Anda di halaman 1dari 18

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. KONSEP DASAR PENYAKIT


A. DEFINISI PENYAKIT
Nyeri adalah suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan
akibat dari kerusakan jaringan yang bersifat subjektif.
Walaupun rasa nyeri hanya salah satu protropatik (primer), namun pada
hakekatnya apa yang tersirat dalam rasa nyeri itu adalah rasa majemuk yang
diwarnai oleh nyeri, panas/dingin, dan rasa tekan (Muttaqin, 2008, hlm.502).
B. ETIOLOGI
1. Trauma pada jaringan tubuh, misalnya kerusakkan jaringan akibat bedah atau
cidera.
2.

Iskemik jaringan.

3. Spasmus otot merupakan suatu keadaan kontraksi yang tak disadari atau tak
terkendali, dan sering menimbulkan rasa sakit. Spasme biasanya terjadi pada
otot yang kelelahan dan bekerja berlebihan, khususnya ketika otot teregang
berlebihan atau diam menahan beban pada posisi yang tetap dalam waktu yang
lama.
4.

Inflamasi pembengkakan jaringan mengakibatkan peningkatan tekanan lokal


dan juga karena ada pengeluaran zat histamin dan zat kimia bioaktif lainnya.

5. Post operasi setelah dilakukan pembedahan.


C. PATOFISIOLOGI
Infeksi saluran kemih

bagian

bawah

paling

banyak

disebabkan

oleh

mikroorganisme terutama bakteri gram negatif yaitu Escherichia Coli yang


mencapai kurang lebih 90 persen kejadian, disertai dengan pseudomonas,
enterobakter, Bakteri gram positif : streptococcus, S. Saprofit. Infeksi saluran
kemih disebabkan oleh adanya mikroorganisme patogenik dalam traktus urinarius.
Mikroorganisme ini masuk melalui: kontak langsung dari tempat infeksi terdekat,
hematogen, limfogen.
Ada 2 jalur utama terjadi ISK yaitu asending dan hematogen

1. Secara asending yaitu :


Masuknya mikroorganisme dalam kandung kemih, antara lain: faktor anatomi
dimana pada wanita memiliki uretra yang lebih pendek daripada laki-laki
sehingga insiden terjadinya ISK lebih tinggi, faktor tekanan urin saat miksi,
kontaminasi fekal, pemasangan alat kedalam fraktur urinarius (pemeriksaan
sistoskopik, pemakaian kateter), adanya decubitus yang terinfeksi.
2. Secara hematogen, yaitu:
Sering terjadi pada pasien yang sistem imunnya rendah sehingga
mempermudah penyebaran infeksi secara hematogen. Ada beberapa hal yang
mempengaruhi struktur dan fungsi ginjal sehingga mempermudah penyebaran
hematogen, yaitu adanya bendungan total urin yang mengakibatkan distensi
kandung kemih, bendungan intrarenal akibat jaringan. Pada lanjut usia
terjadinya ISK ini sering disebabkan karena adanya sisa urin dalam kandung
kemih yang meningkat akibat pengosongan kandung kemih yang tidak
lengkap, mobilitas menurun, nutrisi yang sering kurang baik, sistem imunitas
yang menurun, adanya hambatan pada saluran urin, hilangnya efek bakterisid
dari sekresi prostat.
Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat tersebut mengakibatkan
distensi yang berlebihan sehingga menimbulkan nyeri, keadaan ini
mengakibatkan penurunan resistensi terhadap invasi bakteri dan residu kemih
menjadi media pertumbuhan bakteri yang selanjutnya akan mengakibatkan
gangguan fungsi ginjal itu sendiri, kemudian keadaan ini secara hematogen
menyebar keseluruh traktur urinarius. Selain itu beberapa hal yang menjadi
predisposisi ISK, antara lain adanya obstruksi aliran kemih proksimal yang
mengakibatkan penimbunan cairan bertekanan dalam pelvis ginjal dan ureter
yang disebut sebagai hidronefrosis. Penyebab umum obstruksi adalah jaringan
perut ginjal, batu neoplasma dan hipertrofi prostat yang sering ditemukan pada
laki-laki diatas 60 tahun.

D. PATHWAY

Hiperter

D. MANIFESTASI KLINIK
1. Gangguam tidur

2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Posisi menghindari nyeri


Gerakan menghindari nyeri
Raut wajah kesakitan (menangis,merintih)
Perubahan nafsu makan
Tekanan darah meningkat
Nadi meningkat
Pernafasan meningkat
Depresi

E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Radiologi
2. Laboratorium
3. EEG
4. USG
5. ECG
6. Rontgen
F. KOMPLIKASI
1. Edema Pulmonal
2. Kejang
3. Masalah Mobilisasi
4. Hipertensi
5. Hipovolemik
6. Hipertermia
G. PENATALAKSANAAN
1. Non farmakologi
a. Relaksasi distraksi, mengalihkan perhatian klien terhadap sesuatu
Contoh : membaca buku, menonton tv , mendengarkan musik dan bermain
b. Stimulaisi kulit, beberapa teknik untuk stimulasi kulit antara lain :
1) Kompres dingin
2) Counteriritan, seperti plester hangat.
2. Farmakologi adalah obat:
a. Obat
b. Injeksi
1. KONSEP KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Mengkaji PQRST
P (Pemicu)
: faktor yang mempengaruhi gawat atau ringannya
Q (quality)
: dari nyeri, apakah rasa tajam, tumpul atau tersyarat
R (Region)
: daerah perjalanan nyeri
S (Severty) : keparahan atau intensitas nyeri
T (Time)
: lama/waktu serangan atau frekuensi nyeri
2. Riwayat Nyeri
Saat mengkaji riwayat nyeri, perawat sebaiknya memberikan klien
kesempatan untuk mengungkapkan cara pandang mereka terhadap nyeri dan
situasi tersebut dengan kata-kata mereka sendiri. Langkah ini akan membantu

perawat memahami makna nyeri bagi klien dan bagaimana ia berkoping


terhadap aspek, antara lain :
1) Lokasi
Untuk menentukan

lokasi

nyeri

yang

spesifik,

minta

klien

menunjukkan area nyerinya. Pengkajian ini biasanya dilakukan dengan


bantuan gambar tubuh. Klien biasanya menandai bagian tubuhnya
yang mengalami nyeri. Ini sangat bermanfaat, terutama untuk klien
yang memiliki lebih dari satu sumber nyeri.
2) Intesitas nyeri
Penggunaan skala intensitas nyeri adalah metode yang mudah dan
terpercaya untuk menentukan intensitas nyeri pasien. Skala nyeri yang
paling sering digunakan adalah rentang 0-5 atau 0-10. Angka 0
menandakan tidak nyeri sama sekali dan angka tertinggi menandakan
nyeri terhebat yang dirasakan klien. Intensitas nyeri dapat diketahui
dengan bertanya kepada pasien melalui skala nyeri wajah, yaitu WongBaker FACES Rating Scale yang ditujukan untuk klien yang tidak
mampu menyatakan intensitas nyerinya melalui skala angka. Ini
termasuk anak-anak yang tidak mampu berkomunikasi secara verbal
dan lan sia yang mengalami gangguan komunikasi.
Keterangan :
0
: tidak nyeri
1-3

: nyeri ringan (secara obyektif klien dapat berkomunikasi

dengan baik)
4-6

: nyeri sedang (secara obyektif klien mendesis, menyeringai,

dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikan nyeri, dapat


mengikuti perintah dengan baik).
7-9

: nyeri berat (secara obyektif klien terkadang tidak dapat

mengikuti perintah tapimasih respon terhadap tindakan, dapat


menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat mendiskripsikan nyeri, tidak
dapat diatasi dengan alih posisi, napas panjang dan distraksi.
10

: nyeri sangat berat (klien sudah tidak bisa berkomunikasi)

3) Kualitas nyeri
Terkadang nyeri bisa terasa seperti dipukul-pukul atau ditusuktusuk. Perawat perlu mencatat kata-kata yang digunakan klien untuk
menggambarkan nyerinya sebab informasi yang akurat dapat

berpengaruh besar pada diagnosis dan etiologi nyeri serta pilihan


tindakan yang diambil.
4) Pola
Pola nyeri meliputi: waktu awitan, durasi/lamanya nyeri dan
kekambuhan atau interval nyeri. Karenanya, perawat perlu mengkaji
kapan nyeri dimulai, berapa lama nyeri berlangsung, apakah nyeri
berulang dan kapan nyeri terakhir kali muncul.
5) Faktor Presipitasi
Terkadang aktivitas tertentu dapat memicumunculnya nyeri. Sebagai
contoh: aktivitas fisik yang berat dapat menimbulkan nyeri dada.
Selain itu, faktor lingkungan (lingkungan yang sangat dingin atau
sangat panas), stresor fisik dan emosional juga dapat memicu
munculnya nyeri.
6) Gejala yang menyertai
Gejala ini meliputi: mual, muntah, pusing dan diare. Gejala tersebut
bisa disebabkan oleh awitan nyeri atau oleh nyeri itu sendiri.
7) Pengaruh aktifitas sehari-hari
Dengan mengetahui sejauh mana nyeri mempengaruhi aktivitas harian
klien akan akan membantu perawat memahami persepsi klien tentang
nyeri. Beberapa aspek kehidupan yang perlu dikaji terkait nyeri adalah
tidur, nafsu makan, konsentrasi, pekerjaan, hubungan interpesonal,
hubungan pernikahan, aktivitas di rumah, aktivitas waktu seggang serta
status emosional.
8) Sumber koping
Setiap individu memiliki strategi koping yang berbeda dalam
menghadapi nyeri. Strategi tersebut dapat dipengaruhi oleh oleh
pengalaman nyeri sebelumnya atau pengaruh agama/budaya
9) Respon afektif
Respon afektif klien terhadap nyeri bervariasi, tergantung pada situasi,
derajat dandurasi nyeri, interpretasi tentang nyeri dan banyak faktor
lainnya. Perawat perlu mengkaji adanya perasaan ansietas, takut, lelah,
depresi atau perasaan gagal pada diri klien.
3. Observasi respons perilaku dan fisiologis

Banyak respons non verbal/perilaku yang bisa dijadikan indicator nyeri


diantaranya:
1) Ekspresi wajah
a. Menutup mata rapat-rapat
b. Membuka mata lebar-lebar
c. Menggigit bibir wajah
2) Vokalisasi
a. Menangis
b. Berteriak
3) Imobilisasi (bagian tubuh yang mengalami nyeri akan digerakkan tubuh
tanpa tujuan yang jelas)
a. Menendang-nendang
b. Membolak-balikkan tubuh diatas kasur
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan agen cedera biologis, fisik, zat kimia, dan
psikologis.
2. Gangguan eliminasi urinarius berhubungan dengan obstruksi anatomik, infeksi
saluran kemih, penyebab multiple, gangguan sensorik-motorik.
3. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit.

C. INTERVENSI

No

Diagnosa Keperawatan

1.

Nyeri
dengan

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan

(NOC)
(NIC)
berhubungan Tujuan : Setelah dilakukan Manajemen nyeri:
agen

cedera tindakan

keperawatan1. 1. Penilaian nyeri secara

biologis, fisik, zat kimia, selama 24 jam diharapkan komprehensif


dan psikologis.

nyerinya teratasi
Kiteria hasil :
- 1. Skala nyeri 0-3.
- 2. Wajah klien

dimulai

dari lokasi, karakteristik,


durasi,

frekuensi,

tidak intensitas dan penyebab.

meringis.
3. Klien tidak memegang2.

2.

Kurangi

presipitasi

daerah nyeri.

faktor

nyeri(faktor

infeksi)
3.

3. Pilih dan lakukan


penanganan
dengan

nyeri

relaksasi

dan

kompres hangat
Pemberian analgesic:
1.

1. Monitor vital sign


sebelum

dan

pemberian

sesudah
analgesik

pertama kali
2. 2.

Berikan

tepat

analgesik

waktu

terutama

saat nyeri hebat


3.3.

Evaluasi efektivitas

analgesik,

tanda

dan

gejala (efek samping)

Gangguan

eliminasi Tujuan: setelah di lakukan


M

1.

Monitor

keadaan

urinarius

berhubungan tindakan perawatan selama bladder setiap 2 jam


2.
2. Hindari faktor
dengan
obstruksi 24 jam klien mampu BAK
pencetus inkontinensia
anatomik, infeksi saluran dengan normal
Kiteria hasil :
urine seperti cemas
kemih,
penyebab

1.
Klien
dapat
3. 3. Kolaborasi dengan
multiple,
gangguan
mengontrol
pengeluaran Dokter
dalam
sensorik-motorik.
urine setiap 4 jam
pengobatan
dan

2. Tidak ada tandakateterisasi


tanda
retensi
dan
4.
3. Jelaskan tentang
inkontinensia urine
pengobatan,
Kateter,

3. Klien berkemih
penyebab, dan tindakan
dalam keadaan rileks
lain
3

Hipertermia
berhubungan
proses penyakit

Tujuan: Setelah di lakukan Fever treatment


dengan tindakan

keperawatan
1.

1.

Monitor

suhu

selama 24 jam diharapkan sesering mungkin


klien kembali normal
Kiteria hasil :

2.

2. Monitor tekanan
darah, nadi dan RR

3.
1. Suhu tubuh dalam

3. Monitor intake dan


output

rentang normal
4.
2. Nadi dan RR dalam

4. Kompres pasien
pada lipat paha dan

rentang normal

3. Tidak ada perubahan aksila


5.
5. Berikan pengobatan
warna kulit dan tidak ada
untuk

pusing, merasa nyaman

mencegah

terjadinya menggigil
6.

6. Tingkatkan sirkulasi
udara

Temperature
regulation

1.

1.

Monitor

suhu

minimal tiap 2 jam


2.

2.

Rencanakan

monitoring suhu secara


kontinyu
3.

3. Monitor TD, nadi,


dan RR

4.

4. Monitor warna dan


suhu kulit

5.

5. Monitor tanda-tanda
hipertermi

dan

hipotermi
6.

6. Tingkatkan intake
cairan dan nutrisi

DAFTAR PUSTAKA
1. Carpenito, Lynda Juall. 2008. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 10. Jakarta : EGC
2. Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta: Salemba Medika

3. Nanda,

2014,

http://www.askepkeperawatan.com/2015/09/nyeri-nanda-nic-noc-

2010.html diperoleh tanggal 2 Agustus 2016


4. NICNOC, 2014. http://www.portalperawat.com/nyeri-kronis-nanda-nic-noc-versi.html
diperoleh tanggal 2 agustus 2016
5. Price, Sylvia A. & Lorraine M. Wilson. 2005. Patofisiologi : Konsep Klinis ProsesProses Penyakit Edisi 6 Volume 2. Jakarta : EGC.

LAPORAN PENDAHULUAN
GANGGUAN RASA NYAMAN NYERI PADA NY. D DI RUANG
FLAMBOYAN RSUD SOEWONDO KENDAL

Oleh
Dewi Arum Purnawati
1.16.021

PROGRAM STUDI S.1 ILMU KEPERAWATAN


STIKES TELOGOREJO SEMARANG
2016

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan
ekstensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya Nyeri bukan hanya suatu
modalitas sensorik tetapi adalah suatu pengalaman.The International Association for
the Study of Pain menggambarkan nyeri sebagai suatu pengalaman sensoris dan
emosional yang tidak menyenangkan dihubungkan dengan kerusakan jaringan nyata
atau potensial terjadinya kerusakan jaringan, atau digambarkan dalam keadan yang
berkaitan dengan kerusakan tersebut. Menurut Brunner dan Suddart pengertian nyeri
dalam kebidanan adalah sesuatu yang dikatakan oleh pasien, kapan saja adanya nyeri
tersebut. Sedangkan Wolf Firest mendefinisikan nyeri sebagai suatu perasaan
menderita secara fisik dan mental atau perasaan yang dapat menimbulkan ketegangan.
Menurut Arthur Custon nyeri adalah suatu mekanisme proteksi bagi tubuh, timbul
bilamana jaringan sedang dirusakkan dan menyebabkan individu bereaksi untuk
menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri. Ada tiga macam teori nyeri yang dapat
dijelaskan sebagai berikut :
1) Teori pola (pattern theory) adalah rangsangan nyeri masuk melalui akar ganglion
dorsal medulla spinalis dan rangsangan aktifitas sel T. Hal ini mengakibatkan
suatu respon yang merangsang kebagian yang lebih tinggi yaitu korteks serebri
dan menimbulkan persepsi, lalu otot berkontraksi sehingga menimbulkan nyeri.
Persepsi dipengaruhi oleh modalitas respons dari reaksi sel T.
2) Teori pemisahan (specificity theory) menurut teori ini rangsangan sakit masuk ke
spinal cord melalui dorsalis yang bersinaps didaerah posterior kemudian naik ke
traktus hemisfer dan menyilang ke garis medial ke sisi lainnya dan berakhir di
korteks serebri, dimana rangsangan nyeri tersebut diteruskan.
3) Teori pengendalian gerbang (gate control theory) yang dikemukakan oleh Melzak
dan Wall. Teori ini lebih komprehensif dalam menjelaskan tranmisi dan persepsi
nyeri. Rangsangan atau impuls nyeri yang disampaikan oleh syaraf perifer aferen
ke korda spinalis dapat dimodifikasi sebelum tramisi ke otak. Sinaps dalam dorsal
medulla spinalis beraktifitas seperti pintu untuk mengijinkan impuls masuk ke
otak. Kerja kontrol gerbang ini menguntungkan dari kerja serat saraf besar dan
kecil yang keduanya berada dalam rangsangan akar ganglion dorsalis. Rangsangan

pada serat akan meningkatkan aktifitas subtansia gelatinosa yang mengakibatkan


tertutupnya pintu sehingga katifitas sel T terhambat dan menyebabkan hantaran
rasa nyeri terhambat juga. Rangsangan serat besar ini dapat langsung merangsang
ke korteks serebri dan hasil persepsinya akan dikembalikan ke dalam medulla
spinalis melalui serat eferen dan reaksinya mempengaruhi aktifitas sel T.
Rangsangan pada serat kecil akan menghambat aktifitas substansia gelatinosa dan
membuka pintu mekanisme sehingga aktifitas sel T meningkat yang akan
menghantarkan ke otak.
4) Teori transmisi dan inhibisi. Adanya stimulus pada nociceptor memulai transmisi
impuls-impuls pada serabut-serabut besar yang memblok impuls-impuls pada
serabut lambat dan endogenopiate sistem supresif.

Respon fisiologis terhadap nyeri meliputi peningkatan tekanan darah, denyut nadi,
pernapasan, keringat, diameter pupil, dan ketegangan otot. Setiap pembedahan selalu
berhubungan dengan insisi/sayatan yang merupakan trauma atau kekerasan bagi
penderita yang menimbulkan berbagai keluhan dan gejala. Salah satu keluhan yang
sering dikemukakan adalah nyeri. Hal ini didukung oleh penelitian Megawati, bahwa
pasien pasca laparatomi mengeluhkan nyeri sedang sebanyak 57,70%, yang
mengeluhkan nyeri berat 15,38%, dan nyeri ringan sebanyak 26,92%

B. TUJUAN
1. Untuk mengetahui konsep nyeri
2. Untuk mengetahui etiologi dari nyeri
3. Untuk mengetahui faktor resiko dari nyeri
4. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnosis dari nyeri
5. Untuk mengetahui penatalaksanaa (farmakologis, non farmakologis, pembedahan
dari nyeri)
C. MANFAAT
Agar lebih mengetahui konsep nyeri

BAB IV
PEMBAHASAN

A. Pengkajian

Pada kasus yang saya temui setelah melakukan pengkajian, pasien mengatakan
demam sudah 5 hari dan nyeri ketika buang air kecil serta hanya sedikit keluar air
kencingnya padahal sering minum air putih, ketika pemeriksaan fisik didapatkan pada
abdomen mengalami nyeri tekan pada area supra pubik. Pada pemeriksaan
laboratorium didapatkan hasil leukosit tinggi yaitu 11,3 103/L.
Pada teori berawal dari ginjal, kotoran di dalam darah disaring dan dikeluarkan dalam
bentuk air urine. Kemudian urine tersebut dialirkan dari ginjal melalui ureter menuju
tempat penampungan yang disebut kandung kemih. Setelah ditampung, urine
kemudian dibuang dari tubuh melalui saluran pelepasan yang disebut uretra.
Berdasarkan gejalanya, ISK dapat dibagi menjadi dua, yaitu ISK bagian bawah dan
ISK bagian atas. ISK bagian bawah merupakan infeksi yang terjadi pada uretra dan
kandung kemih (sistitis). Gejala dari kondisi ini meliputi rasa ingin selalu buang air
kecil, nyeri atau perih saat buang air kecil, warna urine yang keruh, dan bau urine
yang tidak sedap. Sedangkan ISK bagian atas merupakan infeksi yang terjadi pada
ureter dan ginjal. Gejala dari kondisi ini meliputi nyeri pada bagian selangkangan,
mual, dan demam.
Leukosit tinggi karena pertahanan tubuh manusia dikenal dengan nama sistem imun.
Dalam aktifitasnya, sistem imun akan mengenali berbagai benda asing yang masuk ke
dalam tubuh dan selanjutnya akan melakukan langkah proteksi dengan cara memakan,
menghancurkan dan mengeluarkan dari tubuh. Mikroorganisme patogen (yang bisa
menimbulkan infeksi) termasuk salah satu benda asing yang dikenali oleh sistem imun
tubuh. Sementara sel yang berperan dalam menghadapi mikroorganisme ini adalah sel
darah putih atau dikenal dengan sebutan Lekosit. Infeksi kandung kemih atau sistitis
(radang saluran kemih dan ureter) juga dapat menyebabkan kelebihan sekresi leukosit.

B. Diagnosa keperawatan evaluasi


a. Diagnosa pertama yaitu nyeri :
1) Teknik relaksasi nafas dalam

Mengajarkan teknik relaksasi karena teknik relaksasi nafas dalam dapat


mengendalikan nyeri dengan meminimalkan aktifitas simpatik dalam sistem saraf
otonom. Sehingga, akan meningkatkan aktifitas komponen saraf parasimpatik
vegetative secara simultan. Teknik tersebut dapat mengurangi sensasi nyeri dan
mengontrol intensitas reaksi terhadap rasa nyeri.
Hormone adrenalin dan kortisol yang menyebabkan stress akan menurun, dan
dapat meningkatkan konsentrasi dan merasa tenang sehingga memudahkan untuk
mengatur pernafasan sampai frekuensi pernafasan. Kadar PaCO2 akan meningkat
dan menurunkan PH sehingga akan meningkatkan kadar oksigen dalam darah.
Menurut Smeltzer & Bare (2002) bahwa teknik relaksasi nafas dalam dapat
merelaksasikan otot-otot skelet yang mengalami spasme yang disebabkan oleh
peningkatan prostaglandin sehingga terjadi vasodilatasi pembuluh darah dan akan
meningkatkan aliran darah ke daerah yang mengalami spasme dan iskemik.
Teknik relaksasi nafas dalam dapat dipercayai mampu merangsang tubuh untuk
melepaskan opoiod endogen yaitu endorphin dan enfekalin.
2) Kompres hangat
Persepsi nyeri dipengaruhi oleh veriabel fisiologis dan psikologis. Status gate
atau pintu gerbang berada pada dorsal horn substansial gelantinose yang akan
menghasilkan impuls nyeri dalam arti lain bahwa gerbang terbuka maka imouls
dapat bergerak bebas menuju jalur asending ( ke atas) yang akan menghasilkan
persepsi nyeri. Dengan pemberian panas gerbang akan tertutup karena adanya
stimulasi dari serabut saraf A delta. Ketika gerbang tertutup impuls nyeri
terhambat, hal ini akan mengurangi persepsi nyeri (Mander R, 2004).
Selain itu pemberian panas dapat menyebabkan pembuluh darah melebar,
sehingga akan memperbaiki peredaran darah didalam jaringan tersbut. Dengan
cara ini penyaluran zat asam dan bahan makanan ke sel-sel akan diperbesar dan
pembuangan zat-zat akan diperbaiki. Jadi akan timbul proses pertukaran zat yang
lebih baik. Aktivitas sel akan meningkat sehingga mengurangi rasa sakit.
Kompres panas merangsang sirkulasi dan meningkatkan lokalisasi bahan purulent

pada jaringan. Kompres panas juga dapat membuka aliran darah yang
mengakibatkan relaksasi dari otot (Turana, Y. 2003).
b. Diagnosa kedua yaitu hipertermi
1) Perbanyak minum air putih
Tubuh demam akan mengalami kenaikan suhu sehingga tubuh terasa panas. Saat
inilah cairan didalam tubuh seperti menguap dan tubuh mudah sekali mengalami
dehidrasi. Oleh karena itu, minum air putih bisa membuat penderita demam
merasa nyaman dan mampu menghambat proses melawan penyakit di dalam
tubuh. Minum air putih 8-12 gelas saat itulah demam juga akan membantu
membuang racun dan zat sisa di dalam tubuh, melancarkan peredaran darah dan
mempercepat proses penyembuhan. Minum air akan menggantikan cairan hilang
dan mengganti mineral yang keluar dari tubuh.

Sehingga teori dan hasil pengkajian tidak ada perbedaan karena hasil leukosit tinggi,
demam, dan nyeri pada suprapubik itu di diagnosa dengan Infeksi Saluran Kemih
(ISK).

BAB V
PENUTUP

A. SIMPULAN
Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan
ekstensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya. Penyebab dari nyeri itu
sendiri adalah :
1. Trauma pada jaringan tubuh, misalnya kerusakkan jaringan akibat bedah atau
cidera.
2.

Iskemik jaringan.

3. Spasmus otot merupakan suatu keadaan kontraksi yang tak disadari atau tak
terkendali, dan sering menimbulkan rasa sakit. Spasme biasanya terjadi pada
otot yang kelelahan dan bekerja berlebihan, khususnya ketika otot teregang
berlebihan atau diam menahan beban pada posisi yang tetap dalam waktu yang
lama.
4.

Inflamasi pembengkakan jaringan mengakibatkan peningkatan tekanan lokal


dan juga karena ada pengeluaran zat histamin dan zat kimia bioaktif lainnya.

5. Post operasi setelah dilakukan pembedahan.


B. SARAN
Setelah di lakukan pembahasan diatas, diharapkan pembaca ataupun mahasiswa
keperawatan mengetahui definisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinik dari nyeri
bisa diketahui dan lebih paham sehingga bisa diterapkan sebagai SOP keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai