KATA PENGANTAR
Selawat dan
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR............................................................................iv
DAFTAR ISI.......................................................................................vi
ABSTRAK
........................................................................................................
viii
BAB SATU PENDAHULUAN
A.
B.
C.
D.
E.
F.
BAB DUA
BAB TIGA
ABSTRAK
BAB SATU
PENDAHULUAN
Artinya:
dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia
menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri,
supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya,
dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda bagi kaum yang berfikir (Ar-Rum:2l).
b. Anak
Istilah anak juga mempunyai beberapa pengertian,
antara lain:
1) Menurut bahasa berarti "Manusia yang masih kecil,
turunan yang kedua.9
2) LP. Simanjuntak mendefinisikan bahwa "Anak adalah
mahkluk yang masih harus berkembang".10
Sedangkan definisi anak yang penulis maksudkan
adalah manusia yang masih kecil dan memerlukan bimbingan
dan pimpinan dari orang dewasa.
Jadi yang dimaksud dengan pendidikan anak di sini
adalah usaha yang sengaja atau tidak sengaja, baik langsung
ataupun tidak langsung dari orang dewasa untuk
membimbing dan membina seseorang anak.
Anak tidak hanya terbatas pada umur tertentu seperti
tersebut di atas (0-15 tahun), karena pada hakikatnya proses
pendidikan itu harus dapat mengantarkan anak ke tingkat
kedewasaan atau dapat mandiri. Di samping itu dengan
adanya bimbingan dari orang dewasa secara sadar dan
bertanggung jawab, maka anak akan mendapat pelajaran
10
11
12
BAB DUA
HUBUNGAN SUAMI ISTERI DAN DAMPAKNYA
TERHADAP PENDIDIKAN ANAK
13
14
15
16
antara suami isteri tidak ada harapan lagi untuk hidup bersama
sebagai suami isteri.18
Alasan tersebut secara terperinci disebutkan dalam
penjelasan pasal 39 Undang-undang perkawinan no. 1 tahun 1974
yang sesuai dengan pasal 19 peraturan pemerintah No. 9 tahun
1974, sebagai berikut:
a. Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, penjudi
dan lain sebagainya yang sukar disembuhkan.
b. Salah satu pihak meninggalkan suami atau isteri selama 2
(tahun) berturut-turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan
yang sah atau karena hal lain di luar kemampuannya.
c. Salah satu pihak mendapat hukuman penjara lima tahun atau
hukuman yang lebih berat setelah perkawinan berlangsung.
d. Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan
berat yang membahayakan pihak lain.
e. Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit yang
menyebabkan tidak dapat menjalan kan kewajiban suami
isteri.
f. Antara suami isteri terus menerus terjadi perselisihan dan
pertengkaran dan tidak harapan lagi untuk hidup rukun dalam
rumah tangga.19
Berdasarkan pasal 39 Undang-undang No. 1 tahun 1974 dan
Pasal 19 PP No. 9 tahun 1975, dapat diketahui faktor-faktor yang
dapat dijadikan alasan untuk melakukan perceraian.
Menurut syari'at Islam, kewajiban suami terhadap isterinya
yang pertama ialah menghormatinya, bergaul dengan baik,
memperlakukannya dengan wajar, mendahulukan kepentingan
18 Sumber Data: Pasal 39 ayat 2 Undang-undang No. 1 Tahun 1974
19 Sumber Data: Pasal 19 Peraturan Pemerintah Nomor 9/1974
17
20 Sayid Sabiq, Fiqih Sunnah, Jilid 7, Alih Bahasa Drs. Moh. Thalib,
(Bandung: Al-Maarif, 1994), hal. 94
18
sudah barang tentu antara suami isteri tidak dapat lagi bersikap
yang baik dalam mengatur rumah tangganya.
19
20
22 Ibid., hal. 49
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
hati dalam mengingat Allah dan hal ini dapat memperkuat jiwa rasa
ketaqwaan kepada-Nya dan apabila sifat ini dapat tumbuh dengan
subur dalam diri seseorang, maka akan dapat dijadikan sebagai
penghalang yang kuat dalam mencegah diri terhadap semua
kejahatan.
Dalam proses pendidikan anak menurut Islam, orang tua -juga
harus membimbing anak dengan rasa kasih sayang. Kasih sayang
terhadap anak-anak termasuk salah satu naluri yang difitrahkan
Allah SWT kepada manusia dan hewan, serta merupakan salah satu
asas biologis, psikologis, sosial serta alami bagi kebanyakan
makhluk hidup.31
Orang tua harus membina anaknya ke jalan yang diredhai
Allah, sebab anak adalah suatu perhiasan yang diberikan A[ah
untuk dijaga dan dipelihara sesuai dengan apa yang dikehendakiNya. Firman Allah SWT:
33
34
35
BAB TIGA
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
36
Dusun
Dusun
Dusun
Dusun
Luas Ha
o
1.
40 Ha
2.
Kebun Rakyat
82 Ha
3.
Sawah
78 Ha
4.
Dan Lain-lain
Jumlah
Sumber Data: Monografi Desa 2016.
28 Ha
228 Ha
37
Umur
Jenis Kelamin
Perempu
Laki-laki
an
15
22
Jumlah
1.
0 11 Bulan
37
2.
1 3 Tahun
23
14
37
3.
4 7 Tahun
30
41
71
4.
8 15 Tahun
69
52
121
5.
16 35 Tahun
157
212
369
6.
36 54 Tahun
71
78
159
7.
55 60 Tahun
39
50
89
8.
60 ke atas
Jumlah
19
413
34
503
53
916
38
Mata Pencaharian
Petani/ peternak
Jumlah
Persentase
120
(%)
46,87
39
2.
49
19,14
3.
Pedagang/ Wiraswasta
76
29,68
4.
Pensiunan
11
Jumlah
256
Sumber Data: Kepala Desa Aneuk Galong Baro, 2016.
4,29
100%
40
Tingkat Pendidikan
Jumlah
Persentase
o
1.
Perguruan Tinggi
70
(%)
12,75
2.
Tamatan Akademi
1,45
3.
Tamatan SLTA
135
24,59
4.
Tamatan SLTP
129
23,49
5.
Tamatan SD
124
22,58
6.
Tidak Tamat SD
18
3,27
7.
Belum Sekolah
55
10,01
8.
Pesantren
10
1,82
41
Jumlah
549
Sumber Data: Kepala Desa Aneuk Galong Baro,2016.
100%
42
masyarakat terlihat berjalan dengan sangat baik. Hal ini terlihat dari
fenomena yang terjadi di dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai
sarana pelaksanaan ibadah, maka masyarakat telah membangun
rumah-rumah ibadah seperti mesjid-mesjid, meuni.sah, dan
mushalla.
Di setiap kemukiman terdapat mesjid, dan di setiap desa
terdapat meunasah. Meunasah telah merata di setiap desa, bahkan
ada juga yang memiliki lebih dari satu buah meunasah. Di sini
memberi suatu pemaknaan bahwa di bidang sarana peribadatan
sangat mendukung bagi kelancaran pelaksanaan ibadah sehari-hari,
seperti shalat
Adat istiadat di desa Aneuk Galong Baro sangat kental
bernuansa Islami. Adat istiadat masyarakat desa Aneuk Galong Baro
dipengaruhi oleh ajaran Islam. Segala kultur dan adat yang
bertentangan dengan ajaran Islam mereka tolak. Adat merupakan
kebiasaan yang berlaku dalam kehidupan masyarakat, hukum Islam
memegang peranan penting dalam mengatur kehidupan
bermasyarakat, sehingga hukum adat melekat kuat menjadi suatu
kebiasaan. Dengan demikian antara hukum, yakni hukum agama
dengan adat istiadat yang berlaku di Aceh bersatu padu dan saling
berhubungan, seperti sebuah benda yang sukar terpisah dengan
sifatnya.
43
44
BAB EMPAT
HASIL PENELITIAN
Alternatif Jawaban
o
a.
Berpengaruh
b.
Tidak berpengaruh
c.
Biasanya
Jumlah
Frekuensi
Persentase
71
(%)
94,67
4
75
5,33
100%
45
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
o
a.
36
(%)
48,00
b.
terganggu
20
26,67
mental anak
19
25,33
75
100%
46
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
o
a.
41
(%)
54,67
b.
Menunjukkan hubungan
22
29,33
12
16,00
anak
Jumlah
75
100%
Melalui tabel di atas dapat diketahui pandangan sebagian
besar responden tentang bagaimana seharusnya harmonisasi
hubungan orang tua adalah harmonisasi dibina dengan baik,
sebagian kecil menyatakan menunjukkan hubungan harmonis pada
anak, dan sedikit sekali yang memilih Alternatif jawaban jika
bertengkar jangan di depan anak.
Salah seorang responden ketika diwawancarai menuturkan:
Bertengkar di depan anak akan merusak mental anak, sebab
perselisihan antara orang tua akan mengganggu ketenteraman
jiwanya dan mengganggu konsentrasi belajar anak. Oleh sebab itu
47
Alternatif Jawaban
o
a.
Positif
b.
Negatif
c.
Biasanya
Jumlah
Frekuensi
Persentase
61
(%)
81,33
14
75
18,67
100%
48
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
o
a.
21
(%)
28,00
41
54,67
13
17,33
75
100%
c.
49
menyatakan anak akan meniru perilaku orang tua yang baik dan
sedikit sekali yang memilih alternatif jawaban anak terbiasa bergaul
dengan cara yang baik.
B. Urgensi Harmonisasi Orang Tua Dalam Pendidikan Anak
Hubungan harmonis antara orang tua pada dasarnya
merupakan hal yang urgen dalam mendukung peningkatan kualitas
pendidikan anak dalam keluarga. Untuk mengetahui pandangan
responden tentang urgen atau tidaknya harmonisasi orang tua
dalam pendidikan anak di lingkungan keluarga di desa Aneuk
Galong Baru dapat dilihat pada tabel berikut:
TABEL X
URGENSI HARMONISASI ORANG TUA
N
Alternatif Jawaban
o
a.
b.
Tidak urgen
c.
Tergantung kondisinya
Jumlah
Frekuensi
Persentase
70
(%)
93,33
5
75
6,67
100%
50
Alternatif Jawaban
Harmonisasi mendukung
Frekuensi
Persentase
39
(%)
52,00
28
37,33
pendidikan anak
b.
51
baik
10,67
75
100%
Alternatif Jawaban
o
a.
Frekuensi
Persentase
46
(%)
61,33
29
38,67
75
100%
anak
Anak akan lebih konsentrasi
c.
dalam belajar
Biaya pendidikan anak terjamin
Jumlah
52
53
Alternatif Jawaban
Membimbing kegiatan belajar
Frekuensi
Persentase
51
(%)
68,00
21
28,00
4,00
75
100%
anak di rumah
b.
c.
berkualitas
Mengundang guru untuk
memberikan les privat
Jumlah
54
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
o
a.
27
(%)
36,00
b.
31
41,33
c.
17
75
22,67
100%
Alternatif Jawaban
Membimbing sikap dan perilaku
anak di rumah
Frekuensi
Persentase
51
(%)
68,00
55
b.
24
32,00
75
100%
56
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
o
a.
22
(%)
29,33
b.
baik
11
14,67
42
56,00
75
100%
dilarang agama
Mengontrol sikap anak sesuai
dengan ajaran agama
Jumlah
57
58
Alternatif Jawaban
o
a.
b.
c.
Frekuensi
Persentase
56
(%)
74,67
10,67
11
75
14,66
100%
59
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
62
(%)
82,67
o
a.
b.
isteri
6,66
c.
Pengaruh ekonomi
10,67
75
100%
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
o
a.
Meningkatkan hubungan
21
(%)
28,00
b.
komunikasi
29
38,67
c.
25
33,33
Saling pengertian
Jumlah
75
100%
60
E. Pembuktian Hipotesis
Sebelum dilakukan penelitian, terlebih dahulu ditetapkan
hipotesis sebagai pedoman melihat keadaan yang sebenarnya.
setelah diperoleh hasil penelitian, perlu ditinjau kembali apakah
hipotesis yang telah ditetapkan sebelumnya dapat diterima ataupun
tidak.
61
62
akan meniru prilaku orang tua yang baik dan sedikit sekali yang
memilih alternatif jawaban anak terbiasa bergaul dengan cara
yang baik.
Dengan demikian, hasil penelitian ini membuktikan bahwa
hipotesis pertama diterima kebenarannya karena sesuai dengan
hasil penelitian lapangan melalui angket.
Selanjutnya hipotesis kedua yang telah ditetapkan
sebelumnya adalah:
2. Orang tua di desa Aneuk Galong menghadapi berbagai
hambatan dalam proses pendidikan anak dalam keluarga.
Hasil penelitian pada tabel XVII halaman 53 menunjukkan
74,67% responden menyatakan ada hambatan dalam pendidikan
anak di lingkungan keluarga. Hambatannya dapat dilihat pada
tabel XVIII halaman 54 yang menunjukkan hambatan yang
dihadapi sebagian besar responden dalam membina hubungan
harmonis dalam keluarga adalah kurangnya pengertian suami
isteri, sebagian kecil memilih alternatif jawaban tidak ada
hambatan dan sedikit sekali yang menyatakan pengaruh
ekonomi.
Dengan demikian hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
hipotesis kedua juga dapat diterima kebenarannya sesuai
dengan data hasil penelitian.
63
BAB LIMA
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ketidakharmonisan hubungan orang tua membawa pengaruh
terhadap proses pendidikan anak di lingkungan keluarga.
Pandangan sebagian besar masyarakat terhadap harmonisasi
keluarga pada umumnya adalah harmonisasi harus dibina dengan
baik, menunjukkan hubungan harmonis pada anak, dan jika
bertengkar jangan di depan anak. Harmonisasi hubungan orang tua
berdampak positif terhadap pendidikan anak. Ha1 ini terbukti
sebagian besar responden (81,33%) menyatakan berdampak positif,
hanya sebagian kecil (18,67%) yang memilih alternatif jawaban
biasa saja. Adanya dampak positif ini menurut sebagian besar
responden (54,67%) disebabkan anak akan terbina melakukan
hubungan baik, anak akan meniru perilaku orang tua yang baik dan
anak terbiasa bergaul dengan cara yang baik.
Seharusnya proses pendidikan anak menurut Islam
ditingkatkan dengan membina hubungan harmonis dalam keluarga.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa harmonisasi
merupakan hal yang urgen dengan alasan melalui harmonisasi
64
B. Saran-saran
1. Setiap orang tua hendaklah membina hubungan harmonis
dalam keluarga sebagai upaya meningkatkan kualitas
pendidikan anak.
65
66
DAFTAR KEPUSTAKAAN
67
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek,
Jakarta: Rineka Cipta, 1993
Suito, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia, 1973
Winarno Surachmat, Pengantar Penelitian Ilmiah, Bandung: Tarsito, 1985
WJS. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 1976), hal. 688
Zakiah Darajat, Membina Nilai-nilai Moral di Indonesia, cet. IV, Jakarta:
Bulan Bintang, 1977