling pengertian dan meningkatkan hubungan
komunikasi.

B. Saran-saran
1. Setiap orang tua hendaklah membina hubungan harmonis
dalam keluarga sebagai upaya meningkatkan kualitas
pendidikan anak.

65

2. Orang tua hendaklah membina anak dengan pendidikan


agama sebagai upaya meningkatkan pengamalan ajaran
Islam dalam segala aspek kehidupan.

66

DAFTAR KEPUSTAKAAN

A. Rahman I Doi, Karakteristik Hukum Islam dan Perkawinan, Jakarta


Abdul Gani Azmi bin Haji Idris, Hukum-hukum Perkawinan dan
Kekeluargaan dalam Islam, Kuala Lumpur: Adinie Publisher, 1994
Abdurrahman An-Nahlaw, Prinsip-prinsip dan Metode Pendidikan Islam,
cet. II, Bandung: CV. Diponegoro, 1992
Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: AlMaarif, 1962
Amran YS. Chaniago, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Bandung:
Pustaka Setia, 1996
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa
Indonesia,Jakarta: Balai Pustaka, 1990
Fahmi Mustafa, Kesehatan Jiwa, Jakarta: Bulan Bintang, 1977
Farid Maruf Noor, Menuju Keluarga Sejahtera dan Bahagia, Bandung: AlMaaruf, 1983
H. M. Arifin, Pokok-pokok Pikiran tentang Bimbingan dan Penyuluhan
Agama, Jakarta: Bulan Bintang, 1976
Ibrahim Muhammad Jamal, Fiqih Wanita, penerjemah: Ashori Umar
Sitanggal, Semarang: Asy-Syifa, t.t
Kamal Muktar, Asas-asas Hukum Islam tentang Perkawinan, Jakarta: Bulan
Bintang, 1974
LP. Simajuntak, Teknik Mendidik Anak, Jakarta: Balai Pustaka, 1983
M. Nasir Ali, Dasar-dasar Ilmu Mendidik, Jakarta: Mutiara, 1979
M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 1995
Muhammad Utsman Alkhasty, Sulitnya Berumah Tangga, Jakarta: Gema
Insani, 1980
Sayid Sabiq, Fiqih Sunnah, Jilid 7, Alih Bahasa Drs. Moh. Thalib, Bandung:
Al-Maarif, 1994
Singgih D. Gunarsa. Nya, Psikologi Perkembangan, Jakarta: Gunung Mulia,
1986

67
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek,
Jakarta: Rineka Cipta, 1993
Suito, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia, 1973
Winarno Surachmat, Pengantar Penelitian Ilmiah, Bandung: Tarsito, 1985
WJS. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 1976), hal. 688
Zakiah Darajat, Membina Nilai-nilai Moral di Indonesia, cet. IV, Jakarta:
Bulan Bintang, 1977

Anda mungkin juga menyukai